Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Hanya Karena Terlambat Melapor

by Bagus Errwynn


Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum yang lebih rendah. Di kesatuan kami (suatu pasukan elit), semua Prada belum boleh menikah sampai mereka naik pangkat jadi Prajurit Satu (Pratu) dan wajib tinggal di asrama. Karena kesatuan kami adalah pasukan tempur yang elit maka para Prada yang masuk adalah orang pilihan dari sisi kecerdasan, keterampilan, kondisi fisik dan penampilan lahiriah. Aku harus mengakui bahwa mereka umumnya lumayan ganteng. Berkat latihan fisik yang intensif yang dipaksakan kepada mereka, tubuh-tubuh mereka menjadi atletis, ketat dan berotot. Secara rutin mereka diperiksa perkembangan dan pertumbuhan fisiknya Jika ada yang dinilai kurang berotot dikumpulkan dan diberi latihan tambahan oleh perwira dan bintara yang sadis (suka mencambuki dengan cemeti waktu melatih). Sehingga mereka terus berusaha keras melatih ototnya dengan rajin sampai terbentuk. Prinsip yang dianut di kesatuan kami adalah :"Pria yang tidak berotot bukan laki-laki". Kami secara intensif melatih mereka menjadi pasukan elit yang baik, latihan tempur, membina disiplin, fisik dan mental. Untuk menegakkan disiplin dan memperkuat ketahahan mental mereka kami melakukan cara-cara Spartan yang penuh dengan hukuman, kekejaman, penghajaran dan penyiksaan!. Filosofi Korps Marinir Amerika Serikat yang menempatkan rasa sakit, pedih, dan nyeri sebagai kebanggaan korps juga kami tanamkan. Sehingga jika seorang Prajurit dihajar atau disiksa yang menimbulkan rasa nyeri hebat. Misalnya saja tubuh mereka dicambuk dengan cemeti yang ujungnya berpaku, atau paha mereka ditempeli besi membara, atau (yang belum sunat) kulupnya digunting tanpa pemati rasa, mereka harus menahan rasa nyeri itu dengan perasaan bangga akan kemampuannya sebagai tentara, Prajurit dan anggota pasukan elit dalam menahan rasa nyeri yang luar biasa itu tanpa berbunyi atau bergerak!. Untuk meningkatkan ketahanan mental mereka itulah kami para perwira dibantu bintara pimpinan mereka secara periodik memberikan latihan mental yang tidak lain adalah penyiksaan-penyiksaan yang kejam dan sadis! Untuk memberikan peluang lebih banyak bagi latihan mental mereka maka setiap pelanggaran disiplin apa pun diberi ganjaran hukuman berupa penyiksaan-penyiksaan sadis. Aku seorang perwira (yang saat cerita ini terjadi berumur 27 tahun) dan kebetulan gay serta doyan S/M (sado-masochis) sangat menikmati tugas menyiksa para Prada itu. Demikian juga teman-teman perwira lainnya. Sebagi contoh adalah apa yang dialami Prada Alex. Dia berumur 19 tahun, tinggi badannya sekitar 165 cm, tubuhnya langsing dan berotot. Kesalahan yang dibuat pada hari Minggu yang sial itu adalah, ia terlambat satu jam waktu kembali dari Izin Bermalam. Seharusnya pukul 21:00, dia baru sampai di asrama hampir pukul 22:00. Sesuai ketentuan ia langsung digelandang oleh Piket ke ruang hukuman (kamar siksa). Setiap hari Minggu malam, aku dan Komandan bertugas untuk memberikan hukuman kepada para pelanggar disiplin IB ini. Komandanku yang Letnan Kolonel orangnya gagah, tinggi, atletis, kekar dan sangat berotot. Kulitnya coklat terang dan wajahnya ganteng. Aku bangga punya Komandan segagah dan seganteng itu. Kebetulan juga dia sangat sadis dan gemar sekali menyiksa. Waktu Alex dibawa masuk kamar siksa Komandan dan aku sudah siap di dalam. Kami mengenakan seragam lapangan. Baju kami lepas, telanjang dada. Sehingga tubuh kami yang sangat kekar dan berotot dapat dilihat jelas oleh Alex. Jika Alex bukan gay dia akan keder dan ketakutan melihat kami, tapi jika dia gay, dia pasti akan langsung menyerah dan menikmati siksaan kami. Kami juga dilayani oleh dua orang Provos yang terkenal paling sadis. Mereka juga bertelanjang dada serta sangat kekar dan berotot. Ketika Alex masuk, ia langsung memberi hormat kepada Komandan dan langsung melaporkan : keterlambatannya, pelanggaran dia perbuat, bahwa dia siap untuk menjalani akibatnya (hukuman atau penyiksaan), dan ia juga mohon untuk dihukum seberat-beratnya. Rumusan laporan yang disampaikan Alex ini merupakan urutan standard yang dibuat kesatuan. Sehingga setiap siksaan yang dilakukan kepada Prada seakan-akan atas permintaan yang bersangkutan. Tanpa bertanya lebih jauh, Komandan memerintahkan Alex telanjang bulat. Setelah Alex telanjang bulat di berdiri dalam sikap sempurna di hadapan kami semua. Aku bisa melihat bahwa latihan fisik yang kami berikan cukup berhasil dan telah membikin otot-otot : dada, perut, biseps, triseps dan tungkainya lumayan bagus. Kontolnya sedikit lebih besar dari rata-rata, rambut kemaluannya (jembut) hitam, tumbuh luas dan lebat. Sebagian kulupnya tampak masih menutupi sebagian kepala kontolnya yang kemerahan. Artiya dia belum sunat atau sunatnya kurang sempurna! Karena, standard sunat militer adalah "high and tight" (artinya parut bekas keratan kulup harus agak ke pangkal kontol, sehingga kulit kontol itu kelihatan ketat dan jantan). Waktu itu Alex baru 6 bulan masuk kesatuan kami, jadi belum disempurnakan bentuk fisik dan kelaki-lakiannya (kontolnya). "Sikap menyerah" perintah Komandan. "Siap Komandan" jawab Alex. Ia segera mengambil sikap menyerah, berlutut dan mengangkat kedua lengannya ke atas. Tampak kedua belah ketiaknya ditumbuhi rambut hitam. "Pelanggaran kedua. Kau tidak melapor" bentak Komandan. "Siap Komandan" kata Alex lagi. Di kesatuan kami, semua Prada harus mencukur klimis kumis, janggut dan mencukur atau mencabuti rambut ketiak. peraturan ini diberlakukan ketat dan diperiksa secara berkala. Yang berani melanggar akan dihukum dengan siksaan kejam. "Pasang" perintah Komandan kepada kedua Provos. Maksudnya agar Alex dipasang atau dipentang di tiang penyiksaan. Segera kedua Provos menyeret Alex ke tiang penyiksaan. Memborgol kedua tangannya ke atas tiang dan menggantungkannya dengan rantai sehingga Alex setengah menggantung. Lalu kedua kakinya diborgolkan ke kedua sisi tiang pencambukan. Dia menghadap ke arah kami, dan kami bisa melihat dia mulai kesakitan karena borgol tangannya menyangga tubuhnya yang sekitar 50 Kg itu sehingga menjeput pergelangannya. Kelihatannya borgol yang dipasang di kedua kakinya berpaku di dalamnya, dan tersa mulai menyengat. Alex mencoba tidak menyeringai tapi pandangan mata dan wajahnya terlihat dia menahan sakit. Kelihatan, posisi menggantung itu juga membuat kontolnya menegang. Aku mulai terangsang melihat pemandangan indah itu. Komandan mengambil cemeti besar dan mulai menghajar dada dan perut Alex dengan keras ayunan keras dan sekuat tenaganya yang sangat berotot itu. Sehingga terdengar suara cemeti beradu dengan tubuh Alex :"CETTARR,CETTARR,CETTAR". Alex terpaksa menggeliat. Bilur merah dan lecet berdarah terlukis di dada dan perut Alex. Sebagian lecet itu mengenai puting susunya. Dia sudah tidak bisa menyembunyikan penderitaan dan kesakitannya. Wajahnya menyeringai kesakitan. Komandan berpindah ke belakang tubuh Alex dan mulai menghajar bagian belakang tubuhnya. Punggung, bokong dan paha belakang diberi "tanda-tangan" Komandan berupa bilur, lecet dan lebam bekas lecutan keras Komandan dengan cemeti. Tiap kali dihajar pecut, tubuh Alex tampak terguncang dan menggelinjang kesakitan. Kontolnya yang tadi tegang mulai agak menunduk tapi belum layu, berkat pentangan tubuhnya di tiang penyiksaan itu. Tapi dia tidak pernah berbunyi, menjerit atau berdesah. Dia tahu jika terdengar desah kesakitan pasti akan disiksa lebih kejam lagi. Komandan belum puas. Kami disuruh menggunakan alat penyiksa lain. Provos menempeli paha Alex dengan besi panas yang sudah disiapkan. Karena besi sudah sangat panas, Alex kelojotan waktu pahanya ditempeli. Provos malah makin memperlama tempelannya. Akhir Alex tak tahan lagi dan berteriak kesakitan "AAAGGHH". "DIAM" bentak komandan sambil menghajarkan lecutan cemeti dengan keras ke dada Alex. Alex kaget dihajar demikian dan agaknya mulai teler."SIRAM" perintah Komandan, Provos menyiram Alex dengan air dingin dari ember yang tersedia. Alex kaget lagi kelagapan mukanya di siram air dingin. Tubuh Alex basah dan lantai di sekitar nya menjadi becek. Luka Alex terasa perih kena air. Ia menyeringai. Aku segear memasangkan penyengat listrik ke bawah kontolnya dan mengaliri dengan setrum, ia menggelinjang-gelinjang. Lalu, kulupnya dan kemudian ketiaknya aku beri sengatan listrik. Ia menggelinjang lagi. Sebentar lagi Alex pingsan. Sebelum sempat pingsan, Alex diturunkan dari tiang penyiksaan. Lalu Komandan menyuruh Alex menghisap kontol kedua Provos setelah pejuh kedua Provos terpancar, akhirnya Alex dipaksa onani sampai keluar air maninya. Karena masih teler baru dihajar, Alex susah payah menegangkan kontolnya. Tapi karena ketakutan, dibentak dan diancam Komandan akhirnya malahan ia berhasil ngaceng, lalu Alex melanjutkan mengocok-ngocok kontolnya, akhirnya : "CROT, CROT, CROT", Alex memancarkan pejuhnya, cukup banyak kental dan memancar jauh! "JILAT" bentak komandan lagi. Alex menjilati pejuhnya sendiri yang berceceran di lantai. Dalam keadaan demikian, lampu kamar siksa dipadamkan dan Alex ditinggal sendirian terkunci di kamar siksa. Tanpa diberi perawatan dan diberi obat. Biasanya, setelah Komandan pergi. Piket, Komandan Kompi dan Komandan Peleton Alex akan masuk untuk (minta jatah) menyiksanya atau bahkan memperkosanya. Yang pasti, di samping akan menyiksa Alex, karena Alex juga masih kelihatan kulupnya, salah satu dari mereka tentu akan memotong kulupnya dengan gunting!. Baru setelah itu dikirim ke klinik untuk diobati atau disempurnakan sunatnya. Sesuatu yang malam itu belum dilakukan Komandan. Demikianlah cara kesatuan kami memperkuat mental anggota kami secara sadis, tapi dengan cara yang jantan sekali.

###

17 Gay Erotic Stories from Bagus Errwynn

A Test Of The Endurance Towards Pain

Is it true that a soldier must be able to endure severe pain? So that the training must also include how to deal with pain? But the instructors create a torture that create pain like hell! Temanku Johann terpilih jadi Komandan Capratar. Karena memang dia punya banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan Capratar lain. Capratar atau Calon Prajurit Taruna adalah sebutan untuk Taruna

A Wonderful And Heavenly Time With Arief

To share the room with Arief in Australia was such an enjoyable and heavenly experience in my life. Sudah sejak lama aku tertarik kepada Arief (M. Arief S. Suditomo) seorang penyiar berita di TV. Tetapi, para pembaca yang terhormat perlu ingat bahwa ada ribuan penyiar bernama seperti itu. Jika ada persamaan dengan nama seseorang, tentulah itu semata-mata suatu kebetulan atau

Come Across A Celebrity

I have never imagined that one day I will be able to know him in person and much more to enjoy and to taste his body. Aku adalah seorang manajer gedung pencakar langit. Gedung itu milik suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang property. Karena letaknya strategis dan rancangan serta lay out-nya menarik, gedung itu sering dijadikan tempat shooting untuk iklan, video clips maupun

Diperkosa Dua Orang Pelatih

Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya.

Hanya Karena Terlambat Melapor

Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum

Jeffry My Best Friend

This is what happened during my cadet days in the Military Academy. Pengalaman ini aku alami sewaktu aku masih menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer di suatu negara yang tidak perlu aku sebutkan. Pada masa itu, sangat lazim bahwa kekejaman diterapkan kepada kami para Taruna. Apakah sekarang cara-cara sadis dalam pendidikan militer masih diterapkan di negara tersebut, aku tidak

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin. Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku

My Father's Aide De Camps

Ayahku seorang perwira tinggi suatu angkatan yang tak perlu aku sebutkan di negara mana. Sebagai pejabat militer penting dengan pangkat berbintang-bintang dia didampingi seorang ajudan, namanya Jeffri berpangkat Letnan Satu. Ajudan dalam Bahasa Inggris disebut ADC atau Aide De Camps. Tugas ajudan adalah melancarkan pekerjaan dari pejabat yang didampingi termasuk mengatur waktu dan

My Terrible Experience as Cadet

The terrible thing to be a cadet is that the instructors or the senior cadets always have good reasons to punish, either for minor infractions or just for reasons they just make it up. Saat aku menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer, dampak psikologis dari perlakuan keras, kejam dan sadis terhadap Taruna nyaris tidak diperhitungkan. Apalagi masa Latihan Dasar Militer atau Masa

Swimming In A Deserted Pool

Waktu peristiwa ini terjadi, abang iparku menjabat komandan batalyon dari tentara di suatu negara (yang tak perlu kusebut nama negaranya). Asrama batalyon itu terletak di luar kota dan abangku tinggal di rumah dinas dalam kompleks asrama itu. Kalau hari libur aku sering menginap di rumah abang ipar atau kakakku itu. Mereka tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Kadang-kadang kalau

Taken Hostage By Free Aceh Movement

It was just a good luck that being a serviceman I was freed unharmed by the Aceh Free Movement men after taken hostage for almost one month. But I had to serve the needs of these men. Kejadian ini bagaikan mimpi. Ketika itu aku menyamar sebagai "orang sipil" dengan mengubah potongan rambutku, cara berpakaian, cara bersikap bahkan cara bicara. Tugasku di bidang intelijen

The Enjoyable Pain And Happiness Of A Cadet

To be a Cadet of the Military Academi was my obsession as a teenage. I was very happy when I passed the test and accepted to join the Military Academy. Really, I got what I wanted : the enjoyable pain and happiness! Dapatkah anda bayangkan apabila anda sehari-hari dikelilingi oleh pria-pria ganteng yang wajahnya mirip Donny Kesuma (yang ganteng dan atletis), Anjasmara (yang ganteng),

The High School Next To The Military Academy

Those high school students who want to become a cadet in the military academy have to attend an orientation course which is quite (sexually) impressive. Waktu aku masih bertugas sebagai instruktur di akademi militer suatu negara (yang tak perlu kusebut namanya) ada kegiatan yang disebut Orientasi Pelajar. Kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh murid laki-laki dari sekolah menengah

The Military Detention Centre

I never imagined that in this modern times a military detention centre still has a torture chamber. Aku memanggilnya Bang Jeffri karena dia kakak kelasku di Akademi Militer (tak perlu kusebut di negara mana). Kami hanya berbeda satu tahun dan aku sebetulnya cukup dekat dengan Bang Jeffri. Waktu masih jadi Taruna di Akademi Militer, Bang Jeffri termasuk Taruna Senior yang gemar

The Strange Policy In The Military Academy

The Military Academy has a strange policy of making circumcision obligatory to all of its cadets. Bagaimana sejarahnya hingga sunat (khitan atau sirkumsisi) merupakan kewajiban bagi semua Kadet atau Taruna Akademi Militer? Tidak jelas. Secara resmi dinyatakan bahwa kewajiban itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Taruna (yang kelak jadi Perwira), dan demi kesempurnaan

What Did Shellwynn Do To Johann?

How could Johann an army officer who possessed a black belt karate could not resist the sexual encounter of Shellwynn? Baik Shellwynn maupun Johann jika dilihat dari luar adalah lelaki normal. Keduanya menikah dan punya seorang anak. Penampilan dan profesi Shellwynn sangat berbeda dengan Johann. Wajah Shellwyn bernuansa Eropa, terutama karena warna kulitnya yang terang dan hidungnya

What Did They Do To Me In Captivity?

He was abducted not because of political reasons but for sexual reasons instead. His magnificent body had attracted the rebels to take him into captivity in order to take turns enjoying his big cock, ass, nipples and armpits. Abdul Rasyid, putera Aceh asli dari Blang Pidie adalah seorang mahasiswa di suatu fakultas di Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Dia bukan aktivis politik

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story