Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Petualangan Aji 2, Part 9

by Rangga


18 Pekan-pekan pertama di bulan Mei 1998. Tit, tit. Suara klakson mobilku mengagetkan Sony yang sedang duduk serius menonton televisi di ruang satpam. Saking seriusnya menonton dia tidak menyadari kalau aku sudah mengamatinya hampir dua menit dari jendela mobilku. Satpam satu ini gak kalah menarik dibanding si Jono. Kapan ya kurealisasikan rencanaku ngerjain dia seperti si Jono. Hehe. “Eh, Mas Aji, mau ke kampus mas?” katanya, tangannya segera memencet tombol pembuka pintu gerbang otomatis. “Iya. Nonton apa sih Son? Serius amat sampe gak dengar suara mobilku. Nonton bokep ya,” tegurku sambil senyum nakal padanya. “Enggaklah mas. Masak pagi-pagi begini nyetel gituan,” jawabnya. Dia tersenyum mendengar pertanyaanku, memamerkan deretan giginya yang putih. Wajahnya yang dihiasi kumis tipis itu membuatku jadi terangsang deh. Hehe. “Terus nonton apaan sampe segitu seriusnya,” tanyaku lagi. “Berita Mas, soal kenaikan BBM,” jawabnya. “Pemerintah kita aneh ya Mas, rakyat udah susah malah dibebani lagi dengan kenaikan BBM,” sambungnya lagi. “Sabar aja Son, hari ini kita mau unjuk rasa memprotes kenaikan harga BBM nih. Unjuk rasa besar-besaran,” kataku sebelum meninggalkannya. Diatas mobil dalam perjalanan menuju kampus kata-kata Sony menggugah fikiranku. Benar apa yang dikatakannya itu. Apa-apa semua sekarang sudah naik. Nasi goreng Mbok Nah juga ikut-ikutan naik. Hanya nilai tukar rupiah saja yang tidak naik, malahan terus merosot dibandingkan dollar dan mata uang negara lain. Dari cerita Mas Doni kepadaku, kepulangannya ke Indonesia juga akibat merosotnya nilai tukar rupiah. Setahun setelah lulus kuliah di Australia ia belum juga memperoleh pekerjaan yang layak. Sementara biaya hidupnya disana disuplai seluruhnya oleh Bapak Arifin Wijaya dari Indonesia. Nilai tukar rupiah yang terus merosot sejak tahun 1997 lalu membuat majikanku itu cukup kerepotan juga membiayai dua anaknya yang tinggal di Australia. Akhirnya Mas Doni yang sudah selesai kuliah disarankan untuk sementara pulang saja dulu dan mencari mencari-cari pekerjaan disini atau membantu usaha majikanku. Di Indonesiapun sepertinya peluang Mas Doni untuk mendapatkan pekerjaan juga susah, perusahaan banyak yang kollaps. Bank banyak yang di likuidasi. Akhirnya mau gak mau Mas Doni terpaksa di rumah saja. Karena kebanyakan di rumah akhirnya harap dimaklumi saja kalau Mas Doni jadi gila ngesex. Aku, Jono dan Mbak Ayu akhirnya jadi pelampiasan nafsunya setiap hari. Lebih gila lagi sekali waktu kami mengentot rame-rame berempat di ruang tamu. Sofa, lantai, dan tangga menuju lantai dua merupakan saksi bisu sekaligus arena tempat kami memuaskan nafsu sex. Meskipun pada mulanya Mbak Ayu kaget melihat prilaku homoseksual kami tapi akhirnya dia menikmatinya juga. Malahan jadi ketagihan, hehe. Gimana gak ketagihan, bayangin aja tiga cowok ganteng, atletis berkontol gede ngerjain dia rame-rame. Bahkan pernah kami melakukan triple penetrasi padanya. Memek, lobang pantat, dan mulut Mbak Ayu diisi oleh kontol kami yang mengebor-ngebor pada saat bersamaan. Asik kan. Berhubung Bapak dan Ibu Arifin Wijaya sudah balik dari Australia, pesta sex jadi tidak bisa dilakukan lagi. Akhirnya terpaksalah aku yang jadi bulan-bulanan pemuasan nafsu Mas Doni karena aksesnya lebih mudah. Sesekali Jono juga dapat jatah. Karena gimanapun awalnya lobang pantat Jono yang masih lumayan sempit itu memiliki rasa yang lebih, karenanya sayang untuk dilewatkan. Selain itu kamipun pengen variasi merasakan kontol Jono dalam lobang pantat kami. Ngentot dengan Jono kami lakukan di dalam mobilku pada malam hari saat semua sudah tidur. Belakangan ini Mas Doni suka memberikan tip pada Jono seusai kami berpesta sex. Pengaruhnya cukup bagus. Jono semakin senang saja melayani kami. Apa yang kami inginkan selalu dipenuhinya. Meski sangat kesakitan dia tak menolak ketika kami memasukkan kontol kami berdua bersama-sama didalam lobang pantatnya. Meski air matanya mengalir karena menahan sakit, dia tetap merelakan lobang pantatnya kami nikmati. Tapi lama kelamaan bosan juga mengentoti Jono. Apalagi setelah dia kami anal bersamaan. Lobang pantatnya sudah mulai melebar. Keinginan untuk mencoba Sony akhirnya semakin kuat. Hanya saja kesempatannya belum pernah ada. Ketika aku mengatakan pada Mas Doni agar dia mencobanya sendiri dulu, ia tidak mau. Dasar mau terima bersih aja dia. Huh! Tak lama aku sampai juga di kampusku di kawasan Salemba. Ketemu Zaki hari ini gak ya. Kok tiba-tiba aku kangen sama dia ya. Undangannya untuk aku hadir pada acara orasi politik beberapa hari lalu tak kupenuhi. Kalau ketemu pasti bakalan ditanya ini itu deh. Tapi kalau gak ketemu kok rasanya kangen juga ya. Hehehe. Halaman depan kampusku sudah rame. Mahasiswa-mahasiswi berkumpul tumpah ruah mengelilingi sebuah panggung yang terletak ditengah-tengah halaman depan kampusku. Kulihat ada seorang tokoh nasional yang sedang berorasi dengan penuh semangat diatas panggung itu. Pada acara orasi kali ini semua elemen mahasiswa bergabung, ada kelompok nasionalis dan juga ada kelompok agama. Agenda yang diusung adalah memprotes kenaikan harga BBM. Hujatan-hujatan pada kebijakan Soeharto berhamburan dari tokoh yang sedang berorasi itu. Setiap hujatannya pasti ditingkahi dengan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton yang sangat bersemangat. Benar-benar rame deh. Selain mahasiswa kulihat masyarakat juga banyak yang ikut mendengarkan orasi daro tokoh nasional itu. Mahasiswa dan juga masyarakat kayaknya sudah benar-benar bosan dengan Soeharto dan kebijakannya. Sampai-sampai tuntuntan “Turunkan Harga!” yang didengung-dengungkan oleh mahasiswa diplesetkan menjadi Turunkan Harto dan keluarga. Setelah memarkirkan mobil, aku segera bergabung. Kunyalakan rokok mildku sambil menggenakan jaket mahasiswaku. Selanjutnya aku bergabung dengan teman-temanku di lapangan. Mataku mencari-cari orang yang kukenal. Pertama sekali yang kulihat adalah Rama Pratama, Ketua Senat Mahasiswa UI dan jajaran pengurusnya. Mereka berdiri dekat sekali dengan panggung. Aku termasuk pendukung Rama lo waktu pemilihan Ketua Senat lalu. Rama itu anaknya alim, ramah, pinter dan tidak banyak bicara. Apa yang dikatakannya enak didengar dan menyejukkan. Rasional dan gak muluk-muluk. Mataku mencari-cari lagi. Hei, itukan Ricky dengan Andrea pacarnya. Si maniak sex itu tumben ikut mikirin situasi negara juga, hehehe. Aku pikir dengan banyaknya perkuliahan yang kosong akhir-akhir ini dia sedang sibuk mencari-cari mahasiswa junior untuk dikerjainya bersama kelompoknya. Bram, Margaretha, Andreas dan Fiona juga ngumpul di lapangan beserta teman-temanku dari kelompok yang disebut Zaki nasionalis. Mereka memakai ikat kepala bertuliskan kata-kata “Reformasi Sekarang Juga!”. Untung mereka tidak melihat kehadiranku. Aku lagi malas gabung dengan mereka, soalnya lagi kangen Zaki sih. Akhirnya mataku menemukan Zaki dan genk mesjidnya. Kulihat dia sedang berdiri menenteng pengeras suara. Ferdinand si tampan itu berdiri disampingnya. Juga ada Ilham dan Amri aktivis mesjid dari kampus Depok. Dua nama terakhir kurang menggairahkan menurutku, tapi kalau dua nama yang pertama itu menggoda syahwatku banget deh. Kapan ya aku bisa merasakan mereka, hehehe. Dasar gila deh. Masak anak alim seperti mereka mau berhomosex ria denganku. Gak mungkin deh kayaknya. Zaki melihatku, dilambaikannya tangan memanggilku. Segera kudekati dia kesana. Tak lupa rokokku kumatikan terlebih dulu, Zaki tak suka melihat perokok. “Masih ngerokok juga Ji?” tanya Zaki. Ups, dia sempat melihatku merokok rupanya. Aku nyengir mendengar pertanyaannya, Zaki geleng-geleng kepala melihat cengiranku. “Lama gak kelihatan Ji, kemana aja?” tanya Ilham. “Iya nih si Aji, gak mau lagi gabung dengan kita Ham,” sambar Zaki. “Dia sekarang udah masuk kelompok nasionalis,” kata Zaki. “Ah enggak gitu, cuman emang belum sempat aja Zak,” “Alasan,” katanya tersenyum. “Buktinya kemaren kok gak datang di acara orasi yang kita adakan Ji?” Bingung jawabnya aku jadi senyum aja dan kemudian berpura-pura serius mendengarkan orasi dari panggung. “Zaki suka kangen kamu tuh Ji,” kata Ferdinand. “Dia suka nanyain kalau sehari aja gak liat kamu,” sambungnya lagi dengan senyum lucu padaku. Deg, kangen? Beneran gak nih? Tiba-tiba muncul harapan mesum di otakku padanya. “Iyalah suka nanyain, soalnya sampe sekarang dia suka ngilang-ngilang sih, dan punya segudang alasan untuk gak ngumpul dengan kita,” kata Zaki membuyarkan harapanku. Dasar ge er aku ini. Kirain kangen karena emang dia suka. Gak mungkin lah ya, hehehe. “Kamu dibilangin Zaki kangen kok jadi salah tingkah gitu Ji,” goda Ferdinand dengan senyum jenaka. Apa aku kelihatan salah tingkah ya? Gawat deh. “Gila aja nih si Ferdinand, emangnya gua banci kayak si Bimo and the genk,” jawabku segera menetralisir keadaan. Soalnya sempat kulihat Zaki melirikku dengan tatapan yang aneh. Aku gak tau apakah tatapannya itu berarti dia sedang memastikan aku memang salah tingkah seperti yang dikatakan Ferdinand atau tidak. Atau tatapan itu memiliki arti lain. Entahlah. Aku gak mau berpikir yang aneh-aneh tentangnya, membuatku semakin berharap namun tak beroleh harapan. Seperti pernah kukatakan, di kampusku memang ada sekelompok mahasiswa banci. Terus terang aku mual melihat mereka. Kok bisa sih cowok cakep kayak Bimo dan teman-temannya bisa feminin melebihi perempuan kayak gitu. Lebih parah lagi, secara terbuka mereka suka menggoda cowok cakep tanpa pandang bulu. Termasuk menggodaku juga. Terus terang aku gak suka ngelihat mereka. Meskipun aku doyan cowok, tapi aku tidak mau seperti mereka. Aku tidak pernah mau mereka tahu rahasiaku. Tapi rasanya kok aneh ya. Kenapa Ferdinand tiba-tiba ngomong begitu. Apa maksudnya nih? Masak cowok-cowok alim seperti mereka becandanya seperti itu sih? Aku jadi curiga nih sama Ferdinand. Soalnya nih anak dulunya begaul juga. Bandel, dan dekat dengan dunia maksiat. Beda sama Zaki yang emang dari awalnya udah alim. Jangan-jangan si Ferdinand.... Tapi apa iya sih? Aku jadi mencuri-curi pandang pada si Ferdinand. Dan ketika pada suatu saat pandangan kami bertumbuk, kulihat ia membalas tatapanku lama untuk selanjutnya membuang muka dengan tersipu. Aku jadi semakin curiga. Siang itu, ba’da dzuhur, acara orasi dilanjutkan dengan long march di jalan-jalan utama Jakarta. Jalanan menjadi macet. Tapi masyarakat tidak ada yang kelihatan marah dan kesal dengan aksi kami. Mereka sangat mendukung. Seorang bapak bermobil mewah memborong air minum kemasan dari pedagang kaki lima dan membagi-bagikannya ke mahasiswa. Benar-benar unjuk rasa yang menyenangkan. Aku ikut berjalan kaki bersama-sama dengan kelompok Zaki. Berjalan beriringan dengan Zaki aku terus mengamati segala tingkah polah Ferdinand. Aku benar-benar penasaran dengan anak satu ini. Sepertinya dia juga menyadari kalau aku mengawasinya. Sesekali dia memandangku dan kemudian membuang muka. Hari ini harus kukuak tabir yang menyelubungi Ferdinand. Menjelang ashar kami kembali ke kampus. Seusai sholat ashar acara unjuk rasa hari ini usai. Kutawari mengantarkan Zaki dan Ferdinand pulang. Awalnya Ferdinand menolak. Tapi dia tak punya alasan lagi untuk menolak ketika Zaki memaksanya ikut. Kuantar terlebih dahulu Zaki ke kosnya yang tidak terlalu jauh dari kampus. Tinggallah Ferdinand bersamaku berdua didalam mobil meluncur di jalan tol menuju rumahnya yang terletak di kawasan Slipi. Dia tidak banyak bicara. Sesekali dia memejamkan matanya, kelelahan atau sekadar berpura-pura tidur di kursinya? Nekat kuraba selangkangannya saat dia memejamkan mata. Ferdinand kaget. Terlonjak dari kursinya. “Kamu ngapain Ji?” tanyanya menepis tanganku. Aku tersenyum menyeringai. “Jangan membohongiku Fer,” kataku. “Apa maksud kamu?” “Tak usah bohong, kamu tau maksudku,” “Gila kamu Ji. Kamu homo ya?” “Tepatnya biseks Fer, seperti kamu. Atau malah kamu yang homo mungkin,” kataku. “Jangan macam-macam Ji,” Ferdinand mencoba mengancam. “Kalau aku macam-macam kamu mau apa? Mau turun di jalan tol ini. Turun aja,” kataku santai. “Apa mau kamu Ji?” tanyanya melemah. “Aku mau kamu mengaku sekarang,” kataku tegas. Bersambung.............

###

47 Gay Erotic Stories from Rangga

Ada Yang Baru

Banyak yang mengirimkan imel ke gua. Selain ngajak berkenalan banyak yang menanyakan kenapa gua gak menulis lagi di MOTN. Menjawab pertanyaan itu dalam kesempatan ini gua mau sampaikan bahwa gua sedang merampungkan sekuel Petualangan Aji. Butuh waktu yang lumayan lama juga buat gua untuk merampungkan tulisan itu. Kenapa lama? Karena gua pengen sekuel ini berbeda dari kisah pertamanya

Aladin (01)

Zaman dahulu kala di Negeri Cina tinggallah seorang pemuda miskin Aladin namanya. Kemiskinannya membuat Aladin melakukan segala hal untuk menghidupi dirinya bersama dengan ibunya yang sudah tua renta. Kadangkala Aladin mengemis di pasar, menjadi kuli membantu para pedagang mengangkat barang dagangan mereka, dan juga mencuri. Sesungguhnya Aladin adalah pemuda yang baik. Kalau sangat tidak

Aladin (02)

“Pamanku benar-benar jahat,” batin Aladin. Ia terduduk sendiri merenungi nasibnya. Kini ia terkurung di dalam tanah bersama harta karun yang melimpah. Sementara sang paman meninggalkannya. Aladin memandangi harta karun di dalam kantong. Sebuah lampu yang terbuat dari emas tertangkap pandangannya. Aladin segera mengambil lampu itu. Ia berniat memindahkan api dari obornya ke sumbu lampu itu.

Aladin (03)

“Benar juga katamu itu Jafar. Wahai pemuda apakah tempat tinggalmu semegah istanaku ini?” tanya raja. “Tuanku, jika hamba memiliki tempat tinggal semegah tuanku, itu artinya hamba tidak menghormati tuanku raja. Namun demikian tempat tinggal hamba cukup megah tuanku. Tuanku raja dan Putri Jasmin hamba undang untuk melihat tempat tinggal hamba besok,” sahut Aladin mantap. Ibu Aladin dan Ali

Antara Mas Donny dan Justin

Cerita ini sangat berbeda dari cerita yang biasanya gue bikin. Bisa dibilang nyeleneh. Gak tau apa yang suka baca cerita di situs ini suka. Mas Donny ada-ada aja deh. Masak dia memintaku ngentot dengan si Justin, mahasiswa yang kos di rumah kami? Ngawur kan. Tapi aku juga ngawur. Kenapa? Karena aku mau aja melaksanakan apa yang disuruhnya itu. Gimana aku mau nolak? Habisnya ngentot itu enak

BBS Eksekutif Muda

“Beeeppppppp…………..,” “Beeeppppppp…………..,” “Beeeppppppp…………..,” Suara ponsel yang diset getar berulang-ulang berbunyi diatas meja. Tak ada yang menjawab. Suara erangan memenuhi ruangan kamar hotel yang tidak terlalu luas itu. Dua pria muda sedang sibuk memacu birahi diatas ranjang empuk yang berderak-deraj. “Oh… oh.. oh.. oh.. oh.. yeshh.. yesshh… oh… oh..,” “Hoh..hoshh..hohh..

Behind The Scenes

Prolog Ini cerita tentang Ananditya Tama. Lebih sering dipanggil Aditya. Umur 22 tahun, lulusan D3 Perhotelan dari sebuah Akademi Pariwisata di Jakarta. Anak kedua dari tiga orang bersaudara yang semuanya cowok. Ayah turunan Pakistan dan ibu Sunda asli. Ganteng sudah pasti. Kulit putih bersih, dengan postur tubuh proporsional. Ramping namun atletis. Tinggi 179 cm dan berat 65 kilogram. Sempat

Behind The Scenes, Part 2

Pengantar. Ternyata MOTN tidak memuat seluruh cerita yang saya submitted kemaren. Untuk membuat anda-anda tidak penasaran, ini kelanjutannya. “Mengapa tadi teman-teman gue bisa enjoy melakukannya ya?” tanya Aditya. “Mungkin mereka benar-benar bisa rileks. Sementara kamu tidak,” kata Martin. “Apa memang begitu Rhin?” tanya Aditya pada Rhino yang sedang berdiri menontonnya dari jarak yang

Cerita Remaja (3)

BAB II NAKALNYA MAMA ANDRE Minggu pagi yang cerah. Andre sarapan berdua saja dengan mamanya di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi makan siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul bersama di

Cerita Remaja (4)

Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah mamanya dan Mas Dharma sang

Cerita Remaja (5)

BAB III ANAK-ANAK BASKET Meskipun bukan anggota basket, tapi Calvin kini tak asing lagi dengan komunitas itu. Pergaulan anak-anak basket yang terkenal sangat eksklusif di SMU Dwi Warna dapat dimasuki olehnya. Ini semua berawal dari ajakan Andre untuk menyaksikan latihan basket di sekolah. Setelah mendengar cerita Andre tentang kedoyanan anak-anak basket pada memek cewek dan silit cowok

Dibooking Andre

Beginilah nasibku. Aku jelas-jelas bukan homo. Apalagi banci. Butuh uang untuk hidup membuatku terjebak dalam dunia pelacur waria kayak gini. Setiap hari pakai baju perempuan, nongkrong di pinggir jalan menanti laki-laki yang memiliki orientasi seksual menyimpang atau sekadar pengen coba-coba, membookingku. Si Misye, alias Misno, teman sekamar sekaligus seprofesiku jelas waria asli. Bencong

Enak Dibaca dan Nafsuin!

Ingat slogan majalah Tempo? Mudah-mudahan masih ada yang inget. Buat yang gak inget atau malah gak pernah denger sama sekali, nih gue kasih tau, slogannya adalah, “Enak dibaca dan perlu”. Nah, judul tulisan diatas adalah plesetan dari slogan ini. Gue bikin judul seperti itu karena tulisan berikut ini isinya mengulas judul tersebut. Kali ini gue gak menulis cerita seperti biasanya. Tulisan gue

Harry Fucker dan Ruang Ganti Rahasia (1)

Kereta api sihir yang berangkat dari peron 9 ½ di London akhirnya tiba di Hogwart. Suaranya desis kereta yang keras dan nyaring tak mampu mengalahkan nyaringnya celotehan para murid di tingkat kedua sekolah sihir itu. Bertemu kembali dengan teman sekamar di asrama rupanya membuat mereka tak sabar untuk saling bercerita tentang pengalaman liburan masing-masing. Harry tersenyum-senyum melihat

Kok Bisa Gitu Sih?

Namaku Dika. Aku mau cerita tentang kejadian yang pernah ku alami waktu aku duduk di kelas tiga SD dulu. Umurku belum sampai sepuluh tahun waktu itu. Jangan salah sangka dulu lho. Ini kejadian bukan tentang diriku. Tapi tentang orang yang sangat kuhormati. Aku adalah anak pertama dari papa dan mamaku yang asli turunan Sunda. Papaku, Dadang Sukmana, adalah seorang karyawan swasta di sebuah

Menjelang Pernikahan Mas Randy

"Ndre, abis sekolahan langsung balik ya, jangan kemana-mana lagi" pesan Nyonya Vera pada anaknya, Andre, yang masih duduk di kelas 3 SLTP melalui hand phone. "Kenapa emangnya Ma?" tanya Andre. "Thomas gak ada temennya tuh di rumah. Mama dan dan Tante Serly mau belanja untuk kebutuhan pesta Mas Randy nih," "Lho, kan ada Papa dan Om Darwin di rumah," sambung Andre lagi. "Papa dan Om

Menjelang Pernikahan Mas Randy (2)

Acara pemberkatan pernikahan Mas Randy akan dilangsungkan di gereja pukul sepuluh pagi ini. Andre melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, masih pukul delapan, tapi mamanya sudah sibuk menyuruhnya dan Thomas untuk bersiap-siap sejak pukul tujuh tadi. “Ayo jas hitamnya dipakai sekarang. Kalian kan pengiring pengantin prianya. Kalo gak siap-siap dari sekarang entar repot deh. Ayo dong,

Pandu dan Ricky dan Aku

“Bang, tolong jemput mereka sore ini ke bandara ya, soalnya mereka gak ngerti Jakarta tuh,” kata Dina, adik perempuanku semata wayang melalui telepon tadi pagi. Yang dimaksudnya dengan mereka itu adalah Pandu dan Ricky dua temannya waktu di SMU kemaren. kalo yang namanya Pandu bukan hanya sekadar teman buat Dina, adikku itu. denger-denger sih mereka pacaran sampai sekarang. Makanya Dina jadi

Pangeran Tidur

Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah negeri bernama Antah Berada Dimana. Negeri yang makmur dan damai, diperintah oleh seorang raja muda gagah perkasa didampingi oleh permaisurinya yang cantik jelita. Sang raja memerintah dengan penuh keadilan dan bijaksana. Sedemikian makmur dan damainya negeri itu, hingga batangan emas yang tergeletak di tepi jalan pun tak ada yang mengambilnya.

Pangeran Tidur, Part 2

Pengantar. MOTN lagi ngadat ya, gak bisa memuat seluruh cerita saya. Ini lanjutannya supaya elo gak penasaran. “Siapa engkau?!” tanya Pangeran William. Ia sangat terkejut melihat perubahan gadis cantik yang tadi ditolongnya menjadi seorang laki-laki tampan bertubuh kekar dengan busana transparan yang memamerkan keperkasaan tubuhnya. “Aku adalah seorang peri. Aku tadi sengaja untuk

Pesta Bujangan Untuk Randy

Cerita ini adalah Prequel dari cerita Menjelang Pernikahan Mas Randy. Sepulang dari kantornya di bilangan Sudirman, Randy menyempatkan menjemput Tania, calon istrinya, yang bekerja di kawasan Kuningan. Mereka memang janjian untuk ke club kebugaran sepulang kerja. Melatih otot-otot tubuh sambil menantikan kemacetan di jalanan Jakarta usai. Keduanya memang rajin ke club kebugaran. Karenanya

Petualangan Aji 2, Part 1

1 Akhir April 1998. Suntuk! Semua tugas kuliahku yang sebarek-abrek belum satupun kukerjakan. Aku betul-betul disibukkan dengan segala macam aksi demonstrasi seiring dengan situasi politik yang semakin memanas sejak krisis moneter melanda Indonesia Juli 1997 lalu. Sebagai aktivis mahasiswa tentu saja tak pernah kulewatkan berbagai aksi turun ke jalan yang kami lakukan. Aksi-aksi ini telah

Petualangan Aji 2, Part 15

25 “Kami akan melaporkan perbuatan kalian ini!” kata Romi tegas. Suaranya tetap pelan. Matanya tak lepas menatap batang kami bergantian, pun anggota regunya itu. “Jangan Mas,” kataku memohon. Bram dan Irfan ketakutan. “Kami bersedia memberikan apa saja yang Mas minta asal jangan melaporkan hal ini,” aku segera berjalan menuju celana panjangku. Mencari dompetku. Setelah ketemu segera

Petualangan Aji 2, Part 16

26 “Ndri, giliran kamu,” kata Romi, tangaannya menarik resleting celananya ke atas. Romi kini sudah berpakaian rapi kembali. Sementara Andri kulihat segera melepaskan seluruh pakaian yang dikenakannya belum lagi kata-kata Romi usai seluruhnya. Dia benar-benar sudah tidak sabar menunggu giliran rupanya. Kami bertiga berdiri telanjang bulat memandangi Andri yang kini sudah bugil total di hadapan

Petualangan Aji 2, Part 17

27 Hampir pukul 3 dini hari ketika kami menyelesaikan persenggamaan itu. Setelah menggenakan pakaian, kami berlima kembali ke tempat masing-masing. Romi dan Andri kembali ke pos jaganya. Sedangkan aku, Bram dan Irfan kembali ke lobby. “Kapan-kapan kita ulangi lagi ya,” kata Romi saat kami berpisah. “Boleh Mas,” jawab kami bertiga serempak. Cengiran mesum terbentuk di bibir kami. Andri juga

Petualangan Aji 2, Part 18

29 Kedua tanganku mencengkeram bongkahan pantat Zaki dengan erat. Kepalaku bergerak-gerak, kadang maju mundur kadang berputar-putar tepat di depan selangkangan Zaki. Batang kontol besar dan panjang milik Zaki, keluar masuk mulutku. Pipiku mengempot menyedot-nyedot batang itu. Batangnya tidak bisa kumasukkan kedalam mulutku seluruhnya. Meski sudah kupaksakan, hanya sekitar ¾ nya saja yang bisa

Petualangan Aji 2, Part 19

31 “Capek Zak?” bisikku lembut di telinga Zaki. Ia masih menelungkup diatasku. “Iyah,” jawabnya pelan. “Puas?” tanyaku lagi. “Iya Ji, gak nyangka kalo ngentot dengan kamu enak banget,” “O ya?” “Iyah, tau enaknya kayak gini, sejak kemaren-kemaren aku udah ngajak ngentot dengan kamu,” katanya. Bibirku diciumnya. Kubalas ciumannya. Kami berciuman dengan buas. Saling melumat. Sambil

Petualangan Aji 2, Part 2

3 Didepan kami kini terpampang adegan oral sex yang dilakukan oleh sang cewek kepada sang cowok. Mulut kedua cewek itu begitu lihai menyelomoti kontol sang cowok. Kudengar sang cowok mulai mengerang-erang keenakan. Selanjutnya dengan posisi doggy style menghadap ke penonton sang cowok mengentot sang cewek. Rintihan, erangan, desah nafas mereka memenuhi ruangan. Sambil mengentot begitu sang

Petualangan Aji 2, Part 20

33 Epilog Pagi Hari di awal bulan Januari 2003. Aku sedang asik menonton berita di Liputan 6 Pagi, sambil minum kopi dan makan roti berselai coklat. Hampir lima tahun sejak jatuhnya Suharto, 21 Mei 1998 lalu, kembali mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa besar. Meskipun belum sebesar Tahun 1998 itu. Unjuk rasa yang kini dilakukan oleh junior-juniorku ini, mengingatkanku akan masa-masa indah

Petualangan Aji 2, Part 3

6 Pukul satu siang aku kembali ngumpul dengan teman-temanku sesama aktivis mahasiswa yang disebut Zaki kelompok nasionalis itu. Kami berkumpul di salah satu ruangan kampus. Kami akan mematangkan rencana acara orasi politik yang telah kami audiensikan dengan Dekan tadi pagi. Ketika aku datang seluruh anggota tim sukses acara telah hadir dan sedang serius membicarakan sesuatu. Aku segera duduk di

Petualangan Aji 2, Part 4

9 Hampir setengah jam aku bermain-main di lobang kenikmatan Bram. Berbagai jurus sudah kukeluarkan. Menjilat, menghisap, menyedot, menyelip-nyelipkan lidahku ke lobangnya yang sempit bahkan menyodok-nyodokkan jariku disana. Bram benar-benar keenakan dengan aksiku. Pantatnya bergoyang-goyang dan sekali-kali menekan mukaku. Kontolnya sudah tegak penuh dalam genggaman tanganku yang tak pernah

Petualangan Aji 2, Part 5

11 Pukul 7 pagi. Bunyi nyaring jam beker membangunkanku. Ahhhhh......aku menggeliat dengan tubuh telanjang bulat di tempat tidur. Aku memang suka tidur tanpa menggenakan busana selembar pun. Rasanya bebas. Ahhhh........kembali aku menggeliat, badanku terasa segar pagi ini. Tidur nyenyak mengembalikan staminaku yang semalam terkuras akibat “perang tanding” dengan Bram. Hehe. Dengan kontol

Petualangan Aji 2, Part 6

13 Tengah hari. “Kenapa sih kamu itu kalo kencing gak mau jongkok Ji?” sebuah suara yang sangat kukenal menegurku dari belakang. Suara Zaki. Aku menoleh padanya. Saat itu aku sedang kencing berdiri di kamar mandi. Tanganku menggenggam batang kontolku yang sedang mengeluarkan air kencing di water closet. “Eh, kamu Zak,” aku hanya nyengir mendengar komentarnya. Dia memang tak pernah bosan

Petualangan Aji 2, Part 7

15 “Ärghhhhhhhhh........” aku melenguh keras diatas tubuh telanjang Mas Doni yang berbaring telentang dibawahku. Kedua pahanya terkuak lebar mengangkang. Baru saja kusemburkan spermaku ke dalam lobang pantatnya yang empuk dan penuh dengan bulu-bulu halus. Setelah pembicaraan yang cukup mengagetkan tentang kakak beradik ini, kusenggamai Mas Doni dengan berbagai gaya. Mulai dari gaya duduk,

Petualangan Aji 2, Part 8

16 “Mashhh, Mashh......aku pengen keluarhhhhh,” desah Jono. Tubuhnya mulai menggeletar. Dibawah sana Mas Doni sedang asik bersilat lidah dengan batang kontolnya. Berbagai jurus oral yang diketahui Mas Doni sudah dipraktekkannya menyerang titik-titik kelemahan batang Jono. Sementara dari atas aku terus menggempur dada dan puting susunya. Rupanya Jono sudah tak mampu bertahan lagi akibat serangan

Petualangan Aji 2, Part 9

18 Pekan-pekan pertama di bulan Mei 1998. Tit, tit. Suara klakson mobilku mengagetkan Sony yang sedang duduk serius menonton televisi di ruang satpam. Saking seriusnya menonton dia tidak menyadari kalau aku sudah mengamatinya hampir dua menit dari jendela mobilku. Satpam satu ini gak kalah menarik dibanding si Jono. Kapan ya kurealisasikan rencanaku ngerjain dia seperti si Jono. Hehe. “Eh,

Petualangan Aji 2, Part10

19 Dengan perlahan kulepaskan kancing baju koko Ferdinand satu persatu. Dipejamkannya matanya, tak berani memandangku. Berdua kami berdiri berhadapan. Tubuhku sudah telanjang bulat sejak tadi dengan kontol mengacung tegak. Kami berada dalam kamarnya yang tidak terlalu luas dibandingkan dengan kamarku. Setelah mendengar pengakuannya yang diringi sedu sedan, kupacu mobilku menuju rumahnya. Dalam

Petualangan Aji 2, Part11

21 Pertengahan bulan Mei 1998. Jakarta rusuh. Pemicunya adalah kematian empat mahasiswa Trisakti saat unjuk rasa. Sayang sekali, keempatnya masih muda. Masyarakat marah. Masyarakat muak. Penjarahan dimana-mana. Kebencian pada etnis Cina menjalar. Toko-toko milik si mata sipit diserbu masyarakat. Barang-barang diambili. Beberapa gedung dibakar oleh massa yang marah. Papan bertuliskan “Milik

Petualangan Aji 2, Part12

Akhirnya aku baru tiba di kampus pukul 9 malam. Segera aku menemui teman-temanku di salah satu ruangan kampus, base camp kelompok kami. Aku hanya nyengir ketika teman-teman nasionalisku “marah-marah” padaku. Terutama si Yuda sang ketua. Katanya aku tidak tepat janji. Brifing untuk persiapan aksi besok sudah usai sejak satu jam yang lalu. Mau apalagi, kudengarkan saja “kemarahan” mereka, memang

Petualangan Aji 2, Part13

22 19 Mei 1998. Aksi kemaren sore benar-benar seru. Setelah didatangi dan didesak terus menerus oleh mahasiswa, akhirnya, pimpinan DPR dikomandani Harmoko mengeluarkan pernyataan yang mengagetkan. Mereka menyerukan kepada Suharto agar secara legowo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden. Meskipun pernyataan itu terasa menggelikan, karena sebelumnya Harmokolah orang yang paling

Petualangan Aji 2, Part14

24 Subuh, 20 Mei 1998. Seharusnya hari ini ada acara di Monas. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang digagas oleh Amien Rais. Puluhan ribu mahasiswa dan masyarakat sudah siap untuk menghadiri acara itu. Perkembangan politik yang semakin memanas, memaksa Amien Rais untuk membatalkan acara. Desas-desus yang terdengar di kalangan mahasiswa adalah, bila acara tersebut tetap dilaksanakan,

Pondok Jejaka

Satu Usaha keras Yuda selama ini akhirnya membuahkan hasil juga. Dengan wajah sumringah ia menunjukkan namanya yang mejeng diantara nama-nama lain yang dinyatakan lulus SPMB pada kedua orang tuanya. Di Fakultas Teknik Elektro salah satu universitas negeri favorit di Depok. “Yuda lulus ma, pa,” katanya pada kedua orang tuanya. “Anak mama memang pinter deh,” sahut sang mama sambil

Seleksi Tim Volly

Daripada setiap hari sabtu dan minggu molor di kos-kosan karena gak ada kegiatan perkuliahan, Indra akhirnya mutusin ikut dalam club volly yang ada dikampusnya. Kebetulan semester ini ada rekrutmen anggota baru. Semester lalu Indra memang mutusin untuk full kegiatan akademik karena masa itu awal ia kuliah setelah lulus SMU. Saat itu ia tak ingin diganggu dengan segala tetek bengek selain kegiatan

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, 2

Menjelang tengah hari, kami tiba di Kota Gomorah. Dari celah sedekup aku mengintip ke luar. Seperti yang pernah di ceritakan oleh Noakh padaku, Gomorah memang sangat ramai. Kata Noakh, sama ramainya dengan Kota Sodom. Sejak kecil, aku memang belum pernah keluar dari desaku. Mendengar cerita Noakh tentang dua kota itu, membuatku punya keinginan untuk mengunjunginya. Namun bukan kunjungan seperti

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, Part 3

Tiga batang kontol yang semuanya berukuran besar, milik Habel, Moab, dan Kenan mengacung tegak di depan mukaku. Setelah berhasil membuatku orgasme tadi, kini mereka menyuruhku untuk menghisap batang kontol milik mereka bergantian. “Aku tak pernah melakukannya. Aku tak bisa, aku tak mau” tolakku. Tiba-tiba aku teringat pada kekasihku. “Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri melakukan hal

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, Part 4

Enokh tidak jadi memperjakaiku malam itu. Ia hanya memintaku untuk mengoral kontolnya hingga orgasme. Aku sangat bersyukur, malam itu keperjakaanku tak perlu terenggut. Sambil melepas lelah seusai orgasmenya tuntas, dia bercerita tentang ketujuh putranya yang diperolehnya dari tiga orang istrinya padaku. Aku mendengarkan saja. Dia mengatakan padaku, bahwa keperjakaanku akan diserahkannya pada

Simpanan Mama

Mamaku itu emang hebat. Diusianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan papaku setahun yang lalu. Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan,

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story