Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pemijat Dadakan

by DAVE


Pemijat Dadakan Aku adalah seorang pemuda berusia 16 tahun. Walau masih lumayan muda aku mempunyai tubuh yang cukup bagus karena sering latihan di gymnasium. Aku memang menyukai olahraga. Namaku Anton, walaupun banyak cewek di sekolah yang suka atau naksir kepadaku, entah kenapa aku tidak merasa tertarik kepada satupun diantara mereka. Aku menganggap mereka semua sebagai teman. Di lingkungan sekolah aku tidak mempunyai teman yang sangat akrab, aku lebih sering bergaul dengan tetangga sebelah rumahku yang kebetulan merupakan tempat kost dan salah seorang yang paling akrab bergaul denganku adalah Syarif, seorang mahasiswa yang mempunyai banyak kesamaan denganku. Syarif berusia 23 tahun. Dia pula yang mengajakku rutin berlatih di klub fitness atau renang. Pada suatu sore, Syarif menawariku untuk main ke tempat kerjanya. Setahuku memang beberapa minggu terakhir ini Syarif agak sibuk dan mempunyai jadwal kerja walaupun bukan berstatus pegawai tetap. Yang jelas dia sering pulang agak larut dan jarang bisa ngobrol denganku seperti biasa. Aku menerima tawarannya dan berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku berboncengan motor dengannya dan sampailah kami di sebuah rumah di sebuah kampung. Syarif lalu memarkir motor dan mengajakku masuk ke rumah tersebut. Di dalam terdapat sebuah meja seperti meja penerima tamu dan beberapa kursi berjajar. Ada beberapa orang pemuda yang sebaya Syarif dan rata rata berbadan kekar sedang mengobrol. Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu mengenalkanku kepada mereka. Rata-rata mereka ramah sehingga aku merasa lumayan betah disana. Syarif lalu memintaku duduk menunggu di ruang tamu tersebut dan beberapa temannya mengajakku mengobrol ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang dalam. Tak lama kemudian ada seorang bapak bapak masuk dan menyapa salah seorang pemuda yang sedang duduk. Lalu setelah bercakap cakap sebentar mereka keluar. Selang beberapa menit Syarif keluar dengan seorang lelaki yang usianya kira kira 30 tahunan. "Ton, kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue", kata Syarif Aku lalu berjabat tangan dengan mas Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang bagus. Kami lalu mengobrol ringan dan dalam waktu 20 menit, para pemuda yang tadi di ruang tamu telah kedatangan tamu dan ada yang langsung pergi, ada pula yang naik ke lantai atas. "Mas.. kerjanya apa sih, dari tadi kok banyak sekali tamu yang keluar masuk ?" tanyaku penasaran. "Ah.. kerja gue sih ringan aja.. cuman nemenin tamu ngobrol terus.." Belum sempat Syarif menyelesaikan kalimatnya pintu terbuka dan muncul seorang lelaki. Syarif lalu menyapa dan menyilahkan masuk. Setelah berbincang bincang beberapa saat. "Ton, gue tinggal dulu ya.. gue harus temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini bentar" Tanpa memberi kesempatan padaku untuk bertanya, Syarif sudah keluar dengan lelaki yang disebut tamunya itu. Aku mulai heran dan bertanya tanya apa sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena aku hanya sendirian, akhirnya aku mengambil majalah yang terletak di meja. Majalah itu ternyata adalah majalah fitness yang memuat banyak sekali gambar gambar pria yang memamerkan keindahan tubuhnya. Harus kuakui sebenarnya aku agak bingung dengan diriku karena aku lebih suka melihat pria yang bertelanjang dada. Kelihatan gagah dan perkasa. Sedang asyik asyiknya aku melihat lihat majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali terbuka. Muncullah seorang lelaki bertubuh kekar memakai kaos ketat sehingga keindahan tubuhnya dieksploitasi. Aku mengangguk dan mencoba menyilahkan dia duduk. Kulitnya agak hitam terbakar matahari dan rambutnya dipotong cepak sekali. Dia lalu duduk di sebelahku. "Sendirian saja dik ?" tanyanya ramah. "E.. iya.. lagi pergi semua.." jawabku. Diam diam aku memperhatikan tubuh lelaki itu yang benar benar kelihatan gagah dan jantan. Kaos hijau ketat yang dipakainya semakin melihatkan otot otot tubuh yang dimilikinya. Puting susunya kelihatan menonjol. Tiba tiba dia mengulurkan tangan dan mengajakku berkenalan. "Kenalkan, nama gue Jamal", katanya. "Anton", kataku menyambut uluran tangannya. "Bisa kita pergi sekarang Ton ?" "Eh.. ini.. sebentar.." aku gugup sekali karena tidak menyangka aku dikira sebagai pegawai disana. "Kenapa ? harus jaga kandang ? pamit aja sama Amir." katanya memberi saran. Aku teringat bahwa mas Amir masih ada di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan masuk ke dalam untuk mencari mas Amir. Kudapati mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu menyapanya dan memberitahu bahwa ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar. Rupanya mereka telah kenal. "Buset elo Mir.. dapet darimana barang bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal bertanya seperti itu kepada mas Amir. "Ah.. elo Mal.. sebenarnya...." mas Amir lalu berbisik bisik kepada Jamal. Setelah berbincang bincang beberapa saat. Jamal kembali duduk sementara mas Amir menghampiriku dan menggamit lenganku untuk masuk ke dalam. "Ton.. elo mau kagak bantuin gue ?" "Bantuin apa mas ?" "Anak buah gue kan pada pergi semua nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.." "Loh.. saya kan gak kerja disini mas ?" "Kagak apa apa.. Jamal sendiri yang minta kok.. " "Tugas saya nanti apa aja mas ?" "Elo bisa mijit kagak.. ?" "Saya.. kagak gitu bisa mijit mas.. " "Ah.. udahlah.. elo temenin aja dia.. entar elo turutin aja dia maunya apa.." "Tapi nanti Syarif.." "Udah.. itu urusan kecil.. " Usai berkata begitu, mas Amir langsung menggamit lenganku keluar dan menyorongkanku kepada Jamal. Aku mulai berdebar debar, apa yang akan terjadi padaku nanti. Jamal lalu mengajakku keluar dan kami lalu berjalan menyusuri kampung itu sampai di jalan raya dimana Jamal memarkir mobilnya dan menyuruhku masuk ke dalam jeepnya. Dia lalu melarikan mobilnya. Untung Jamal orangnya ramah. Dia mengajakku mengobrol santai, kadang juga kita bercanda. Dia juga menceritakan tentang dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi dia tidak bercerita banyak tentang pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang cuti dan ingin refreshing. Aku mulai bingung saat Jamal melarikan mobilnya ke arah luar kota. "Kita mau kemana ini mas ?" "Gue lagi pengen ke pantai nih.. dan tolong jangan panggil gue mas dong.. " "Tapi saya belum bilang orang rumah, nanti mereka mencari.." "Nih ada telpon, elo telpon sekarang.. bilang elo diajak temen nginap" dia melemparkan handphonenya ke arahku. Walau agak ragu, tapi akhirnya aku menelpon juga ke rumah dan memberi kabar aku akan menginap di rumah temanku supaya tidak terlalu banyak ditanya. Hari sudah malam saat kami sampai di sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal lalu memarkir jeepnya di sebuah rumah dan dia turun meminta kunci ke sebuah rumah. Lalu dia mengajakku masuk ke sebuah rumah kecil di pinggir pantai. "Kenapa Ton, kamu tegang ya ? Jangan khawatir lah.. gue cuman butuh ditemenin aja kok" Jamal lalu merangkul pundakku dan mengajakku masuk ke dalam rumah. Rumah itu berupa kamar berukuran sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar mandi. Di tengah tengah terdapat sebuah kasur pegas. Jamal lalu membuka jendela kamar dan membiarkan angin pantai bertiup masuk ke dalam kamar. "Ah... segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap rumah elo sendiri deh" Jamal lalu melepas sepatunya kemudian berdiri dan meloloskan kaos hijau ketatnya. Aku yang sedang duduk di ranjang amat terkagum kagum melihat dadanya yang begitu kekar perkasa. Puting susunya begitu hitam dan tegang. Dia tersenyum melihatku melihatnya seperti itu. "Kenapa Ton, elo suka liat tetek gue ?" "Eh.. i.. iya.. tetek elo bagus " "Tubuh elo juga lumayan bagus kok.. cuman butuh latihan rutin aja" Dengan cuek Jamal lalu melorot celana panjangnya sehingga dia hanya mengenakan kolor yang alamak seksi sekali. Mana kontolnya kulihat begitu jelas membayang di balik kolornya yang tipis dan minim itu. Diam diam aku merasakan bahwa kontolku juga tegang melihat dia hampir telanjang seperti itu. Baru kali ini memang aku melihat langsung di depan mataku tubuh lelaki yang hampir polos. Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku untuk melepas pakaianku. "Ayo Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin gue.. tubuh gue capek semua nih" Dia lalu menelungkupkan diri ke ranjang. Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di bagian belakangnya sehingga pantatnya yang bulat kencang itu terlihat dengan jelas. Aku semakin gemetaran menahan nafsuku dan juga menahan rasa sesak di celanaku akibat kontolku yang semakin ngaceng. Aku lalu melepas bajuku dan mengambil body lotion yang disiapkan oleh Jamal. Kemudian aku menduduki pahanya dan mulai mengoleskan body lotion ke punggungnya. Saat aku mulai memijit tubuhnya yang kencang itu, Jamal sesekali mengerang nikmat. Setelah beberapa lama, dia memintaku untuk memijit kaki dan pahanya. Dia mengangkangkan kakinya sedikit sehingga terlihat lubang pantatnyayang dipenuhi oleh bulu bulu lebat berwarna hitam itu. Tiba tiba Jamal berbalik sehingga kini dia terlentang dan memintaku memijit dadanya. Saat aku hendak duduk di sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan memintaku duduk diatas pahanya, sehingga saat aku membungkuk memijit dadanya, bagian kontolku bersentuhan dengan kontolnya yang masih terbungkus celana dalam minim itu. Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng. Jamal mengangkat tangannya sehingga bulu bulu ketiaknya terlihat dan membuatku semakin terangsang. Dia mengerang penuh kenikmatan saat tanganku memijit dadanya dan memintaku untuk memainkan jariku di puting susunya. "Sekarang.. lepas kolor gue" perintahnya Antara ragu dan ingin tahu, kulepas juga perlahan lahan kolornya sehingga kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup besar dan panjang. Hitam dan dikelilingi oleh bulu bulu jembut yang keriting dan lebat. "Ya.. sekarang pijitin tuh kontol gue.." suruhnya lagi Tanpa diulang dua kali aku lalu meraih kontolnya dan memainkannya. "Bukan dengan tangan.. dengan lidah elo" Bagai kerbau dicucuk hidung, aku mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan kujulurkan lidahku untuk menjilati kontolnya bagaikan es krim. "Oh ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo Ton" Aku semakin bernafsu menjilati kontolnya yang super ngaceng itu dan kumainkan tanganku di pelernya. "Masukin ke mulut elo Ton.. masukin semuanya..." Lagi lagi aku menuruti kata katanya untuk memasukkan kontolnya ke mulutku, mulai dari ujung sampai ke pangkalnya. "Ooooooooooohhhh... yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss... jangan berhenti Tooonnnn" Puas kujilati dan kukulum kontolnya, Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya. Dia lalu menyuruhku melepas celana jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang bulat, dia menyuruhku berdiri di depannya dan kini dia yang menjilati kontolku. Nikmatnya benar benar tak terhingga. Aku sampai merasa terbang di awang awang. Bahkan tak lama kemudian aku tak tahan lagi atas rasa geli dan nikmat yang tak terkira. "Oooohh.. Mal... gue gak tahan.... oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa... AAHHHHHHHHHHH" Kusemprotkan air maniku yang sudah tak tertahankan itu mengenai mulut, muka dan rambutnya. Aku kemudian terkapar lemas di ranjang. Benar benar suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Jamal lalu memelukku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mulutnya tiba tiba menempel di mulutku. Aku membalas ciumannya dengan bernafsu. Ohhh... nikmat sekali rasanya, sementara tangannya meremas remas tetekku. "Gimana Ton, elo suka kan ?" "Suka sekali Mal... nikmat..." "Itu belum seberapa sayang... gue akan kasih elo sesuatu yang lebih enak" "Apa itu Mal ?" "Gue pengen ngentotin elo Ton, elo mau kan gue entot ?" Tanpa menunggu jawabanku, Jamal lalu menggamit kakiku dan membentangkannya lebar lebar sambil diangkat. Diganjalnya pinggulku dengan bantal dan dia mengambil lotion yang masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang anusku. Jarinya lalu dimasukkan ke silitku, pertama tama satu jari, dua jari dan entah sampai berapa jari yang dia masukkan yang jelas aku merasa aneh tapi nikmat menjalari sekujur tubuhku. Jamal kemudian berlutut di antara kedua kakiku yang tetap terangkat. Disandarkannya kakiku ke dadaku sementara dia memainkan kontolnya dan mengarahkannya ke lubang silitku. Kurasakan kepala kontolnya menempel di lubang silitku. Dia lalu membungkuk dan mencium bibirku, saat itu juga kurasakan kontolnya memasuki silitku. Rasanya benar benar gila. Aku ingin menjerit karena merasakan silitku seperti terbakar tapi yang keluar dari mulutku hanyalah rintihan kecil. Rontaanku juga tak berarti karena tubuhnya begitu berat menindih tubuhku. Akhirnya aku hanya bisa pasrah membiarkan rasa panas itu. Rupanya kontolnya telah masuk semua sampai ke pangkalnya ke dalam silitku karena kurasakan bulu bulu jembutnya menempel di pantatku. Saat itu dia berhenti sejenak dan kurasakan rasa panas dan perih itu hilang seketika berganti dengan suatu rasa aneh dan nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi saat setelah itu Jamal mulai menggerak gerakkan kontolnya maju mundur di dalam silitku. Aku merasa suatu kenikmatan yang paling hebat. Aku merintih dan mengerang saat dia menghentakkan kontolnya keras keras ke dasar silitku. Entah berapa lama Jamal menyanggamaiku seperti itu, yang jelas dia kemudian kembali menegakkan tubuhnya sambil tetap mengentot silitku. "Ohhh... ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?" "Eeeeeeeeeehh... i... yaaaaa..... euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh" Hentakan kontol Jamal makin lama makin cepat sampai akhirnya. "OOhhhhhhhhhh... Toooonnnnnn..... gue keluar........................" teriaknya Setelah itu Jamal menghentakkan kontolnya beberapa kali sampai akhirnya dia berhenti total dan ambruk di atas tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang meleleh keluar dari sela sela kontolnya dan silitku. Jamal lalu mencium bibirku dengan mesra. "Thanks Ton, gue suka elo" "Sama sama Mal.. gue juga suka sama elo" Setelah beristirahat beberapa jam, Jamal mengajakku keluar ke pantai yang masih gelap itu dengan telanjang bulat. Kami kemudian mandi di pantai dan saat duduk di pasir, kembali Jamal menciumi bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia ngentotin aku di atas pasir pantai. Sampai sekarang Jamal masih sering mengajakku untuk menemaninya. Tapi dia tidak lagi menjemputku di tempat temanku Syarif bekerja, melainkan langsung ke rumahku. Ya, kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku harus mengucapkan terimakasih pada Syarif yang telah mengenalkanku kepada Jamal kekasihku. Kadang kami juga mengundang Syarif untuk ikut join dalam permainan kami. Due to international translation technology this story may contain spelling or grammatical errors. To the best of our knowledge it meets our guidelines. If there are any concerns please e-mail us at: CustomerService@MenontheNet

###

16 Gay Erotic Stories from DAVE

Another Real Experience

You may remember me from a story (which was a true experience) that I submitted a few weeks ago (called 'My Model' under 'First Experiences") . My name's Dave and I'm 18 yrs old , 19 next year I had my experience when I was 17 and haven't been able to get enough man cock since. Anyway I've dumped the girlfriend now and would like to share another of my experiences

Enculado Uno, Envergado el Otro

No acababa yo de salir de la perplejidad. Estaba tirado en un cama vieja, adolorido de todo el cuerpo por la madriza recibida, con la cara hinchada y la boca partida, atado de manos y de pies. Me sentía, además, mojado, muy mojado. Del miedo o qué se yo, me había orinado encima de mi mismo... Y, aunque no me guste admitirlo, me había cagado también, de tal suerte que apestaba

Fantasy Eastenders

It had been a hard day at school for Jamie and Martin. Both boys had just finished a PE lesson, thankfully the last lesson of the day. They arrived back home at Albert Square and headed for Martins house. The Fowlers house was deserted. Pauline would be at the launderette for at least a few hours yet. The two boys headed up the stairs to Martins room and slumped on the bed.

Fun At The State Fair: Day Four

You may remember in my first story I mentioned that three of my four sexual experiences during the Fair were with guys named Charles, or variations thereof. First there was Chaz; on the third day was Charles (in between was TeeJay); and on the last day I attended, I linked up with a hot dude who liked to be called either Chuck or Charlie. He was back behind the midway, shirtless,

Fun At The State Fair: Day One

I got unusually wild the weekend before the 9/11 tragedy hit. My partner was away for a family funeral, and I got bored, so I decided to drive down to the south end of town, have a couple of cold ones, and check out the State Fair. And I am way fucking glad I did! This is really strange, too, because over the course of the weekend, it involved four carneys, three of whom were

Fun At The State Fair: Day Three

After work, I got to the Fairgrounds around 5 PM and spent a lot of time cruising the carneys, playing at seducing three gorgeous ones ... ranging in age from around 20 to right around 40. All three of these dudes disappointed me, answering my suggestion with a) "I'm gonna pretend I didn't hear that. Please don't repeat it." ... b) "No, I ain't into that kinda shit." ... and c) "If

Fun At The State Fair: Day Two

On the second evening of the State Fair, I went in to look for Chaz again. But at his booth, instead of Chaz, there was this really nasty hefty ugly lumpy dude. So I walked around and cruised the crowds a while. There was some very nice cock walking around there. After an hour or so, I was getting hungry (for food). Something smelled really good -- smoky and fragrant -- and soon I

Keeping "Score"

***The following is a work of fiction*** The seats themselves weren't that great: the view of the basketball court was barely viewable, and I couldn't make out most of the players I was looking for, Nick Carter in particular. He was so fine, that was for sure, and as I sat in the bleachers watching for him I suddenly found my eye-candy. I squinted. So, it was he in that white

Lunch Break, Part 1b

There was something about the story "Lunch Break, Part 1" on www.menonthenet.com that made me do something I had never done before: I wrote the author. HotRod and I hit it off right away. Imagine my surprise to find out we worked in the same town. After a week or so, he agreed to meet me for drinks. I suggested a place I knew near his office and told him I'd pick him up after work.

Mi Idolo Deportivo, Parte 1

Primera parte de Mi Idolo deportivo Un muchacho puede estar enamorado sin darse cuenta de su idolo deportivo. En este episodio lo acabo de descubrir. (Yollotl50@hotmail.com) El Pantera estaba acabado. Sus años de gloria en el ring se habían esfumado y ahora los golpes le caían una y otra vez con ganas de romperle todita la madre. Él se enconchaba y resistía indómito, mientras

Mi Idolo Deportivo, Parte 2

La segunda pelea preliminar ya había acabado y se anunciaba un atractivo combate entre dos peleadores mexicanos. Mi padre me preguntó si estaba mi estómago mejor y yo aseguré que sí. Cuando empezaba el tercer round de la pelea sentí de pronto un piquete en el trasero, por abajo del asiento. Al mismo tiempo una mano me tocaba con fuerza el cuello y una respiración calida me

My Life In The Adult Book Store, Part 1

This is a true story. I won't take time to tell you all the "stories" as then we would have a novel. If you like this one, I may send in supplements. It all started when I was hired in as a clerk at one of our better Adult Book/Video stores that has an Arcade. Being single I had enjoyed my share of female partners, and an occasional male. Not that I was all that

My Model

I was 17 when I had my first experience with another man (I'm 18 now). Let me tell you about it... I was at school all of last year , taking my A levels and was a frequent visitor to gay pubs and clubs in London , though I had never actually been approached by or approached anyone before . Well , this time it was different as almost as soon as I got to a club , on a wet

Pemijat Dadakan

Pemijat Dadakan Aku adalah seorang pemuda berusia 16 tahun. Walau masih lumayan muda aku mempunyai tubuh yang cukup bagus karena sering latihan di gymnasium. Aku memang menyukai olahraga. Namaku Anton, walaupun banyak cewek di sekolah yang suka atau naksir kepadaku, entah kenapa aku tidak merasa tertarik kepada satupun diantara mereka. Aku menganggap mereka semua sebagai teman. Di

Staying After School

I'm taking Global3, I'm a good student. I always hand in the homework and I get high grades in every test. I sometimes sit in class and observe people in my class; I seem to do that alot. Now I'm straight but I also check out guys. There's this one guy who caught my eye; he's in my class and his name is Steve. I thought he was pretty good looking and not to sound stuck up but the

Walking on the Beach

It had been a long day at work and I couldn't be bothered cooking so I decided to go for a walk on the strand down the road from my house. It was a very warm evening and I had been feeling particularly horny so I got into my shorts and t-shirt, the kind of tight shiny Adidas shorts that accentuate my bulge and ass. I may be in my thirties, but I keep trim and, if I may say so, look

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story