! A bazaar for selling slaves !
submitted December 22, 2004
Categories: In Indonesian
Telanjang bulat semua. Demikianlah kondisi para calon parjurit taruna (capratar)ini waktu mereka sedang "dijajakan" oleh para taruna senior untuk disewakan. Yang boleh menyewa adalah para taruna senior dan para perwira efektif alias perwira aktif.
Perbudakan sementara ini merupakan "tradisi" di Akmil (Akademi Militer). Para capratar ini adalah pemuda-pemuda yang baru saja diterima atau di-rekrut (new recruits). Umur mereka rata-rata 18 - 20 tahun, dengan penampilan yang cukup menarik kelaki-lakian, tubuh kuat, atletis, dan berotot dengan kontol ukuran besar. Sementara itu pertumbuhan jembut, bulu ketek dan bulu kaki merupakan persyaratan untuk diterima jadi taruna Akmil. Demikian pula aspek physical fitness atau kesemaptaan jasmani.
Dalam proses seleksi calon taruna Akmil ada yang disebut "tes penampilan lahiriah" dimana masing-masing pendaftar atau calon, diperiksa dalam keadaan telanjang bulat. Agar bisa diperiksa dengan teliti semua bagian tubuh mereka yang paling pribadi pun. Termasuk lobang pantat dan kedua belah ketiak mereka.Mereka juga diharuskan onani di depan tim seleksi untuk dilihat potensi kelaki-lakian atau vitalitas mereka.
Agar proses seleksi lebih efisien maka "tes penampilan lahiriah"ini dilakukan dalam kelompok lima-lima. Karena itu setiap kali ada acara seleksi maka ruangan seleksi jadi bau pejuh dan lantai ruangan itu penuh dengan ceceran pejuh.
Khusus untuk kontol, tidak dipersyaratkan untuk harus sudah sunat. Karena, mereka yang belum sunat akan disunat dengan cara militer, anyway. Artinya kulup mereka akan digunting begitu saja pada saat atau kesempatan yang diinginkan oleh para taruna senior - sekalian untuk menyiksa atau menyakiti. Proses ini dalam istilah taruna senior disebut "melaki-laki-kan" atau menjadikan laki-laki.
Tujuan dari "proses memperbudak sementara" para capratar ini adalah untuk melatih dan membentuk mereka menjadi laki-laki - calon militer yang sejati.
Selama menjadi budak, para capratar itu harus selalu dalam keadaan telanjang bulat agar mereka membiasakan diri dengan kehidupan militer yang bersifat "communal". Dimana kamar mandi, WC dan fasilitas lainnya harus digunakan bersama-sama dan dimana privacy nyaris tidak dikenal.
Selama menjadi budak, para capratar juga harus melakukan atau apa saja yang diperintahkan oleh taruna yang menyewa mereka. Masa perbudakan ini berlangsung selama seminggu dan merupakan masa yang berdarah-darah - bagi para capratar - dalam arti yang sesungguhnya.
Untuk memberikan semangat dan motivasi kepada para budak ini digunakan alat-alat siksa yang sangat sadis seperti pecut, pecut berujung paku, besi panas, penyengat listrik, besi panas (atau besi membara).
Biaya sewa budak ini cukup mahal, maka rata-rata tiap 6 taruna menyewa dua orang budak secara patungan.Biaya sewa tersebut benar-benar dibayar dengan maksud agar para taruna benar-benar mau memanfaatkan budak yang mereka sewa tersebut.
Para budak itu dimanfaatkan untuk : disiksa atau untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci,membersihkan mess atau tugas-tugas lain-nya.
Lebih sering kelompok taruna menyewa budak hanya sekedar untuk melampiaskan nafsu sadis mereka. Sehingga para budak itu disewa sekedar untuk disiksa saja.
Dalam bazaar alias pasar budak itu para capratar dijajakan dilapangan olahraga Akmil pada sekitar jam 13:00 - 16:00. Yaitu saat hari sedang panas terik. Maksudnya gaar para budak itu benar-benar tersiksa. Mereka juga tidak diberi makan minum dari subuh sampai magrib. Karena itu selalu ada saja capratar yang pingsan atau semaput karena diperlakukan seperti binatang.Untuk membangunkan para budak yang semaput itu para taruna senior biasanya "menolong" mereka dengan mengguyurkan air dingin ke tubuh budak malang itu,atau dengan enteng mencambuki sejadi-jadinya. Sebagian, ada juga yang bangkit lagi karena tidak tahan dengan cambukan-cambukan keras dengan pecut kawat di tubuh mereka yang telanjang bulat. Tapi ada juga yang sekalian keterusan pingsan akibat siksaan dan lecutan keras taruna senior yang diluar peri kemanusiaan itu.
Capratar dijajakan dengan cara dirantai di pagar lapangan olah raga Akmil. Kaki dan tangan mereka dirantai sedemikian rupa sehingga mereka harus berdiri terus selama berjam-jam dalam keadaan bertelanjang bulat.
Setiap dua orang budak dijajakan oleh 3 orang taruna senior yang umumnya bertubuh kekar dan berotot. Para penjaja siap dengan pecut dan alat penyiksa lain.
Para calon penyewa biasanya dipersilahkan untuk mencobai budak yang akan mereka sewa dengan cara mencambuki atau menyiksa dengan alat siksa lain. Termasuk menempeli paha budak dengan besi panas atau menyundut kontol budak atau puting susu budak dengan penyengat listrik sampai mereka jadi kejet-kejet seperti anjing baru dilindas mobil. Ta'i!
Sewaktu dalam penyewaan,nasib mereka lebih buruk lagi, karena mereka pasti akan terus-menerus disiksa sepanjang hari oleh ke 6 "tuan" mereka. Prinsipnya adalah "Setiap budak boleh disiksa asal tidak sampai cacat atau mati saja". Ta'i.
[KONTOL]