Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Petualangan Aji 2, Part10

by Rangga


19 Dengan perlahan kulepaskan kancing baju koko Ferdinand satu persatu. Dipejamkannya matanya, tak berani memandangku. Berdua kami berdiri berhadapan. Tubuhku sudah telanjang bulat sejak tadi dengan kontol mengacung tegak. Kami berada dalam kamarnya yang tidak terlalu luas dibandingkan dengan kamarku. Setelah mendengar pengakuannya yang diringi sedu sedan, kupacu mobilku menuju rumahnya. Dalam tangisnya Ferdinand mengakui bahwa ia juga memiliki kecenderungan suka sejenis. Dulu, sebelum ia bergabung dengan teman-teman di mesjid kampus, selain melakukan hubungan sex dengan perempuan ia juga pernah melakukan hubungan sex dengan lelaki. Perasaan sukanya pada Zaki membuatnya memutuskan untuk bergabung dengan kelompok mahasiswa mesjid. Tapi tetap saja ia belum bisa menahan nafsunya terhadap jenisnya sendiri. Berbagai bokep gay masih sering juga ditontonnya sendiri di dalam kamarnya. Dan kemudian disudahinya dengan onani sambil membayangkan Zaki. Perhatian Zaki yang lebih padaku malah pernah membuatnya cemburu. Hehehe, ternyata. Kudengarkan semua keluh kesah Ferdinand sambil memeluknya diatas tempat tidur. Nafsuku yang tak tertahan menyebabkan aku tak kuasa untuk tidak mencumbunya. Dan dia terangsang. Segera kutelanjangi diriku dihadapannya. Meski malu-malu Ferdinand merelakan juga kontolku bersarang dalam mulutnya. Tak makan waktu lama Ferdinand sudah melupakan rasa malunya, liar ia melumat batang kejantananku. Seperti singa lapar yang lama tidak melahap daging mentah. Masih terlihat bukti keliarannya tadi mengoral kontolku. Batang kontolku yang tegak basah mengkilat oleh lidahnya. Sekarang aku juga ingin melihat tubuh dan miliknya yang berharga. Tidak dapat Zaki sementara cukuplah dengan Ferdinand dulu. Sekejap saja tubuhnya sudah kutelanjangi. Kupandangi tubuhnya yang bagus. Ferdinand masih tetap memejamkan matanya. Tubuhnya benar-benar indah. Putih bersih diselimuti bulu-bulu halus di dada yang menjalar ke perut hingga selangkangannya. Ketiaknya juga penuh dengan bulu ketiak yang lebat. Batang kontolnya besar dan panjang tegak seperti monas dengan kepala kontol mencapai pusatnya. Warnanya kuning langsat kemerahan. Jembut di pangkal kontolnya ternyata tak kalah lebat dibandingkan janggut di dagunya. Benar-benar membuatku bergairah. Kududukkan ia dipinggir ranjang. Kubuka pahanya, kemudian aku duduk bersila dihadapannya dengan mukaku menghadap batang kontolnya. Segera kubenamkan batang kontolnya dalam mulutku. Kulumat, kujilat, kuhisap, kusedot bolak-balik. Kepalaku bergerak naik turun mengeluar masukkan batangnya dalam mulutku. Dari mulutnya mulai keluar erangan-erangan tertahan. Sambil mengoralnya sesekali kulirik wajahnya yang bagus. Matanya sudah membuka. Menatap mulutku yang mengerjai perkakasnya yang besar dan membonggol itu. Pengetahuan sex masih melekat juga dibenaknya. Buktinya ia kini menggerak-gerakkan pantatnya dengan lembut. Telapak tangannya mengacak-acak rambutku. Erangannya semakin keras. “Pelan-pelan Fer, nanti kedengaran dari luar,” kataku mengingatkan. Tersadar oleh peringatanku, pelan-pelan dia berdiri. Namun ia tak merelakan aku melepaskan kontolnya dari mulutku. Ditahannya kepalaku dengan tangannya sambil berjalan menuju mini compo yang ada diatas meja belajarnya. Terpaksa sambil membungkuk-bungkuk aku berjalan mengikutinya. Kontolnya tak lepas dari mulutku. Dihidupkannya kaset yang didapatnya pertama kali tanpa mengecek lebih dahulu kaset apa itu. Akhirnya mengalunlah lagu nasyid dari mini componya. “Fer, lagunya gak salah nih?” tanyaku. Dia hanya tersenyum. Lagu nasyid dari mini compo mengiringi suara kecapan dari mulutku karena mengoralnya dan erangannya yang semakin heboh dari mulutnya. Dasar gila. Nafsu memang mengalahkan segalanya. Sudah enam lagu nasyid mengalun dari mini compo. Kini Ferdinand menungging di lantai bertumpu pada dua tangannya yang berotot dan kakinya yang menekuk. Pahanya mengangkang lebar. Dibelakangnya aku sedang mencoba memasukkan batang kontolku dalam lobang pantatnya. Cukup sulit juga menembusnya. Beberapa kali jariku yang telah kubasahi dengan ludah merojok-rojok lobang itu mencoba untuk memperlebarnya. Tapi tetap saja kepala kontolku susah menyusup kesana. “Pelan-pelan Jihhh, udah lamah banget aku gak pernah dianal,” katanya dalam rintihan nafsu. Aku hanya diam, berkonsentrasi dengan usahaku membenamkan kejantananku di lobangnya. Setiap aku mendorong kepala kontolku di lobangnya yang sempit kudengar Ferdinand mengerang tertahan. Dia kesakitan. Kucoba terus hingga akhirnya kepala kontolku dapat juga menyusup di celahnya. Benar-benar sempit. Kepala kontolku seperti diremas. Kudorong lagi agar batangnya juga bisa menyusup. Ferdinand mengerang lagi. Begitu terus menerus hingga akhirnya jembutku melekat di buah pantatnya, seluruh kontolku terbenam di lobang pantatnya. Kudiamkan sebentar. Tubuhku membungkuk menciumi punggungnya yang lebar. Tubuhku menggesek-gesek di punggungnya. “Fer, dah masuk semua,” bisikku lembut ditelinganya. “Gimana rasanya Ji?” tanya Ferdinand. “Enak banget. Lobang pantatmu sempit banget Fer,” kataku. “Nanti ngegenjotnya pelan-pelan dulu ya Ji,” katanya. “Gua usahain deh. Tapi gak janji,” kataku menggodanya bibirku menjelajahi pipinya. “Nakal,” katanya. Aku tersenyum. “Aku genjot ya Fer,” kataku minta ijin. “He eh,” Pelan kutarik pantatku ke belakang, kontolku bergerak mundur. Seret. Enak. Ferdinand melenguh. Kudorong pantatku ke depan, kontolku bergerak maju. Ferdinand kembali melenguh. Berulang-ulang kulakukan gerakan maju mundur dengan perlahan. Aku tak mau Ferdinand kesakitan. Lobang pantatnya perlu beradaptasi terlebih dahulu dengan batang kontolku. Sudah lama lobang pantatnya tak pernah dimasuki batang kontol. Gerakan maju mundurku semakin dinikmati Ferdinand. “Jih, ohhh...ohhhh......enakhhh....,” racaunya. “Lebih cepat Jih, gerakin lebih cepat...,” pintanya. Aku mulai menggerakkan pantatku lebih cepat. Terus menerus, semakin cepat. Suara ketepak, ketepok meningkahi erangan dan desahan kami. Tubuh kami basah oleh keringat. Aku semakin bergairah menungganginya. Tempat tidurnya berderak-derak seperti mau roboh. Tapi kami tak peduli. Tanganku mulai mengocok-ngocok batang kontolnya yang sekeras batu. “Ya Tuhan, enak bangethhhh......, terus Jih..., terusshhhh..., okhhhhhhhh,” Ferdinand menghentak-hentakkan pantatnya. Sepertinya dia masih belum cukup dengan hentakan yang kulakukan. Akibat hentakannya yang berbalasan dengan hentakanku, kontolku jadi masuk kian dalam menyentuh prostatnya. Ferdinand begitu liar dan binal. Hilang semua kelemahlembutan prilaku yang selama ini ditunjukkannya setelah bergabung dengan kelompok mesjid. Meskipun aku tidak terlalu mengetahui Ferdinand di saat-saat masa begaulnya dulu, tapi kurasa Ferdinand telah kembali ke masa lalunya. Nikmat betul rasanya mengentoti pria cakep ini. Seperti kesetanan kugerakkan pantatku cepat dan keras menghujamkan batang kontolku ke lobang pantatnya. Ferdinand mengimbanginya dengan kedutan-kedutan di lobang pantatnya yang membuat kontolku seperti diperas-peras. Aku mengerang keras sambil meracau, “Arghhhh...., Ferrrhhhh....., ohhhhhh......, yahhhh...., yahhhh.........., gituhhhh........., terushhhh.” Setelah cukup lama dalam formasi doggy style kemudian kami merubah formasi. Dengan tidur menyamping kusetubuhi Ferdinand tetap dari belakang. Kaki kanannya kuangkat ke atas sehingga pahanya membuka. Tanganku menahan kakinya yang terangkat itu. Kami bergerak-gerak menggoyangkan pantat, sehingga batang kontolku keluar masuk di lobang pantatnya. Tanganku yang lain mengocok-ngocok batang kontolnya. Sesekali kepalanya menoleh kebelakang, mulutnya mencari-cari mulutku. Kusambar mulutnya kami berciuman dengan ganas. Lidahku menari-nari didalam mulutnya. Akhirnya dalam formasi menyamping seperti itu kami sama-sama memuntahkan sperma. Ferdinand yang duluan orgasme. Spermanya muncrat dalam beberapa kali semburan, melompat hingga ke dadanya. Ferdinand mengerang-erang. Aku terus bergoyang-goyang tiada henti. Meskipun spermanya sudah berhenti menyembur batang kontolnya terus kukocok, hingga lima menit kemudian kurasakan batang kontolku pun akan menyemburkan sperma. Kakinya yang tadi kupegang kulepaskan, Ferdinand kemudian meletakkan kakinya diatas pahaku. Tanganku yang tadi memegang kakinya menarik buah pantatnya sehingga melekat erat diselangkanganku. Pantatku kutekan kuat-kuat sehingga batang kontolku menyusup dalam-dalam menusuk celahnya hingga maksimal. Tanganku yang satu lagi terus mengocok kontolnya. Spermaku kemudian menyembur kuat membasahi lobang pantatnya. Saat yang bersamaan Ferdinand kembali memuntahkan spermanya untuk yang kedua kalinya. Semburannya tidak sebanyak yang pertama karena keluarnya tak terlalu lama dari yang pertama. Tubuh kami yang bersimbah keringat berkelojotan. “Orrrgggggghhhhhhhhhhhhh......,” erang kami berbarengan saat orgasme sama-sama menghinggapi kami. 20 Aku masih memeluknya dari belakang. Batang kontolku mulai layu didalam lobang pantatnya, namun tak kukeluarkan. Kubiarkan dulu bersemayam disana. Kontol Ferdinand pun sudah terkulai layu, tergolek pasrah diselangkangannya diantara semak jembutnya yang rimbun. Tubuhnya yang dibasahi oleh spermanya belum dibersihkan. Diatas ranjang yang spreynya sudah porak-poranda kami masih tetap berbaring menyamping menikmati sisa-sisa orgasme tadi. Alunan nasyid dari mini compo masih terdengar memenuhi ruang kamar itu. “Kamu liar Fer,” bisikku ditelinganya. Tanganku mengelus-elus janggutnya. “Kamu juga,” jawabnya lirih. Kugelitik telinganya dengan lidahku. Ferdinand menggelinjang. Tangannya membelai-belai rambutku. Tak kurang dari lima menit kami berbaring sambil mengelus-elus, membelai-belai, dan aku menjilat-jilat telinganya dengan penuh sayang. Hingga akhirnya kurasakan kontolku mulai membesar lagi, demikian juga kontol Ferdinand. Tiba-tiba Ferdinand bangkit meninggalkanku. Kontolku segera tercabut dari lobang pantatnya. Dengan tubuh masih belepotan sperma dan kontol yang mulai tegak Ferdinand menuju meja belajarnya. Diteguknya air putih langsung dari teko plastik yang ada diatas meja itu. Sepertinya ia sangat kehausan setelah persetubuhan kami tadi. Aku mendatanginya. Tenggorokanku juga terasa kering. Selesai minum aku kembali ke ranjang. Duduk ditepi ranjang memandangi Ferdinand yang masih berdiri didekat meja belajar mengganti kaset nasyid dengan musik instrumental milik Kitaro. Dalam alunan musik Kitaro, Ferdinand mengusap-usap tubuh atletisnya yang belepotan sperma sambil memandangku tersenyum. Cairan kental putih itu kemudian ditebarkannya ke seluruh tubuhnya dengan telapak tangan, merata membuat tubuhnya berkilau. Aku memandanginya penuh gairah. Kontolku semakin tegak. Benar-benar indah tubuh cowok ini. Beruntung aku berkesempatan merasakan tubuhnya. Pelan ia melangkah mendatangi tempatku duduk. Ketika dekat, kurentangkan lenganku ke arahnya mencoba menggapainya, Ferdinand mengelak. Lidahnya dijulurkan mengejekku. Bocah ini benar-benar nakal rupanya. Kemudian dia mulai melakukan gerakan-gerakan erotis sambil mengelus-elus tubuhnya didepanku. Aku memandangi atraksinya. Meski agak kaku, tapi gerakan erotisnya merangsang juga. Atraksi erotis itu kemudian kami akhiri dengan persenggamaan sesi kedua. Dalam sesi kedua ini kubiarkan Ferdinand yang mengontrol keadaan. Aku digiringnya menuju kursi belajarnya yang empuk. Didudukkannya aku, kemudian berhadapan ia duduk dipangkuanku dengan kedua paha mengangkang. Kepalanya diatas kepalaku. Bibirnya mencium-cium ubun-ubunku. Kontolku dibenamkan di dalam lobang kenikmatan miliknya. Berpegangan pada sandaran kursi, Ferdinand melaju diatas tubuhku. Bergerak naik turun memompa batang kontolku didalam pantatnya yang berbulu. “Ahh...ah...ah...ah...ah...ah...ah..ahh...,” aku mengerang-erang dibuai nafsu. Basah oleh keringat yang mengucur deras, tubuh kami bergerak-gerak terus memacu birahi. Waktu terus melaju tanpa terasa. Hampir lima belas menit kami sudah kami bersenggama dalam formasi ini. Kontol besarnya yang keras menggesek perutku yang licin karena basah oleh keringat. Licin tubuhnya akibat sperma dan keringat terasa begitu nikmat ditubuhku. Ferdinand mendesah, Ferdinand mengerang, Ferdinand menggelinjang. “Oh..oh...oh..oh...oh...oh...” “Jih, bolehkah aku memasukimu juga?” tanyanya dalam desah kenikmatan. Aku mengiyakan sambil mencium dadanya. Menjilat dan mengulum putingnya yang menegang. Selanjutnya kami bertukar posisi. Aku berbaring telentang dilantai, kedua kakiku kuangkat keatas, membuka lobang pantatku untuknya. Ditindihnya tubuhku. Dadanya menahan kakiku yang terangkat. Pelan dia menyusupkan batang kontolnya kedalam celahku. Tidak terlalu susah ia menembusku. Setelah menemukan posisi yang pas mulailah Ferdinand mengayuh bahtera nafsunya diatas tubuhku. Gerakannya penuh kelembutan, namun tegas dan dalam. Pantatku ditekannya kuat-kuat saat batangnya bergerak maju menyelami celahku hingga kontolnya yang gemuk terbenam dalam dilobangku. Begitulah. Tak ada goyangan cepat yang buas. Tak ada lumatan bibir yang liar. Persetubuhan yang sangat berbeda dengan apa yang kami lakukan tadi. Tapi ini sungguh membuatku birahiku kian bergelora. Tak lama kontolku memuncratkan sperma. Barangkali inilah kali pertama aku orgasme dalam waktu yang sangat cepat. Aku kalah oleh kelembutannya. Ferdinand terus berpacu diatasku. Pun ketika kontolku masih berkedut-kedut memuntahkan sperma. Dia tersenyum. Sial, senyumannya itu seperti mengejekku. “Aku akan mengalahkanmuhh Ferhhhh,” kataku dalam erang. “Buktikanhh,” katanya lembut. Meskipun tubuhku terasa lemas karena sudah orgasme, kembali aku merespon hujamannya. Pantatku mulai kugerakkan membalas gerakannya. Lembut. Sesekali berputar, memilin batang kontolnya. Ferdinand mulai kelabakan oleh gerakanku. Ciumannya mulai liar. Deru nafasnya terasa bertambah keras. Dia mulai terpengaruh tempo permainanku. Pantatnya bergerak semakin cepat. Dia mulai kehilangan kendali. Aku bergerak memutar semakin liar. Pantatku menghentak-hentak keatas. Menekan kontolnya. Meremas batangnya. “Ohh..oh...oh...oh..oh..oh..oh..oh...oh...,” nafasnya tak dapat dikontrolnya lagi. Hujamannya semakin cepat, bertambah cepat. Tak tentu arah. Alunan musik Kitaro pun semakin cepat. “Ohhhohhhhhhhhhhhh...............,” spermanya muncrat membasahi dinding rongga pantatku. Menyemprot keras. Ferdinand berkelojotan. Mulutnya mencium dadaku buas. Pantatnya menghentak-hentak setiap kali semburan. Selanjutnya dia terbaring lemas tak berdaya diatas tubuhku. Debar dadanya yang bergemuruh dapat kurasakan diatas dadaku. Dalam lemasnya, kupacu birahiku. Aku ingin merasakan orgasme sekali lagi. Batang kontolku kugesek-gesekkan di perutnya yang licin oleh keringat dan sperma kami. Jembutku menggelitik otot perutnya yang terlatih. Dalam semburan yang tidak sebanyak orgasme tadi kumuntahkan spermaku kembali, membasahi perutnya dan perutku. Pukul 10 malam aku kembali ke rumah. Ferdinand mencoba menahanku untuk menginap saja dirumahnya. Tapi aku menolaknya. Majikanku baru saja kembali dari Australia, tidak enak rasanya bila aku tak pulang ke rumah. “Ji, terimakasih ya,” kata Ferdinand, bibirnya kemudian ditautkannya dengan bibirku. “Tolong rahasiakan hal ini,” katanya memohon. Aku mengangguk pasti. Tak ada manfaatnya membuka rahasia orang. Menyebabkan diri menjadi sasaran kebencian. Apalagi rahasia seperti ini. Tak usah diminta olehnyapun, aku pasti akan merahasiakannya. “Kapan-kapan aku pengen lagi, masih boleh gak Fer? Lobang pantatmu membuatku gila,” kataku dalam senyum jenaka. Ferdinand mencubit pinggangku sambil menjulurkan lidahnya. Bersambung.............

###

47 Gay Erotic Stories from Rangga

Ada Yang Baru

Banyak yang mengirimkan imel ke gua. Selain ngajak berkenalan banyak yang menanyakan kenapa gua gak menulis lagi di MOTN. Menjawab pertanyaan itu dalam kesempatan ini gua mau sampaikan bahwa gua sedang merampungkan sekuel Petualangan Aji. Butuh waktu yang lumayan lama juga buat gua untuk merampungkan tulisan itu. Kenapa lama? Karena gua pengen sekuel ini berbeda dari kisah pertamanya

Aladin (01)

Zaman dahulu kala di Negeri Cina tinggallah seorang pemuda miskin Aladin namanya. Kemiskinannya membuat Aladin melakukan segala hal untuk menghidupi dirinya bersama dengan ibunya yang sudah tua renta. Kadangkala Aladin mengemis di pasar, menjadi kuli membantu para pedagang mengangkat barang dagangan mereka, dan juga mencuri. Sesungguhnya Aladin adalah pemuda yang baik. Kalau sangat tidak

Aladin (02)

“Pamanku benar-benar jahat,” batin Aladin. Ia terduduk sendiri merenungi nasibnya. Kini ia terkurung di dalam tanah bersama harta karun yang melimpah. Sementara sang paman meninggalkannya. Aladin memandangi harta karun di dalam kantong. Sebuah lampu yang terbuat dari emas tertangkap pandangannya. Aladin segera mengambil lampu itu. Ia berniat memindahkan api dari obornya ke sumbu lampu itu.

Aladin (03)

“Benar juga katamu itu Jafar. Wahai pemuda apakah tempat tinggalmu semegah istanaku ini?” tanya raja. “Tuanku, jika hamba memiliki tempat tinggal semegah tuanku, itu artinya hamba tidak menghormati tuanku raja. Namun demikian tempat tinggal hamba cukup megah tuanku. Tuanku raja dan Putri Jasmin hamba undang untuk melihat tempat tinggal hamba besok,” sahut Aladin mantap. Ibu Aladin dan Ali

Antara Mas Donny dan Justin

Cerita ini sangat berbeda dari cerita yang biasanya gue bikin. Bisa dibilang nyeleneh. Gak tau apa yang suka baca cerita di situs ini suka. Mas Donny ada-ada aja deh. Masak dia memintaku ngentot dengan si Justin, mahasiswa yang kos di rumah kami? Ngawur kan. Tapi aku juga ngawur. Kenapa? Karena aku mau aja melaksanakan apa yang disuruhnya itu. Gimana aku mau nolak? Habisnya ngentot itu enak

BBS Eksekutif Muda

“Beeeppppppp…………..,” “Beeeppppppp…………..,” “Beeeppppppp…………..,” Suara ponsel yang diset getar berulang-ulang berbunyi diatas meja. Tak ada yang menjawab. Suara erangan memenuhi ruangan kamar hotel yang tidak terlalu luas itu. Dua pria muda sedang sibuk memacu birahi diatas ranjang empuk yang berderak-deraj. “Oh… oh.. oh.. oh.. oh.. yeshh.. yesshh… oh… oh..,” “Hoh..hoshh..hohh..

Behind The Scenes

Prolog Ini cerita tentang Ananditya Tama. Lebih sering dipanggil Aditya. Umur 22 tahun, lulusan D3 Perhotelan dari sebuah Akademi Pariwisata di Jakarta. Anak kedua dari tiga orang bersaudara yang semuanya cowok. Ayah turunan Pakistan dan ibu Sunda asli. Ganteng sudah pasti. Kulit putih bersih, dengan postur tubuh proporsional. Ramping namun atletis. Tinggi 179 cm dan berat 65 kilogram. Sempat

Behind The Scenes, Part 2

Pengantar. Ternyata MOTN tidak memuat seluruh cerita yang saya submitted kemaren. Untuk membuat anda-anda tidak penasaran, ini kelanjutannya. “Mengapa tadi teman-teman gue bisa enjoy melakukannya ya?” tanya Aditya. “Mungkin mereka benar-benar bisa rileks. Sementara kamu tidak,” kata Martin. “Apa memang begitu Rhin?” tanya Aditya pada Rhino yang sedang berdiri menontonnya dari jarak yang

Cerita Remaja (3)

BAB II NAKALNYA MAMA ANDRE Minggu pagi yang cerah. Andre sarapan berdua saja dengan mamanya di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi makan siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul bersama di

Cerita Remaja (4)

Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah mamanya dan Mas Dharma sang

Cerita Remaja (5)

BAB III ANAK-ANAK BASKET Meskipun bukan anggota basket, tapi Calvin kini tak asing lagi dengan komunitas itu. Pergaulan anak-anak basket yang terkenal sangat eksklusif di SMU Dwi Warna dapat dimasuki olehnya. Ini semua berawal dari ajakan Andre untuk menyaksikan latihan basket di sekolah. Setelah mendengar cerita Andre tentang kedoyanan anak-anak basket pada memek cewek dan silit cowok

Dibooking Andre

Beginilah nasibku. Aku jelas-jelas bukan homo. Apalagi banci. Butuh uang untuk hidup membuatku terjebak dalam dunia pelacur waria kayak gini. Setiap hari pakai baju perempuan, nongkrong di pinggir jalan menanti laki-laki yang memiliki orientasi seksual menyimpang atau sekadar pengen coba-coba, membookingku. Si Misye, alias Misno, teman sekamar sekaligus seprofesiku jelas waria asli. Bencong

Enak Dibaca dan Nafsuin!

Ingat slogan majalah Tempo? Mudah-mudahan masih ada yang inget. Buat yang gak inget atau malah gak pernah denger sama sekali, nih gue kasih tau, slogannya adalah, “Enak dibaca dan perlu”. Nah, judul tulisan diatas adalah plesetan dari slogan ini. Gue bikin judul seperti itu karena tulisan berikut ini isinya mengulas judul tersebut. Kali ini gue gak menulis cerita seperti biasanya. Tulisan gue

Harry Fucker dan Ruang Ganti Rahasia (1)

Kereta api sihir yang berangkat dari peron 9 ½ di London akhirnya tiba di Hogwart. Suaranya desis kereta yang keras dan nyaring tak mampu mengalahkan nyaringnya celotehan para murid di tingkat kedua sekolah sihir itu. Bertemu kembali dengan teman sekamar di asrama rupanya membuat mereka tak sabar untuk saling bercerita tentang pengalaman liburan masing-masing. Harry tersenyum-senyum melihat

Kok Bisa Gitu Sih?

Namaku Dika. Aku mau cerita tentang kejadian yang pernah ku alami waktu aku duduk di kelas tiga SD dulu. Umurku belum sampai sepuluh tahun waktu itu. Jangan salah sangka dulu lho. Ini kejadian bukan tentang diriku. Tapi tentang orang yang sangat kuhormati. Aku adalah anak pertama dari papa dan mamaku yang asli turunan Sunda. Papaku, Dadang Sukmana, adalah seorang karyawan swasta di sebuah

Menjelang Pernikahan Mas Randy

"Ndre, abis sekolahan langsung balik ya, jangan kemana-mana lagi" pesan Nyonya Vera pada anaknya, Andre, yang masih duduk di kelas 3 SLTP melalui hand phone. "Kenapa emangnya Ma?" tanya Andre. "Thomas gak ada temennya tuh di rumah. Mama dan dan Tante Serly mau belanja untuk kebutuhan pesta Mas Randy nih," "Lho, kan ada Papa dan Om Darwin di rumah," sambung Andre lagi. "Papa dan Om

Menjelang Pernikahan Mas Randy (2)

Acara pemberkatan pernikahan Mas Randy akan dilangsungkan di gereja pukul sepuluh pagi ini. Andre melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, masih pukul delapan, tapi mamanya sudah sibuk menyuruhnya dan Thomas untuk bersiap-siap sejak pukul tujuh tadi. “Ayo jas hitamnya dipakai sekarang. Kalian kan pengiring pengantin prianya. Kalo gak siap-siap dari sekarang entar repot deh. Ayo dong,

Pandu dan Ricky dan Aku

“Bang, tolong jemput mereka sore ini ke bandara ya, soalnya mereka gak ngerti Jakarta tuh,” kata Dina, adik perempuanku semata wayang melalui telepon tadi pagi. Yang dimaksudnya dengan mereka itu adalah Pandu dan Ricky dua temannya waktu di SMU kemaren. kalo yang namanya Pandu bukan hanya sekadar teman buat Dina, adikku itu. denger-denger sih mereka pacaran sampai sekarang. Makanya Dina jadi

Pangeran Tidur

Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah negeri bernama Antah Berada Dimana. Negeri yang makmur dan damai, diperintah oleh seorang raja muda gagah perkasa didampingi oleh permaisurinya yang cantik jelita. Sang raja memerintah dengan penuh keadilan dan bijaksana. Sedemikian makmur dan damainya negeri itu, hingga batangan emas yang tergeletak di tepi jalan pun tak ada yang mengambilnya.

Pangeran Tidur, Part 2

Pengantar. MOTN lagi ngadat ya, gak bisa memuat seluruh cerita saya. Ini lanjutannya supaya elo gak penasaran. “Siapa engkau?!” tanya Pangeran William. Ia sangat terkejut melihat perubahan gadis cantik yang tadi ditolongnya menjadi seorang laki-laki tampan bertubuh kekar dengan busana transparan yang memamerkan keperkasaan tubuhnya. “Aku adalah seorang peri. Aku tadi sengaja untuk

Pesta Bujangan Untuk Randy

Cerita ini adalah Prequel dari cerita Menjelang Pernikahan Mas Randy. Sepulang dari kantornya di bilangan Sudirman, Randy menyempatkan menjemput Tania, calon istrinya, yang bekerja di kawasan Kuningan. Mereka memang janjian untuk ke club kebugaran sepulang kerja. Melatih otot-otot tubuh sambil menantikan kemacetan di jalanan Jakarta usai. Keduanya memang rajin ke club kebugaran. Karenanya

Petualangan Aji 2, Part 1

1 Akhir April 1998. Suntuk! Semua tugas kuliahku yang sebarek-abrek belum satupun kukerjakan. Aku betul-betul disibukkan dengan segala macam aksi demonstrasi seiring dengan situasi politik yang semakin memanas sejak krisis moneter melanda Indonesia Juli 1997 lalu. Sebagai aktivis mahasiswa tentu saja tak pernah kulewatkan berbagai aksi turun ke jalan yang kami lakukan. Aksi-aksi ini telah

Petualangan Aji 2, Part 15

25 “Kami akan melaporkan perbuatan kalian ini!” kata Romi tegas. Suaranya tetap pelan. Matanya tak lepas menatap batang kami bergantian, pun anggota regunya itu. “Jangan Mas,” kataku memohon. Bram dan Irfan ketakutan. “Kami bersedia memberikan apa saja yang Mas minta asal jangan melaporkan hal ini,” aku segera berjalan menuju celana panjangku. Mencari dompetku. Setelah ketemu segera

Petualangan Aji 2, Part 16

26 “Ndri, giliran kamu,” kata Romi, tangaannya menarik resleting celananya ke atas. Romi kini sudah berpakaian rapi kembali. Sementara Andri kulihat segera melepaskan seluruh pakaian yang dikenakannya belum lagi kata-kata Romi usai seluruhnya. Dia benar-benar sudah tidak sabar menunggu giliran rupanya. Kami bertiga berdiri telanjang bulat memandangi Andri yang kini sudah bugil total di hadapan

Petualangan Aji 2, Part 17

27 Hampir pukul 3 dini hari ketika kami menyelesaikan persenggamaan itu. Setelah menggenakan pakaian, kami berlima kembali ke tempat masing-masing. Romi dan Andri kembali ke pos jaganya. Sedangkan aku, Bram dan Irfan kembali ke lobby. “Kapan-kapan kita ulangi lagi ya,” kata Romi saat kami berpisah. “Boleh Mas,” jawab kami bertiga serempak. Cengiran mesum terbentuk di bibir kami. Andri juga

Petualangan Aji 2, Part 18

29 Kedua tanganku mencengkeram bongkahan pantat Zaki dengan erat. Kepalaku bergerak-gerak, kadang maju mundur kadang berputar-putar tepat di depan selangkangan Zaki. Batang kontol besar dan panjang milik Zaki, keluar masuk mulutku. Pipiku mengempot menyedot-nyedot batang itu. Batangnya tidak bisa kumasukkan kedalam mulutku seluruhnya. Meski sudah kupaksakan, hanya sekitar ¾ nya saja yang bisa

Petualangan Aji 2, Part 19

31 “Capek Zak?” bisikku lembut di telinga Zaki. Ia masih menelungkup diatasku. “Iyah,” jawabnya pelan. “Puas?” tanyaku lagi. “Iya Ji, gak nyangka kalo ngentot dengan kamu enak banget,” “O ya?” “Iyah, tau enaknya kayak gini, sejak kemaren-kemaren aku udah ngajak ngentot dengan kamu,” katanya. Bibirku diciumnya. Kubalas ciumannya. Kami berciuman dengan buas. Saling melumat. Sambil

Petualangan Aji 2, Part 2

3 Didepan kami kini terpampang adegan oral sex yang dilakukan oleh sang cewek kepada sang cowok. Mulut kedua cewek itu begitu lihai menyelomoti kontol sang cowok. Kudengar sang cowok mulai mengerang-erang keenakan. Selanjutnya dengan posisi doggy style menghadap ke penonton sang cowok mengentot sang cewek. Rintihan, erangan, desah nafas mereka memenuhi ruangan. Sambil mengentot begitu sang

Petualangan Aji 2, Part 20

33 Epilog Pagi Hari di awal bulan Januari 2003. Aku sedang asik menonton berita di Liputan 6 Pagi, sambil minum kopi dan makan roti berselai coklat. Hampir lima tahun sejak jatuhnya Suharto, 21 Mei 1998 lalu, kembali mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa besar. Meskipun belum sebesar Tahun 1998 itu. Unjuk rasa yang kini dilakukan oleh junior-juniorku ini, mengingatkanku akan masa-masa indah

Petualangan Aji 2, Part 3

6 Pukul satu siang aku kembali ngumpul dengan teman-temanku sesama aktivis mahasiswa yang disebut Zaki kelompok nasionalis itu. Kami berkumpul di salah satu ruangan kampus. Kami akan mematangkan rencana acara orasi politik yang telah kami audiensikan dengan Dekan tadi pagi. Ketika aku datang seluruh anggota tim sukses acara telah hadir dan sedang serius membicarakan sesuatu. Aku segera duduk di

Petualangan Aji 2, Part 4

9 Hampir setengah jam aku bermain-main di lobang kenikmatan Bram. Berbagai jurus sudah kukeluarkan. Menjilat, menghisap, menyedot, menyelip-nyelipkan lidahku ke lobangnya yang sempit bahkan menyodok-nyodokkan jariku disana. Bram benar-benar keenakan dengan aksiku. Pantatnya bergoyang-goyang dan sekali-kali menekan mukaku. Kontolnya sudah tegak penuh dalam genggaman tanganku yang tak pernah

Petualangan Aji 2, Part 5

11 Pukul 7 pagi. Bunyi nyaring jam beker membangunkanku. Ahhhhh......aku menggeliat dengan tubuh telanjang bulat di tempat tidur. Aku memang suka tidur tanpa menggenakan busana selembar pun. Rasanya bebas. Ahhhh........kembali aku menggeliat, badanku terasa segar pagi ini. Tidur nyenyak mengembalikan staminaku yang semalam terkuras akibat “perang tanding” dengan Bram. Hehe. Dengan kontol

Petualangan Aji 2, Part 6

13 Tengah hari. “Kenapa sih kamu itu kalo kencing gak mau jongkok Ji?” sebuah suara yang sangat kukenal menegurku dari belakang. Suara Zaki. Aku menoleh padanya. Saat itu aku sedang kencing berdiri di kamar mandi. Tanganku menggenggam batang kontolku yang sedang mengeluarkan air kencing di water closet. “Eh, kamu Zak,” aku hanya nyengir mendengar komentarnya. Dia memang tak pernah bosan

Petualangan Aji 2, Part 7

15 “Ärghhhhhhhhh........” aku melenguh keras diatas tubuh telanjang Mas Doni yang berbaring telentang dibawahku. Kedua pahanya terkuak lebar mengangkang. Baru saja kusemburkan spermaku ke dalam lobang pantatnya yang empuk dan penuh dengan bulu-bulu halus. Setelah pembicaraan yang cukup mengagetkan tentang kakak beradik ini, kusenggamai Mas Doni dengan berbagai gaya. Mulai dari gaya duduk,

Petualangan Aji 2, Part 8

16 “Mashhh, Mashh......aku pengen keluarhhhhh,” desah Jono. Tubuhnya mulai menggeletar. Dibawah sana Mas Doni sedang asik bersilat lidah dengan batang kontolnya. Berbagai jurus oral yang diketahui Mas Doni sudah dipraktekkannya menyerang titik-titik kelemahan batang Jono. Sementara dari atas aku terus menggempur dada dan puting susunya. Rupanya Jono sudah tak mampu bertahan lagi akibat serangan

Petualangan Aji 2, Part 9

18 Pekan-pekan pertama di bulan Mei 1998. Tit, tit. Suara klakson mobilku mengagetkan Sony yang sedang duduk serius menonton televisi di ruang satpam. Saking seriusnya menonton dia tidak menyadari kalau aku sudah mengamatinya hampir dua menit dari jendela mobilku. Satpam satu ini gak kalah menarik dibanding si Jono. Kapan ya kurealisasikan rencanaku ngerjain dia seperti si Jono. Hehe. “Eh,

Petualangan Aji 2, Part10

19 Dengan perlahan kulepaskan kancing baju koko Ferdinand satu persatu. Dipejamkannya matanya, tak berani memandangku. Berdua kami berdiri berhadapan. Tubuhku sudah telanjang bulat sejak tadi dengan kontol mengacung tegak. Kami berada dalam kamarnya yang tidak terlalu luas dibandingkan dengan kamarku. Setelah mendengar pengakuannya yang diringi sedu sedan, kupacu mobilku menuju rumahnya. Dalam

Petualangan Aji 2, Part11

21 Pertengahan bulan Mei 1998. Jakarta rusuh. Pemicunya adalah kematian empat mahasiswa Trisakti saat unjuk rasa. Sayang sekali, keempatnya masih muda. Masyarakat marah. Masyarakat muak. Penjarahan dimana-mana. Kebencian pada etnis Cina menjalar. Toko-toko milik si mata sipit diserbu masyarakat. Barang-barang diambili. Beberapa gedung dibakar oleh massa yang marah. Papan bertuliskan “Milik

Petualangan Aji 2, Part12

Akhirnya aku baru tiba di kampus pukul 9 malam. Segera aku menemui teman-temanku di salah satu ruangan kampus, base camp kelompok kami. Aku hanya nyengir ketika teman-teman nasionalisku “marah-marah” padaku. Terutama si Yuda sang ketua. Katanya aku tidak tepat janji. Brifing untuk persiapan aksi besok sudah usai sejak satu jam yang lalu. Mau apalagi, kudengarkan saja “kemarahan” mereka, memang

Petualangan Aji 2, Part13

22 19 Mei 1998. Aksi kemaren sore benar-benar seru. Setelah didatangi dan didesak terus menerus oleh mahasiswa, akhirnya, pimpinan DPR dikomandani Harmoko mengeluarkan pernyataan yang mengagetkan. Mereka menyerukan kepada Suharto agar secara legowo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden. Meskipun pernyataan itu terasa menggelikan, karena sebelumnya Harmokolah orang yang paling

Petualangan Aji 2, Part14

24 Subuh, 20 Mei 1998. Seharusnya hari ini ada acara di Monas. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang digagas oleh Amien Rais. Puluhan ribu mahasiswa dan masyarakat sudah siap untuk menghadiri acara itu. Perkembangan politik yang semakin memanas, memaksa Amien Rais untuk membatalkan acara. Desas-desus yang terdengar di kalangan mahasiswa adalah, bila acara tersebut tetap dilaksanakan,

Pondok Jejaka

Satu Usaha keras Yuda selama ini akhirnya membuahkan hasil juga. Dengan wajah sumringah ia menunjukkan namanya yang mejeng diantara nama-nama lain yang dinyatakan lulus SPMB pada kedua orang tuanya. Di Fakultas Teknik Elektro salah satu universitas negeri favorit di Depok. “Yuda lulus ma, pa,” katanya pada kedua orang tuanya. “Anak mama memang pinter deh,” sahut sang mama sambil

Seleksi Tim Volly

Daripada setiap hari sabtu dan minggu molor di kos-kosan karena gak ada kegiatan perkuliahan, Indra akhirnya mutusin ikut dalam club volly yang ada dikampusnya. Kebetulan semester ini ada rekrutmen anggota baru. Semester lalu Indra memang mutusin untuk full kegiatan akademik karena masa itu awal ia kuliah setelah lulus SMU. Saat itu ia tak ingin diganggu dengan segala tetek bengek selain kegiatan

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, 2

Menjelang tengah hari, kami tiba di Kota Gomorah. Dari celah sedekup aku mengintip ke luar. Seperti yang pernah di ceritakan oleh Noakh padaku, Gomorah memang sangat ramai. Kata Noakh, sama ramainya dengan Kota Sodom. Sejak kecil, aku memang belum pernah keluar dari desaku. Mendengar cerita Noakh tentang dua kota itu, membuatku punya keinginan untuk mengunjunginya. Namun bukan kunjungan seperti

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, Part 3

Tiga batang kontol yang semuanya berukuran besar, milik Habel, Moab, dan Kenan mengacung tegak di depan mukaku. Setelah berhasil membuatku orgasme tadi, kini mereka menyuruhku untuk menghisap batang kontol milik mereka bergantian. “Aku tak pernah melakukannya. Aku tak bisa, aku tak mau” tolakku. Tiba-tiba aku teringat pada kekasihku. “Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri melakukan hal

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, Part 4

Enokh tidak jadi memperjakaiku malam itu. Ia hanya memintaku untuk mengoral kontolnya hingga orgasme. Aku sangat bersyukur, malam itu keperjakaanku tak perlu terenggut. Sambil melepas lelah seusai orgasmenya tuntas, dia bercerita tentang ketujuh putranya yang diperolehnya dari tiga orang istrinya padaku. Aku mendengarkan saja. Dia mengatakan padaku, bahwa keperjakaanku akan diserahkannya pada

Simpanan Mama

Mamaku itu emang hebat. Diusianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan papaku setahun yang lalu. Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan,

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story