Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Asyiknya Digerayangin Yandi, Part 2

by ITB Guy


Yandi terkejut ketika menyangka bahwa Irvan terbangun akibat perbuatannya. Secara refleks, dia lepaskan genggamannya dan dia tarik tangannya dari dalam celana Irvan. Tapi Irvan menahan tangan Yandi sehingga dia tidak dapat melepaskan genggamannya dari kontol Irvan. Irvan menatap wajah temannya dan dia dapat merasakan keterkejutannya. Irvan memberikan senyuman hangat ke Yandi dan dengan tangannya yang satu lagi, dia memeras-meras kontol Yandi dari luar celana batiknya. Tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua, Yandi langsung mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia membalas senyum Irvan dan kembali mengocok batang cowok yang ada di dalam tangannya. Yandi membungkukkan badannya, mendekatkan bibirnya ke bibir Irvan. Irvan membuka mulutnya dan mengundang masuk lidah Yandi kedalam. Mereka berciuman dengan hangat sambil terus mengocok kontol satu sama lainnya. Erangan kenikmatan mulai terdengar dari mulut mereka yang saling membungkam satu sama lain. Yandi kemudian melepas mulutnya dari genggaman mulut Irvan. Dia keluarkan tangannya dari celana dalam Irvan. Irvan hampir saja protes, tapi kemudian dia melihat Yandi mulai membuka singletnya. Senyum Irvan mengembang. Dengan cepat dia buka kaus oblongnya dan dia tarik celananya. Dalam beberapa detik, mereka berdua telanjang bulat di atas tempat tidur, saling mengagumi bentuk tubuh satu sama lain. Kontol mereka berdua berdiri tegak. Kedua-duanya disunat; kontol Yandi berdiri sekitar 16 cm sementara milik Irvan sedikit lebih pendek namun lebih gemuk dengan urat-urat yang menonjol di dindingnya. Yandi mendorong tubuh Irvan kembali sehingga dia terlentang di atas tempat tidur dan kemudian dia tindih tubuh temannya itu. Irvan meletakkan kedua tangannya di atas pantat Yandi yang bulat dan penuh. Kontol mereka yang keras beradu satu sama lain dan terhimpit di antara tubuh mereka yang berotot. Mereka kembali berciuman dengan mesranya sambil menggesek-gesekkan kontol mereka satu sama lain. Tangan Irvan mulai meremas-remas pantat Yandi dan lalu dengan jari tengahnya, Irvan menekan-nekan dubur Yandi. Kepala Yandi langsung mendongak ke atas ketika merasakan kenikmatan ganda, di kemaluannya dan di lubang pantatnya. Irvan menjulurkan kepalanya ke atas dan mulai menciumi leher Yandi dengan penuh nafsu. Jarinya masih memainkan lubang temannya yang masih perawan itu. “Ngggggh, Van…terusss…mmhhhh!” erang Yandi sambil menekan pinggulnya keras-keras ke bawah sehingga kontol mereka berdua semakin keras tertekan. “Mmhhhh…lobang loe rapet banget Yan. Ohhhh….,” balas Irvan. Tiba-tiba Irvan memeluk erat tubuh Yandi dan kemudian membalikkan badan mereka berdua. Sekarang Irvan berada di atas Yandi, menindih tubuhnya. Pelan-pelan, Irvan menjilati tubuh kawannya. Lehernya, dadanya, kedua putingnya, terus ke bawah, sampai hidungnya terantuk batang kemaluan Yandi di tengah lebat bulunya yang hitam legam. Tanpa ragu-ragu, Irvan membuka mulutnya lebar-lebar dan dimasukkannya kontol Yandi ke dalam mulutnya. Yandi mengejang begitu merasakan mulut Irvan yang begitu hangat dan basah menutupi kontolnya. Irvan menghisap batang kawannya dengan pelan dan penuh kehangatan. Tangannya menjamah tubuh Yandi, memainkan kedua putingnya. “Nggghhhh…Van. Ah…enak….terus Van…,” Tanpa mengeluarkan kontol Yandi dari mulutnya, Irvan memutar tubuhnya sehingga kontolnya berada tepat di atas muka Yandi. Melihat batang Irvan yang perkasa menggantung di atas mukanya, tanpa dikomando Yandi meletakkan kedua tanggannya di atas pinggul kawannya, membuka mulutnya lebar-lebar dan lalu mendorong pinggul Irvan ke bawah sehingga amblaslah kontolnya ke dalam mulut Yandi. Irvan mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur, mengentoti mulut Yandi. Irvan mengeluarkan kontol Yandi dari mulutnya dan mulai menjilati duburnya. Yandi yang belum pernah merasakan rim job sebelumnya hanya bisa mengerang penuh nikmat karena mulutnya penuh dengan kontol Irvan. Irvan lalu menjilat jarinya dan kemudian pelan-pelan dimasukkannya ke dalam pantat Yandi yang seudah penuh pelumas ludahnya. Lalu dia kembali menghisap kontol Yandi kuat-kuat. Erangan Yandi semakin menjadi-jadi. Kontolnya yang terus dihisap Irvan sementara pantatnya disodok-sodok memberikan Yandi kenikmatan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Tangannya meremas-remas pantat Irvan dengan penuh nafsu. Irvan memasukkan satu jari lagi ke dalam dubur Yandi untuk melemaskannya. Yandi akhirnya mengeluarkan kontol Irvan dari mulutnya dan mulai menggerak-gerakkan pantatnya. “Ahhhhh…mmmhhhh! Terus Van, terussss! Nggghhh!!!” Irvan akhirnya berhenti menghisap kontol Yandi dan dikeluarkannya jarinya dari dubur temannya itu. Yandi langsung merasakan pantatnya kosong, kehilangan kenikmatan yang baru pertama kali dia rasakan. Irvan lalu duduk bersimpuh, dengan pangkal pahanya di dekat pantat Yandi. Tangannya memegang pergelangan kaki Yandi dan dia bentangkan lebar-lebar sehingga duburnya menganga. Diposisikannya kontolnya yang berlumuran ludah Yandi tepat di depan lubang cinta kawannya itu. Lalu mereka berdua saling bertatapan. “Loe mau gua terusin gak nih Yan?” tanya Irvan penuh goda. “Masukkin, Van. Masukkin sedalem mungkin. Gua udah gak tahan nih,” jawab Yandi sambil tersenyum. “Bakal agak sakit Yan.” “Gua tahu. Gak apa-apa. Gua pengen loe masuk ke dalem gua.” Irvan lalu mendorong pinggulnya ke depan. Kepala kontolnya masuk ke dalam lubang pantat Yandi yang langsung mencengkramnya kuat-kuat. Yandi mengejang menahan sakit. Dia mengatur nafasnya. Tangannya mencengkram seprai tempat tidurnya. Irvan pelan-pelan memasukkan kontolnya terus ke dalam. Sentimeter demi sentimeter kontolnya lenyap ditelan lubang cinta Yandi sampai akhirnya amblas semua. Yandi dapat merasakan bulu jembut Irvan menggelitiki pantatnya. Matanya terpejam menahan rasa sakit sekaligus kenikmatan yang diberikan Irvan kepadanya. Irvan merasakan pantat temannya yang masih perawan begitu kuat mencengkram kontolnya. Dia mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur. Kenikmatan tiada tara menjalar ke sekujur tubuhnya. Yandi juga sudah tidak lagi merasakan sakit. Kontolnya masih saja tegang ketika Irvan mengambil keperawanannya. Irvan membungkuk dan mencium Yandi dengan mesra sambil terus mengentotinya. Yandi melingkarkan kedua kakinya di pinggang Irvan dan tangannya di leher Irvan. Mereka tampak begitu mesra bermain cinta. Tubuh mereka bergoyang sebagai satu kesatuan, maju-mundur dengan tempo yang makin lama makin cepat. Kedua paha Irvan mengeluarkan bunyi tiap kali mereka menumbuk pantat Yandi. Plak…plak…plak…plak. “Ngh…ngh…Van…ngh…gua…sayang…sama…loe…ngh!” ucap Yandi, yang hanya mampu mengeluarkan satu kata tiap Irvan menyodok pantatnya dengan batang cintanya. “Gua juga, Yan….gua juga sayang sama loe. Mmmmmh….,” balas Irvan. Irvan lalu menyelipkan kedua tangannya ke bawah punggung Yandi dan dengan satu gerakan, dia menegakkan tubuhnya sambil mengangkat tubuh Yandi. Kini Irvan dalam posisi bersimpuh sementara Yandi mengendarai kontolnya. “Giliran loe yang ambil kontrol Yan,” kata Irvan sambil tersenyum nakal. Sambil dibantu kedua tangan Irvan yang kini menopang pantatnya, Yandi menggerakkan tubuhnya ke atas ke bawah. Prostatnya terpijat oleh kontol Irvan tiap kali Yandi mendorong tubuhnya kembali ke bawah, sementara kontolnya sendiri yang tegang sekeras batu dan masih basah oleh ludah Irvan menggesek-gesek perut Irvan. “Don’t…ever…stop…fucking…me…Van!” bisik Yandi. Irvan hanya dapat membalas dengan erangan-erangan penuh kenikmatan. Dijilatinya leher Yandi dengan penuh kasih sayang sementara Yandi masih terus memijati kontolnya dalam cengkraman dinding duburnya yang sempit dengan menggerak-gerakkan tubuhnya naik-turun. “Van….Van…gua mau keluar…,” desah Yandi. “Ngggh….keluarin aja Yan…gua juga….ampir…mmmmhhhh!!!” balas Irvan. “Gua…pengen keluar…sambil…loe….entotin…ooohhh…mmmh.” “I…iya…ngggh…oke…” Irvan lalu membungkam Yandi dengan mulutnya. Mereka berciuman dengan penuh nafsu dan kemesaraan. Kemudian, tanpa dibantu dengan tangan sama sekali, kontol Yandi memuntahkan muatannya. Tubuh Yandi mengejang hebat. Cairan putih muncrat dengan deras dari batang Yandi, membasahi perut dan dada mereka berdua. Dinding dubur Yandi berkontraksi hebat tiap kali pejunya menyembur keluar, meremas-remas kontol Irvan dengan kuat. Irvan pun tak dapat menahan lagi. Kontolnya meledak di dalam pantat temannya. Yandi merasakan semburan demi semburan hangat di dalam pantatnya. Lubang cintanya banjir oleh cairan mani Irvan. Ciuman mereka semakin membara selama mereka berdua mencapai puncak orgasme bersama-sama. “Mmmmmh…hngggghhh…mmmhhhh,” erang Yandi sementara lidahnya berpautan dengan lidah Irvan dan mulut mereka mengunci satu sama lain. “Hmmmmhhh….ngh! MMMMMHHHHH!!!” balas Irvan. Akhirnya mereka melepaskan ciuman mereka. Tubuh mereka berkeringat dan terasa lemas. Yandi menyandarkan kepalanya di bahu kiri Irvan. Tangannya masih melingkar di leher kawannya, teman bercintanya. Irvan balas memeluknya dengan mesra sambil membelai-belai rambutnya. Kontol Irvan yang sudah lemas tak bisa keluar dari pantat Yandi karena posisi Yandi yang masih menduduki selangkangannya. Air mani Irvan perlahan meleleh keluar dari pantat Yandi. Tubuh mereka menempel satu sama lain, terekat oleh air mani Yandi yang memenuhi dada dan perut mereka berdua. “Van?” bisik Yandi. “Hm?” balas Irvan. “Thanks, ya.” “Sama-sama. Thanks juga.” “Gua jadi gak sabar nunggu bokap-nyokap loe balik lagi ke Bandung ngejenguk loe” Irvan tersenyum mendengar guyonan Yandi. Tentunya mereka tidak perlu menunggu orang tua Irvan datang ke Bandung. Mereka bisa bercinta kapan saja, di mana saja, dengan mencoba berbagai macam posisi. Mereka tidak mengubah posisi mereka selama beberapa menit. Tiba-tiba saja, Yandi merasakan duburnya penuh kembali. Kontol Irvan berereksi kembali di dalam pantatnya! Merasakan sensasi itu, kontol Yandi sendiri juga kembali berdiri tegak dalam apitan tubuhnya dan tubuh Irvan. Yandi mengangkat kepalanya dari bahu Irvan dan menatap temannya. “Eh? Yang bener aja nih. Gak cape apa?” tanya Yandi sambil tersenyum. “Yah, kalo udah gini masa mau dilawan, Yan?” balas Irvan dengan tatapan tak bersalah. Please send your comments to girvan@eudoramail.com

###

9 Gay Erotic Stories from ITB Guy

Asisten Dosen, Part 1

Doddy Jadi asisten dosen di Jurusan Teknik Sipil ITB punya keasyikan tersendiri. Di jurusan yang hampir cowok semua gini, asdos seperti aku bisa dibilang punya kuasa penuh atas anak-anak tingkat dua yang mengambil mata kuliah tertentu. Kalau aku bilang tugas mereka gak beres, ya berarti tugas mereka gak beres. Mereka gak akan berani protes atau menggugatku. Berani pergi ke dosen?

Asisten Dosen, Part 2

Doddy Andri meronta-ronta hendak melepaskan diri. Aku bisa merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Teriakannya terbungkam oleh kaus kakiku yang kusumpalkan ke mulutnya. Tindakannya itu malah semakin membuatku bernafsu. Dia ternyata lumayan kuat. Tapi aku tidak sampai kewalahan menguasainya. Himpitanku semakin keras. Andri berusaha meludah dan mengeluarkan kaus kakiku dari mulutnya,

Asisten Dosen, Part 3

Akhirnya aku keluarkan kontolnya dari mulutku dan aku berdiri sambil menatap Andri. Wajahnya tampak sedikit bersemu merah. Aku tak lagi melihat penolakan dari matanya. Aku menarik tangannya dengan lembut ke arah meja belajarku. “Taro tangan loe di atas meja dan condongin badan loe sedikit ke depan,” perintahku. “Terus buka kaki loe sedikit.” Dia menuruti semua petunjukku. Aku

Asyiknya Digerayangin Yandi

Sejak Yandi, temannya sesama mahasiswa di ITB, masuk ke kost-kostannya di daerah Cisitu, Bandung, Irvan selalu membayangkan betapa nikmatnya kalau dia diberi satu saja kesempatan untuk menikmati tubuhnya. Yandi memang cowok yang cukup tampan. Tingginya sekitar 168 dengan berat 60 kg. Badannya lumayan berotot; Irvan tahu karena dia sempat beberapa kali melihat Yandi keluar dari kamar

Asyiknya Digerayangin Yandi, Part 2

Yandi terkejut ketika menyangka bahwa Irvan terbangun akibat perbuatannya. Secara refleks, dia lepaskan genggamannya dan dia tarik tangannya dari dalam celana Irvan. Tapi Irvan menahan tangan Yandi sehingga dia tidak dapat melepaskan genggamannya dari kontol Irvan. Irvan menatap wajah temannya dan dia dapat merasakan keterkejutannya. Irvan memberikan senyuman hangat ke Yandi dan dengan

Berenang di Klub Cinere, Mas 1

Semenjak aku kembali ke Jakarta setelah lulus dari ITB, aku jadi merasa tidak punya kerjaan sama sekali. Aplikasi yang aku kirimkan ke Nanyang Technological University di Singapura belum dijawab. Sementara selama masih belum ada kepastian apakah aku akan melanjutkan kuliahku di seberang lautan sana, aku memilih untuk tidak mengirim surat lamaran bekerja dahulu. Aku kangen sekali

Berenang di Klub Cinere, Mas 2

Aku putar kepalaku kembali menghadap shower yang mengucur deras. Sambil berpura-pura tidak memperhatikan Indra yang sedang menontoni aku mandi, kutuang sabun cair ke tanganku, kujatuhkan botolnya ke bawah, dan mulai menyabuni tubuhku. Tanganku bergerak pelan, menyabuni dada dan perutku. Lalu aku tarik tanganku ke belakang dan kusabuni tengkuk dan punggungku. Kemudian turun kebawah, ke

Hukuman Setimpal

Jam 10 malam. Christian seharusnya pulang sebentar lagi. Aku berdiri agak jauh dari rumahnya di daerah Tubagus Ismail, Bandung, di kegelapan malam. Jalanan sudah sepi. Semoga saja tidak ada yang curiga melihatku berdiri sendirian di dalam gelap, mengintai sebuah rumah. Kalau ada yang melihat, mereka pasti akan menyangka aku hendak merampok. Bukannya mereka tidak punya alasan untuk

Hukuman Setimpal, Part 2

Tiba-tiba mataku tertumpu pada sebuah cam-recorder di atas meja belajarnya. Sebuah ide terlintas di benakku. Aku lepaskan cengkramanku dari rahangnya dan kemudian berdiri sambil terus menatap Chris, memperingatinya untuk tidak teriak. Dan dia memang tidak berani. Aku ambil cam-recorder itu dan mengecek isinya. Masih ada kasetnya. Aku rewind sampai habis dan kuambil tripod yang

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story