Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Bimbang, Bag 2

by Nicholas Saputra


“Gua sebenarnya kurang jelas juga Ta, tapi yang pasti elo jauhi aja deh dia. Soalnya gua denger keluarganya berbahayaghhhhh,” terang Borne, sekuat tenaga ia berusaha menahan desahan napasnya. Namun di akhir kalimatnya tiba-tiba Rangga melakukan gerakan menjepit dengan lobang pantatnya membuat Borne tanpa sadar mengerang. Untuk menghindari kecurigaan Cinta, Borne menutup lobang mikropon telepon dengan tangannya. “Oh gitu ya. Ya udah deh makasih Born, sorry dah ganggu. Bye.., “ jawab Cinta diseberang kebingungan dengan suara Borne yang penuh desahan. “Oke, deh. Bye,” “Klik! pletakkk!!!!!” Borne segera membanting gagang telepon itu. “Oughhhhhhhhhhh................,” Borne mengerang sejadi-jadinya, melepaskan ekspresi rasa nikmat yang terpaksa ditahannya saat bertelepon dengan Cinta. “Bornhh, berisik. Entar kedengeranhhhh,” desah Rangga mengingatkan. “Gakkhh bakhalan kedenggarhan. Khaamarrrghh guaghh kan kedap suarahh. Sekarang lo siap-siap aja deghhh buat ngerasain pembalasan gua.” Kata Borne. Matanya menatap Rangga dengan kegarangan penuh nafsu. “Emang lo bisa?” ejek Rangga, bibirnya tersenyum nakal menggoda Borne. Borne mengerang lagi, karena bersamaan dengan senyum nakal itu, Rangga kembali menjepit kontol Borne dengan lobang pantatnya. “Aghhh............hhhh.....hhhh........” Rangga benar-benar menguasai jalannya pergumulan itu. Hampir saja Borne menyemburkan spermanya. Namun ia belum mau menyudahi pergumulan itu. Diaturnya napas untuk menghindari ejakulasi. Belum puas baginya merasakan kehangatan lobang pantat Rangga. Tak mau terus-menerus dalam kekuasaan Rangga, Borne berusaha mengendalikan pergumulan itu. “Lo bakalan gua buat nyerah duluan Ngaa!” kata gemetar menahan nafsu. “Lo buktiin aja, kalo lo bisa,” jawab Rangga. Borne mencabut kontolnya. Lalu dengan kasar dan terburu-buru dipaksanya Rangga untuk menungging. Borne hendak ber doggy style rupanya, menunggangi Rangga dari belakang, seperti anjing kawin. Rangga menungging pasrah. Matanya terpejam, kedua tangannya menumpu tubuh atasnya, sedangkan kakinya bertekuk dengan paha yang mengangkang lebar. Borne sungguh terpesona menyaksikan posisi nungging Rangga. Dihadapannya kini terpampang belahan pantat padat yang putih bersih. Ditengah-tengah belahan pantat itu tedapat lobang sempit, keriput dan kemerahan yang kelihatan sedikit terkuak akibat bobolan kontol gede miliknya tadi. Disekitar lobang kecil itu terdapat bulu-bulu halus yang tumbuhnya membentuk alur menurun ke arah dua buah pelir yang menggantung indah. Disekitar buah pelir yang dibungkus dengan kulit yang agak gelap kemerahan itu bulu-bulu halus tumbuh lebat. Borne ikut menungging di belakang Rangga. Mukanya diarahkannya kebelahan pantat Rangga. Aroma baby oil yang harum bercampur dengan aroma keringat dan precum menyambutnya. Aroma itu membuat Borne merinding terangsang, kontolnya menyentak, terangguk ke atas tanpa sadar. Lalu disusupkannya wajahnya kebelahan pantat Rangga lidahnya segera merajalela, menggelitik lobang pantat Rangga. Rangga menggelinjang, mengerang. Kontolnya menegak semakin keras dan semakin membesar. Gelitikan lidah yang hangat dan basah pada lobang pantatnya, ditambah desahan napas Borne menyentuh kulit pantatnya sangat membangkitkan birahi Rangga. Apalagi ketika ia merasakan lidah Borne dengan nakal berusaha menerobos lobang sempit miliknya. Bulu romanya merinding. Hampir saja Rangga kehilangan kendali diri, dirasakannya spermanya mulai bergerak menuju arah batang kontolnya yang tegak sedemikian keras. Rasa egonya untuk tidak mau kalah dari Borne menyadarkannya. Dikontrolnya pernapasannya sebagai usaha untuk mencegah semburan sperma. Sementara dibelakang Borne masih terus asik menyelomoti pantat Rangga. Buah pelir Rangga pun tak lepas dari serbuan mulutnya. Borne terus berusaha membuktikan pembalasan dendamnya sanggup mengalahkan Rangga. “Lhohh...gakhh..bakhalan bisaghh..kkhhh...” erang Rangga masih aja mengejek Borne, padahal erangannya menandakan kalau dirinya pun sedang berusaha mengontrol pertahanan dirinya agar tidak takluk dengan serbuan kenikmatan yang diberikan Borne. Borne cuek dengan ejekan itu. Mulutnya terus bekerja di sekitar pantat dan mulai menjalar ke arah selangkangan dan kontol Rangga. Lidahnya menjilat, mulutnya mengulum, mengisap, menyedot, meniup. Kedua tangannya meremas-remas belahan pantat Rangga. Hidungnya mendengus-dengus. Rangga mengerang-erang keenakan, matanya terpejam-pejam, menandakan begitu hebat kenikmatan yang dirasakan olehnya, “orghhh.....aeghh,.......ergh.....hhh.....” Sprey katun biru laut, alas tempat tidur spring bed milik Borne tidak beraturan lagi bentuknya, kusut oleh remasan tangan Rangga juga oleh gesekan kaki kedua cowok ganteng itu. Tanpa mereka sadari juga, tubuh keduanya telah basah oleh keringat. Hampir setengah jam sudah keduanya masih terus berkutat dengan aksi rimming yang nampaknya belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berkesudahan. Masing-masing terus berjuang dengan gigih. Satu pihak berjuang untuk mengalahkan sedangkan pihak lain berjuang untuk bertahan. Bosan karena Rangga tidak juga mengalah akhirnya Borne pun menghentikan aksi rimming-nya. Dengan penuh nafsu Borne berdiri dan mengangkangi buah pantat Rangga. Batang kontol digenggamnya dengan tangan kanan kemudian diarahkan ke lobang pantat Rangga. Kontol Borne yang gede, jari-jarinya yang panjang dan langsing tidak dapat melingkari batang itu saat menggenggam, dan penuh dengan urat-urat itu, pelan-pelan menyelusup memasuki lobang sempit milik Rangga. “Arghhhhh............,” erang Rangga saat batang kontol itu kembali menerobos lobangnya untuk kedua kalinya. Erangan itu terhenti ketika batang kontol itu telah masuk seluruhnya. Borne mendiamkan sesaat kontol itu, tangannya meremas pantat Rangga, mulutnya menciumi punggung dan leher Rangga. Dijilatnya kulit punggung Rangga yang basah oleh keringat. Rangga menggelinjang-gelinjang menikmati rangsangan yang ditimbulkan oleh ciuman dan remasan tangan Borne. Saat Rangga sedang menikmati rangsangan itu, tiba-tiba Borne menggenjot pantatnya maju mundur dengan cepat, semakin cepat dan kasar. Rangga tersentak, mengerang sejadi-jadinya disebabkan oleh rasa sakit dan nikmat yang berganti-gantian menghinggapi sekitar lobang pantatnya akibat genjotan Borne yang menyebabkan kontolnya bergerak cepat keluar masuk seperti piston dalam lobang pantat Rangga. Sambil menggenjotkan pantatnya itu Borne memeluk erat-erat pinggang Rangga. Sekali-sekali jari tangannya meraba batang kontol Rangga yang sudah sedemikian mengeras, namun ia tidak mau mencoli batang kontol itu. Rupanya Borne benar-benar ingin ngerjai Rangga. “argggghhhhhhhh.......arghhhhhhhh.......orghhhhhhh...........orghhhh...............godddddrghhh.,” erang Rangga “Hohh...hohh....hohhh...hohhh...hohhh...hohhh...hohhh...hohhhhh...,” Borne mendengus bak banteng liar setiap kali ia menggenjotkan pantatnya. Kedua cowok itu benar-benar sudah terbuai oleh nafsu. Keduanya sudah tidak memperdulikan lagi keadaan sekitarnya, yang ada dibenak kedua cowok itu adalah berkonsentrasi penuh dengan pergumulan mereka. Tiga puluh menit berlalu. Kontol Borne masih dicengkeram erat oleh lobang pantat Rangga. Mereka telah mencoba berbagai macam posisi. Mulai dari Borne mengentoti Rangga dengan posisi menyamping, dilanjutkan dengan Rangga duduk mengangkangi kontol Borne, dan kini mereka sedang mencoba posisi dimana Rangga dibawah mengangkang dengan menekukkan kedua lututnya dan Borne menindihnya seperti melakukan push up. Dalam tiga puluh menit pergumulan ini, ego untuk saling mengalahkan mulai hilang dari keduanya. Yang timbul kini adalah rasa sayang dan keinginan untuk memuaskan pasangannya. Karenanya genjotan Borne kini keras, cepat, namun dengan penuh perasaan, tidak kasar. Borne menggenjot berirama dengan genjotan balasan dari Rangga. Bila didengarnya Rangga mengerang-erang kesakitan, atau ringisannya menunjukkan tanda-tanda rasa sakit, maka Borne akan menenangkannya dengan ciuman di mulut, muka dan belaian lembut di rambutnya. Sambil membisikkan kata-kata membujuk. Entah mengapa tiba-tiba Borne merasa sangat menyayangi cowok ganteng yang sedang dientotnya itu. Sambil masih terus menggenjot, ditatapinya wajah Rangga. Borne bingung, bergandengan tangan dengan laki-laki saja adalah hal yang tabu bagi Borne, namun kini mengapa ia sangat menikmati persenggamaan dengan Rangga, cowok ganteng yang sesungguhnya adalaha rivalnya dalam memperebutkan Cinta. Kenapa gua? Apakah memang gua homo karena sangat menikmati persenggamaan dengan Rangga? Tanya batin Borne. Kebingungannya membuat Borne lupa mengendalikan dirinya. Baru tersadar ketika dirasakannya sperma sudah mengumpul di kepala kontolnya. Mendesak-desak keluar. Namun sebelum ejakulasi dia masih sempat mengerang di telinga Rangga, ‘Ngaahkhhh...guahh...keluarghhhhhh...orghhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......I love You Nggahhhh.........,”. Sambil mengerang dipejamkannya matanya menikmati semburan-semburan spermanya yang tertumpah didalam lobang kenikmatan Rangga. Dihentak-hentakkannya pantatnya menekan kontolnya dalam-dalam seiring dengan setiap semburan spermanya. Borne merasakan kenikmatan yang tiada tara saat ejakulasi itu. Tubuhnya terasa ringan. Sayup-sayup didengarnya kata-kata Rangga yang menunjukkan ketidakpuasan sebab Borne ejakulasi duluan, “Bornhhh...gua belom, cepat banget lo. Kenapa lo Bornhh...Kenapa lo Born,” Suara sayup-sayup yang didengarnya itu semakin lama semakin jelas, dan itu bukan suara Rangga, “Kenapa lo Born?!!, Kenapa Lo?!!!” Kata suara itu diikuti dengan guncangan pada tubuhnya. Serta merta Borne membuka kedua matanya yang terpejam karena kenikmatan. Namun dirasakannya berat saat ia mencoba membuka kedua matanya itu. Ketika akhirnya ia berhasil membuka kedua matanya betapa kagetnya Borne, bukan wajah manis Rangga yang menyambutnya, namun ujung guling. Keterkejutannya semakin menjadi saat disadarinya bahwa ia sedang dalam keadaan telanjang bulat, seluruh tubuh kekarnya basah oleh keringat, menindih guling, dengan pantat menekan keras mendesakkan kontolnya yang tegak dan belepotan sperma ke guling di antara selangkangannya. Sementara disampingnya berdiri Adit, temannya yang masih mengguncang tubuhnya. “Lo mimpi ngentot ya Born?” tanya Adit. Borne hanya bisa terdiam, membisu seribu bahasa. Sementara Adit tertawa tergelak-gelak. TAMAT Habis deh ceritanya. Yang masih mo ngeimel silakan imel ke nicholassaputra2000@yahoo.com PS : Spesial buat teman gua yang baik YTK, kapan lo cari pacar? Heheheheheh. Kalo dah ketemu kabarin gua ya, coy.

###

6 Gay Erotic Stories from Nicholas Saputra

Ada Apa Dengan Rangga?

Borne sangat kesal melihat Rangga yang dengan cueknya memanggil Cinta di Lapangan Basket saat pertandingan basket putri. Dengan kesal Borne mengajak gengnya untuk ngerjai Rangga. Bersama tiga orang temannya Borne mendatangi Rangga yang sedang asik membaca buku "Aku"nya di gudang sekolahan. "Eh, ngomong apa lu sama Cinta?" bentak Adit, teman Borne galak kepada Rangga "Ada apa rupanya,

Ada Apa Dengan Rangga? Part 2

Rangga, Adit, Dito, dan Bram tak berkedip menyaksikan Borne yang dengan cueknya mempertontonkan kontolnya. Adit, Dito, dan Bram serasa tak mempercayai apa yang dilihatnya saat itu. Dua tahun bersahabat akrab sejak duduk di kelas 1 mereka berempat selalu bersama-sama baik disekolah maupun di luar sekolah. Selama hubungan persahabatan mereka terjalin tak pernah sekalipun mereka saling

Ada Apa Dengan Rangga? Part 3

Jilatan Rangga membuat Borne terangsang hebat. Secara tidak disadarinya pantatnya mulai bergoyang berirama, maju mundur. Tangannya mulai meremas-remas rambut kepala Rangga. Rangga sendiri mulai menikmati sensasi yang timbul akibat kulumannya di kontol Borne. Secara sadar ia merasakan bahwa kontolnya pun mulai membesar. Celana dalamnya serasa bertambah sempit dan tak sanggup menahan

Ada Apa Dengan Rangga? Part 4

Borne mengerang-erang keenakan, menikmati sodokan jari telunjuk Rangga yang keluar masuk dalam lobang pantatnya. Sensasinya begitu hebat. Kenikmatan yang ia peroleh dari sodokan jari Rangga membuatnya menggelinjang-gelinjang keenakan. Matanya merem melek menahan nikmat. Tanpa disadarinya giginya menggigit-gigit kecil batang kontol Rangga yang masih keluar masuk berirama dalam mulutnya.

Bimbang (Lanjutan Ada Apa Dengan Rangga?)

Sepulang sekolah, sambil berjalan menuju mobil Milly, tiba-tiba Maura nyeletuk, "Eh, tau enggak lo semua, kalo ternyata Rangga itu keluarganya gak jelas!" "Maksud lo?" tanya Milly yang sukanya pengen tau meskipun kalau udah dijelasin sering gak nyambung. Cinta diam, kelihatannya tidak perduli, namun telinganya terus menunggu jawaban Maura atas pertanyaan Milly. "Maksud lo?" ulang Milly

Bimbang, Bag 2

“Gua sebenarnya kurang jelas juga Ta, tapi yang pasti elo jauhi aja deh dia. Soalnya gua denger keluarganya berbahayaghhhhh,” terang Borne, sekuat tenaga ia berusaha menahan desahan napasnya. Namun di akhir kalimatnya tiba-tiba Rangga melakukan gerakan menjepit dengan lobang pantatnya membuat Borne tanpa sadar mengerang. Untuk menghindari kecurigaan Cinta, Borne menutup lobang mikropon

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story