Aku putar kepalaku kembali menghadap shower yang mengucur deras. Sambil berpura-pura tidak memperhatikan Indra yang sedang menontoni aku mandi, kutuang sabun cair ke tanganku, kujatuhkan botolnya ke bawah, dan mulai menyabuni tubuhku. Tanganku bergerak pelan, menyabuni dada dan perutku. Lalu aku tarik tanganku ke belakang dan kusabuni tengkuk dan punggungku. Kemudian turun kebawah, ke pantatku. Kudongakkan kepalaku sedikit ke atas. Dengan kedua tanganku yang penuh sabun, aku pijat-pijat pantatku. Sesekali kutarik kedua belah pantatku agar Indra dapat melihat lembah di antaranya. Jika Indra bisa melihat bagian depan tubuhku, tentunya dia akan melihat sebuah batang yang berdiri keras menjulur keluar sepanjang 15 cm dari kedua pahaku sambil berdenyut-denyut dan dua buah bola kecil yang penuh menggantung di bawahnya. Sesekali aku sadar bahwa jika ada yang tiba-tiba masuk ke kamar shower ini dan memergoki kejadian ini, entah apa yang akan terjadi. Di tengah ketakutan itu, aku menikmati memberikan tontonan ini untuk Indra. Aku dapat merasakan sesosok tubuh masuk ke dalam showerku dan lalu aku mendengar suara tirai ditutup di belakang kami. Lalu kudengar suara sesuatu jatuh berkecipak di lantai shower yang basah. Indra sudah membuka celananya tampaknya. Aku menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang dan terus menyabuni tubuhku. Sekarang aku kembali menyabuni bagian depan tubuhku. Dadaku, perutku, kemudian leherku. Beberapa saat kemudian, sepasang tangan yang kokoh mendarat lembut di pinggangku dan pada saat yang bersamaan dapat aku rasakan sebuah benda tumpul yang lonjong dan keras menekan bagian punggungku, sedikit di atas pinggangku. Napasku semakin memburu. Degup jantungku bertambah cepat sampai-sampai aku dapat mendengarnya. Dadaku mulai naik turun. Tangan kananku berhenti di atas dadaku dan tangan kiriku di perutku. Aku tidak sedang menyelam, tapi rasanya aku hampir tidak bisa bernapas. Perlahan, Indra semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Perut dan dadanya yang bidang kini menempel lekat di punggungku, terhalangi oleh sebuah batang yang keras namun lembut yang terhimpit di bagian bawah punggungku. Bibirnya menekan bagian belakang kepalaku. Kedua tangannya lalu perlahan bergerak meluncur di tubuhku yang licin oleh sabun ke arah depan. Tangan kirinya melingkar erat di pinggangku sementara tangan kanannya memangkuk, menutupi dada kiriku. Aku dapat merasakan jari-jarinya di bawah ketiakku. Puting kananku yang mengeras menekan telapak tangannya. Perlahan aku letakkan kedua tanganku di atas kedua tangannya. Tanpa mengubah posisi, Indra perlahan mendorong tubuhku ke depan sehingga tubuh kami berdua yang merekat erat kini berada tepat di bawah shower. Air panas mengguyur tubuh kami dengan deras sementara kehangatan tubuh Indra terus mengalir dari tubuhnya ke tubuhku. Indra sama sekali belum menyentuh kontolku, tapi guyuran air panas dan dekapan Indra di tubuhku benar-benar hampir membuatku mencapai orgasme. Indra mulai menggerak-gerakkan pinggulnya. Dia menggesek-gesekkan kontolnya ke punggungku. Secara refleks, aku meraih ke belakang dengan kedua tanganku dan menggenggam pantatnya. Lalu aku membantunya dengan turut menggerak-gerakkan pinggulku ke belakang, menekan-nekan kontolnya yang masih terhimpit di antara tubuh kami. Tangan kirinya kini perlahan bergerak meluncur dari pinggangku ke bawah. Dia membuka telapak tangannya dan meletakkannya dengan lembut di bagian bawah kontolku. Kontolku berdenyut semakin keras. Aku dongakkan kepalaku dan kusandarkan ke bahu kirinya. Air panas mengguyur wajahku. Aku harus membuka mulutku agar dapat terus bernapas. Mataku terpejam, menahan kenikmatan yang Indra berikan kepadaku. Indra mulai menjilati telingaku yang basah. Tangan kanannya meremas-remas dada kiriku. Lalu tiba-tiba aku bisa merasakan Indra menggengam lembut kontolku dengan tangan kirinya. Kehangatan genggamannya langsung menjalar dan menyengat sekujur tubuhku dengan kenikmatan yang luar biasa. “Ahhhhhh!!!” tanpa sadar aku melenguh keenakan. Kepalaku semakin terdongak, menekan bahu kiri Indra tempatku bersandar. Kedua tanganku meremas pantat Indra keras-keras. “Hah! Hah! Hah! Hah!” ucapku terengah-engah. Mataku terus terpejam. Dadaku naik turun dengan cepat. Mulutku terbuka lebar, berusaha menarik oksigen sebanyak mungkin. Tapi gagal. Karena tiba-tiba mulutku terbungkam oleh sesuatu yang hangat dan basah. Indra menciumku dengan penuh nafsu. Aku dapat merasakan napasnya yang memburu di pipiku. Dengan lidahnya, dia memainkan lidahku dan lalu menghisapnya kuat-kuat seperti dia menghisap kontolku di kolam tadi. Tangan kirinya mulai mengocok kontolku pelan-pelan. Air panas yang terus mengguyur tubuhku melipatgandakan sensasi kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Kakiku gemetaran dan hampir tidak kuat menopang tubuhku. Aku benar-benar terbuai dan hampir saja ejakulasi ketika akhirnya dia melepaskan genggamannya dari kontolku. Aku membuka mataku dan kulihat dia berjongkok mengambil botol sabunku dari lantai. Dituangkannya sabun ke tangan kirinya dan kemudian dia menyabuni kontolnya. Kemudian dia letakkan botol sabun itu kembali ke lantai dan berdiri sedikit di sebelah kananku. Dengan tangan kanannya dia membimbing tangan kananku ke kontolnya. Aku genggam batangnya yang tidak disunat itu dengan lembut dan mulai mengocoknya perlahan. Kontolnya tampak begitu indah. Kulit kulupnya benar-benar tertarik ke belakang dan kepala kontolnya yang telanjang tampak memerah. Batangnya yang sudah dilumuri sabun terasa licin di dalam tanganku dan aku terus mengocoknya. Sementara itu tangan kirinya yang masih bersabun bergerak dan menggenggam pantatku. Jari tengahnya masuk ke celah pantatku dan mulai memain-mainkan duburku, menyabuninya. Secara refleks aku membungkuk ke depan dan bertopang dengan tangan kiriku di tembok sementara tangan kananku terus memberikan kenikmatan ke kontolnya. Air panas kini mengguyur punggungku. Indra lalu memasukkan satu jarinya ke dalam lubang pantatku. Dinding anusku langsung mencengkram erat jarinya yang penuh sabun. Dengan jarinya itu dia menyabuni lubang cintaku sementara tangan kanannya mulai mengelus-elus perutku. Sodokan jari Indra terasa begitu nikmat di dalam pantatku. Aku menggoyang-goyangkan pinggulku maju-mundur sementara Indra mengentotiku dengan jarinya. Lalu aku merasakan dia memasukkan lagi satu jarinya sehingga duburku semakin penuh. Dia sodok kedua jarinya dalam-dalam sementara kontolnya terus aku kocok. Indra mulai menjilati tengkukku dan menggigit-gigitnya. Selagi aku terbuai oleh gigitan cintanya, dia memasukkan lagi satu jarinya. Tiga jarinya kini menyesaki lubang pantatku yang meski sudah tidak perawan tapi masih sempit itu. Tangan kanannya kini menggenggam kontolku dan meremasnya. Nggggghh! Kenikmatan ganda di pantat dan kontolku membuatku mabuk. Aku semakin kuat mengocok kontolnya. Indra mengerang pelan keenakan. Tiba-tiba dia menghentikan permainan cintanya. Dia putar tubuhku sehingga kami berhadap-hadapan. Langsung saja kulingkarkan kedua tanganku di lehernya dan kami berciuman dengan mesranya di bawah guyuran air panas. Kedua tubuh kami menempel erat. Tangan Indra meremas-remas pantatku. Kedua kontol kami saling mendorong satu sama lain dalam himpitan tubuh kami berdua. Sambil terus menciumnya dengan penuh nafsu, aku lingkarkan kaki kananku di pinggangnya. Dengan sigap Indra menopang pahaku dengan tangan kirinya. Sesaat kemudian tangan kanannya meraih ke bawah dan mengangkat kaki kiriku. Aku langsung mencengkramkan kedua kakiku kuat-kuat dipinggangnya. Kedua telapak kakiku saling mengunci di balik punggungnya sementara tanganku terus melingkar di lehernya. Kami terus berciuman dengan penuh nafsu sementara Indra menggendongku seperti anak kecil. Dia menindihku ke tembok dan melepaskan ciumannya. Kami saling menatap dalam-dalam satu sama lain. Kedua kontol kami terasa berdenyut-denyut terhimpit tubuh kami. Perlahan, Indra menekuk kedua lututnya sehingga badannya bergerak ke bawah sementara tubuhku tidak bergerak karena terus dia tempelkan ke tembok. Dia terus merendahkan tubuhnya sampai kontolnya terlepas dari himpitan tubuh kami. Kontolnya kini tegak mengarah ke atas. Kepalanya berada tepat di mulut anusku yang menganga lebar karena kedua kakiku melingkar di pinggangnya. Ini dia! Aku akan merasakan kontol cowok ganteng ini di dalam tubuhku! Tiba-tiba saja kami mendengar suara air mengalir tepat di shower sebelah kami. Ada orang di sana! Shit! Sesaat aku panik. Begitu juga Indra. Dia menoleh ke belakang, ke arah shower sebelah, dan lalu dia menatapku. Wajahnya yang tampan nampak ragu-ragu. Keraguan juga mulai menyelimutiku. Tapi….tidak! Aku tidak mau berhenti! Aku ingin merasakan batangnya sedalam mungkin di dalam tubuhku. Aku tersenyum lemah ke arahnya. “Ndra,” bisikku, “Terusin dong. Please.” Indra terdiam sesaat mendengar permohonanku. Kemudian dia tersenyum dan mencium bibirku dengan lembut. “Oke Van,” bisiknya, “Tapi tahan ya. Jangan sampai loe teriak, oke.” Aku mengangguk pelan. Sambil terus menopang kedua pahaku dengan kedua tangannya, perlahan Indra menaikkan lagi tubuhnya ke atas sehingga kepala kontolnya mendesak membuka lubang pantatku. Aku berusaha membuka anusku lebar-lebar untuk memberi jalan untuk batang cintanya. Dibantu air sabun yang masih menyisa di dalam duburku, kepala kontol Indra masuk dengan cukup mudah. Aku memejamkan mata dan menggigit bibirku menahan perih ketika kontolnya menyeruak masuk ke dalam tubuhku. Indra terus mendorong ke atas sampai setengah kontolnya masuk. Aku memperkuat pelukanku di lehernya dan kurebahkan kepalaku ke depan, ke bahu kirinya. Kedua mataku terpejam kuat-kuat. Aku hampir menangis menahan rasa sakit di pantatku. Kontolku terasa sedikit melemas. “Ngghhh! Ndra!,” erangku perlahan, “Ndra, sakit…mmhhh…” “Ssssst,” bisiknya. “Tahan Van. Bentar lagi masuk semua koq. Tahan sedikit lagi. Loe kan cowok.” Aku terus membenamkan mukaku di bahu kirinya sementara Indra secara perlahan namun pasti terus mendorong kontolnya ke atas. Sentimeter demi sentimeter, akhirnya seluruh batangnya yang perkasa itu masuk semua ke dalam pantatku. Tangannya yang kokoh terus menopang kedua pahaku. Setelah beberapa lama, rasa sakit di pantatku hilang dan berubah menjadi suatu kenikmatan. Kontolku yang terhimpit di antara kedua perut kami kembali tegang dan ereksi penuh. Air panas terus mengguyur tubuh kami. Aku buka kedua mataku dan kuangkat kepalaku dari bahunya yang bidang. Kulihat Indra tersenyum ke arahku. Dari matanya terpancar rasa nikmat yang teramat sangat. Sambil terus menghimpitku, Indra mulai menyodok-nyodok kontolya di dalam tubuhku. Aku dapat merasakan dinding anusku mencengkram kontolnya kuat-kuat. Setiap kali dia menyodok ke atas, kepala kontolnya memijat prostatku sementara perutnya menggesek-gesek kontolku. Pantatku terasa penuh sesak oleh kontolnya namun juga terasa nyaman. Seolah-olah lubang pantatku memang didisain khusus untuk dimasuki kontolnya, seperti sebuah sarung pedang yang didisain khusus untuk satu pedang. Bulu jembutnya yang lebat terasa menggelitik pantatku setiap kali seluruh batangnya masuk jauh sedalam mungkin. Aku kembali terbuai oleh kenikmatan ini. Aku merasa seperti anak kecil yang bergelantungan di tubuh Indra. Dua tubuh cowok yang menyatu, dijembatani oleh sebuah batang yang perkasa. Aku merasa begitu aman dalam dekapannya. Gesekan lembut perutnya di kontolku mengirim aku ke tepi orgasme. “Ngghhh! Ndra! Terus….terus!” erangku perlahan. “Mmmhh…nggghhh…loe…loe…sempit…banget….Van,” bisik Indra. “Mmmmh…loe…suka kan…Ndra? Ngghhh…ahhhh.” “Ohhhh…ohhh…iyah…gua…suka…banget…mmmhhh.” “Nnnn…ennnaaakkk….nggghhhh. Ndra…terus…terussss…” “Ahhhh…loe suka ya? Ngh…ngh…loe suka gua…entotin…kayak…gini? Mmmh, Van…loe suka…kan?” “Ngh! Ngh! Terus…Ndra! Sodok….terus!” Kontolnya terasa membara di dalam pantatku. Air panas yang terus mengguyur tubuh kami semakin memperkuat sensasi yang kami rasakan. Aku sudah tidak kuat lagi. Aku hampir keluar! “Ndra! NDRA!” teriakku. Aku benar-benar lupa bahwa ada orang di sebelah shower kami. Indra langsung membungkam mulutku dengan mulutnya. Mulutnya yang begitu hangat dan basah semakin menjebol pertahananku. Kontolku terasa panas. Dan akhirnya….crot! Crot! Crot! Tubuhku mengejang. Kuhisap lidah Indra kuat-kuat. “Hmmmh! Hmmmh!” erangku dengan mulut terbungkam. Indra menghentikan sodokannya. Ditindihnya tubuhku kuat-kuat kedinding dan diremasnya kedua pahaku. Lalu dikuburkannya kontolnya sedalam mungkin di dalam tubuhku dan membiarkan dinding duburku yang berdenyut-denyut akibat orgasmeku memijat-mijat kontolnya dengan kuat. Aku tidak tahu berapa kali aku menyemburkan air maniku, tapi itu rasanya orgasme terlama yang pernah aku alami. Belum lagi selesai kontolku memuntahkan isinya, kontol Indra meledak di dalam pantatku. “Mmmmmh….MMMHHHHH!!!!” erangnya. Mulut kami masih saling membungkam satu sama lain. Indra menciumku dengan nafsu binatang. Semprotan-semprotan yang kuat terasa memijat-mijat lubangku. Pantatku langsung terasa penuh oleh cairan yang hangat. Lebih hangat daripada air panas yang terus mengguyur tubuh kami berdua. Kami melepaskan ciuman kami. Kepala Indra rebah di bahuku dan kepalaku di bahunya. Kedua tanganku tergantung lemas di lehernya namun Indra terus menahan tubuhku dengan menopang kedua pahaku. Tampaknya dia berusaha membiarkan kontolnya terus berada di dalam pantatku selama mungkin. Kontolku sendiri sudah terkulai lemas. Tubuh kami terekat oleh air pejuku. Aku bisa merasakan air peju Indra meleleh perlahan dari lubang anusku. Napas kami terengah-engah. Air panas terasa nikmat membasahi tubuh kami. Samar-samar aku bisa mendengar air yang terus mengalir dari shower di sebelah. * * * * * Begitu kami selesai mengeringkan tubuh kami, seorang bapak-bapak keluar dari shower yang satu lagi. Dia tampaknya sama sekali tidak menyadari bahwa ada adegan cinta yang menggelora tepat di sebelahnya sewaktu dia mandi. Aku tersenyum ke arah Indra dan dia mengedipkan matanya ke arahku. Kami lalu melangkah keluar kamar shower. Indra meletakkan tangannya di atas bahuku layaknya seorang cowok tulen. “Jadi kapan lagi loe berenang?” tanyanya. “Biasanya sih tiap hari,” jawabku. “Tapi kalo sampe loe juga dateng tiap hari, bisa gawat. Bisa capek mampus dong gua.” Indra tertawa sambil memukul kepalaku. Yah, ternyata Cinere bukan tempat yang terlalu buruk. * * * * * N.B.: adegan seks dalam cerita ini (dan cerita-cerita gua yang lain) di mana para pelakunya tidak memakai pengaman, hanyalah dimaksudkan untuk memuaskan imajinasi para pembaca dan penulis sendiri. Gua harap semua pembaca cerita-cerita ini melakukan hubungan seks secara aman. Please use a condom! See ya in a pool! Send your comment to girvan@eudoramail.com