Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Ah, nikmatnya tubuh ketat satpam Hotel Mulia!

by Aris Fadillah Metro


Sore itu aku tidak punya rencana untuk melakukan hubungan sejenis. Tapi kalau peluang emas tiba-tiba datang, mengapa aku tidak memanfaatkannya (why not)? Temanku di kantor menikah pagi hari dan sorenya dia mengadakan acara resepsi di Hotel Mulia, Jakarta. Kali itu aku berangkat ke resepsi sendirian. Setelah selesai menyalami kedua mempelai, ngobrol, makan dan cuci mata sebentar aku pulang. Mobil kuparkir di tempat pakir hotel yang bertingkat itu. Setelah agak bingung sebentar mengingat-ingat letak mobil, akhirnya mobilku ketemu juga. Sementara mencari-cari mobil kulihat Satpam di hotel itu ternyata banyak yang ganteng dan putih bersih. Maklum hotel itu dibangun oleh Keluarga Cendana yang pernah berkuasa. Mungkin para Satpam itu bekas satpampres zaman Soeharto, tentara atau polisi atau mungkin malahan orang yang masih berdinas aktif. Ketika pikiran binalku yang homo dan mata keranjangku yang liar sedang menikmati pemandangan kelelakian indah itu. Tiba-tiba aku mendengar : "Selamat malam, Pak", rupanya seorang satpam yang jaga di tempat parkir menyapaku. "Selamat malam", jawabku. Aku bukan orang yang peramah, tapi kali itu aku bersikap seramah mungkin. Bukan apa-apa, ternyata Satpam yang menyapaku ganteng, putih bersih, kekar, atletis dan ramping. Begitulah kepakaran otakku yang homo ini merekam penampilan lelaki setiap kali bertemu cowok cakep. Dasar homo, otakku cepat berpikir bagaimana caranya aku bisa mencicipi salah satu dari sekian banyak Satpam Hotel Mulia yang menurut sensasi mataku malam itu amat ganteng-ganteng. Akalku jalan dan aku pura-pura bertanya pada Satpam yang menyapaku, bagaimana caranya keluar dari kompleks Gelora Senayan itu.Aku beralasan bahwa kalau malam hari aku sering keder(confused).Satpam itu mencoba menerangkan dengan jelas arah yang harus kupilih setelah keluar dari halaman hotel. Mataku pura-pura mendengarkan penjelasannya padahal aku sedang menikmati kegantengan wajahnya dan kekekaran otot tubuhnya. Kupikir lebih tepat dia jadi bintang film, model, atau peragawan. Kenapa dia justru jadi Satpam.Atau alangkah baiknya kalau dia jadi Satpam di rumahku saja untuk menjadi body guardku sekalian pemuas nafsu homo ku. Begitu otak homoku yang liar berkhayal. Karena kepanasan, jas kulepas aku berusaha terus ngobrol bertanya-tanya pada Satpam tadi masalah keamanan di hotel itu, jumlah tamu segala macam. Maksudnya supaya aku bisa lebih lama ngobrol dengan Satpam yang cakep itu. Sementara kontolku jadi ngaceng, mungkin terpengaruh oleh enersi atau aura yang dipancarkan oleh kegantengan, kekekaran dan ke-macho-an Satpam itu. Untuk dapat menyamarkan minat seksku yang menggebu-gebu pada Satpam itu, aku sengaja menjauhi topik pribadi dan berusaha bersikap sejantan mungkin (sic!). Bahkan aku sengaja tidak tanya namanya. Aku panggil saja dia "Mas" dan dia panggil aku "Pak". Secara hati-hati dan se-elegan mungkin, aku bertanya malam itu dia jaga sampai jam berapa. Pucuk dicita ulam tiba!. Rupanya dia baru saja selesai jaga (aku lupa tanya jadwal jaganya dari jam berapa sampai jam berapa). Lalu aku tanya letak rumahnya (dia menyebut suatu tempat di Jakarta Selatan) dan aku nekat berbohong bahwa aku juga mau ke arah itu.Akhirnya aku sampai pada keberanianku untuk meminta dia menemaniku pulang,dengan alasan karena aku ragu akan keamanan Jakarta. Padahal hampir setiap malam aku keluar sendirian, naik mobil,jalan kaki, naik bis atau taksi sekedar untuk berburu kontol dan mulut, puting susu, ketiak, jembut dan lobang pantat lelaki, untuk dinikmati dan di-entoti! Seperti umumnya semua lelaki gay, aku tidak pernah puas dengan hubungan sejenis dengan satu orang, maunya berganti-ganti pasangan terus. Gaya hidup seperti ini sangat bahaya karena dapat berisiko tertular penyakit AIDS dan penyakit kelamin. Aku juga nekat, kalau berhasil mendapat partner hubungan sejenis hampir tidak pernah pakai kondom. Mana sempat dan mana tahaan?. Boleh jadi aku sudah tertular HIV dan darahku sudah positf HIV. Barangkali lima atau sepuluh tahun lagi aku kena AIDS dan mati. Aku tidak perduli!. Mau mampus, mampuslah, aku sudah siap dan sudah bosan hidup bertualang terus untuk mendapatkan obyek seksual sejenis akibat harus jadi lelaki homo! Mungkin karena berprofesi sebagai seorang Satpam maka ia jadi merasa berkewajiban untuk melindungi aku. Mas Satpam itu bersedia pulang naik mobilku. Ternyata, biasanya dia pulang ke rumah naik bis atau kendaraan umum lain (angkot, bajaj, atau ojek). Demikianlah, mobil kubawa meluncur ke arah Kebayoran. Dia duduk di sampingku di kursi depan. Di dalam mobil jaketnya yang berwarna hitam dipakai, mungkin untuk menutupi seragam Satpam-nya.Hatiku berbunga-bunga berdampingan dengan cowok ganteng, sekaligus gelisah dan cemas apakah aku akan punya kesempatan menikmati tubuhnya yang jantan dan kelaki-lakian itu. Sesampainya di depan Patung Pemuda Ratu Plaza aku pura-pura merasa "haus" dan mengajak cowok yang baru kugaet itu mampir dulu di Blok M Plaza untuk minum.Dia mau saja. Kami minum di suatu kafe sambil ngobrol. Kira-kira setengah jam kami ngobrol, aku pura-pura punya masalah. Aku bilang bahwa sebetulnya aku tinggal dan bekerja di luar negeri dan aku datang ke Jakarta hanya untuk menghadiri pernikahan temanku karena itu selama tiga hari aku tinggal di Hotel Grand Mahakam. Mobil yang kupakai, aku bilang pinjam dari teman. Aku katakan juga bahwa aku merasa kurang aman jika harus tinggal sendirian di hotel. Lalu aku tanya dia apakah dia bersedia menemani aku malam itu di hotel. Dia tidak keberatan, asal tidak lebih dari satu malam itu dan dia tidak tampak curiga aku punya maksud lain. Segera saja aku ke kasir untuk membayar minuman lalu pura-pura ke toilet. Dari toilet, melalui HP, aku pesan kamar ke Hotel Grand Mahakam yang letaknya hanya bebrapa ratus meter dari Blok M Plaza. Kebetulan aku punya banyak kenalan di manajemen Hotel Grand Mahakam , karena perusahaanku sering meanggunakan ball room atau ruang rapat lainnya dari hotel itu. Aku pesan agar aku dapat langsung masuk kamar karena sedang sakit kepala hebat. Aku akan menyerahkan KTP dan credit card sebagai jaminan di resepsionis. Aku juga minta diberi kamar dengan twin bed agar bisa istirahat lebih nyaman. Mereka setuju. Kami segera berangkat ke hotel. Sesampainya di hotel, mungkin kami berdua dikira seorang bos dengan pengawal atau body guard-nya. Sesuai permintaanku aku segera diberi kunci kamar dan aku minta Mas Satpam ikut ke kamar. Mas Satpam itu menanyakan apakah dia tidak tunggu di luar saja. Aku bilang aku sering takut sendirian. Dia menurut dan aku bilang jika ingin mandi silahkan saja. Agaknya karena gerah dan se-sore-an belum mandi dia mau mandi. Aku pura-pura berbaring menelentang. Waktu dia menanggalkan jaketnya aku bilang bahwa kamar mandinya sempit, karena itu kalau mau melepas pakaian di luar kamar mandi tidak perlu sungkan. Entah karena bodoh atau karena sebab lain, dia masih menurut. Tanpa ragu-ragu pakaiannya dilucuti di bawah pandangan mataku. Kontolku makin terasa ketat dan kencang melihat seorang pria ganteng menelanjangi dirinya di hadapanku. Segera aku bisa melihat tubuhnya yang atletis berotot ketat. Otot dadanya menonjol kedepan dengan dua puting susu yang ketat dan nikmat, ototnya perutnya juga rata dan ketat. Tubuhnya hanya ditutupi kancut yang berwarna coklat yang dirancang ketat dan rendah. Sehingga bagian atas jembutnya terlihat karena kancut rendahnya kancut itu. Bentuk kepala kontolnya (glans penis) juga membayang dengan jelas di kain bagian depan kancutnya yang tipis itu. Darah homoku bagai mendidih disuguhi pemandangan yang terlalu amat merangsang itu. Apalagi rambut ketiaknya yang hitam dan lebat itu tampak olehku sehingga membikin produksi air liur dalam mulutku meningkat dan cairan mazi (pre-cum) memancar nikmat di lobang kencingku. Aku sudah tidak tahan lagi, dengan cepat aku bangkit. Dalam keadaan masih berpakaian lengkap aku dekati dia, dia mengira aku akan masuk ke kamar mandi. Waktu berpapasan dia berkata :"Pak..", tanpa bilang apa-apa aku peluk tubuhnya yang kekar dan nikmat itu. Mula-mua dia kaget dan heran tapi tidak protes, tidak menghindar atau menepiskan tanganku. Dia biarkan aku sibuk menjilati dada dan puting susunya. Aku mendorongnya ke tempat tidur sampai dia terduduk lalu aku naik ke pangkuannya dan menindihi dia. Memamnjat dan mencari bibirnya untuk kulumat dengan nikmat. Dia menelentang, kedua kakinya masih terjuntai ke lantai. Aku mandikan tubuhnya yang nikmat dan hanya ditutupi kancut minim itu dengan lidah dan ludahku. Tubuhnya terasa keras dan asin di lidahku. Kemudian kancutnya kupelorotkan sampai telanjang bulat. "Saya mau diapain,Pak?" dia bertanya keheranan. "Mau dikulum, mas" jawabku tanpa menunggu izinnya, aku isap kontolnya. Dia kaget dan menggelinjang, mungkin karena enak dan saking nikmatnya. Kunikmati kontolnya sepuasku sambil memainkan puting susu nya yang keras, ketat dan melenting itu dengan jariku. Dia berdesis seperti ular mungkin karena keenakan : Hhssst.. Hhssst ..Hhssst.. Hhssst ...Hhssst. Sementara itu aku juga sibuk melucuti pakaianku sampai aku bugil dan bertelanjang bulat. Aku berhasil menelanjangi diriku sambil terus mengisap kontol cowok ganteng yang Satpam itu. Sekali-sekali tanganku mengobok lobang pantatnya yang terasa basah itu, ketika terpegang oleh ku bagian prostatnya kupijit-pijit, dia melenguh lirih seperti kerbau sedang keenakan : Mmmh..Mmmh..Mmh. Ketika kuluman mulutku kupercepat dia menggelinjang dan berteriak setengah berbisik "AAAGH.. dan segera CRROTT.. CRROTT..CRROT, pejuhnya muncrat di mulutku, terasa dingin, manis asin, anyir.. dan NIKMAT!. Aku jadi ngacenng berat dan perlu pelampiasan yang selayaknya. karena itu dalam keadaan Mas Satpam itu bengong, lemas dan relaks karena baru selesai mengeluarkan pejuh - cairan kelaki-lakiannya - aku balik tubuhnya seperti membalik ikan goreng di meja makan. Kakinya masih berjuntai, sehingga aku mudah menjangkau lobang pantatnya yang masih perawan itu. Tanpa basa-basi langsung pantat perawannya aku embat dengan kontolku yang sudah merah menyala ketat dan berkilat karena sudah mendekat puncak syahwat!.Tidak memperdulikan rintihan lirihnya dan gelinjang kesakitannya, kontolku kuhajarkan kelobang pantat lelaki jantan itu. Punggungnya yang kekar besar berkeringat itu membuat aku tambah bernafsu. Semenatra itu tanganku juga tak henti-henti memainkan dan emngocok kontolnya samapi tegang kemabli. Akhirnya aku tak bisa lagi memperpanjang rasa kenikmatanku karena pejuhku sudah mau menyembur keluar dan segera kulepaskan : CRROTT.. CCRROTT.. CCRROTT!. Ah, puas, tuntas dan nikmat sekali. Pejuhku kubiarkan memancar di lobang pantatnya dan memenuhi seisi lobang pelepasannya!. Aku teruskan kocokan tanganku di kontolnya, dan akhirnya pejuhnya bisa terpancar lagi CCRROTT..CCRROTT.. CCRROTT, sedap! Dalam keadaan telanjang bulat kutarik tubuhnya yang lemas keenakan itu ke tempat tidur (terasa berat sekali). Lalu dalam keadaan kami berdua masih telanjang bulat aku peluk dia dengan nikmat dan mesra. Kami tertidur sampai pagi. Pukul 07:00 kami terbangun, aku ajak dia mandi bersama dan dia anehnya masih mau saja. Aku bersihkan, gosok dan sabuni tubuhnya. Aku berbaring di bath tub dan aku minta dia mengencingi tubuhku dari ujung kepala sampai ke kaki. Dia mau dan aku merasa sehat, hangat dan nikmat. Setelah aku puas bermain air kencingnya, aku mandi membersihkan badan. Aku memesan makan pagi di kamar dan kami sarapan berdua. Setelah selesai, aku antar lagi dia untuk berdinas di Hotel Mulia pagi itu.Waktu dia akan turun dari mobil, aku selipkan tali asih : satu juta rupiah. Ah, inilah kisah nyata yang meninggalkan kenangan cabul dan nikmat sekaligus. Kenikmatan yang tidak dapat dibayar, apalagi hanya dengan uang satu juta rupiah!


###

2 Gay Erotic Stories from Aris Fadillah Metro

Ah, nikmatnya berhubungan sejenis di hangar!

Aku bekerja di perusahaan asing sudah hampir tiga tahun. Aku beruntung karena begitu tamat S 1 aku langsung dapat kerja. Sementara ribuan orang masih menganggur. Umurku sekarang 22 tahun dan aku adalah seorang homoseks murni 100% yang tidak tertarik sedikit pun pada cewek. Ayahku seorang tentara yang sekarang sudah purna bakti. Lingkungan kerja ayahku cukup berpengaruh kepadaku.

Ah, nikmatnya tubuh ketat satpam Hotel Mulia!

Sore itu aku tidak punya rencana untuk melakukan hubungan sejenis. Tapi kalau peluang emas tiba-tiba datang, mengapa aku tidak memanfaatkannya (why not)? Temanku di kantor menikah pagi hari dan sorenya dia mengadakan acara resepsi di Hotel Mulia, Jakarta. Kali itu aku berangkat ke resepsi sendirian. Setelah selesai menyalami kedua mempelai, ngobrol, makan dan cuci mata sebentar aku

###

Web-01: vampire_2.1.0.01
_stories_story