Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Andre dan Sang Dosen

by Prince chakran


Kerja praktekku sudah selesai, tapi memori pengalaman sex bersama si Gondrong dan temannya Hendi tetap segar di ingatanku. Rasanya seperti baru kemarin saja peristiwa itu terjadi. Aku masih menjalin hubungan baik dengan si Gondong dan Hendi temannya. Sekali-kali masih main ke rumah kontrakan mereka. Kalo sempat, nanti aku tuliskan petualangan sex-ku yang baru bareng si Gondrong dan Hendi. Tunggu aja. Beberapa hari setelah aku menulis dan menerbitkan petualangan sex-ku dengan si Gondrong di MOTN, email tanggapan mulai berdatangan di inbox-ku. Dari semua email yang masuk, ada satu yang menggelitik aku: > --- Coba Coba wrote: >Hmmmm, anda Andre, Teknik Sipil Univa Angkatan 1998 >ya????? Saya udah cek di Koordinator Kerja Praktek, >kayaknya anda KP-nya di pembangunan gereja >ya??? Wah ini cerita di MOTN-nya fiktif apa beneran??? > >Dari dosen yang naksir berat sama anda Dosen yang naksir berat sama aku? HAH??? Yang bener? Dosen yang mana? Masa sih? Aku kok nggak pernah merasa. Langsung aja aku balas jawab: > --- prince chakran wrote: > Allow, > Hmmm... misteri emang selalu lebih menarik kalau > dia tetap jadi misteri. Cerita nyata? Menurut Anda > sendiri gimana? > Ngomong2 kenalan dong yang bener, dosen di Univa > kan banyak, Anda yang mana ya? Kenapa nggak bilang > dari dulu... > > Si anak nakal, > Andre > ps. cerita itu masih ada lanjutannya loh... > tunggu yah! Dia nulis jawaban lagi: > --- Coba Coba wrote: > Hmmm, > kalau anda memang Andre seperti yang saya > duga, rasanya gampang sekali menduga siapa saya. > "Clue"-nya adalah hari ini anda sempat ngomong > satu kalimat dengan saya. Selamat menebak....... > Hmmmm I don't think you are a shy guy at all. > Setiap hari anda kan tebar pesona di kampus....... > > Dosen yang masih naksir berat sama anda....... Eeeh… bener-bener nih orang. Masak aku dibilang suka menebar pesona di kampus. Yang bener aja… Aku nggak pernah tebar pesona kok. Mereka aja, para fans aku, yang suka heboh kalo aku lewat. Nih aku bales lagi: > --- prince chakran wrote: > Ngomong satu kalimat dengan Anda hari ini? > Wah??? Siapa ya? Yang mana ya? > Duh, clueless nih... Saya terlalu sibuk menebar pesona > tiap hari di kampus sih, jadi nggak terlalu notice... > Sorry! Tapi ga papa, saya suka kok punya secret admirer... :) Eh, dia bales lagi dan ngasih ‘clue’ lain. Katanya: > --- Coba Coba wrote: >OK clue lain.....saya nggak tau kenapa anda pakai >account yahoo Singapore, tapi coba deh lihat kenapa >saya pakai account yahoo UK........ > >Supaya anda tambah seneng soal secret admirer....tau >nggak setiap anda lewat ruangan saya untuk asistensi >dengan dosen lain ......hmmmmm rasanya gimana >gitu....sampai nggak bisa nafas....habis pesonanya itu >lho......sayangnya suara anda tidak se-macho >penampilan anda. OK selamat menebak. >Your secret admirer Yahoo UK? Apa yah artinya? Jangan-jangan karena dia… HAH??? Dosen yang itu??? Masa sih? Dia suka ama aku? Nggak mungkin ah… Kok kalo ketemu aku dia biasa2 aja… Ah, aku salah kali ah. Nggak ah, aku nggak mau berharap banyak dulu, nanti kecewa akhirnya. Aku hilangin pikiran itu dari kepala, sampai akhirnya lupa sendiri. Sampai pada suatu siang, selesai kuliah aku lagi jalan mau keluar kampus pengen pulang. Nggak ada mobil nih, dan aku lagian nggak dijemput. Tadi pagi aja aku naik taksi. Terpaksa deh pulang naik taksi lagi. Tapi tiba-tiba ada mobil berhenti di sampingku. Kaca mobilnya bener-bener gelap sampai nggak kelihatan penumpang di dalamnya. Jendela pengemudinya lalu diturunin dan muncullah seraut wajah. Hah… sang Dosen yang itu… “Siang Andre… Mau pulang?” tegurnya sambil memerkan senyumnya yang paling manis. “Eeeeh… iii.. iyaaa pak!,” sahutku gelagapan. Di email dia bilang suka menahan nafas kalo aku lewat, dia nggak tahu aja kalo aku lebih dari menahan nafas. Deg-degan abis kalo diajak ngomong. Apalagi kalau dipandang matanya yang tajam itu. Duh… “Nggak bawa mobil? Kok nggak dijemput?” tanya sang Dosen lagi. “Nggak pak. Ini mau pulang naik taksi…” “Wah panas-panas gini, nanti kamu item loh! Ikut sama saya aja mau?” tawarnya lagi. “Nggak usah deh pak. Makasih. Nanti saya merepotkan…” “Waaah sama sekali enggak… Lagian kita searah kan?” sahutnya lagi sambil menyilahkan aku naik lewat pintu mobil yang sebelah. Searah? Emangnya dia tahu rumah aku? Lagian dia rumahnya dimana?, pikir aku sambil naik mobilnya. Ah bodo amat lah. Lumayan, hemat uang taksi. Begitu aku naik mobilnya, nyeees… AC mobilnya terasa dingin banget. Duh, enak bener dibanding panas matahari luar yang terik. Dari stereo mobilnya terdengar siaran radio HardRock FM. Wah, gaul juga nih dia, pikir aku. “Eh, kamu udah makan siang? Mau makan di mall itu?,” dia nunjuk mall yang deket kampus aku. “Ah, nggak usah pak. Tadi udah makan bareng temen-temen” “Gimana kuliahnya? Lancar kan? Lagi kerja praktek ya?” “Udah selesai pak, baru aja bulan lalu…,” sahutku. “Iya, saya juga tahu kok. Kamu masih suka ketemu si Gondrong?,” dia nanya lagi dengan santai. Si Gondrong? HAH??? Aku kaget, terpana, bengong, melongo, menegok kearah wajahnya yang serius nyetir. Dia… dia… dia… baca cerita aku di MOTN!!! HAH??? Jadi bener dia, sang Dosen ini yang kirim email ke aku… Jantungku deg-degan makin keras, nggak bisa nafas. Wajahku barangkali pucat karena kaget. “Kenapa? Kamu kaget? Emangnya saya nggak boleh baca cerita kamu?” lanjutnya lagi. “Saya jadi pengen tahu deh. Itu cerita karangan kamu atau kisah nyata sih?” dia nanya lagi. “Kalo bener cerita nyata, saya jadi iri nih sama si Gondrong… Saya yang udah lama naksir berat sama kamu aja sampai sekarang nggak punya kesempatan, kok dia gampang banget ya dapetin kamu…,” kata dia santai sambil tersenyum nengok ke arahku. Aku cuma diam seribu bahasa. Nggak ngerti musti ngomong apa. “Wah, kalo emang bener-bener cerita nyata, berarti kamu sekarang udah pinter dong mainnya…” dia godain aku lagi sambil ketawa nakal. “Gimana kalo sekarang gantian kamu yang ngajarin aku…” tawarnya sambil perlahan tangan kirinya ditaruh di pahaku. Seeeer… darahku terkesiap. “Mau kan kamu ngajarin saya?” lanjutnya lagi. Aku hanya mengangguk-angguk tanpa bicara. Dia terus menyetir. Kami tidak berbicara sepatah kata pun setelahnya. Hanya pandangan kami yang sesekali beradu dan itu sudah bicara banyak sekali. Mobil melaju terus tanpa henti, hingga tiba-tiba dibelokkan ke sebuah tempat berpagar tanaman tinggi. Sekilas kubaca tulisan Hotel Transit… Aku nggak sempat baca lanjutan namanya. Mobil masuk terus melewati beberapa bangunan satu lantai yang terpisah-pisah seperti bungalow dan di sebelahnya selalu garasi yang pakai rolling door. Beberapa bangunan tampak tertutup rolling doornya. Dia mengarahkan mobilnya menuju salah satu bangunan yang masih terbuka rolling doornya. Seorang laki-laki yang dari tadi lari di belakang mobil dengan sigap menutup pintu rolling door. Setelah masuk garasi, mesin mobil dimatikan dan dia berkata padaku, “Yuuuk…” Lewatin pintu, kita masuk ke sebuah ruang tidur luas dengan ranjang yang besar dan lebar berselimut spei putih. Seluruh dinding, kiri kanan terdiri dari cermin. Langit-langitnya juga dari cermin, jadi sambil tiduran kita bisa ngaca. Di ujung ruangan tampak sebuah ruang lain yang ternyata kamar mandi. Hebatnya ruang tidur dan bagian showernya hanya terpisahkan kaca buram, jadi kalau ada yang mandi di shower pasti terlihat jelas bayangannya dari tempat tidur. Nakal banget, pikirku dalam hati. Dengan kikuk aku jalan-jalan memeriksa ruangan, nggak tau mesti ngapain. Tiba-tiba telephone di meja berbunyi, dia angkat dan bicara dengan seseorang di ujung lain. “Kamu mau minum apa?” tawarnya kepadaku. “Aqua aja deh…” jawabku. Nggak lama kemudian terdengar ketukan di rolling door mengantarkan pesanan kami, yang kemudian diambilnya. “Sini, minum dulu, kamu pasti haus kan?!” tawarnya lagi. Aku berjalan beringsut mendekatinya, menerima uluran botol aqua yang diangsurkan. “Makasih pak,” sahutku sambil minum. “Aahhh, jangan panggil pak dong. Panggil aja nama atau mas deh kalo nggak biasa,” katanya sambil tersenyum dan berjalan mendekati aku. Tiba-tiba, begitu aku berada dalam jangkauan tangannya, ditariknya aku ke pelukannya. Dia melingkarkan tangannya yang kuat dan kokoh untuk memeluk erat tubuhku. Sambil tangan kanannya mengelus pipiku dan menyibakkan poni rambutku yang panjang dan halus, yang jatuh-jatuh menutupi wajahku. “Andre, Andre…,” kudengar dia berguman, “Kamu tahu nggak betapa seringnya saya mimpi bisa mendekap kamu seperti sekarang ini….” Sang Dosen tersenyum, memandangku dalam dengan sepasang mata hitamnya yang sangat indah dan selalu menyorot tajam. Aku tak kuasa untuk tidak segera membenamkan tubuhku ke dada bidangnya. Aku mendongakkan wajah memandang wajah dengan rahang persegi yang kokoh miliknya yang kini hanya beberapa senti dariku. Dia mendaratkan bibirnya lembut di dahiku dan menciumnya dengan penuh sayang. Lalu berpindah ke hidungku dan berlanjut ke bibir merah milikku. Aku menyambutnya dengan semangat. Dia melumat dengan penuh perasaan, hingga beberapa kali terdengar bunyi decakan. Menggigit lidahku, mengisap bibir atas dan bawah milikku bergantian. Dia mengulum bibirku. Lalu kini melancarkan jurus-jurus ciuman mautnya. Hisapan-hisapannya pada bibirku membangkitkan gairahku yang tadi masih belum menyala karena masih kaget. Aku membalas ciumannya. Dia semakin bergairah mengisap, menyedot, melumat bibir dan lidah yang segar dan harum milikku yang sangat digilainya itu. Yah mungkin, bibir dan lidah sepertiku ini tidak pernah dijumpainya pada pria-pria lain. Dia mengulum bibir merahku. Perlahan. Menghisapnya dengan penuh perasaan. Lama. Menggigit lidah basah itu lembut. Aku menikmatinya. Napas kita berdua memburu. Kini ciumannya pindah ke samping kiri dan kanan leherku. Dia menghisap diiringi gigitan-gigitan kecil, hingga meninggalkan bekas merah pada kulit leherku yang halus dan bersih. Dia menciumi leherku itu sambil menghirup aroma parfum bercampur keringatku yang segar dan harum, aroma yang membuatnya mabuk kepayang. Aku hanya bisa mendesah menikmatinya. Ciumannya semakin menggelora. Dia bagai kesetanan menciumi bibirku, menyedot lidah kenyal dan harum itu kuat hingga aku agak kesakitan. Tapi aku membiarkan saja. Ia meraih kepalaku dengan kedua tangannya, dan menciumi setiap jengkal kulit wajahku... Tangannya gemas meremas rambut halusku yang gondrong, aku menggeliat saat ia menjilat kuping dan tengkukku. Ciumannya turun ke leher, menyedot setiap senti kulit halus dan bersih itu hingga berbekas merah. Aku mendesah dan membiarkan dia bersikap sangat agresif terhadap tubuhku. Ciumannya yang maut itu dengan liar berpindah ke dadaku. Sambil terus menciumi, dengan gairah yang menggebu dibukanya kaosku. Aku juga membalas dengan membuka kancing kemeja kotak-kotak miliknya. Sekejap baju kami tercampak ke lantai. Perlahan dia beringsut hingga akhirnya kami berada di tepi ranjang. Lantas dihepaskannya tubuhku di ranjang yang lunak itu. Tubuhnya berat menindih tubuhku. Kulihat bayangan tubuh kami yang bergumul penuh nafsu di cermin langit-langit. Lalu dia membenamkan wajahnya ke dada putih bersihku, menikmati kedua puting merah jambu milikku yang sangat menggoda. Bibirnya liar menelusuri setiap lekuk tubuhku. Bergantian menghisap, mengemut dan menjilati kedua puting susuku yang merah jambu lembut itu dengan lihai, sementara dia pelintir dan tarik putingku yang lain. Menggigit-gigitnya hingga aku menggelinjang keasyikan dan semakin kuat meremas punggungnya dengan jari-jariku. “Oh… eh… oh yeah… mhm… oh, maaaassss…,” aku meronta-ronta menggelepar ke sana ke mari. Dia kemudian dengan nakalnya pindah pada ketiakku yang licin tak berbulu, menciumi dan menggigit-gigit kecil bergantian kanan dan kiri. Aku memejamkan mata sambil meringis kegelian, karena aku memang sensitive pada ketiakku. Aku mengerang seraya meremas punggungnya. “Ouhh… ouh… auh maaass… ouh…!,” gumamku merasakan gairah yang indah ini. Puas bermain di sekitar puting dan ketiak, dia beralih memainkan daerah sekitar perutku yang rata. Menjilat, menggigit dan menyedot lubang pusarku yang bersih dengan lidahnya. Menghisap-hisap kulit di sekitar perut itu hingga berbekas merah. Setelah menciumi dengan gerakan erotis pada bagian perut, kini dia meraih resleting celanaku dan membukanya. Tangannya dengan lihai memasuki daerah terlarangku. Kontolku sudah ngaceng keras sekali. Dia meremas-remas batang kontolku itu hingga suara eranganku menjadi semakin tidak beraturan. Diciuminya kontolku yang masih bercelana dalam itu dari luar, dijilat-jilat hingga basah celana dalamku. Tangannya dengan cepat membuka resleting celana hitamku dan memasukkan tangannya lebih jauh ke balik celana dalam. Kini tangannya sukses menyentuh langsung organ vitalku. Dia merasakan bulu-bulu lurus halus di sekeliling kontolku yang sedang digenggamnya itu, yang terasa bagai rumput Jepang yang halus mengelilingi jari-jarinya. Dia melepaskan celana panjang dan celana dalamku hingga sebatas dengkul. Diamatinya sesaat kontolku yang berdiri tegak itu. Sedetik kemudian kepalanya menunduk, dan kontol itu masuk ke mulutnya. Pada saat kontolku masuk ke mulutnya, badanku gemetar. Ia lalu berlutut dan melahap kontolku yang tegak. Aku mengerang menikmati hisapan mulutnya yang sangat berpengalaman itu di kontolku. Aku menggigit bibirku merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Tanganku meremas-remas rambut di kepalanya yang sedang menikmati penisku. Tidak lama tubuhku menegang, penisku makin membesar. “Maaasssss… lagiiii… enaaaak… jangaaan berhentiiii… truussss… truuuussss…,” erangku meracau. Dia tidak menjawab. Dia memang tidak bisa menjawab… Sekarang dia menjilatinya… mulai dari kepalanya… terus sampai pangkalnya… terus sampai biji pelir. Beberapa detik kemudian dia malah mulai mengulumnya kontolku sampai pangkalnya didalam mulutnya. Aku bergoyang dengan pinggulku... Lidahnya terasa di kepala kontolku. Aku benar-benar menikmatinya. Sambil mengulum kontol, dia membelai biji pelir dengan jarinya. Kemudian dengan gesit tangannya berpindah lagi, kali ini berusaha merogoh lubang anusku. Agak susah karena aku dalam posisi tidur telentang. Tapi dia gigih berusaha. Aku membantunya dengan sedikit mengangkat pantat. Kakiku dibuka lebar, masih agak susah juga sementara dia tetap berusaha. Sambil menyedot kontolku satu jarinya mencungkil dan mempermainkan lubang anusku sambil sesekali berusaha meremas pantatku yang padat berisi. Dan karena aku merenggangkan paha lagi, jarinya pelan-pelan ke bawah lagi. Wah, sekarang jarinya diantara paha ku, sekarang sudah di pantat.… Dan jarinya selalu saja terus berusaha masuk ke lubang anusku, tapi tetap susah karena terhalang celanaku yang di dengkul. Dengan kasar ditariknya lepas semua celanaku. Breeeet… kini aku telanjang tanpa sehelai benang pun di hadapannya. Matanya berkilat-kilat penuh nafsu melihat tubuh telanjangku. Aku yang telah bugil tidur telentang sambil kedua tanganku berpegangan pada pinggir ranjang. Sekarang lidahnya pindah ke pahaku… dijilatinya, dan… lidahnya masuk ke bawah, biji kontolku dijilatinya juga! Wah… ada lidahnya di buah pelirku. Enak sekali rasanya! Aku merintih lagi, merenggangkan paha, dan mengangkat pinggul. Dua jarinya masuk menggali ke lubang anusku yang masih agak sempit karena masih jarang dimasuki kontol. Pada saat itu aku merintih kuat… Aku menggeliat mengimbangi sodokan kepalanya yang sangat bernafsu menghisap kontolku. Dia terus menghisap dan menjilati kontolku, mengulum kepala kontol hingga kontolku yang tadi putih bersih menjadi mengkilat dan merah, sementara tangannya liar bergerak meremas kedua belah pantatku yang padat berisi. “Ooh… ehh… yaaaah… maaaasssss”. Kedua tanganku bertumpu pada bahu kekarnya. Karena aku merintih kuat, dikiranya aku sudah menjelang orgasme. Dia berhenti mengulum kontolku. Supaya aku tidak terlalu cepat mencapai puncak nikmatnya, dia berhenti dulu. Sekarang perlahan dia menjilati kontolku. Lidahnya mulai di kepala kontolku... turun kebawah... ke biji pelirku... antara pahaku. Kemudian keatas lagi... Dia putar lidahnya mengelilingi kepala kontolku. Kemudian dia berhenti di bagian lubang keluar maninya, dan dia mainkan lidahnya di lubang itu. Dibelainya kontolku dengan lidahnya, dijilatinya, akh… aku senang sekali, kemudian dia mengangkat panggulku, sehingga kakiku ke atas membentuk huruf V, dimainkannya lidahnya di selangkanganku. Dijilatinya kontolku, anusku, akhhhh… tempat yang paling sensitive yang enak sekali kalau disentuh dengan lidah akhhhh… betapa nikmatnya, aku senang sekali. Tak kusangka ternyata aku mengalami kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya, sehingga aku menggelinjang dan mengeluarkan cairan pelumas dari kontolku, yang dengan lahap diisap hingga licin tandas olehnya. “Oooh… enak sekali… mas, teruussss… lagiiii… ooooh…” Aku bermandikan keringat, dan mendesah-desah memohon padanya untuk segera menghujamkan batang kejantanannya pada lubang anusku. “Oohhh… maaassss… please… masukin sekarang… uuhh… mmhhh…,” mataku terpejam rapat menahan gairah. “Sebentar,” akhirnya dia beranjak, membuka seluruh celananya hingga bugil. Kontolnya yang besar sudah ngaceng keras. Dia lalu berlutut di atasku lalu menempatkan ujung kepala batang kejantanannya pada bibir lubang anusku. Dibasahinya kontolnya yang besar itu dengan ludah. Aku membantunya dengan menggenggamnya dan mengarahkannya perlahan memasuki lubang senggamaku yang hangat dan ketat. “Sreett… sreett…” terasa agak susah, karena batang miliknya lumayan besar dan panjang. “Wah agak susah yaaa..?” dia tersenyum, memandangku penuh birahi. Aku berinisiatif untuk membantunya, dengan duduk bangun dan langsung kupegang batang kejantanannya, mengarahkannya pada mulutku, lalu langsung kujilati, kuhisap dan kubasahi dengan ludahku. Mulutku terasa penuh menampung kejantanannya, kemudian aku mulai mengeluar-masukkannya pada mulutku, sambil sesekali menghisapnya, hingga kedua pipiku terlihat kempot, saking bernafsunya. Tubuhnya bergetar hebat menerima perlakuan lidahku pada kejantanannya, dia mendesah-desah, “Ooohh… Ndre… aauuhh… ennakk… egghh… ouhh… mmm…” Batang kejantanannya keluar masuk dalam mulutku, hingga terlihat mengkilap karena air liurku. Setelah kurasa cukup, aku menyuruhnya untuk segera memasukannya pada lubang anusku, yang sudah tidak sabar lagi menanti untuk diterobosnya. “Sekarang… masss, pleaseee…”, aku memohon pendek. Dia mendekat dan berlutut di selangkanganku. Lalu tangan kirinya merenggangkan kakiku, sedangkan tangan kanannya mengarahkan kontolnya agar arahnya tepat. Dengan lembut dia menyelipkan kontolnya ke dalam lubang anusku yang ketat. Dia mengarahkan lagi batang kejantanannya pada mulut liang anusku, lalu menekannya sedikit demi sedikit, “Srett… sreett…” kali ini terasa agak lebih mudah, aku membantunya dengan menjepitkan kedua kakiku pada pinggangnya. Dia berhenti sejenak ketika kepala kontolnya masuk 1/4. Dia memejamkan matanya menahan nikmatnya perasaan saat itu. “Uughh...,” serunya perlahan. Perasaan luar biasa ketika kepala kontolnya menggesek bibir lubang, terjepit erat otot cincin anusku. Aku mengira batang penis itu akan dimasukkan seluruhnya, hingga begitu kepala penis menyelip di antara lubang anusku, aku langsung membuka kedua pahaku lebar-lebar. Tapi ternyata dia menghentikan gerakannya. “Lagi mas, masukin lagi…!,” aku merengek ketika mengetahui dia menahan gerakannya. “Jangan berhenti mas… masukin semuanya,” aku merengek lagi karena dia masih memejamkan mata menikmati 1/4 kontolnya yang sedang diremas-remas oleh otot cincin anusku. Dia yang memang ingin seluruh bagian kontolnya menikmati pijitan tentu saja mengikuti permintaan itu, dia lalu menekan kontolnya lebih dalam perlahan-lahan. Kemudian setelah sekitar sepertiga bagian batang itu masuk, dia tiba-tiba menghujamkannya keras-keras. “Auuuuuuccchhh… ooouuhh… iyahhh… yahh… ssshh… hhh… ,” aku berseru kesakitan saat kurasakan batang itu masuk menyungkal dalam-dalam pada anusku. Masuk seluruhnya, melesak dalam-dalam hingga mentok. “Ouugghh…!” dia melenguh keras ketika pangkal kontolnya mentok di lubang anusku yang ketat. Terasa seluruh kontolnya digenggam ketat oleh lubang anusku. “Aaaaggghhkkk…! Tekan mas, tekan yang keras…!,” rengekku sambil menggigit bibir. “Kayak gini bukan?,” lalu dia menghentakkan pantatnya ke depan, sehingga mulut anusku terdorong masuk dengan keras. “Oooooouuuughh…” teriaknya. “Aaaaaahhhkkk…! Gila massss…! Lagi masss…!,” rintihku merasakan nikmat. Dia lalu menarik kontolnya, anusku terlihat monyong. Setelah tertarik setengah, didorongnya lagi pantatnya keras-keras seperti tadi, hingga batang rudalnya meluncur keras, masuk melesak dalam-dalam lagi di liang anusku. “Aaaaaaahhhkkkk…!" bersamaan kami teriak merasakan nikmat. Dia lalu memaju-mundurkan pantatnya. Menarik sampai sekitar 50 persen panjangnya, lalu menekan lagi hingga masuk semuanya. Beberapa kali sodokan perlahan disusul dengan hentakan tiba-tiba yang tak terduga, membuat kontolnya yang besar melesak dalam-dalam di liang anusku. “Aaahhkk… masss… enaak… hiks… hiks… hikss ooohh…” Bolak balik, terus, terus dan terus tanpa henti dia terus melakukan itu. Sementara itu aku makin merancau tidak karuan, sedangkan dia lebih banyak mendesis-desis, giginya gemeretuk menahan gairah. “Yeeaahh… tusuk yang keras… hmm… Oughh… yeesss… terus masss…” Dia lalu menggoyang-goyangkan pinggangnya maju-mundur, menghajar lubang anusku dengan kejantanannya. Aku merasakan kenikmatan luar biasa berpangkal pada lubang anusku, hingga makin banyak cairan bening pelumas yang hangat keluar dari batangku. Aku mengimbanginya dengan ikut bergoyang seirama hujaman tubuhnya, kadang kuputar-putar pantatku hingga batangnya makin terjepit erat dalam liangku. “Sshhh… ssshhh… oughh… enak mas, terus… terus… tarik dorong yang keras…!” Dia menindih tubuhku erat agar emposan pinggulnya dapat maksimum menghajar lubangku. Kedua kakiku mengangkang lebar, kakiku erat melingkar pinggangnya hingga selangkanganku terbuka lebar. “Pleeek… pleeek… pleeek… ,” keras bunyinya terdengar tiap kali pinggulnya menghajar pantatku. “Oougghh… oh… oh… oh… oh… ,” aku terus menjerit-jerit. Anusku menjepit keras kontolnya. Dia sendiri belum mau selesai, malah makin meningkatkan goyangannya. Batangnya mulai lagi keluar masuk dalam liang anusku, kurasakan lagi kenikmatan yang luar biasa akan hal itu. Kupandangi dalam-dalam wajahnya yang diliputi nafsu membara, seakan-akan kami berbicara dengan tindakan, bukannya dengan kata-kata. “Ough… terus mas…!" aku menggelepar-gelepar sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kulihat cermin di langit-langit bayangan tubuhnya yang basah keringat dengan kasar meniduri tubuhku, nyaris seperti memperkosa. Terlihat pantatnya naik turun menghajar tubuhku yang mengangkang lebar. Lubang anusku semakin bengkak, dan ketat meremas-remas batang kemaluannya. Berdua kami mengerang-erang terbakar birahi, “Auuhh… oohhh… iiyaahh… yaahh… yahhh… sshhh… uh… uh… oouuwww!” Tiba-tiba bibirnya melumat bibirku dengan liarnya, lidah kami saling beradu jilat, saling hisap dengan rakusnya, beberapa saat kemudian mulutnya segera berpindah pada kedua puting payudaraku, memberinya gigitan-gigitan kecil, sementara kejantanannya masih dengan buasnya menghajar lubang anusku. Aku benar-benar merasakan nafsu yang begitu panas membara. “Uhh… hu… hu… huu…,” terdengar suaraku merintih, menahan nikmat sodokan kontolnya. Aku makin membuka kaki. Ditariknya kakiku ke atas, sehingga menyentuh dadanya. Hal ini membuatnya makin leluasa memasukkan kontolnya. “Ouughhh… mas… hiks… hiks… hu… hu…," aku kembali merintih kenikmatan. Kedua tanganku keras meremas-remas pundaknya. “Ndre… bentar lagi Ndre… saya mau keluaaaar…!,” teriaknya ketika merasakan orgasmenya akan datang, batang kontolnya menjadi lebih berdenyut, makin keras, makin bengkak, mengisi liangku penuh-penuh. Aku menaikkan pantatku agar kontolnya makin dalam mengisi anusku. Aku merasakan senjatanya semakin besar, anusku terasa semakin penuh, dia hampir mencapai orgasmenya. Sesaat sebelum mencapai orgasme, dia tiba-tiba merenggut pantatku, mencengkeramnya. Dihentak-hentakkan pantatnya ke bawah lebih cepat. Hal ini membuat gesekan antara batang kontol dan rongga anus makin cepat. Dia terus melakukannya hingga pada hentakan terakhir pinggulnya keras dihentak dalam-dalam. “Yeahhhhhh...... oouugghhhhhhh yyyessssssss.... terussss......oooooooggghhh yeeessss…….,” dia mengerang keras, matanya terpejam rapat, bibirnya digigit menahan rasa nikmat. Ditekannya pantat lama sekali ke bawah dengan keras. Crooooot… croooot… croooot … crooot… crooot… Aku merasakan ada tembakan hangat di dalam rongga anusku. Lembut dan mesra. Semprotannya kencang sekali dan berkali-kali. Kira-kira tujuh atau delapan tembakan, badannya mengejang, dan lalu lemas, lunglai, jatuh ke depan, menindih tubuhku. Kupeluk tubuhnya, namun tangannya segera meraih kontolku, tubuhnya membungkuk dan mulutnya diarahkan ke kontolku. Ternyata ingin memuaskan ku juga. Rupanya dia tak sabar, langsung melumat kontolku dan mengulumnya dengan ganas sambil tangannya terus meraba dan mengelus pangkal pahaku disertai dengan sedikit gigitan-gigitan kecil… menambah kenikmatanku. Entah berapa lama dia terus mengulum dan menjilat kontolku yang sedari tadi ngaceng. Aku semakin hanyut dalam kenikmatan. “Maaaasss… aahhhhh… mas pinnnnttttaaarrrrrr… hhhhhhhhhhh… ahhh… ssshhhhhhhhh… enakkkk… teruskan labih kencang… kencangggggggg… lagiiii… yeahhhhhh… yeeeessssssss… gitu…,” Aku mulai meracau nggak karuan menerima kenikmatan tiada taranya yang pertama kali dalam hidupku. Dia selain melumat kontolku juga melumat buah zakarku yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Dengan lidahnya yang nakal, dia mulai menambah kenikmatan baru dalam permainan ini. Saat mulutnya penuh oleh zakar satunya, tangannya memainkan yang satunya. Begitu seterusnya sampai aku benar-benar nggak kuat lagi. Kontolku dicium lagi pucuknya… kemudian masuk ke mulutku… dihisap dengan sekuat tenaga, aku menggelinjang dan melenguh dengan suara yang serak-serak basah. “Ooouuggghhhh… sssttttt… ssssshhhhhhh… aaaaaakkhhhhhh…” Dia semakin bernafsu menghisapnya hingga basah. Aku menggeliat-geliat menahan kenikmatan hingga mengejang, tanganku meremas-remas rambutnya. Nampaknya aku akan mencapai klimaks. Dadaku turun naik menahan nafsu yang memuncak, “Maaaaassssss… aku mau keluarrrrrr… aahhhhhh.........,” rintihku setengah menjerit. Dia dengan sigapnya makin mempercepat keluar masuknya kontolku ke dalam mulutnya… Dia terus mengulum kontol itu, 5 menit berlalu sampai pertahananku runtuh dan segera menyemburkan peju. Dan kontolku segera memancarkan cairan kenikmatan yang sedari tadi kutahan untuk keluar ke dalam mulutnya… Semburan air maniku memancar kuat beberapa kali. Cccccrooooootttttt… ccccrroottttttttt.... ccrrttttt...... Akhirnya aku mencapai puncak, aku menjerit keras, “Auuhh… ouhhh… ouuw… akuuuu… auuhh… aaahh… hhhh…!” Tembakan demi tembakan yang keras menghantam kerongkongannya. Dia terus menjilati kontolku dan menelan sperma ku dengan lahapnya. Dengan rakusnya dia terus menelan semuanya..... Kurasakan seluruh persendian tubuhku berlolosan, tubuhku yang bermandi keringat bergetar dengan hebatnya, dua tanganku mencakar-cakar punggungnya, saat itu kurasakan sesuatu meledak dari dalam tubuhku dan memberikan sensasi hebat ke seluruh saraf tubuhku, kurasakan sangat ringan sekali dan nikmat tiada tara, serasa terbang ke nirwana, aku orgasme dengan sempurna. Dia masih terus menjilati kontolku sampai bersih, habis tak tersisa setetespun. Setelah semua keluar, dia lemas dan terlentang disampingku. Kami terdiam beberapa saat merasakan nikmatnya. Dia lantas menciumku dengan mesra. Kami lalu berpelukan dan tertidur pulas kelelahan. Tiba-tiba terdengar bunyi klakson menjerit keras sekali di telingaku. Seseorang berteriak keras, “Hoooiii… Andre…!” Aku tersentak memandang arah datangnya suara. Sang Dosen itu rupanya… “Eh ngelamun lagi… Ngelamun kok di tangah jalan, nanti ketabrak mobil loh! Ngelamunin siapa sih? Pacarnya yah?” dia bertanya menggoda. Aku tersipu-sipu malu sambil menepi. Lantas saja mobilnya berlalu dari sisiku. Tanpa mengajakku… Ternyata semua tadi hanya lamunanku di tengah siang bolong. Kalau saja dia, Sang Dosenku itu, tahu apa yang mengisi lamunanku, apa yang ada di benakku… Seandainya… Dedicated to my secret admirer.

###

1 Gay Erotic Stories from Prince chakran

Andre dan Sang Dosen

Kerja praktekku sudah selesai, tapi memori pengalaman sex bersama si Gondrong dan temannya Hendi tetap segar di ingatanku. Rasanya seperti baru kemarin saja peristiwa itu terjadi. Aku masih menjalin hubungan baik dengan si Gondong dan Hendi temannya. Sekali-kali masih main ke rumah kontrakan mereka. Kalo sempat, nanti aku tuliskan petualangan sex-ku yang baru bareng si Gondrong dan

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story