Beberapa minggu lalu gue pernah ditugasin ke sebuah kota sejuk di daerah Jawa Timur untuk keperluan dinas. Gue nginep di salah satu hotel berbintang 3 di kota tersebut. Nah, kebetulan pas malam minggu ada acara konser di hotel tersebut. Artis yang tampil adalah artis ibukota yang lagi cukup naik daun, jadi karcisnya cukup laku. Karena gue juga gak punya acara, gue pikir apa salahnya lah gue nonton juga, hitung-hitung cuci mata ngelihatin body guard2-nya yang emang berbody kekar dan sangat macho. Bener juga, pas gue masuk ke tempat konser, banyak bodyguard yang ngejaga pintu masuk. mata gue kagak bisa ditahan untuk ngelihatin badan mereka yang menggairahkan, apa lagi mereka pake kaos dan celana jeans ketat, jadinya makin bikin gue meneguk air liur. Mungkin mereka juga aktif di body building karena terlihat tubuh kekar mereka bener-bener terawat. Sepanjang acara konser praktis mata gue enggak bisa ditahan untuk ngelirik ke beberapa body guard yang gue anggap paling ganteng dan jantan. Usia mereka rata-rata masih cukup muda, kecuali ada seorang body guard yang cukup berumur, mungkin sekitar 40 - 45 tahun. Kelihatannya dia adalah kepala tim bodyguard di konser itu karena gue sering ngelihat dia memberi instruksi kepada yang lain dan mereka mendengarkan dengan seksama. Badannya terlihat paling kekar. Kulitnya yang berwarna sawo matang namun bersih tertutup oleh kaos putih ketat yang benar-benar seksi. Apalagi wajahnya yang terlihat seperti militer itu dihiasi dengan kumis yang cukup tebal. Langsung aja kejantanan gue mengeras. Yang bikin gue bingung, ternyata dia juga kelihatan mondar mandir di depan gue. Pernah beberapa kali gue merasa sedang diamati, pas gue nengok, ternyata dia sedang ngelihatin gue. Begitu tahu kalo kepergok, wajahnya langsung terkejut, namun kemudian memberi senyuman ke gue. Wah, matanya yang biasanya tajam mengawasi setiap penonton itu mendadak berubah menjadi ramah dan sejuk, bikin dada gue der-deran. Tapi gue enggak mau dianggap ge-er, jadinya gue cuekin aja dia sampe acara konser berakhir. Nah, pas agak malam, gue enggak bisa berhenti ngebayangin bodyguard yang satu itu. Udah sekitar jam 10 malam gue belon bisa tidur. Apalagi kedengaran dari luar ada suara-suara orang bercanda yang agak berisik. Karena gue pengen tahu, akhirnya gue keluar kamar. eh, gue kaget ternyata sumber suara-suara tersebut berasal dari sang artis tadi, sama pemain drumnya, dan...yang bikin dada gue seperti berhenti adalah pemimpin bodyguard yang bikin gue nyaris masturbasi. "Kebetulan nih", pikir gue. Akhirnya sambil pura-pura enggak tahu gue jalan di depan mereka, lalu gue menegur sang artis. Gue memperkenalkan diri gue, sambil bilang bahwa tadi gue nonton konsernya dan gue memuji kesuksesan acara tersebut. Kami semua memperkenalkan diri, dan gue mengetahui nama si bodyguard itu adalah Pak Han (bukan nama sebenarnya). Akhirnya kami terlibat obrolan yang cukup menyenangkan, sambi bercanda-canda. Percakapan kami berlangsung sekitar kurang dari 1 jam sampai sang artis dan pemain drum pamit ke kamar masing-masing karena sudah kecapekan. Tapi Pak Han terlihat tidak beranjak, sehingga tinggal kita berdua. Suasana mendadak menjadi agak canggung. Namun akhirnya gue membuka percakapan. "Pak Han lapar enggak? Saya lapar nih, kita keluar yuk nyari nasi goreng aja, soalnya beli di hotel mahal banget..!" "OK deh kebetulan saya tahu tempat nasi goreng yang enak dan murah, jam segini masih buka kok." lalu kami berjalan ke luar hotel menuju tempat orang jualan nasi goreng di tenda emperan yang tidak begitu jauh dari hotel. Sambil menyuap nasi goreng gue buka percakapan lagi : "Pak Han asli dari kota ini ya, pasti aktif di perkumpulan fitness juga." "Iya, adek kok tahu?" "Oh enggak, habis badan Bapak kelihatan seperti binaragawan, gagah." Wah, gue kaget sendiri kok berani-beraninya bicara ke arah yang cukup menjurus itu. "Oh ya? ah, adek bisa aja." Pak Han kelihatan tersipu. Kemudian dia juga ngelihatin badan gue, gue jadi salah tingkah. "Ada apa Pak, kok ngelihatin begitu?" Pak Han tersentak bagaikan bangun dari melamun mukanya rada merah. "Oh enggak, sebetulnya badan adek juga bagus, berpotensi untuk mejadi binaragawan, apalagi adek cukup tinggi." Wah, gue jadi lucu sendiri, ini bapak kok bisa-bisanya menilai body gue cocok buat binaraga?? Badan gue emang sih tinggi namun agak kurus, walaupun masih termasuk berat minimal untuk tinggi sekitar 175 cm. kata temen-temen cewek gue, wajah gue cukup cute, apalagi kalo lagi senyum, karena ada lesung pipitnya. Lain dari itu, gue malah cenderung seperti seorang kutu buku, karena gue pake kaca mata.Tak lama kemudian kami terlibat percakapan yang cukup hangat, tidak canggung lagi. Kata orang yang kenal gue, gue ini tipe orang yang enak diajak bicara, jadi teman curhat. Karena gue emang bisa menjadi pendengar yang baik. Kelihatannya Pak Han juga berpendapat sama, karena akhirnya dia jadi sangat terbuka menceritakan dirinya. Akhirnya gue tahu bahwa dia emang besar di kota ini, dan seorang instruktur binaraga di salah satu fitness centre. Dia juga ternyata seorang pelatih bela diri, jadi kloplah kalo dia juga suka disewa untuk jadi body guard. Pembicaraan kami akhirnya beranjak ke arah yang cukup sensitif, yaitu kearah kehidupan pribadi Pak Han. Dia cerita bahwa dia dulu pernah punya istri namun bercerai karena istrinya selingkuh. Sudah punya anak tapi ikut istrinya. Sejak itu dia jadi trauma membina hubungan dengan cewek lagi. Dari ceritanya gue tahu bahwa ternyata kehidupan pribadi Pak Han cukup mengharukan dan membuat gue jadi bersimpati. Setelah nasi goreng habis, akhirnya kami kembali ke hotel. setelah tiba di lantai kamar gue, tanpa sungkan lagi gue undang dia masuk ke kamar. "Ayo Pak Han, mampir dulu. Kita bisa ngelanjutin ngobrol di dalam, besok hari Minggu jadi saya gak perlu kerja kok" Pak Han agak bimbang, "Eh, gimana dengan teman sekamar Adek, nanti keganggu?" "Oh, saya di sini sendiri kok, kita bisa bebas di dalam" jawab gue sambil tersenyum. "Okelah", akhirnya kami masuk ke kamar. Kamar hotel gue ukurannya tidak terlalu besar, cuma ada satu tempat tidur erukuran sedang, dan satu kursi tamu. Tapi kursi tamu tersebut penuh dengan tas dan laptop sehingga akhirnya kami duduk di tempat tidur sambil nonton acara TV. Nah, kebetulan acara TV-nya adalah filem yang biasa ditampilkan di hotel jam tengah malam, yaitu rada-rada "horor", alias porno. Kami pun nonton diselingi komentar-komentar seputar seks sambil bercanda. "Adek ini udah punya pacar?" "Belum Pak" gue rada salah tingkah. "Ah, masa, padahal adek ganteng lho.." Gue agak kaget juga dengan pernyataannya. "Eeh, sibuk sama kerjaan Pak" Gue jawab sekenanya. Gue enggak mungkin dong bilang alasan sebenarnya bahwa gue ini enggak tertarik sama cewek. Akhirnya kembali kami mengobrol, kali ini bener-bener ke arah seks. Enggak nyadar ternyata gue sudah bersandar di senderan tempat tidur, begitu juga dengan pak Han. Tanpa gue sadari ternyata tangan pak Han yang kekar itu menyentuh dan membelai lengan gue. Gue menahan napas tapi gue pura-pura enggak peduli sambil ngelihat TV. "Dek..." Pak Han bicara, tapi agak pelan. Gue jadi keringat dingin, "ada apa Pak?" "Saya minta tolong, boleh enggak?" "Minta tolong apa sih Pak?" Badan saya saya condongkan ke arah Pak Han. "Boleh saya tidur di sini?" Wah, yang bener nih? Gue jadi semakin deg-degan. "Boleh aja Pak, asal enggak keberatan tidur berdua di tempat tidur". Tak lama kemudian kami merebahkan tubuh kami. Entah gimana mulainya ternyata tubuh pak Han merapat ke tubuh gue. melihat gue enggak protes Pak Han semakin berani memeluk tubuh gue. Oh, nyamannya dipeluk sama tubuh yang begitu kekar dan hangat. Seumur-umur gue belon pernah dipeluk. Akhirnya wajah Pak Han mendekat ke wajah gue. "Lho, Pak Han, kok begini sih? Gue pura-pura kaget". "Dek, bapak lagi pengen nih sama Adek, boleh ya?" Tatapan matanya yang teduh kembali menghujam dada gue. Tangannya kembali membelai wajah gue, bikin perasaan gue melayang-layang. "Pak, saya belum pernah begini sebelumnya, gimana ya?" Gue berterus terang. "Bapak sayang sama Adek." Hwaduh, tiba-tiba kok dia ngomong kayak ngerayu cewek aja. Terus terang gue juga jadi tersipu. "Yah, kalo Bapak mau sama saya, bolehlah, tapi pelan-pelan ya Pak karena saya belon pernah melakukan ini.." Akhirnya gue pasrah dengan jawaban gue. Kembali Pak Han tersenyum kemudian mulai mencium pipi gue. Ciumannya terasa lembut tapi agak geli karena kumisnya menggesek kulit muka gue. Gue memejamkan mata sambi meresapi setiap belaian bibirnya di wajah gue. Kecupan-kecupan Pak Han semakin lama semakin dalam. Kini lidahnya yang menjelajahi muka gue, nikmat sekali. Kemudian gue mengarahkan muka gue sehingga akhirnya kedua bibir bertemu. Dengan penuh perasaan Pak Han mencium bibir gue, makin lama makin ganas. Lidah kami saling bertautan. Gua belum pernah ciuman namun Pak Han pintar sekali membimbing lidah gue sehingga kami bener-bener menyatu dan bertautan. Gue enggak nyangka ciuman sama cowok bisa senikmat ini. Tubuh kami semakin merapat, tangan gue memeluk tubuh kekarnya dan membelai-belai punggungnya, merasakan setiap lekukan ototnya yang keras itu. Begitupun Pak Han, tangannya membelai punggung gue, menariknya sehingga semakin rapat ke tubuhnya. Gue merasakan betapa keras otot dada Pak Han. Kemudian Pak Han duduk di sisi tempat tidur dan dengan mudahnya mengangkat tubuh gue dan memangku gue di pahanya. Gue duduk di paha Pak Han berhadapan dengan wajahnya. Gue merasakan diri gue udah sangat terangsang, nafas gue sudah sangat memburu. Pak Han pun kembali mencium gue. Kali ini lidahnya menjelajahi leher gue. Terasa geli dan enak sekaligus sehingga enggak terasa gue mendesah-desah kecil. Kemudian tangan pak Han menyusup ke balik baju gue, dan membelai-belai kulit punggung gue. "Kulit Adek halus lho, Bapak buka ya bajunya?" Bisik Pak Han di kuping gue. Dengan sedikit mendesah gue bilang ya, langsung aja Pak Han membuka seluruh bagian atas pakaian gue. Kemudian dia langsung mencium dada dan perut gue, bertubi-tubi. Gue merintih kenikmatan serasa meresapi kecupan, sedotan dan jilatan bibir pak Han, apa lagi serangannya semakin tajam di daerah puting susu gue. Kumisnya juga ikut memberi sensasi nikmat yang bikin badan gue semakin menggelinjang. Oooh, nikmatnya, tubuh kami saling merapat dan menggeliat. lalu gue mulai membuka T-Shirt Pak Han. Melihat tubuh Pak Han tanpa kain itu membuat gue semakin nafsu. Gue bahagia sekali melihat keindahan otot Pak Han. Bener-bener sempurna dan jantan...apalagi ada bulu-bulu halus di sekitar dada dan putingnya, terus kebawah perutnya. Gue dorong tubuh Pak Han hingga jatuh terlentang. Terus gue serbu dadanya dengan ciuman dan kecupan gue. Gue benamkan wajah gue ke dadanya yang keras dan berbulu. Gua resapi kehangatan tubuhnya, dan gue hirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang khas dan bercampur dengan aroma minyak wangi, semakin membangkitkan birahi gue. Dengan penuh nafsu gue nikmati setiap mili tubuhnya. Tidak secuilpun dari tubuhnya yang engggak gue nikmati. Semuanya gue jilat, kecup dan sedot. Mulai dari pundak kiri pindah ke kanan, terus turun ke dadanya. Gue sedot dan kecup kedua puting susunya, gue jilatin bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitarnya. Pak Han kelihatan sangat menikmati perlakuanku. Gue lihat matanya terpejam, wajahnya bergerak ke kiri kanan, mulutnya mendesah mengeluarkan suara-suara seperti kepedasan. "oooh, aah, sssshhh uuuh..." Kemudian serangan gue turun ke perutnya. Gua rasakan otot-otot perutnya berbentuk 6 kotak itu mengeras, dan gue semakin gila mencium dan menjilatinya. Tubuh Pak Han semakin liar bergerak, pinggul dan perutnya mengayun ke atas ke bawah selaras dengan serangan-serangan gue di tubuhnya. Gue dudukan bagian di antara selangkangannya. Gua rasakan kejantannya keras sekali walaupun masih dilapisi oleh celana jins-nya. lalu gue gesek-gesekan selangkangan gue di kejantannya, membuat kedua tubuh kami semakin bergerak liar. Dengan keras lengan Pak Han merangkul punggung gue, dan menarik tubuh gue hingga jatuh ke dadanya. Kami kembali berciuman sambil saling menggesekkan kedua tubuh kami. Gue merasakan otot dada Pak Han yang keras itu menekan-nekan dada gue, bulu-bulunya menggelitik gue. Lalu pak Han menggulingkan kedua tubuh kami. Kedua tubuh yang bertelanjang dada itu pun saling bergulingan di atas tempat tidur disertai desahan dan erangan, bunyi kecupan pun memenuhi ruangan kamar itu. Tubuh Pak Han pun kembali menindih tubuh gue. Kedua paha gue dibuka sehingga dia bebas menyelusup di antara selangkangan gue. Gue menjilati otot lengannya, mulai dari pundak, bagian bisep dan trisepnnya enggak ada yang luput gue resapi baik itu yang kiri maupun yang kanan. Pak Han pun sibuk melampiaskan birahinya dengan menggesekan tubuhnya, menggesekan kejantannya ke kejantanan gue. Gesekan-gesekannya semakin lama semakin liar sehingga keringat kami mulai menetes. Kedua tubuh kami yang basah justru semakin membuat intensitas gesekan semakin nikmat. Akhirnya enggak sabar lagi gue mulai membuka kancing celananya. "Pak, saya buka ya...Bapak juga buka celana saya." Kami pun saling membuka celana kami masing-masing, semuanya seningga kami berdua pun telanjang bulat. Dengan takjub gue melihat penis Pak Han. Penisnya bener-bener sempurna. Ukurannya besar, sekitar 20 cm dan batangnya dikelilingi otot dan urat yang menonjol. Bulu-bulu halus juga tumbuh, mulai dari selangkangannya terus ke perutnya. Kepala penisnya yang berwarna merah gelap itu kini terlihat agak basah dengan tetesan cairan birahi Pak Han. Tanpa menunggu lagi gue pun mengulum kepala penisnya. Terasa cairan precum-nya yang agak asin dan manis namun nikmat sekali. Ooh, Pak Han pun menggelinjang, tubuhnya semakin meronta-ronta, namun gue terus menyedot-nyedot penisnya tanpa ampun. Mulai dari pangkal penisnya, kedua biji zakarnya yang gue jilatin, gue hirup aroma lelakinya, terus menjalar ke batangnya dan akhirnya ke kepala penisnya. Begitu terus gue sedot berulang-ulang. "OOOh, aah, deeek...nikmaat, ssshh..uuuh" Pak Han mengerang semakin keras, menambah semangat gue untuk terus menikmati penisnya, memberikan kenikmatan yang penuh intensitas kepada diri pak Han. Lalu gue kocok-kocok penis pak Han, sambil gue mencumbui kedua pahanya yang penuh bulu itu. Gue jilatin seluruh senti pahanya, kiri dan kanan, sementara tangan kanan gue mengocok penisnya, dan tangan kiri gue meremas-remas perut dan dadanya. Semakin lama gue rasakan Pak Han sudah semakin mencapai puncaknya. Dia mendengus-dengus seperti kerbau. Erangan dan geliatan tubuhnya semakin intens. Gue akan memberikan Pak Han kenikmatan yang hebat. Wajah gue mendekat ke penisnya dan gue kulum lagi, kali ini gue sedot dgn kuat seperti enggak akan gue lepas lagi. Semakin keras erangan Pak Han, semakin kuat sedotan gue. Kedua tangan Pak Han, meremas-remas rambut gue, melampiaskan rasa nikmat yang dia dapatkan. Kemudian gue merasakan penisnya semakin keras dan berdenyut-denyut di mulut gue. Segera gue lepas kuluman gue namun gue kocok batangnya semakin kuat. Pinggul pak Han naik turun dengan hebat sehingga tempat tidur terasa bergetar. "AAAARRGGHH..UUUH...YEEEAAGHH" Erangan liar Pak Han membahana ruangan kamar kemudian dengan indahnya gue saksikan penis Pak Han memuntahkan isinya, air mani yang sangat kental itu muncrat ke udara dengan indahnya, bergelombang dan berkali-kali, dan mendarat di dada pak Han yang penuh keringat itu. Tubuh pak Han meronta-ronta liar namun gue tahan dengan mendindihnya. Tangannya mencengeram tangan gue, namun gue enggak berhenti mengocok penisnya hingga semprotan sperma Pak Han semakin berkurang hingga hanya tetesan mani keluar membentuk benang yang berwarna putih kristal. Lalu gue pun kembali mengulum penisnya. Menyedot habis sisa-sisa air mani yang masih ada. "Oooh...deek..nikmaat.." Erangan pak Han semakin melambat. Gue resapi setiap tetesan maninya yang nikmat itu, dan gue telan. Kini tubuh Pak Han terkulai terlentang, lemas. Dadanya yang penuh keringat itu kini dipenuhi dengan cairan putih kental naik turun dengan nafasnya yang menderu. Gue lihat matanya terpejam, meresapi sisa-sisa kenikmatan yang ada. Lalu gue pun kembali merambat ke atas tubuhnya. Tangan gue pun membelai dan meratakan setiap tetes air mani ke dadanya, sehingga kini dada dan perutnya menjadi lengket karena air mani dan keringatnya bercampur merata ke setiap lekukan ototnya. Lalu gue pun membenahi wajah gue dan meresapi aroma sari lelaki Pak Han itu di seluruh tubuhnya. Gue jilat dan hirup setiap senti cairan yang ada, semakin ke atas kemudian gue mencium bibir pak Han. Pak Han pun membuka matanya. Dengan lembut dia memandang gue. Gue seka keringat yang menetes di keningnya. Kemudian gue bertanya. "Bagaimana Pak Han, puas?" Dia pun tersenyum. "Luar biasa. Bener-bener nikmat. Ohh.." Lalu dia teringat. "Adek saya keluarkan juga ya?" "Dengan lembut gue mengangguk lalu dia pun menggulingkan tubuh kami sehingga dia menindih tubuh gue. Tangan kanannya membelai halus wajah dan kening gue sementara tangan kirinya membelai penis gue yang masih tegak itu..Sambil mengocok penis gue, dia pun kembali mencium bibir gue dengan lembut. Gue pun memeluk punggungnya lagi. Semakin lama kocokannya semakin intens, tubuh gue semakin bergerak liar dan berayun-ayun. Ciuman pak Han pun kini turun ke dada dan perut gue, terus mulutnya mulai mengulum dan menyedot penis gue. "Oooh, baru kali ini penis gue disedot dan rasanya bener-bener nikmaat, sampe ke ubuh-ubun. Sedotan pak Han bener-bener hebat, tak lama gue merasakan puncak kenikmatan menyerang gue. Tubuh gue mengayun liar ke atas ke bawah, gue memeluk pak Han semakin keras, sementara kocokan Pak Han semakin kuat, disertai sedotannya. Kemudian dia melepaskan isapannya dan kembali menindih gue tapi tangan kirinya semakin kuat mengocok penis gue. Dia benamkan wajahnya dia leher gue dan gue pun memeluk tubuhnya. Erangan gue semakin kuat, pak Han pun semakin kuat mengocok. "AAAARRRGGHH, PAK HAAAN OOOH..." Cret, cret...tanpa terbendung lagi cairan mani gue pun menyemprot ke udara, berkali-kali gelombang kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh gue. Ooh, sangat nikmat, lebih hebat ratusan kali daripada hanya bermasturbasi. Gue peluk tubuh Pak Han semakin kuat, tak terasa kuku-kuku gue benamkan dipunggungnya, seraya meresapi rasa nikmat itu. Setelah mereda, pak Han pun bergerak turun ke perut gue, dan mulai menjilati dan menyedot habis semua sisa cairan mani gue....AAhh, sangat nikmat. Lalu pak Han mencium kening gue lembut dan mebisiki kata-kata sayang ke telinga gue. Tak Lama kemudian kami pun tidur saling berpelukan, kepuasan yang kami dapatkan malam itu benar-benar luar biasa, membuat kami terlelap. Demikianlah, selama dua minggu dinas gue di kota itu, setiap malam Pak Han terus menemani tidur gue. Setiap malam kami bercinta, dan saling memberikan kenikmatan dan kepuasan. Memang kami saling menyayangi dan mencintai dan tak terpisahkan. Bila ada diantara pembaca yang memiliki kriteria seperti Pak Han dan ingin berkenalan dengan gue, boleh kirim ke asuganda@hotmail.com.