Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Diperkosa Dua Orang Pelatih

by Bagus Errwynn


Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya. Barangkali itulah bedanya aku dengan yang lain. Karena itulah aku sangat menikmati pendidikan militer yang kalau aku boleh jujur adalah keras, sadis, dan kejam, tapi jantan sekali! Kesenanganku akan bidang militer dan kehidupan militer membuatku sangat mudah menyesuaikan diri dalam kehidupan yang berat dan berdisiplin ketat itu. Apalagi aku dikaruniai otak yang lumayan cerdas, wajah yang (kata orang) ganteng, dan fisik yang kuat dan lincah. Aku merasa sangat berbakat di bidang militer. Oleh karena itu tidak heran jika angka-angkaku selama di akademi militer sangat bagus. Karena itulah aku sering diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas sebagai pemimpin atau komandan bagi sesama Kadet (Taruna). Tetapi waktu Capratar (Calon Prajurit Taruna, tiga bulan pertama masa pendidikan) karena wajahku yang ganteng, tubuhku yang atletis dan berotot, serta daya tahanku yang kuat, aku sering sekali jadi obyek penyiksaan Taruna Senior dan Pelatih. Semuanya itu aku hadapi dengan tabah!. Di beberapa bagian tubuhku masih ada bekas lecet atau parut bekas luka, sebagai kenang-kenangan atau "tanda-tangan" para senior yang sadis-sadis itu. Bahkan di paha kiriku ada lambang akademi militer yang tidak bisa hilang. Karena waktu jadi Capratar, paha kiriku pernah dicap dengan besi panas yang diberi tinta hitam dan bergambar lambang akademi militer oleh beberapa Taruna Senior yang sadis! Semua siksaan selama Masa Capratar yang luar biasa sadisnya aku hadapi dengan gembira penuh ketabahan. Tetapi sampai sekarang aku tak dapat melupakan apa yang dilakukan oleh dua orang Pelatih yang berpangkat Perwira. Keduanya berasal dari angkatan yang berbeda. Pelatih di akademi militer (waktu itu) gabungan dari berbagai angkatan di negara kami (sekali lagi kukatakan, tak perlu kusebut negara mana). Yang seorang berpangkat Letnan Satu (Lettu) yang satu Letnan Dua (Letda). Untuk menghormati kedua Pelatih itu, sebut saja yang satu Lettu Jerry dan satu lagi Letda Gerry. Lettu Jerry berkulit terang, berwajah lumayan ganteng dengan tubuh atletis. Dia sangat tegas, keras dan berdisiplin. Kalau menghajar Capratar dengan pecutnya selalu dilakukan dengan alasan yang jelas, tidak pernah dicari-cari. Tetapi lecutan cemetinya selalu diayunkan dengan kekuatan sepenuh tubuhnya yang berotot itu sehingga kalau kena kulit Capratar pasti menghasilkan lecet dan pasti berdarah!. Demikan juga, perintahnya tidak pernah berubah. Kalau harus push up 200 kali, harus dipenuhi, kalau perlu sampai Capratar pingsan. Kami semua takut sekali dengan Letnan Jerry. Karena matanya yang tajam sorotannya itu sangat jeli melihat pelanggaran Capratar. Apalagi jika dia sedang piket. Sebagai contoh, berdiri kurang tegap saja, kalau ketahuan Lettu Jerry pasti kena hajar. Ataukah digampar sampai bibir pecah. Atau kalau kebetulan dia sedang memegang cambuk dan si Capratar sedang telanjang dada atau telanjang bulat, pasti dihajar pakai cemeti sampai punggung lecet-lecet. Yang pasti semua pelanggaran yang sekecil apa pun akan dihukum dengan serius dan sadis. Wajahnya yang ganteng itu, selalu kaku dan di hadapan kami tak pernah senyum. Diam-diam aku kagum sekali pada Lettu Jerry. Sayang sekali, karena aku selalu bersikap correct, aku belum pernah menikmati lecutannya yang terkenal keras dan pedih sekali itu. Tapi, kadang-kadang dia aku dapati sedang mencuri pandang memperhatikan aku. Kupikir mungkin dia sedang mencari kesempatan menghajar atau menghukum aku. Hal ini membikin aku tambah hati-hati. Berbeda dengan pelatih-pelatih yang lain yang jika menghajar dan menyiksa Capratar hanya untuk kepuasan nafsu sadis mereka. Dengan alasan yang dibuat-buat atau dicari-cari. Sehingga, tidak ada gunanya berhati-hati. Toh mereka pasti akan berhasil menemukan "kesalahan" untuk bisa menghukum dan menyiksa dengan cara-cara yang sangat kejam. Jika kami Capratar berhati-hati terutama bukan supaya tidak dihukum atau tidak disiksa. Tetapi lebih banyak untuk mengurangi luka, lecet, lebam atau lepuh di tubuh kami akibat hajaran Pelatih dan Taruna Senior. Sebab, toh memang kami harus dan akan sering disiksa untuk memperkuat mental kami agar jadi tanggon (tangguh)!. Di antara kelompok pelatih macam ini ada Letda Gerry. Walaupun dia lumayan ganteng dan berotot tapi tidak semenarik Lettu Jerry. Dia juga terkenal sadis. Tapi jika menyiksa cenderung seksual. Misalnya menyundut rambut kemaluan atau biji kemaluan dengan rokok, menyuruh Capratar mencabuti rambut kemaluannya sendiri atau menyundut batang kemaluan Capratar dengan penyengat listrik, memaksa Capratar onani dengan balsem. Bahkan seorang Capratar pernah disiksa setengah mati, lalu ia masih memasukkan logam ke dalam lubang batang kemaluan Capratar tadi. Kepada Capratar lain ia pernah juga memasukkan dildo (penis buatan) berduri ke lubang pantatnya. Capratar lain lagi, yang belum disunat, waktu melakukan pelanggaran ringan, bahkan kulupnya ditarik ke depan lalu digunting sampai terpotong dan darahnya muncrat ke mana-mana. Dengan darah berceceran dari luka guntingan itu, si Capratar disuruh berobat dan menyempurnakan sunatannya di klinik. Tapi, anehnya, Letda Gerry tidak pernah menjadikan aku sasaran penyiksaannya. Demikianlah kejadiannya, sampai pada suatu sore aku baru selesai mandi bersama beberapa Capratar. Untuk mandi Capratar, ada bangsal mandi besar yang beratap tetapi tidak berdinding. Di dalamnya ada puluhan shower. Semua Capratar jika masuk bangsal mandi harus telanjang bulat dan tidak boleh membawa handuk. Untuk mengeringkan badan dengan handuk ada ruangan tersendiri. Ruangan itu berdinding tapi tidak berpintu dan disitu pun Capratar harus telanjang bulat. Tidak boleh menutup-nutupi badan atau kemaluannya dengan handuk. Di belakang bangsal pengeringan ada jalan yang bisa dilalui mobil dan kadang-kadang ada mobil yang parkir di situ. Sore itu bangsal pengeringan sudah kosong, aku baru selesai mengeringkan badan. Tiba-tiba saja Lettu Gerry muncul berseragam. Aku tegak menghormat,dia memerintahkan aku keluar bangsal dan masuk sebuah mobil yang parkir di luar. Aku masih ingat mobil militer itu sebuah Toyota Hard Top. Masih telanjang bulat aku disuruh masuk dari pintu belakang dan duduk di lantai mobil. Aku menurut dan tidak bertanya apa-apa. Waktu Capratar kami sangat biasa diperlakukan seperti budak belian atau seperti binatang oleh Pelatih dan Taruna Senior. Lalu Lettu Jerry menjalankan mobil ke suatu tempat sepi di kompleks akademi. Di situ aku dipaksa ke luar mobil dan dipaksa melayani nafsunya di rerumputan. Hari sudah mulai gelap dan tempat itu terpencil. Angin bertiup agak kencang sehingga tidak ada nyamuk. Lettu Jerry melepaskan pakaiannya telanjang bulat lalu aku disuruh menghisap kemaluannya yang ternyata sebesar kontol kuda. Aku juga dipaksa menjilati pantatnya. Lalu aku disodomi sampai pantatku terasa perih sekali dan berdarah. Belum puas, dia mendorong aku sampai terlentang lalu mengencingi aku sambil berdiri. Bahkan ia memaksa aku membuka mulut untuk menampung air kencingnya. Aku dipaksa minum air kencingnya! Setelah itu ia memasang borgol di tangan dan kakiku seperti yang biasa dilakukan di kamar siksa. Tiba-tiba aku mendengar orang lain datang dari semak-semak. Aku tidak tahu siapa itu. Orang itu pun memaksa aku menghisap batang kemaluanya sampai terpancar air mani. Air maninya belepotan di mulut dan wajahku. Lalu dengan kasar ia membalikkan tubuhku yang terborgol dan memaksa aku nungging. Ketika aku membangkang, dia menghajar pahaku dengan tamparan keras dan membentak "NURUT, KAMU" dari suaranya aku jadi tahu itu Letda Gerry. Aku menyerah dan dia mulai menyodomi aku dengan kasar. Setelah puas ia tidak minta dijilat pantatnya atau mengencingi aku. Dia langsung masuk semak-semak lagi. Sementara itu, Letda Jerry sudah berpakaian dan memaksa aku dengan kasar masuk mobil. Aku dibawa ke garasi mobil, dan disana aku disiram dengan air dari selang yang dihubungkan denagn keran air pencuci mobil. Mungkin untuk menghilangkan bau kencing Letda Jerry!. Lalu aku dibawa ke kamar siksa. Di sana sudah ada Letda Gerry yang memegang cemeti, bertelanjang dada. Dalam keadaan terborgol dan telanjang bulat aku dihajar beberapa kali dengan lecutan cemeti sampai tubuhku lecet-lecet berdarah. Lalu borgol dibuka dengan kunci yang ada di saku celana Letda Gerry, kemudian aku disuruh berobat ke klinik dan kembali ke asrama. Tindakan ini untuk menghilangkan jejak. Dengan mudah aku bisa dikatakan baru melakukan pelanggaran disiplin (bisa dikarang apa saja!), kemudian dihukum di kamar siksa. Karena babak belur disuruh berobat ke klinik. Aku berdiri sempoyongan karena baru dihajar dengan cemeti dan shock mental karena baru diperkosa dua orang pelatih kekar. Aku berjalan ke klinik dalam keadaan telanjang bulat dan penuh lecet hasil lecutan cemeti Letda Gerry. Aku tidak pernah menceritakan kejadian ini kepada siapa pun. Setelah kejadian itu, kedua pelatih tidak pernah muncul lagi. Kabarnya mereka kembali ke kesatuan masing-masing karena mendapat tugas baru. Aku sama sekali tidak marah, malu atau dendam dengan kejadian ini. Aku bahkan sangat menikmati perkosaan itu!. Aku berharap kapan-kapan bisa diperkosa lagi oleh sesama laki-laki. Kalau bisa diperkosa oleh perwira yang gagah, ganteng, dan sadis seperti keduanya! Asyik bukan!?

###

17 Gay Erotic Stories from Bagus Errwynn

A Test Of The Endurance Towards Pain

Is it true that a soldier must be able to endure severe pain? So that the training must also include how to deal with pain? But the instructors create a torture that create pain like hell! Temanku Johann terpilih jadi Komandan Capratar. Karena memang dia punya banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan Capratar lain. Capratar atau Calon Prajurit Taruna adalah sebutan untuk Taruna

A Wonderful And Heavenly Time With Arief

To share the room with Arief in Australia was such an enjoyable and heavenly experience in my life. Sudah sejak lama aku tertarik kepada Arief (M. Arief S. Suditomo) seorang penyiar berita di TV. Tetapi, para pembaca yang terhormat perlu ingat bahwa ada ribuan penyiar bernama seperti itu. Jika ada persamaan dengan nama seseorang, tentulah itu semata-mata suatu kebetulan atau

Come Across A Celebrity

I have never imagined that one day I will be able to know him in person and much more to enjoy and to taste his body. Aku adalah seorang manajer gedung pencakar langit. Gedung itu milik suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang property. Karena letaknya strategis dan rancangan serta lay out-nya menarik, gedung itu sering dijadikan tempat shooting untuk iklan, video clips maupun

Diperkosa Dua Orang Pelatih

Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya.

Hanya Karena Terlambat Melapor

Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum

Jeffry My Best Friend

This is what happened during my cadet days in the Military Academy. Pengalaman ini aku alami sewaktu aku masih menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer di suatu negara yang tidak perlu aku sebutkan. Pada masa itu, sangat lazim bahwa kekejaman diterapkan kepada kami para Taruna. Apakah sekarang cara-cara sadis dalam pendidikan militer masih diterapkan di negara tersebut, aku tidak

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin. Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku

My Father's Aide De Camps

Ayahku seorang perwira tinggi suatu angkatan yang tak perlu aku sebutkan di negara mana. Sebagai pejabat militer penting dengan pangkat berbintang-bintang dia didampingi seorang ajudan, namanya Jeffri berpangkat Letnan Satu. Ajudan dalam Bahasa Inggris disebut ADC atau Aide De Camps. Tugas ajudan adalah melancarkan pekerjaan dari pejabat yang didampingi termasuk mengatur waktu dan

My Terrible Experience as Cadet

The terrible thing to be a cadet is that the instructors or the senior cadets always have good reasons to punish, either for minor infractions or just for reasons they just make it up. Saat aku menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer, dampak psikologis dari perlakuan keras, kejam dan sadis terhadap Taruna nyaris tidak diperhitungkan. Apalagi masa Latihan Dasar Militer atau Masa

Swimming In A Deserted Pool

Waktu peristiwa ini terjadi, abang iparku menjabat komandan batalyon dari tentara di suatu negara (yang tak perlu kusebut nama negaranya). Asrama batalyon itu terletak di luar kota dan abangku tinggal di rumah dinas dalam kompleks asrama itu. Kalau hari libur aku sering menginap di rumah abang ipar atau kakakku itu. Mereka tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Kadang-kadang kalau

Taken Hostage By Free Aceh Movement

It was just a good luck that being a serviceman I was freed unharmed by the Aceh Free Movement men after taken hostage for almost one month. But I had to serve the needs of these men. Kejadian ini bagaikan mimpi. Ketika itu aku menyamar sebagai "orang sipil" dengan mengubah potongan rambutku, cara berpakaian, cara bersikap bahkan cara bicara. Tugasku di bidang intelijen

The Enjoyable Pain And Happiness Of A Cadet

To be a Cadet of the Military Academi was my obsession as a teenage. I was very happy when I passed the test and accepted to join the Military Academy. Really, I got what I wanted : the enjoyable pain and happiness! Dapatkah anda bayangkan apabila anda sehari-hari dikelilingi oleh pria-pria ganteng yang wajahnya mirip Donny Kesuma (yang ganteng dan atletis), Anjasmara (yang ganteng),

The High School Next To The Military Academy

Those high school students who want to become a cadet in the military academy have to attend an orientation course which is quite (sexually) impressive. Waktu aku masih bertugas sebagai instruktur di akademi militer suatu negara (yang tak perlu kusebut namanya) ada kegiatan yang disebut Orientasi Pelajar. Kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh murid laki-laki dari sekolah menengah

The Military Detention Centre

I never imagined that in this modern times a military detention centre still has a torture chamber. Aku memanggilnya Bang Jeffri karena dia kakak kelasku di Akademi Militer (tak perlu kusebut di negara mana). Kami hanya berbeda satu tahun dan aku sebetulnya cukup dekat dengan Bang Jeffri. Waktu masih jadi Taruna di Akademi Militer, Bang Jeffri termasuk Taruna Senior yang gemar

The Strange Policy In The Military Academy

The Military Academy has a strange policy of making circumcision obligatory to all of its cadets. Bagaimana sejarahnya hingga sunat (khitan atau sirkumsisi) merupakan kewajiban bagi semua Kadet atau Taruna Akademi Militer? Tidak jelas. Secara resmi dinyatakan bahwa kewajiban itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Taruna (yang kelak jadi Perwira), dan demi kesempurnaan

What Did Shellwynn Do To Johann?

How could Johann an army officer who possessed a black belt karate could not resist the sexual encounter of Shellwynn? Baik Shellwynn maupun Johann jika dilihat dari luar adalah lelaki normal. Keduanya menikah dan punya seorang anak. Penampilan dan profesi Shellwynn sangat berbeda dengan Johann. Wajah Shellwyn bernuansa Eropa, terutama karena warna kulitnya yang terang dan hidungnya

What Did They Do To Me In Captivity?

He was abducted not because of political reasons but for sexual reasons instead. His magnificent body had attracted the rebels to take him into captivity in order to take turns enjoying his big cock, ass, nipples and armpits. Abdul Rasyid, putera Aceh asli dari Blang Pidie adalah seorang mahasiswa di suatu fakultas di Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Dia bukan aktivis politik

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story