! A barbaric boot camp arrangement for new recruits!
submitted March 5, 2005
Categories: In Indonesian
The harsh whipping on naked bodies is one of the barbaric methods used in the boot camp.The whips are liberally used to maintain discipline of the recruits. Proding the recruit naked bodies with hot irons and giving electroshocks to their genital, ass hole, armpit are also very commonly done. The muscular instructors seems to have no mercy at all.
Kami tiba di "Kawah Candradimuka" [yaitu suatu tempat pendidikan militer yang terkenal di suatu negara di Asia]pada hari Minggu. Yang aku maksud dengan 'hari ketiga' adalah hari Rabu, yaitu 3 hari kemudian.
Status kami adalah Capratar alias Calon Prajurit Taruna, yaitu para pemuda remaja yang berhasil lulus testing dan segera akan memulai pendidikan militer di akademi terkenal itu.
Selama tiga hari penuh : Minggu, Senin, Selasa, Rabu, kami semua - para Capratar-baru, dibiarkan telanjang bulat, tanpa penutup selembar benang pun [Tai!]. Alasannya adalah bahwa jatah seragam masih dalam perjalanan dari ibukota dan 'segera' akan tiba! Tapi kenyataannya pada hari ketiga jatah seragam baru dibagikan. Selama tiga hari tiga malam seluruh Capratar harus hidup tanpa pakaian, seperti sekumpulan ternak atau seperti para budak Afrika waktu diangkut dengan kapal ke Amerika : telanjang bulat!.
Bagiku,pengalaman ini amat menarik!Betapa tidak, aku bisa menikmati pemandangan puluhan lelaki remaja putera, calon perwira, bertelanjang bulat sempurna. Aku bisa mengamati kontol dan biji peler mereka, puting susu, jembut, bulu ketek dan sekali-sekali nampak lobang pantat mereka atau kontol mereka saat sedang ngaceng!
Meskipun demikian, kegiatan sehari-hari, seperti senam pagi, apel [pagi, siang, malam] kuliah-kuliah pendahuluan dan latihan - latihan militer seperti baris berbaris tetap saja dilaksanakan. Tentu saja semua dilakukan dalam keadaan kami semua bertelanjang bulat [Kontol!].
Karena kami telanjang bulat maka pada senam pagi tidak dilakukan lari pagi, melainkan diarahkan kepada gerakan di tempat seperti push up dan sit up serta gerakan-gerakan karate. Meskipun begitu tubuh kami tak urung bercucuran keringat. Karena gerakan-gerakan harus dilakukan dengan sangat intens! Lari pagi tidak dilakukan,untuk mencegah terjadinya kondor [hernia], karena kami semua dalam keadaan bertelanjang bulat - jadi tidak memakai kancut. Lari tanpa kancut mengakibatkan kondor atau hernia.Padahal sebagai calon perwira kami wajib mempunyai tubuh prima dan sehat.
Aku perhatikan keringat mula-mula muncul dalam bentuk butiran-butiran pada tubuh kami yang telanjang bulat itu. Kemudian butiran keringat itu mengalir kebawah seperti sungai-sugai kecil! Mau tidak mau, bau ketek laki-laki telanjang itu selalu tercium dimana-mana!
Pada acara senam pagi, setiap gerakan diseling dengan push ups dan sit ups 100 kali. Rata-rata Capratar itu berumur sekitar 18-20 tahun, yaitu usia dimana vitalitas sex kelaki-lakian dalam kondisi puncak! Karena itu setiap kali selesai push up umumnya kontol para Capratar itu jadi tegak-tegang-gembung bagaikan sangkur akibat amat terangsang oleh gerakan-gerakan push up bertelanjang bulat! Kepala kontol para Capratar itu jadi memerah dan berkilat-kilat, sementara itu lobang kencing mereka tampak seakan menganga seperti mulut ikan maskoki - siap memancarkan pejuh mereka dengan teramat nikmatt : CROOOT ! CROOOOT! CROOOOT! AAAGH! [Ta'i!]
Untunglah kami dilarang untuk membicarakan atau mempermasalahkan soal kontol-kontol kami. Kami diancam hukuman berat [yaitu paha ditempeli besi panas membara] jika kedapatan mempermasalahkan kontol apalagi kontol yang sedang ngaceng!
Para instruktur dan dosen bersikap biasa-biasa saja menghadapi kami dan mengajar kami dalam keadaan bertelanjang bulat dan tidak beralas kaki itu.Para pelatih berpakaian seragam militer [PDH -Pakaian Dinas Harian].Tapi para instruktur untuk kegiatan militer di lapangan semuanya ber telanjang dada dengan celana PDL - Pakaian Dinas Lapangan bersepatu boot [laars].
Para instruktur itu semua membawa cemeti, tapi selama kami masih bertelanjang bulat,cemeti itu tidak pernah dipakai untuk menghajar kami. Meski begitu, sekali-sekali ada juga instruktur yang menghunjamkan cemetinya ke lantai atau dinding - untuk iseng dan mungkin sekaligus menakut-nakuti kami [Capratar-baru yang telanjang bulat itu].
Suara pecut yang dihunjamkan ke lantai atau ke dinding menyerupai letusan pistol: cetar, cetar, cetar! Sekali-sekali tampak ada Capratar yang menggigil ketakutan, karena membayangkan betapa rasanya jika cemeti besar itu dilecutkan dengan keras ke tubuh mereka yang telanjang bulat! Apa lagi yang menghajarkan pecut besar itu bertubuh kekar dan amat berotot seperti para instruktur militer itu. Kelak kami tahu bahwa cemeti itu baru dipakai setelah Acara Pelantikan kami jadi Capratar.
Meskipun kami telanjang bulat para instruktur tidak ragu menyuruh kami untuk merayap di tanah sebagai hukuman disiplin. Kadang-kadang kami dihukum merayap di aspal yang panas pada siang hari,sekitar jam 14:00 - 15:00. Kelak, jika kami sudah dilantik jadi Capratar, hukuman itu akan dilengkapi dengan lecutan-lecutan keras cemeti oleh para instruktur yang berotot, kejam, sadis dan tak bereri kemanusiaan itu [Kontol!]
Tubuh para pelatih, dosen, instruktur itu semua nya ketat dan amat berotot. Terutama otot perut, otot dada, otot biseps dan triseps mereka. Kami bisa melihat dengan jelas otot para insruktur yang bertelanjang dada itu. Umumnya otot dadanya amat menonjol ke depan dengan kedua puting susu yang seakan menancap ketat di masing-masing belahan dada mereka dan tampak tegang melenting.
Seringkali kontolku ngaceng melihat pemandangan tubuh instruktur militer yang ketat, amat jantan dan kelaki-lakian itu!.
Sebagian instruktur,mencukur atau mencabuti bulu keteknya, sehingga keteknya bersih dari rambut. Tapi sebagian lagi membiarkan saja bulu keteknya tumbuh lebat dan mereka juga tidak ragu-ragu mengangkat lengannya sehingga yang hadir bisa melihat dengan matakepala sendiri bagaimana pola pertumbuhan bulu ketek mereka [Ta'i!]. Boleh dibilang semua instruktur, dosen, pelatih, itu berwajah tampan, sexy - enak dipandang. Meskipun wajah mereka garang,dingin dan tampak sadisss!
Ketika aku mendaftar jadi taruna, tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan melalui proses seperti itu, yaitu telanjang bulat selama tiga hari tiga malam.
Selama bertelanjang bulat, malam hari kami tidur di sebuah bangsal besar di lantai tanpa alas apa pun juga. Supaya tubuh kami yang telanjang bulat tidak lengket ke lantai oleh keringat, maka di dekat dinding bangsal ada sejalur karpet selebar 75 cm.Dengan demikian kami bisa merebahkan tubuh kami yang telanjang bulat di atas karpet itu.
Tapi karena hanya selebar 75 cm, maka bagian pinggul dan tungkai kami tidak beralas, langsung menempel ke lantai yang dingin. Kami pun tidak diberi bantal.Ternyata tidak mudah tidur di atas karpet tanpa bantal, kepala terasa sakit karena beralaskan lantai yang keras. Pada malam hari tampak berjejer tubuh-tubuh Capratar yang telanjang bulat itu tidur di lantai. Menjelang pagi, banyak - atau mungkin - semua Capratar itu tampak tegang kontolnya. Karena pada pagi hari biasanya hormon lelaki naik dalam darah.
Bangsal besar itu merupakan tempat kegiatan kami sebelum kami resmi dilantik jadi Capratar. Kami makan juga dalam bangsal itu, kuliah juga dalam bangsal yang sama. Seperti halnya tidur, makan dan kuliah pun dilakukan sambil duduk di lantai yang dingin telanjang bulat.
Di belakang bangsal itu ada tempat terbuka tanpa atap dan tanpa dinding. Disitu ada puluhan tiang yang menyangga pancuran air [shower]. Puluhan WC jongkok juga berjajar di tempat itu. Disitulah para Capratar mandi dan berak. Tempat mandi itu berdekatan dengan lapangan olah raga. Sehingga jika ada kegiatan olah raga, banyak orang yang bisa melihat para Capratar itu sedang mandi atau berak telanjang bulat!
Selama tiga hari tanpa penutup alias bugil alias telanjang bulat itu - para Capratar tidak diberi prlemgkapan apa-apa, kecuali sikat gigi! Bahkan mereka belum diberi jatah sabun. Jadi, selepas mandi mereka pun tidak bisa mengeringkan tubuh nya dengan handuk, sisa-sisa air yang melekat di badan mereka cukup diusap saja dengan tangan.
Sebelum masuk ke neraka "Kawah Candradimuka" itu seluruh Capratar [Calon Prajurit Taruna] tinggal selama dua hari di Asrama Transito, selanjutnya mereka dibawa ke kampus Akademi Militer. Kampus ini kelak aku rasakan tak lebih dan tak kurang dari neraka,dimana penghajaran, pencambukan, dan penelanjangan merupakan makanan sehari-hari dari kami yang sedang dididik atau "dibentuk" jadi Perwira di tempat itu.
Sebelum masuk kampus sial itu kami diinapkan di Asrama Transito selama 2 hari. Setelah itu baru kami diangkut k nerakan "Kawah Candaradimuka" yang terkenal sadiss itu!
Kami diberangkatkan dari Asrama Transito pukul 05:30 pagi dan pukul 06:00 kami tiba akademi. Kami yang rata-rata berumur 18 - 20 tahun dan semuanya laki-laki itu,sebelumnya sudah melewati dan sudah lulus ujian berbagai tes, termasuk tes kesehatan serta tes penampilan lahiriah.
Para Capratar itu adalah pemuda-pemuda remaja calon perwira dan umumnya tampan, tegap, tinggi, banyak yang berotot ketat, serta berkontol besar [seperti kontol kuda Arab]dengan jembut dan bulu ketek yang lumayan lebat dan berwarna hitam![Ta'i!].
Otot perut mereka rata dan banyak yang sudah membentuk jadi six-packs. Umumnya kontol mereka disunat, mungkin hanya sekitar 10% - 20% yang kontolnya masih berkulup, belum digunting. Tapi mereka yang masih berkulup pun, kulupnya juga tak terlalu panjang [kalau kulup mereka panjang mungkin akan stampak eperti alat kelamin bebek jantan.Karena kulup mereka pendek maka kepala kontol glans penis] mereka tampak masih nongtot. Meskipun demikian,jelas sekali remaja-remaja ini belum disunat. Capratar yang tak sunat terkadang tampak risih. Karena merasa kontolnya berbeda dengan Capratar lainnya.Mereka inilah yang nanti nya harus merasakan betapa amat sangat pedih rasanya saat kulup mereka digunting tanpa pemati rasa.Sunat di akademi itu dilakukan tanpa pemati rasa dan memang diusahakan agar senyeri mungkin! [Ta'i!].
Ketika dilakukan pembagian jatah seragam, ada 3 orang Capratar yang ditunda penyerahan jatah seragamnya, yaitu aku [Erik}, Alex Jonathan dan Jeffri Kusuma. Alasannya, jatah kami akan segera disusulkan. Tentu saja rasanya amat risih, semua sudah berpakaian, kami bertiga tetap telanjang bulat. Kami pun tetap harus ikut semua kegiatan meskipun masih bertelanjang bulat. Susahnya lagi kami bertiga yang diberi tugas jadi Danton atau Komandan Peleton. Jadi justru kamilah yang sibuk kesana kemari mengurus peleton kami, meskipun kami harus tetap telanjang bulat!
Kami bertiga memang punya kelebihan dari segi fisik dan akademis. Alex, mirip sekali wajah dan tubuhnya dengan Jonathan Mangiring Sianturi [pesenam senior].Jeffri,mirip Dony Kusuma [model dan pemain sinetron]tinggi besar tampan dan juga berkontol besar, sebesar kontol kuda Australia! Jembutnya tumbuh luas, tebal dan hitam! Nikmat sekali melihatnya! [dasar kontol Dony!]. Kata orang wajah dan ukuran tubuhku mirip Ferry Irawan, aku sendiri tidak tahu yang seperti apa pemain sinetron Ferry Irawan itu [Ta'i!].
Belakangan kami tahu bahwa kami bertiga mendapat tugas mewakili seluruh Capratar-baru untuk menerima Lecutan Pertama pada acara pelantikan. Untuk keperluan itu kami diharuskan datang di kantor akademi esok paginya pukul 05:00 pagi.
Ternyata hari itu adalah "hari neraka" bagi kami bertiga. Hari itu kami "dipersiapkan" untuk menerima Lecutan Pertama. Sedangkan Alex diberi tugas menjadi "peraga" untuk aku dan Jeffri. Di tempat parkir mobil akademi kami bertiga disuruh berdiri dalam lingkaran dengan jarak kira-kira 2 meter, kemudian kami disuruh push up dan shit up dari pukul 05:00 sampai pukul 12:00 siang.Jumlah hitungan push up dan sit push adalah seratus kali seratus kali, diselang-seling dengan waktu istirahat untuk ambil napas beberapa menit.
Selama disiksa seperti itu, kami bertiga tidak diberi makan minum sama sekali. Tubuh kami jang bertelanjang bulat jadi bercucuran keringat dan kelelahan. Tapi Alex lebih sial lagi, karena dia jadi "peraga". Jadi,sekali-sekali dia dihajar dengan cambuk oleh instruktur untuk menunjukkan kepada aku dan Jeffri bagaimana kira-kira cara para pejabat akademi itu mencambuki kami pada Acara Pelatikan sore harinya.
Para instruktur itu menghunjamkan pecut besarnya dengan amat keras dan dengan kekuatan penuh otot-otot mereka. Tidak heran jika mula-mula Alex jatuh terjerembab karena kesakitan dan karena lecutan itu seperti mendorong tubuhnya yang telanjang bulat itu ke depan.
Untuk memudahkan para instruktur memperagakan cara mencambuk,maka setiap istirahat push up dan sit up, Alex diikat di tiang bendera, kemudian barulah dia dicambuki oleh para instruktur itu!
Tubuh Alex yang berotot dan telanjang bulat itu jadi babak belur, berdarah-darah, penuh lecet, bilur dan lebam akibat dicambuk habis-habisan. Aku jadi menggigil melihat sadissnya cara para instruktur itu mencambuki Alex! Beberapa kali Alex tampak seperti akan pingsan.Dia dibaringkan sebentar, kadang-kadang diberi minum, setelah dia pulih segera dia dicambuki lagi!
Aku dan Jeffri tidak dicambuk karena tubuh kami harus "disajikan" dalam keadaan "mulus" kepada para pejabat akademi untuk mendapatkan Lecutan Pertama. Lecutan Pertama itu menandai resminya para Capratar-baru dari angkatan kami menjadi Calon Prajurit Taruna dan juga menandai secara resmi dimulainya penggunaan alat-alat penyiksa bagi para Caparatar oleh para istruktur sialan itu [Ta'i!]
Pukul 12:00 kami diizinkan istirahat, tubuh kami basah, berkilat-kilat oleh keringat yang sejak pagi tidak pernah kering. Rasanya lemah lunglai, haus dan lapar. Kami tertidur di tempat parkir yang panas itu telanjang bulat!
Sorenya jam 16:00 Acara Pelantikan dimulai dan pada acara pelantikan sialan itu aku dan Jeffri dicambuki. Kami berusaha tidak pingsan. Padahal para pejabat akademi itu mencambuki kami dengan ayunan cemeti yang amat sangat keras sekali. Ada lebih dari 10 pejabat yang "berkenan" memberikan lecutan kehormatan ke tubuh kami yang telanjang bulat itu [Kontol, jembut, ta'i!]. Masing-masing mencambuki kami dengan 5 sampai 10 lecutan! Kami tidak bisa berpura-pura pingsan, karena kami diancam oleh instruktur, jika kami pingsan maka maka pencambukan akan diulang pada kesempatan lain.
[Ta'i!]