Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Sango Island 9

by Fandybottom


Sango Island 9

“Aku akan membunuh pria ini kalau kalian berani macam-macam terhadapku. Serhu memang sangat bodoh! Tak bisa aku andalkan”. Wanita itu semakin menekankan pisaunya keleher kak Hoe. “Tolong… lepaskan kak Hoe…”,aku mulai memelas. “Siapa anda? Apa tujuan anda mengambil arsip kerajaan?”,tanya tuan Zanu. “Tujuan ya? Hmmmpp.. Aku Nareda Nujuvu,sang Acellour (sebutan untuk pahlawan wanita) yang terbuang. Aku hampir mati melawan musuh diperbatasan dan kalian hanya menghargaiku tak lebih dari seorang wanita pengambil permen yang terjatuh. Tahukah kalian bahwa musuh-musuh itu sangat mengancam kerajaan? Tahukah?!! Apa mungkin karena aku seorang wanita kalian menganggap aku tak penting? Apakah hanya laki-laki saja yang bisa menjadi pasukan kerajaan? Jawab!!! Dasar pasukan tak berguna!! Hahaha.. Jangan ada yang bergerak atau aku hujamkan pisau ini padanya?”. Mata wanita itu berkaca-kaca dan penuh rasa dendam. “Maafkan kami Acellour yang agung. Kami tak bermaksud begitu. Sudah menjadi ketetapan kerajaan bahwa hanya pria lah yang diperbolehkan menjadi pasukan kerajaan”,jelas tuan Zanu. “Alah! Diam! Mulut tak berguna!!”. Crakkkk!!! Wanita itu tiba-tiba menghujamkan pisaunya keleher kak Hoe. “Tidaaaakkkkkk!!!!!”,aku langsung berlari kearah kak Hoe. Tapi wanita itu menghentikan langkahku dengan Omizo nya. “Hahaha.. Dasar bodoh. Ini Cuma Najgarfic 61 spim”. “Dia hanya menggertak kita Fand, coba kamu lihat leher Hoe, dia tidak berdarah. Nareda hanya menggerakkan pisau itu seperti sedang menusuk Hoe padahal sebenarnya dia menghilangkan separuh pisaunya”,jelas Bouer. “Sekarang aku benar-benar serius! Kalian pilih arsip atau orang ini?”. Kami terdiam.. “Jawab!!”,desaknya. “Orang itu”,jawab tuan Zanu. “Bagus.. Tapi tujuanku sebenarnya adalah menukar arsip dan nyawa pemuda tampan ini dengan Brifand Ranggau. Bagaimana?”. “Apapun akan aku lakukan untuk kak Hoe. Silahkan Nyonya ambil aku”. Aku sudah pasrah dan siap untuk mati di tangan wanita itu,asalkan kak Hoe selamat. “Fand? Aku rasa ini bukan jalan terbaik”,cegah tuan Zanu. “Tidak Tuan”. Wush!! Wanita itu langsung menuju tubuhku dengan langkah omizo. Tapi, tuan Zanu dengan sigap mengunci pergerakan wanita itu dengan sirial. “MOIKZURAAAAAA!!!!! HIATSSSSS!!!”. Aku takut melihat mata wanita itu. Seluruh bola matanya di penuhi dengan kebencian. Dia mengeluarkan jurus! “Awas!”. Tuan Zanu memperingatkan kami. Wanita itu membuka Najgarfic G dan sirial. Ruang dimensi terbuka. Dari ruang itu bermunculan jarum-jarum tajam yang siap menusuk kami. Jutaan jarum!!! Crap! Crap! Crap! Crap! Crap! Crap! Crap! Jarum-jarum yang sangat banyak tersebut mulai menyerang kami. Kami masing-masing mengeluarkan jurus untuk bertahan. Aku melindungi kak Hoe dengan sirial. Tak! Tak! Tak! Terus bermunculan jarum-jarum itu,seperti hujan yang datang dari langit . Ketika aku sedang berkonsentrasi melindungi kak Hoe, wanita itu tiba-tiba muncul dan menarikku. Jarum berhenti. “Hahaha.. dapat…”. Dia menekankan sebuah jarum keleherku. Aku berusaha untuk tenang menghadapi ini. Wajah kak Hoe tampak sangat cemas. “Sabar Hoe.. Jangan gegabah. Dia takkan menyakiti Brifand”,kata tuan Zanu pada kak Hoe. “Tapi tuan.. Ini bahaya”. “Bahaya apabila kita bertindak terburu-buru”. “Tidak… Wanita itu ingin memusnahkan semua keturunan Golhuf”,terang kak Hoe. “Apa maksud mu Hoe?”. Dengan wajah serius dan bingung,tuan Zanu menatap kak Hoe. Wanita itupun berbicara… “Hahaha.. Pasukan kerajaan yang dungu! Bodoh! Kalian tidak tahu apa-apa ya? Hahaha.. Akan aku beri tahu kalian semua! Brifand Ranggau adalah satu-satunya kunci untuk membuka Harta Golhuf III. Dia ini merupakan keturunan terakhir dari raja Golhuf. Hanya dia yang bisa membuka peti harta itu. Satelah tujuanku terlaksana aku akan mengakhiri nyawanya! Aku punya dendam yang sangat besar pada Golhuf III”. Wanita itu benar-benar dikuasai kebencian. Pasukan penyelidik tercengang, tak percaya. Ternyata aku masih memiliki hubungan darah dengan raja Golhuf III. Aku sendiri kaget sekali. Bagaimana bisa aku yang rakyat biasa adalah keturunan terakhir raja Golhuf. “Tuan… lakukan sesuatu”,pinta Qoff. “Tuan.. aku mohon..”. Kak Hoe juga mencoba meminta agar tuan Zanu segera bertindak. Tuan Zanu semakin binggung dan waspada. Karena selain nyawaku yang hampir diujung tanduk, dia juga harus meminimalisir kemungkinan nyawaku berakhir di tangan wanita yang menyanderaku ini. “Aku sudah lama merahasiakan ini pada Merfghu. Aku benci Golhuf III. Benci!! Dia telah membunuh ayahku dengan keji. Dia rampas kebahagiaanku. Aku bersumpah akan membunuh siapa saja yang menghalangi rasa benciku”. “Kau? Dengan begitu kau akan tenang? Apakah kau adalah wanita penjelajah waktu?? Bagaimana kau bisa berada di sini. Masa pemerintahan Golhuf kan sudah lama berakhir. Berarti usia mu sudah ratusan tahun”,kata Tuan Zanu. “Aku sengaja datang kemasa sekarang dengan Najgarfic G Alerto(sejenis mesin waktu). aku hanya ingin tahu siapa orang yang menghalangi misi ku dan aku temukan anak ini. Hanya dia lah yang bisa. Jangan bergerak! Atau aku tusukan jarum ini kelehernya”,ancam Acellour. Aku yakin tuan Zanu sedang berfikir keras untuk menyelamatkan aku. Wanita itu menjelaskan pada kami bahwa ayahku, Aezura Diel Ranggau, keturunan dari Ginda Golhuf. Tujuannya mencuri arsip karajaan karena dia ingin kami tidak usah mencari Ginda lagi. Karena semua tentang dia, hanya Nareda yang tahu. Nareda adalah sahabat Ginda Golhuf. Ayah nya telah dibunuh Raja Golhuf III karena dituduh menyebarkan informasi rahasia kerajaan. Namun ternyata fakta itu hanya kebohongan yang di buat raja Golhuf untuk melindungi nama baiknya akibat ketahuan ayah Nereda sedang bermain gadis di sebuah kedai minuman. Tentu saja hal itu sangat memukul batin Nereda. Dengan segenap rasa benci dia hasut Ginda untuk pergi meninggalkan kerajaan. Semenjak kehilangan Ginda, raja Golhuf sakit. Dengan bantuan kaki tangannya, dia menitipkan sebuah Harta yang dia masukan kedalam peti untuk disimpan di pulau Sango. Kenapa harus pulau Sango? Karena ternyata pulau ini adalah tempat dimana nantinya jasad Golhuf III akan dimakamkan. Harta itu hanya bisa dibuka oleh keturunan yang ditubuhnya mengalir darah Kariku dan itu adalah aku. Kami sekarang tahu, bahwa ternyata makam raja Golhuf III yang sebenarnya ada di pulau Sango. “Setelah kau membunuh Brifand, apakah kau yakin dendammu akan terbayar? Apakah ayahmu akan hidup kembali?”,tanya tuan Zanu. “Setidaknya luka di hatiku bisa terobati”. Kak Hoe benar-benar cemas sekali melihat aku yang tengah berada ditangan wanita itu. Wanita itu membuka Najgarfic G dan menyeretku masuk ke ruang dimensi. “Tuan!”,kak Hoe langsung mengisyaratkan agar tuan Zanu bisa menghentikan langkah Acellour. Kak Hoe, berlari mencoba menggapai tanganku. Tapi terlambat. “Ayo kita ikuti Gelombang Najgarfic G nya”. Tuan Zanu menganalisa sebentar jurus musuh dengan Ituvelce, kemudian mencocokkan gelombang jurus musuh dengan jurus nya. Gerbang dimensi terbuka. “Ayo!”, ajak tuan Zanu. Tanpa berpikir panjang lagi, ketiga bawahan tuan Zanu dan kak Hoe mengikuti langkah sang ketua pasukan penyelidik masuk ke ruang dimensi dan mengejar aku. Tak lama kemudian, kami sampai di pulau Sango, tepat di tengah danau. Kami berdua berjalan diatas air. Aku yakin wanita ini pasti Omizopo. Dia kemudian membuka jalan untuk menuju dasar danau. Dia mengeluarkan jurusnya untuk mengeringkan air danau tersebut. Dengan sekejab saja danau itu telah mengering dan tampaklah, sebuah pintu masuk rahasia ditebing danau. Kami masuk kedalam ruangan itu. Dia sudah tidak mengacungkan jarum keleherku tetapi dia membelengguku dengan hille. Aku berjalan didepannya. Lorong utama untuk menuju ruang didalamnya sangat gelap dan lembab. Dindingnya terbuat dari bata merah. Lorong kecil itu tampak memiliki perlindungan keamanan yang kuat. Ini trlihat dari beberapa kali Nareda mematikan pendeteksi jebakan. “Berhenti!”,perintahnya. Kami menghadapi sebuah jalan buntu. Nareda tahu bagaimana menemukan jalan menuju ruangan utama. Ternyata dinding itu hanya sebuah jebakan. Jalan utama akan terbuka apabila salah satu bata digeser. Tembok penghalang terbuka. Kembali kami menyusuri lorong yang gelap. Beberapa meter kemudian, sampailah kami pada sebuah ruangan besar sebesar lapangan bola keranjang. Di tengah ruangan terdapat sebuah peti makam yang terbuat dari batu. “Itu adalah makam raja Golhuf. Cepat kau buka dan meminta izin untuk mengambil harta Golhuf III!”. “b-bba-ik nyonya”. Dia melepaskan hillenya. Aku kemudian menggeser penutp peti dan… tampaklah tengkorak yang terbalut pakaian kerajaan. Aku mulai takut untuk berkata-kata. “Golhuf yang agung… Hamba Adalah Brifand Ranggau. Keturunan Dari Ginda Golhuf. Hamba bermaksud untuk mengambil hak hamba yang telah engkau janjikan”. “Sudah? Sekarang cepat kau geser peti itu!”. Aku menuruti semua kata-katanya,ku geser kekanan. Dibawah peti mati itu ternyata ada sebuah peti lagi yang menyimpan kotak kecil berisi harta Golhuf III. Memang sampai sekarang tidak ada yang tahu apa jenis harta dari Golhuf III. Tetapi banyak tetua Merfghu memprediksi bahwa harta itu berupa permata Bryths yang berharga sangat mahal dan satu-satunya di bumi. “Buka cepat!”. Aku ambil kotak itu dan dengan sangat hati-hati aku buka tutupnya. Tak ada kendala saat aku membuka peti tersebut. Krak! Tampaklah empat buah dadu kecil yang sangat terlihat biasa-biasa saja. Aku dan nareda kaget. “Apa-apan ini?? Mana mungkin Tuan Golhuf III menyimpan empat buah dadu dengan pengamanan ruangan seketat tadi. Kurang ajar!”. Nereda membuang kotak itu dan langsung mengarahkan Pisau jurus ke arahku. Tapi… Tiba-tiba peti mati bergerak dan keluarlah tengkorak tuan Golhuf III yang dibaluti oleh asap hitam. “Kau anak terakhir sudah ada disini. Terimaksih… kau telah mengaktifakan kutukan Golhuf. Harta Golhuf III bukan barang berharga, tetapi sebuah kutukan untuk pulau ini karena telah menggeser ku dari pemerintahan. Akkkkkkkkkkkkk!!!!”. Tengkorak tinggi besar dan menyeramkan itu berteriak di depan wajahku, seperti ingin menggigitnya saja. Dia mencengkram leherku dan mengangkatku keudara. Aku sulit untuk bernafas.. Nareda yang melihat itu ternyata tidak tega juga. Dengan sigap dia kendalikan peti mati Golhuf dan dia hantamkan kelengan tengkorak itu. Bruak! Cengkramannya terlepas dan aku terlempar. Nareda langsung menyambut tubuhku dengan sirial. “Nyonya?”. Aku bingung dengan sikapnya yang berubah drastis. “Tugasku adalah melindungi pulau dan Golhuf ternyata seorang Iblis untuk Merfghu. Jangan berfikir aku tidak akan membunuhmu. Setelah urusan ini selesai aku pasti akan membunuhmu Brifand”.. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas nyawaku masih tertolong untuk saat ini. Tengkorak itu mulai membabi buta menyerang kami berdua. Aku membantu Nareda untuk melawan tengkorak itu. Semua jurus efektif kami keluarkan tapi tidak dapat membuat tengkorak itu menghentikan serangannya. Ruangan telah kacau balau dan berantakkan. Kami berdua mulai menderita luka akibat terlempar dan terkena serangan. “Nareda!!!”. Nareda terlempar ketembok. Tak lama kemudian datanglah tuan Zanu dan yang lain. “Apa itu?”. “Tuan Tolong!”,aku meminta bantuan pada tuan Zanu. Dengan sigap tuan Zanu dan anak buahnya menyerang Tengkorak Golhuf III. Serangan-serangan yang mereka keluarkan pun tak sanggup untuk menghentikan amukan tengkorak itu. Aku mencoba mengumpulkan keempat dadu dan memasukkannya kembali kedalam kotak. “Aku Golhuf agung. Arrrrkkkkkk!!!!!”. Serangan kembali datang bertubi-tubi. Tengkorak itu memiliki jurus Hille yang aneh. Dari asap hitam ditubuhnya bermunculan makhluk berbentuk parjurit tengkorak manusia setengah komodo. Mereka masing masing memiliki senjata tulang yang tajam. Kami terdesak… “Mundur cepat!!!!”,tuan Zanu memerintahkan kami untuk mundur terlebih dulu, karena prajurit tengkorak kian banyak . kami berlari dengan cepat keluar ruangan. Para prajurit itu masih mengejar… ribuan prajurit siluman yang tak mungkin kami hadapi.

Sesampainya di luar… “Apa ????”,aku kaget menyaksikan pulau yang kini berubah menjadi padang batu. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya ada beberapa bukit batu, tanahnya pun ditutupi batu-batu kecil berwarna abu-abu. Kemana perginya pepohonan, pasir dan laut?? Pasukan tengkorak telah berhasil mengejar kami. “Tuan apa yang harus kita lakukan?”,tanya ku. “Terpaksa kita lawan sampai titik darah penghabisan. Hentikan Kutukan dan kembalikan pulau secepatnya”. “Aku bersama kalian…”,ucap Nareda. “Ayo!”,ajak ku. Kami berusaha melawan dengan tenaga kami. Walau mustahil untuk menang,tapi mati dengan pertempuran akan lebih terhormat dari pada mati sia-sia. Ribuan pasukan tengkorak itu semakin tak terkendali jumlahnya. Terus dan terus bertambah. “Kak Hoe, terima ini”. Aku menyerahkan pedang tulang pada kak Hoe. Aku tahu kak Hoe ahli dalam jurus pedang. Tujuh pedang digunakannya. Dua di tangan kiri, dua di tangan kanan, masing-masing satu di jari kaki dan satu di mulut. Layaknya pemotong rumput, kak Hoe dengan cekatan menggerakkan pedang-pedng itu untuk menebas tubuh lawan. Nareda,Zanu,Qoff,Gudi,Bouer dan aku mengeluarkan jurus Hanbit sirial. Apapun benda-benda disekitar kami yang bisa diubah menjadi besi akan kami ubah. Senjata tulang milik musuh memang bukan senjata biasa, kekerasan senjata itu hampir sama dengan senjata besi. Trak! Trak! Trak! Pertemuan antara besi dan tulang semakin kencang. Tak ada henti-hentinya serangan dari musuh bahkan mereka semakin banyak saja jumlahnya. Kami sudah kehabisan tenaga untuk menghadapinya. “Host. Host. Host.. Tuan, aku sudah tidak kuat”,kata Giku. “Bertahan Giku… kau mau mati disini, hah?!!”,bentak tuan Zanu. Aku terlempar ke hamparan batu… dan tak sengaja tanganku menyentuh kotak harta yang sedari tadi aku lupakan. Karena terdesak, aku lemparkan kotak itu kearah tengkorak yang mau menyerangku. Kotak itu terbuka dan keluarlah keempat dadu didalamnya. Sesuatu terjadi… ketika dadu-dadu itu menyentuh hamparan batu, dengan sekejap beberapa tengkorak yang mendekatiku lenyap bag asap yang tersapu angin. Aku heran menyaksikannya. Adakah hubungan dadu-dadu itu dengan lenyapnya tengkorak tadi? Tanpa pikir panjang, aku pungut dadu-dadu itu secepat mungkin sebelum tengkorak-tengkorak itu kembali menyerangku. Setelah keempat dadu sudah ada di genggamanku, aku coba melemparkan sebuah dadu dan… muncul angka 3. Blap! Tiga tengkorak yang mendekatiku lenyap! Aku coba lempar lagi dan kini muncul angka 5. Kembali kejadian tadi terulang, lima tenggkorak yang berada disekitarku, langsung lenyap. Aku tahu sekarang, ternyata dadu itu dapat melenyapkan tengkorak-tengkorak itu, sesuai dengan angka dadu yang muncul. Maka aku coba melempar keempat dadu secara bersamaan dan jumlah angka yang muncul kali ini adalah 17,maka lenyaplah 17 tengkorak lagi. “Tuan… aku tahu cara yang tepat dan efektif untuk mengalahkan pasukan ini!”. Aku berlari menghampiri tuan Zanu dan menjelaskan kemampuan dadu itu. Sekarang aku paham. Dadu itu aku berikan pada kak Hoe, Tuan Zanu dan Nareda. Mereka terus melakukan apa yang telah aku lakukan sebelumnya sambil mereka melawan musuh dengan senjata. Melawan dan menebas tengkorak-tengkorak itu dengan senjata tidak membuat mereka berkurang malah semakin banyak saja. Namun berkat dadu itu sedikit demi sedikit pasukan siluman Golhuf IiI mulai berkurang. “Kak!!!”. Aku berteriak melihat kak Hoe yang tertusuk senjata tulang dari musuh di pahanya.. Aku berlari mendekatinya dan langsung merangkulnya. “Aku tidak apa-apa sayang…”. “Kakak diam saja. Nih dadu ku. Aku akan mencoba menghalangi mereka untuk sementara waktu sedangkan kakak harus mengocok dadu-dadu itu”. Langit sore telah tampak memukau mata. Jingganya warna cakrawala masih tak bisa disembunyikan kekuatan Golhuf. Nareda masih sibuk dengan musuh-musuhnya. Qoff,Bouer, dan Gudi masih tampak kerepotan menangani serangan musuh. Tuan Zanu masih cukup cekatan mengeluarkan sirial, omizo dan hille. Sementara aku dan kak Hoe bekerjasama untuk menghalau musuh. “Akkkkkkkkkkkkkk….. Akkkkkk!!!!!!”. Suara-suara pekikan yang keluar dari mulut tengkorak itu semakin riuh saja. Kami benar-benar sudah kehabisan tenaga dan terluka disekujur tubuh. “Zanu… ak-u sudah tak kuat lagi”,kata Nareda. Semua nya tampak kelelahan akibat bertarung melawan ribuan pasukan tengkorak. Perlahan namun pasti, Akhirnya pasukkan tengkorak pun telah habis. Malam yang melelahkan dan sangat menguras tenaga. Bulan yang hampir purnama menerangi hamparan tanah berbatu ini. Tubuh kami semua telah terluka dan kelelahan. Mataku rasanya tak sanggup untuk melihat sekitar dengan jelas lagi. Ini diakibatkan aku terlalu memaksakan diri mengeluarkan jurus sirial. Tengkorak agung itu telah melepas semua pakaian kerajaannya. Sekarang tubuhnya benar-benar hanya tampak tulang. Dia keluar dari ruangan itu dan mendekati kami. “Arkkkkkkkk…… “. Dia menyerang secepat angin… “Siaga!!!”,peringat tuan Zanu. Zrakkkk.. tengkorak itu menghantamkan cakarnya kearah kami, tapi untunglah kami masih sempat menghindar. Serangannya sekarang terus membabi buta. Aku berusaha melindungi kak Hoe. “Host-host-host.. Hiat!!!”. Qoff mencoba mengunci gerakkan tengkorak itu dengan membuat sirial dari batu untuk membelenggu kakinya,tapi dia kalah cepat dan akhirnya sebuah pukulan mengenai Qoff sehingga dia terlempar dan tak sadarkan diri. “Bodoh!”,teriak Gudi. Tiba-tiba tengkorak raksasa itu berhenti dan mulai mengeluarkan jurus sejenis hanbit sirial tapi terbuat dari asap hitam yang melindungi tubuhnya. Sedari tadi, dia terus mengeluarkan jurus-jurus aneh dan hebat yang tak pernah aku lihat dan aku ketahui sebelumnya. Apakah ini memang kekuatan asli raja Golhuf III? Jika benar begitu, berarti orang ini adalah orang yang hebat pada masa hidupnya. Kembali kejurus yang dikeluarkan tengkorak itu. Pada dasarnya untuk merubah asap menjadi sejenis tombak seperti itu sangat susah dan kedengarannya sangat mustahil malah. Inilah jurus yang aku anggap sangat luar biasa. Tengkorak itu mengarahkan satu persatu tombak asapnya ke arah kami. Kami benar-benar sangat terdesak. Gudi dan Bouer terkena tombak itu, walau tidak mengenai organ vital tapi ternyata tombak itu memiliki efek racun. Ini sungguh gawat, di pasukkan kali ini tidak ada bagian medis. “Sayang.. jangan hiraukan aku. Aku baik-baik saja kok..”,kata kak Hoe yang mulai merasa sangat tidak nyaman dengan perlindunganku. “Kenapa kak? Kakak kan sedang terluka”. “Kau cari cara untuk mengalahkan Siluman itu. Fokus! Hanya kamu yang bisa sayang…”. Aku terdiam dan memandangi mata kak Hoe. “Baiklah. Kakak berlindung disini ya”. Kak Hoe berada di balik bongkahan batu besar. “He-eh”. Aku bergegas mencari titik lemah dari tengkorak itu. Sementara Nareda dan Tuan Zanu masih berusaha menghindari senjata tengkorak itu. Aku berusaha memperhatikan setiap detail gerak dan tubuh tulangnya sambil menghindar. Dari tadi aku perhatikan dia sangat jarang mengeluarkan pukulan atau bertarung jarak dekat. Kecuali serangan cakar tadi, itupun dia menggabungkan dengan langkah hille. Apakah dia takut untuk diserang dari jarak dekat? Aku berfikir untuk menyerangnya dari jarak dekat,oleh karena itu aku mendekati tubuhnya sambil mengendalikan sirial. “Brifand, apa yang kamu lakukan?!”,tanya tuan Zanu. “Tenang saja!”. Aku semakin dekat dengan tubuhnya. Dekat… dekat… dan syat… sebuah tombak mengenai bahu ku. Tapi… aku tidak terluka. Apa yang terjadi? Apakah?? Aku tahu sekarang!!! “Tuan, Tombaknya tidak berpengaruh pada gelombang jurus sirial kecil!”. Aku memberi tahu tuan Zanu. Aku semakin dekat dan masuk ke area kabut hitaamnya. Dari dalam kabut aku berusaha menghindari serangan musuh. Aku masih berusaha mencari kelemahannya dengan memperhatikan tubuh tengkorak itu. Beberapa serangan memang sempat mengenaiku dan apabila tombak itu mempan terhadapku mungkin aku sudah mati sejak tadi. Untung saja tombak itu ternyata hanya tergantung pada besarnya frekuensi jurus. Aku yakin tombak itu hanya berfungsi pada jurus yang memiliki frekuensi gelombang diatas frekuensi gelombang tombak itu sendiri. Dan…Tek! Itu dia!!!! Aku dapat!! “Aku tahu!!!!!!! Hiat!!!”, tanpa pikir panjang lagi aku kerahkan semua kemampuan otakku untuk membuat pilar-pilar pengunci dari tanah dan menggabungkannya bersama hanbit sirial. Aku hampir pingsan karena kepalaku sakit sekali. Kepalaku rasanya sudah tak bisa di ajak kompromi. Tapi tinggal sedikit lagi, maka aku akan mengakhiri ini. Dan… syatttttt. Srakkk.. crokkkkk!!!! Kena….

Jumat, 13 Januari Aku terbaring di ruang pengobatan. Udara lembut pagi membangunkan ku dari tidur. Pagi? Aku rasa sudah siang… Kepalaku masih terasa pusing. Aku rasakan ada sebuah tangan pria merangkul perutku. Aku lihat kearah sang pemilik tangan itu dan ternyata dia adalah pangeranku, Kak Hoe. “Kak…”. Aku membangunkan kak Hoe. Dia mulai terbangun dan mengucek mata. “Sayang,kamu sudah sadar?”. “Apa yang terjadi kak?”. Kak Hoe mulai menceritakan kejadian tadi malam... *** Aku melihat sebuah benda biru yang mirip bola golf bersinar tersimpan di rongga dada sebelah kiri tengkorak itu. Aku sudah curiga sejak tadi akan hal ini. Pada dasarnya sihir atau kutukan semacam ini harus dikendalikan orang yang masih hidup yang bersekutu dengan siluman. Tapi mengingat sang pengguna jurus telah meninggal, maka aku curiga mengenai siapa yang mengendalikan sihir dan kekuatan itu. Dulu aku pernah di ajarkan saat berada di Ferroka untuk menyalin atau membagi jurus. Nah, aku curiga bahwa tengkorak ini hanyalah tempat penyalinan jurus dari Golhuf III. Apabila begitu, berarti di bagian tubuhnya tersimpan Munju(bola penyimpan jurus salinan) dan aku benar. Sebelum pingsan aku sempat mengekang seluruh alat geraknya dengan pilar besar dari jurus hanbit sirial. Tetapi ketika hendak menusuk Munju di rongga dada kirinya, aku tak mampu lagi dan jatuh pingsan di udara. Padahal aku sudah melompat dan mengarahkan sebuah besi hanbit sirial kearah Munju tersebut bahkan ujung senjataku telah menusuk munju itu. Sayang batas kemampuanku sudah pada tempatnya. Aku terjatuh kebawah dan untunglah tuan Zanu menyambut tubuhku. Mengetahui itu Nareda langsung bertindak, dia buat hanbit sirial dan menusuk munju tengkorak Golhuf III. Trang!! Munju itu pecah seperti bola kaca.. bersamaan dengan lenyapnya seluruh tempat ini. Tengkorak itupun berteriak kesakitan,”Arkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk aaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk!!!!”. Semuanya kembali seperti semula lagi. Hamparan batu menghilang dan pulau sango tampak seperti sedia kala. Aku segera di larikan kerumah pengobatan beserta teman-teman yang lain. *** “Luka kakak gimana?”. “Ihhh.. sayang jangan khawatirin kakak.. Muahhhh”. Kak Hoe mengecup pipiku. “Wah.. kakak… teman-teman yang lain bagaimana keadaannya?”. “Mereka sudah mendapat penanganan dari pihak medis kok”. Aku rasanya tak merasakan sakit lagi ketika melihat senyuman manis dari kak Hoe. Apalagi sebuah kecupan di pipiku tadi. Benar-benar membuat aku segar kembali. Tok-tok-tok. pintu diketuk seseorang. “Ya.. masuk..”,kata kak Hoe. Treeetttt… Dari balik pintu masuklah sang Acellour yang terlupakan dari masa lalu, Nareda Hujuvu. “Maaf aku mengganggu istirahat mu Fand”. “Oh tidak nyonya.. Aku sudah baikan kok..”. “Syukurlah”. Dia duduk disamping tempat tidurku. Aku duduk. Ternyata Nareda yang kulihat saat ini sangat berbeda. Wajahnya tampak ramah, cantik dan keibuan. Inikah Nareda jahat yang asli? “Nyonya baik-baik saja?”. “Ya.. aku baik-baik saja Fand. Ini berkat kamu juga. Aku tidak menyangka, bahwa orang yang mau aku bunuh, ternyata adalah orang yang menyelamatkan nyawaku dan juga nyawa semua orang. Kau seorang Gradcellour( sebutan untuk pahlawan laki-laki). Aku benar-benar telah dibutakan dendam. Aku merasa bersalah Fand”. Dia menagis dan merangkulku. “Tidak Nyonya anda tidak salah. Mungkin kalau aku ada diposisi anda aku juga akan melakukan hal yang sama”,ucapku. “Terimakasih Brifand. Aku bangga mengenalmu. Setelah ini aku akan kembali ke masa ku dan menghapus semua yang telah aku lakukan dimasa ini dari ingatan kalian. Tapi aku ada hadiah kecil untuk mu”. Dia melepas rangkulannya dan merogoh saku jaketnya. “ Terima ini. Walau hanya sebuah Munju Najgarfic Cello, tapi aku yakin jurus ini akan menjadi jurus terkuat apabila ada di tangan mu, Gradcellour”. “Benarkah ini untukku nyonya?”. Aku sangat senang menerima Munju itu, apalagi itu adalah Najgarfic Cello. “Iya.. Pergunakan jurus ini sebaik mungkin ya Brifand dan jadilah pasukan terkuat sepanjang sejarah Merfghu. Aku mengandalkanmu untuk menjadi penerusku. Aku akan pergi sekarang. Aku bangga pernah mengenal orang masa depan seperti mu”. “Terimakasih Nyonya Nareda. Aku janji akan menggunakan Munju ini dengan sebaik-baiknya”. Dia bangkit dan meninggalkan ruanganku. Aku terharu mendengar perkataannya. Dia ternyata adalah orang yang sangat baik… walau pun semua tentangnya akan segera terhapus, tetapi Munju ini akan mengingatkan ku akan sosok Nareda. Beberapa hari kemudian aku kembali ke ruang arsip. Disana arsip tentang Ginda Golhuf telah kembali. Semua orang tidak tahu siapa pencuri arsip dan siapa orang yang telah mengembalikannya, termasuk aku. Karena semua ingatan tentang Nareda telah terhapus dari otak kami. Aku ambil arsip itu dan aku baca. Semua tentang Ginda ada diarsip-arsip ini. “Ginda memiliki seorang sahabat dekat bernama Nareda Hujuvu?”. Ada bagian diotakku yang merasa bahwa aku tertarik dengan nama Nareda. Maka aku pun berusaha mencari arsip tentang Nareda. Arsip tentang Nareda terdapat di rak 53,di deratan arsip orang-orang yang berjasa bagi Merfghu.”Wah.. Nareda seorang pahlawan ternyata”,pikirku. Nareda adalah sosok yang dikenang karena kepandaian dan kesaktiannya. Semasa hidupnya dia abdikan tenaga dan pikirannya untuk Merfghu di bidang pendidikan. Dia seorang Weuga( guru pengendalian benda) di Ferroka Merfghu. Dia juga aktif membantu pasukan khusus di perbatasan, walau statusnya bukanlah pasukan kerajaan. Dia sering diminta untuk membantu memecahkan kasus-kasus besar. Entah mengapa aku seperti mengenal Nareda, aku mengambil Munju ku dan menatapnya. Aku tidak tahu ada hubungan apa antara aku dengan Nareda. Hingga di akhir buku, aku temukan sebuah kata,”Dimasa depan ada seorang anak muda keturunan Kariku yang menjadi pasukan Moikzura termuda pertama sepanjang sejarah yang akan merubah Merfghu menjadi kerajaan besar. Aku mengharapkan pemuda itu bisa meneruskan cita-citaku”. Aku seperti tercengang dan bingung. Kata-kata itu seperti tertuju pada ku. Aku benar-benar terdiam setelah membaca kalimat tersebut.

Aku pulang ke rumah kak Hoe. Sore itu kak Hoe tampak rapi, dia mengajakku jalan. Setelah mandi aku pun ikut kak Hoe menuju rumah makan di tepi pantai Sioce. Kami sangat menikmati aroma angin senja dan jingganya langit sore. Kak Hoe merangkul bahuku dan mengecup keningku mesra. “Fand aku tak mau kita berpisah lagi”. “Aku juga kak. Aku akan terus bersama kakak”. Cup! Aku mengecup bibir kak Hoe. “Nakal Ya…”,kak Hoe tersenyum senang. Awan-awan senja menyapa di langit sana seperti ikut merasakan kebersamaan kami. Deru ombak membaur menjadi satu seolah-olah mengikis butiran pasir putih yang mengukir tepian pantai Sioce. Mulai dari sini aku akan menjadi pasukan terhebat yang pernah ada dan suatu saat nama ku akan di letakkan di deratan rak orang-orang kebanggaan Merfghu. Aku akan mewujudkan impian Nareda Hujuvu…

THE END

Maaf ya apabila ceritanya memang seperti komik . tetapi sebenarnya aku bukan terinspirasi dari komik, namun dari film-film Hollywood. Cerita ini saling terhubung dari bagian 1 sampai 9. Apabila anda kurang memperhatikan penjelasan dari istilah2 secara detail maka saya pastikan anda akan kesulitan memahami arti istilah2 baru tersebut. Biasanya istilah2 baru akan saya jelaskan ketika istilah itu pertama digunakan. Jadi anda harus teliti. Namaku Fandy dan masih berumur 19 tahun aku sedang sibuk kuliah. Cerita ini aku buat untuk menhapuskan kejenuhanku. Semoga cerita ini dapat menjadi sesuatu yang unik dan menarik terutama di blog ini. Jika saya memiliki waktu lebih, saya akan melanjutkan cerita ini yang berjudul “ Sango Island. The wasteland bird”.. ceritanya akan lebih seru dan menegangkan. Tapi, akhir-akhir ini saya agak sibuk jadi saya tidak janji untuk Book 2 of Sango Island ini. Atas salah dan kurangnya saya minta maaf dan thank u so much. Penulis,2011

###

9 Gay Erotic Stories from Fandybottom

Sango Island

Sango IslandCerita fiktif ini adalah sebuah Imajinasi yang berdasarkan cerita nyata ku, hanya saja ada hal-hal khusus sebagai petunjuk yang memang benar-benar ada termasuk beberapa seorang yang menjadi tokoh utama cerita ini.Senin,12 DesemberAwan putih begitu cantik menaungi tepian langit gugusan kepulauan Merfghu. Terdapat sekitar 22 pulau kecil yang sangat menakjubkan. Sentuhan agung

Sango Island 2

Sango Islaand 2Aku mencoba meresapi tekstur keras senjata milik kak Hoe. Ohhh… Pisang surga itu mulai menjadi-jadi di bawah pantat ku. Semakin liar dan memburu. Walau batang itu masih tersembunyi dibalik celana Kak hoe,tetapi sodokannya begitu terasa di daerah sensitif ku.. aku sangat terangsang dan menikmati perlakuan kak Hoe pada ku. Sekujur tubuh ini rasanya sudah pasrah jika kak Hoe

Sango Island 3

Sango Island 3Dan tak lama kemudian.. nafas kak Hoe semakin memburu dan…Crrroooottt…crrrooootttt…crooottttt! Menyemburlah pejuh sang pangeran tampanku kedalam anusku.“Kak.. aku mau pejuh mu.. please…ohhh”.“Okkkkhhh”.Kak Hoe Menggenggam erat kontolnya dan mencabut benda itu dari dalam lubangku.. dia mengangkangi wajahku dan mengarahkan kontolnya kedepan mulutku. Aku membukakan mulut

Sango Island 4

Sango Island 4Dengan suasana hati yang kacau aku kembali ke Ruang arsip pagi-pagi sekali. Aku harus senang atau sedih? Kalau aku senang berarti aku telah mengkhianati kak Hoe. Kalau aku sedih berarti aku telah menyia-nyiakan kesempatan itu. Antara berkhianat atau cinta… terus terang kepala ku terasa berat, aku yakin ada yang aneh dari diriku. Mungkinkah tadi malam Zar sempat membiusku?

Sango Island 5

Sango Island 5Begitu sempurna tuhan menciptakan tubuh sang pangeran dari Sango ini. Perlahan-lahan aku coba memasukan benda mulus nan menggoda itu kedalam mulutku. Aku resapi segala kenikmatan yang mulai menjalar di ujung lidahku. Kangen sekali rasanya mencicipi pejuh kak Hoe. Seluruh batang itu telah mendiami rongga mulutku hingga menyentuh kerongkongan. Walau terasa sangat sukar memasukkan

Sango Island 6

Sango Island 6Malam hari ini suasana semakin dingin. Pijarnya lampu di gang-gang rumah tuan Hereca semakin menimbulkan efek menegangkan. Sementara diluar hujan gerimis mulai menyapa. Aku sekarang berkeliling untuk mengecek keadaan, jam pada saat itu menunjukan pukul 10:34 pm. Lantai demi lantai aku jajaki. Di sekitar pantaipun terlihat dari lantai tiga rumah ini.“siapa itu?”. Aku melihat

Sango Island 7

Sango Island 7Kamis, 26 JanuariPelan-pelan aku buka mataku…dari celah kelopak mata ini, tampak sebuah langit-langit ruangan yang putih bersih. Aku coba menolak rasa sakit yang aku derita dan terus membukakan mata. Oh… tidak… aku sekarang tengah terbaring diruang pengobatan. Tubuh ku terasa remuk dan perih. Luka-luka di tubuhku sekarang benar-benar mengaduh. Aku ingin mencari kak Hoe dan

Sango Island 8

Sango Island 8Tubuhku tampak begitu memikat sekali. Kak Hoe mulai menepuk-nepuk pantatku, mungkin supaya aku merasa lebih siap untuk menerima kontolnya sebentar lagi. Pertama-tama kak Hoe menyapukan air ludahnya yang kental ke permukaan batang perkasa itu. Dia usap rata kesetiap sisi kontolnya. Beberapa kali dia ulangi hal tersebut agar kontol kak Hoe benar-benar licin da siap menyentuh

Sango Island 9

Sango Island 9“Aku akan membunuh pria ini kalau kalian berani macam-macam terhadapku. Serhu memang sangat bodoh! Tak bisa aku andalkan”. Wanita itu semakin menekankan pisaunya keleher kak Hoe.“Tolong… lepaskan kak Hoe…”,aku mulai memelas.“Siapa anda? Apa tujuan anda mengambil arsip kerajaan?”,tanya tuan Zanu.“Tujuan ya? Hmmmpp.. Aku Nareda Nujuvu,sang Acellour (sebutan untuk pahlawan

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story