Perlakuan kejam terhadap Rahman
submitted April 1, 2006
Categories: In Indonesian
Rahman sedang push up bertelanjang bulat. Tubuh remajanya yang atletis tampak ketat.Tak tampak timbunan lemak sedikitpun di tubuhnya yang muda belia.Tubuh Rahman yang telanjang bulat itu naik turun dalam gerakan push up seiring hitungan di mulutnya yang jumlahnya hampir mencapai 50X :
"..empat delapan, empat sembilan, lima puluh .."
"Sekarang ganti sit up!",perintah Kolonel Teguh dengan nada tegas sambil melecutkan cemetinya ke lantai:"CETTARR!" suaranya keras seperti suara letusan pistol.
Meskipun dia tidak dicambuk, tapi tidak urung Rahman tampak kaget juga mendengar suara keras ujung cemeti yang beradu dengan lantai.Apalagi Kolonel Teguh melecutkan cemetinya dekat sekali dengan tubuh Rahman yang sedang telanjang itu. Kolonel Teguh sengaja tidak mencambuk Rahman. Karena dia merencanakan akan mencambuk Rahman setelah hukuman fisik itu selesai dijalaninya! Yaitu kalau Rahman tak mampu mencapai hitungan yang telah ditetapkan!
Kolonel Teguh sengaja "menghemat" tenaga Rahman. Kalau Rahman dicambuki sambil melakukan gerakan fisik,bisa jadi dia segera jatuh pingsan, karena Kolonel Teguh [sesuai namanya : teguh]] selalu akan memegang "teguh" disiplin dan prinsip,yaitu kalau menghukum orang harus dilakukannya dengan benar, keras dan kejam!
Prinsipnya yang lain adalah "Kalau mencambuk orang harus sampai lecet dan berdarah, kalau dicambuk belum lecet dan berdarah, namanya belum mencambuk!".Karena itu dia selalu saja mencambuk orang dengan seluruh tenaga dan kekuatan otot-ototnya!
Rahman sudah sering dicambuk Kolonel Teguh dan tidak jarang sampai semaput jatuh pingsan karena dicambuk secara amat keterlaluan! Itulah sebab-nya Kolonel Teguh menunda mencambuk Rahman,kalau Rahman dicambuk sekarang,dia tidak bisa disiksa dengan hukuman fisik berat. Karena akan segera pingsan!
Kolonel Teguh juga tidak mau dirinya dianggap lemah! Karena itu dia selalu mencambuki orang dengan seluruh kekuatan otot-ototnya,baik waktu dia mencambuki tahanan militer di markasnya, mau pun mencambuki Rahman,dan juga mencambuki aku.
Sebagai seorang Perwira POM [CPM], Kolonel Teguh sering sekali menginterogasi tahanan militer dan dia selalu menggunakan cemetinya untuk mengorek pengakuan dari mereka!
Ternyata cemeti adalah alat yang sangat efektif untuk mendapat pengakuan dari tahanan militer. Apalagi kalau tahanan militer itu dicambuk dalam keadaan tergantung di tiang [dipentang]telanjang bulat dan sekali-sekali puting susunya disundut dengan api rokok,lalu kontolnya diberi sengatan listrik,kemudian pahanya ditempeli besi panas! Sadis!
Sesuai perintah Kolonel Teguh, Rahman mengubah posisinya, dari posisi push up ke posisi sit up.
Tubuhnya yang telanjang bulat basah bercucuran keringat. Sebagian peluhnya mengalir ke bagian bawah tubuhnya,sebagian lagi tampak masih ber-bentuk tetes-tetes air di dadanya yang ketat menonjol ke depan dihiasi dua puting susu yang tampak tegang melenting.Perutnya yang rata dan membentuk six pack itu juga basah oleh peluh!
Lantai di sekitarnya tampak basah oleh tetesan keringat Rahman dan disana sini tampak beberapa helai rambut atau bulu. Mungkin jembut atau bulu ketek rahman yang rontok.
Jembutnya yang hitam, tebal, dan tumbuh luas itu juga tampak basah oleh keringatnya. Kontolnya sudah menegang, tapi belum ngaceng penuh. Kepala kontolnya [glans penis] mulai memerah berkilat.
Agaknya gerakan push up tadi telah membangkitkan rangsangan pada pinggang dan panggulnya dan mem-bikin kontolnya tegang terangsang.Meskipun tubuh-nya tampak mulai lelah,tapi mungkin Rahman masih merasakan nikmat di kontolnya yang besar ukuran-nya dan tampak menegang itu.Ujung lobang kencing-nya tampak basah - mungkin cairan mazinya sudah keluar!
Rahman kelihatannya sudah lupa rasa malu, tubuh-nya sudah lelah dan dia tahu biasanya dia masih akan disiksa lagi dengan cara-cara lebih kejam. Tapi memang Rahman juga tidak perlu merasa malu meskipun dia sedang telanjang bulat! Karena yang hadir disitu laki-laki semua - Kolonel Teguh, aku dan Rahman sendiri.
Untuk melaksanakan perintah Kolonel Teguh maka Rahman mulai melakukan gerakan sit up. Dalam posisi setengah duduk dia terlentang di lantai. Kedua tangannya diletakkan di belakang kepala-nya. Wajahnya tampak lelah, dada dan perutnya yang six packs,kencang dan basah itu tampak amat merangsang. Ketiaknya juga basah dan ditumbuhi buku ketek ringan, kontras dengan jembutya yang lebat itu! Agaknya dalam usianya yang 19 tahun itu tanda-tanda dewasanya sebagai laki-laki sejati sudah tumbuh sempurna.
Menurut aturan Kolonel Teguh kalau dia menghukum Rahman, Rahman harus menghitung sendiri jumlah hukumannya, misalnya jumlah lecutan cemeti yang diayunkan Kolonel Teguh ketubuhnya atau hitungan hukuman fisiknya, seperti hitungan sit up-nya :
"Satu..dua...tiga....".
Rahman dipaksa melakukan gerakan fisik push up, sit up, pull up berganti-ganti tiap 50 hitungan. Total dia harus melakukannya seluruhnya 1000X. Masing-masing 300X untuk push up dan pull up dan 400X untuk sit up.
Sang Perwira Menengah Kolonel Teguh yang tampan, jantan dan tinggi besar dan bertubuh atletis dan berotot ketat itu berdiri mengawasinya. Kolonel Teguh hanya mengenakan kancut berlabel Calvin Klein yang amat minim rancangannya dan bergaya maximum exposure.Tangannya yang kekar menggengam sebuah cemeti besar.
Otot dadanya tampak kencang dan amat menojol ke depan dihiasi dua puting susu yang kencang dan tegang melenting! Otot perutnya indah membentuk six packs. Otot lengannya [biseps] amat indah! Semua itu dicapai berkat tiap hari ia lari 5 km, dan latihan fisik ditambah latihan beban yang intens! Kulitnya yang putih dan rambutnya hitam tebal membuat dia tampak makin tampan, jantan dan menawan! Apalagi dia nyaris tak berpakaian!
Kolonel Teguh berdiri di situ bagaikan seorang algojo yang sedang bertugas menghukum tawanan. Dia mengawasi Rahman sambil melakukan latihan beban menggunakan mesin-mesin olahraga yang ada di dekat situ. Tubuhnya yang nyaris telanjang bulat tampak basah berkilat oleh keringat dan tampak berkilat-kilat!Kalau lengannya melakukan gerakan ke atas, tampaklah bulu keteknya yang hitam tumbuh sepanjang ketiaknya,kontras dengan kulit tubuhnya yang putih dan amat merangsang!
Hari itu Rahman dihukum Kolonel Teguh karena ada pekerjaannya yang dinilai kurang sempurna.Hanya sepele saja "kesalahannya", ada sebuah meja di villa itu yang lupa dibersihkan dan tampak jelas masih berdebu!
Rahman memang diperlakukan oleh Kolonel Teguh seperti seorang tentara dan kesalahan sekecil apa pun pasti akan dihukum berat oleh Kolonel Teguh :
"Supaya kamu jadi laki-laki sejati dan selalu bekerja teliti", kilah Kolonel Teguh, tiap kali dia menghajar atau menghukum Rahman dengan keras dan kejam.
Rahman dipekerjakan sebagai penjaga villa oleh Kolonel Teguh. Dia memang dibiayai hidupnya oleh Kolonel Teguh. Makan, pakaian dan uang kuliah di UT [Universitas Terbuka] dan diberi uang saku!
Usia Rahman baru 19 tahun.Rahman seorang pemuda tampan yang gila olah-raga dan juga hobby karate serta berenang.Mengikuti kebiasaan Kolonel Teguh yang dianggap guru dan ayahnya,Rahman juga rajin jogging 5 km tiap hari,latihan fisik dan latihan beban. Tak heran jika badannya sudah "jadi" dan tampak atletis, ketat dan berotot!
Aku diperintah Kolonel Teguh memantau hitungan hukuman Rahman, baik push up,sit up dan pull up. Tadi pagi kami bertiga [Kolonel Teguh, aku dan Rahman] jogging di halaman belakang villa itu lima puluh putaran yang jaraknya sama dengan 5 km.
Seperti Kolonel Teguh, aku juga hanya mengenakan jock strap Calvin Klein karena akan latihan beban. Tubuhku masih bercucuran keringat.Rahman yang masih kelelahan akibat jogging tadi tetap saja harus menjalankan hukuman yang dijatuhkan Kolonel Teguh.
Aku berdiri di dekat Rahman sambil memegang tiga buah alat hitung [counter].Setiap gerakan, push up, sit up dan pull up di-hitung dengan satu counter. Kulihat Rahman sudah menyelesaikan 300 gerakan push up, 300 gerakan sit up dan 250 pull up. Dia berhenti, mungkin sudah kelelahan. Rahman mencoba lagi tapi tidak kuat.
"AYO. TERUS!", Kolonel Teguh menghardik, sambil menghunjamkan cemetinya ke dekat tubuh Rahman yang terlentang, telanjang bulat. rahman kaget lagi, seakan lecutan itu mengenai tubuhnya!
Dengan bengis Kolonel Teguh melecutkan cemetinya dengan KERASSS!!, ke arah puting susu Rahman sebelah kiri :"CETTARRRR!!". Rahman kaget dan tergelinjang dia bangun! Puting susu kirinya pecah berdarah dan lecet merah berdarah membias didada kirinya. Pasti terasa perih! Dia mencoba untuk mulai sit up lagi!
Tapi terlambat! Nafsu sadis Kolonel Teguh sudah bangkit dan naik ke otak. Kancut Calvin Klein-nya tampak menggembung menandakan kontolnya jadi ngaceng dan terangsang oleh gelinjang tubuh Rahman akibat lecutan cemeti tadi. Nafsu sadis-nya harus dilampiaskan dan dipuaskan segera dengan menghajar Rahman dengan lecutan cemeti!
Tanpa ampun dan seperti orang kalap Kolonel Teguh menghajar tubuh Rahman dengan keras dan sepuas-puasnya- sekuat-kuatnya : CETARR! CETARR! CETARR! CETARR! CETARR! CETARR! Seakan tak akan pernah berhenti.Ke arah dada,perut paha dan juga lengan! Setiap lecutan membiaskan bilur merah lecet dan berdarah!
"TELUNGKUP KAU!", bentak Kolonel Teguh! Kolonel Teguh akan melecuti bagian belakang tubuh Rahman.
Rahman susah payah telungkup menggelimpangkan tubuhnya yang basah oleh keringat dan telanjang bulat itu!
Setelah Rahman telungkup, segera saja Kolonel Teguh menghajar tubuh belakang Rahman dengan cemetinya. Mula-mula punggungnya, lalu bokong, kemudian paha belekang dan betisnya pun tidak luput dari lecutan cemeti besar itu!
Tiap kali ujung cemeti beradu dengan kulitnya, yang putih mulus itu, Rahman terkaget, tubuhnya menggelinjang, menggeliat! Disusul oleh bilur merah disertai lecet berdarah di kulitnya.
Seakan tak akan ada henti-hentinya Kolonel Teguh mencambuki tubuh Rahman yang berkeringat dan telanjang bulat itu!
Kolonel Teguh menghentikan ayunan cemetinya dan membentak Rahman :
"BANGUN KAU!"
Rahman mencoba bangun, tapi tak kuat, dia jatuh ke samping tergelimpang sehingga dia terlentang, dalam keadaan telanjang..... !!!
[PEJUH]