Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Di Kantor Satpam (lanjutan)

by Rudi


Di Kantor Satpam (lanjutan) "Sekarang baru kamu rasakan babak kedua " bentak Herman dengan bengis. Ikatan Rudi dibukanya, dan kedua satpam muda yang telanjang bulat itu menyeret Rudi dengan paksa ke dinding. Tangan Rudi direntangkan di dinding dengan kasar dan diikat dengan kuat pada gelang-gelang besi. Tali-tali yang kuat itu merobek kulit tangan Rudi. Demikian juga kaki Rudi diikat dengan kuat pada gelang-gelang besi ditembok sehingga Rudi terentang dengan telanjang bulat. Roy mendekati Rudi perlahan-lahan sambil tersenyum sadis. Wajahnya yang ganteng itu tampak kejam ketika tangannya meremas buah pelir Rudi. Rudi menjerit kesakitan, tapi dia terus meremas-remas buah pelirnya. Rasanya sampai keulu hati. "Ampun, ampun Pak, sakit, sakit....." rintih Rudi menahan sakit. Roy menyeringai sadis dan pelan-pelan dilepaskannya buah pelir Rudi, lalu dipegang-nya batang pelir Rudi sambil meremas-remasnya. Tiba-tiba kontol Rudi ditariknya kuat-kuat. Kembali Rudi menjerit dan merintih minta ampun. Sementara itu Herman pergi meninggalkan ruangan dengan tertawa-tawa. Tangan Roy yang kuat melocok batang pelir Rudi pelan-pelan, sehingga kemaluan Rudi berdiri ngaceng. Wajahnya yang tampan memanda-ngi Rudi sambil tersenyum. Tiba-tiba kemaluan Rudi yang sedang ngaceng itu dilepas-nya. Ia berjalan kemeja dan diambilnya sesuatu. Ketika ia kembali mendekati Rudi sambil menyeringai sadis barulah Rudi melihat apa yang dibawanya. Ditangannya tergenggam balsem Remason. "Jangan Pak.... ampun Pak......." Rudi menghiba-hiba. Terbayang oleh Rudi bagaimana rasanya kalau Remason itu dioleskan pada kemaluannya. Roy menyeringai sadis dan diambilnya balsem itu dengan jari-jarinya dan dioleskan-nya pada kemaluan Rudi yang sedang tegang itu. Rasa sakit dan panas membu-at Rudi menjerit-jerit, tapi Roy malahan melocok kontol Rudi dengan balsem Remason itu. "Aduh....aduh.... panas Pak.... ampun Pak....." rintih Rudi menahan sakit. Herman kembali dengan alat penyiksa yang lain. Sementara Roy masih menyiksa alat kelamin Rudi, Herman memasang kabel-kabel pada alat penyetrum itu. "Sudah Roy, kita setrum saja dia sampai mampus" kata Herman dengan sadis. Roy melepas cekalannya pada batang pelir Rudi, dan kini Herman berdiri didepan Rudi sambil menyeringai bengis. Wajahnya yang tampan itu nampak sadis ketika memasang penjepit kabel itu keujung pelir Rudi. Kabel yang lain dijepitkan-nya dikedua puting susu Rudi. Kemudian Herman mulai memutar tombol pada alat penyetrum itu. Mula-mula terasa oleh Rudi rasa geli bercampur sakit seperti dirayapi semut pada kedua puting dan ujung kontolnya. Ketika Herman mulai menambah setrum rasa sakit yang luar biasa membuat Rudi menyeringai dan berkelojotan. "Ampun Pak, ampun.... jangan.....jangan....aduh sakit Pak .." rintih Rudi. Roy terlihat menyeringai memandangi penderitaan Rudi dan tangannya sibuk melocok kemaluannya sendiri. Rupanya ia mendapat kepuasan dengan melihat penyiksaan pada diri Rudi. Herman mengurangi setrum yang mengalir sehingga rasa sakit sebentar menghilang, kemudian dia menambah lagi sehingga kembali Rudi menggelinjang menahan rasa sakit. "Pantatnya juga Her." kata Roy. Herman mematikan alat penyiksa itu dan mengambil sebatang logam putih yang berujung bulat. Dilumurinya logam itu dengan ludahnya dan dimasukkannya logam itu kedalam anus Rudi dengan paksa. Rasa sakit yang tiba-tiba membuat Rudi menjerit ketika logam itu masuk kedalam dubur Rudi yang baru saja diperkosa Herman. Ditekannya logam itu dalam-dalam sehingga menyodok usus Rudi. Rasa mulas dan sakit melilit perut Rudi dan ditariknya pelan-pelan logam itu dari anus Rudi. Sebelum logam itu keluar seluruhnya ditusukkannya kembali dalam-dalam kedubur Rudi. Kemudian logam itu dihubung-kan dengan kabel ke alat penyetrum itu dan kembali Herman memutar tombol penyiksa itu. Rasa geli mula-mula terasa dilubang pantat Rudi dan diujung pelirnya. Ketika Herman memutar tombol lebih jauh, aliran listrik yang masuk kelubang pantat Rudi membuatnya berteriak dan merintih-rintih karena kesakitan itu belum pernah dirasakan sebelum-nya. "Aaaaggghhhh...... auuuhhhhhh.......aaaaaaahhhh." Rudi menjerit-jerit. Otot-otot dalam perut dan juga alat kelamin Rudi berkontraksi dengan tidak terkendali. Air mani Rudi menyemprot dengan sendirinya dan berceceran dilantai. Roy mengambil peju yang berceceran itu dengan tangannya dan dimasukkannya kedalam mulut Rudi. "Makan nih, peju lu sendiri. " kata Roy sambil memasukkan jari-jarinya yang berlumuran air mani itu ke dalam mulut Rudi. Rasa asin dan bau peju memenuhi mulut Rudi. Herman tersenyum sadis sambil mempermainkan tombol alat penyetrum itu, sementara Roy kembali beronani sendiri. Alat kelamin Herman juga nampak menegang dengan kerasnya. Roy kemudian mendekati Herman dan tiba-tiba ia berlutut dan dimasukkannya batang pelir Herman kedalam mulutnya. Herman menyeringai keenakan ketika Roy mulai menjilat-jilat buah pelirnya. Dipegang-nya kepala Roy dan dipaksanya Roy mengisap kontolnya dalam-dalam. Sementara Rudi masih merintih-rintih kesakitan karena arus listrik masih menyiksa kemaluan dan anus Rudi dan juga kedua puting susunya. Kedua satpam homo itu tidak memperduli-kan Rudi lagi dan keduanya berbaring dilantai dengan posisi 69. Herman mengisap kontol Roy, demikian pula Roy mengisap pelir Herman. Rasa sakit dan pemandangan dihadapannya membuat Rudi terangsang dan pelirnya berdiri tegak tanpa terasa. Tiba-tiba Herman berdiri dan mematikan alat penyetrum itu. Dibukanya tali pengikat kedua kaki dan tangan Rudi. Ditariknya rambut Rudi dan dibantingnya Rudi kelantai dengan sadis. Rudi tidak kuasa berdiri lagi karena seluruh tubuhnya serasa remuk. Ditelentang-kannya Rudi dilantai yang kotor itu. Kedua kaki Rudi diangkatnya dan diletakkan di kedua bahunya sehingga anus Rudi terlihat. Tangannya memegang kedua tangan Rudi dan ditekannya dengan keras. Kemudian ditusukkannya pelan-pelan batang pelirnya kedalam dubur Rudi sambil menyeri-ngai sadis. Rudi menjerit dan mencoba meronta, tapi ia terlampau lemah untuk melawan tangan-tangan perkasa Herman. Rasa sakit bercampur nikmat terasa dipantat Rudi ketika Herman memompakan kemaluan-nya yang besar itu dalam-dalam, sehingga buah pelirnya menyentuh pantat Rudi. Tiba-tiba saja Roy berdiri mengangkang persis diatas kepala Rudi. Kontolnya yang besar itu menggan-tung dihadapan Rudi dan tiba-tiba keluarlah air kencing Roy dan membasahi muka Rudi membuatnya gelagapan. Roy tertawa terbahak-bahak sambil berkata : "Minum tuh, kencing gua." Setelah puas mengencingi Rudi, Roy menduduki dadanya. Buah pelirnya terasa hangat didada Rudi dan batang pelirnya yang panjang menyentuh dagunya. Pelan-pelan tangannya meraba-raba muka Rudi yang basah oleh air kencingnya. Dimasukkannya jari-jari tangannya kedalam mulut Rudi. Rasa asin dan pesing membuat Rudi hampir muntah tapi Rudi menahan sebisanya karena pasti Roy marah kalau Rudi sampai muntah. "Lu telen nggak tadi kencing gua ?" tanya Roy sambil tertawa. Dimasuk-kannya dua jarinya dalam-dalam dan dicabutnya kembali berulang-ulang. Kemudian tiga jari sekaligus dimasukkan kedalam mulut Rudi dan ditekannya pangkal lidah Rudi. Kali ini Rudi benar-benar tidak tahan dan muntah mengenai kaki Roy. "Bajingan, kau" sumpah Roy dan ditamparnya muka Rudi berulang-ulang sampai telinga Rudi terasa berdenging. Rudi menjerit-jerit minta ampun. Perkosaan Herman pada dubur Rudi tidak terasa lagi ketika itu. Roy berdiri dan kemudian ia berjongkok persis dimuka Rudi. "Jilat lubang pantatku, bersihkan dengan lidahmu !" bentak Roy. Tak pernah terbayangkan oleh Rudi untuk menjilat lubang pantat seseorang, tapi pada saat itu tidak ada pilihan lain kalau tidak mau menderita. Maka dengan menahan jijik Rudi menjilat juga dubur Roy. Rasa pahit dilidah Rudi dan bau dubur Roy tidak dihiraukannya, yang penting Roy puas dan tidak menyiksa Rudi lagi. Roy tampak menikmati jilatan-jilatan Rudi dilubang duburnya. Kedua tangannya membuka lebar-lebar anusnya sehingga lidah Rudi bisa mencapai bagian dalam dari anusnya. Supaya Roy puas Rudi menjulurkan lidahnya dalam-dalam dan digerak-gerakkannya lidahnya dalam lubang dubur itu. Roy mengerang-erang kenikmatan sementara Herman masih asik memompakan pelirnya yang besar itu kedalam lubang pantat Rudi. Sekarang sudah tidak terasa sakit lagi, bahkan rasa nikmat yang Rudi rasakan ketika batang kemaluan yang licin itu masuk keluar lubang pantatnya. Kemalu-an Rudi terasa tegang juga apalagi ketika Herman melocoknya. Tangannya yang perkasa itu benar-benar ahli mengocok kemaluan Rudi. Tak tertahankan lagi Rudi mencapai orgasme lagi. Air mani Rudi menyemprot dengan kuat memba-sahi dada Herman. Pada saat itu juga Herman mengejang dan terasa oleh Rudi semprotan peju Herman dalam duburnya, kali ini tidak sebanyak yang tadi. Herman mencabut kemaluan-nya dari lubang anus Rudi dan mendorong Roy yang sedang menikmati jilatan Rudi dilubang pantatnya. "Gantian Roy." kata Herman. Rudi terbelalak ketika Herman mendekatkan kemaluannya kemuka Rudi. Pelir yang baru keluar dari lubang anus itu didekatkannya kemulut Rudi dan dipaksanya Rudi mengisapnya. Bau kemaluan bercampur bau anus menerpa hidung Rudi tiba-tiba. Rudi meronta menghindar dengan memiringkan kepala Rudi. Tapi tangan Herman yang kuat memaksa kepala Rudi untuk menghadap ke atas dan batang kemaluan yang baru keluar dari lubang dubur Rudi dan basah oleh peju itu dipaksakan masuk kemulut Rudi. Rasa pahit, asin dan bau peju memenuhi mulut Rudi dan Rudi tidak kuasa lagi untuk menolaknya. Rasa muak dan jijik membuat Rudi hampir muntah. Herman memompakan kemaluan-nya kedalam mulut Rudi seperti orang bersetubuh saja sementara tangannya yang kuat memegangi kepala Rudi supaya tetap tegak. Terasa oleh Rudi tangan Roy mulai meraba-raba anus Rudi dan tiba-tiba dimasukkan-nya kontolnya kedalam dubur Rudi dengan sadis. Rudi tidak bisa berteriak karena kemaluan Herman memenuhi mulutnya, walaupun rasa sakit tak tertahankan ketika Roy memompakan batang pelirnya kedalam pantat Rudi. Digerak-gerak-kannya kemaluannya masuk keluar menyetubuhi dubur Rudi yang sudah licin oleh air mani Herman. Sementara tangan Roy yang satu lagi melocok kemaluan Rudi yang sudah menegang kembali. Sekali lagi Rudi mencapai orgasme, dan kali ini sedikit sekali sperma yang disemprot-kannya. Badan Rudi mengejang ketika orgasme ketiga ini terjadi dan bersamaan itu pula Herman juga menyemprotkan air maninya didalam mulut Rudi. Sambil terbatuk-batuk ditelannya peju Herman yang terasa asin dan berbau khas itu. Dicabutnya kemaluannya dari mulut Rudi dan terasa gerakan Roy juga mencabut kemaluannya dari lubang pantat Rudi. Kedua satpam itu berdiri dan segera berpakaian. Dengan susah payah Rudi berdiri dan memakai pakaiannya kembali. (brondong@hotmail.com)

###

3 Gay Erotic Stories from Rudi

Di Kantor Satpam

Ketika Rudi didorong memasuki ruangan tampak dua orang satpam sedang duduk. Yang seorang segera berdiri mengunci pintu dan mendekati Rudi. Didadanya tertulis namanya, Herman, wajahnya ganteng, berkumis tipis, badannya kekar dan atletis. Rambutnya cepak bergaya ABRI. Pakaiannya yang ketat, terutama celananya, samar-samar menon-jolkan bentuk alat kelaminnya. Benda bulat panjang itu

Di Kantor Satpam (lanjutan)

Di Kantor Satpam (lanjutan) "Sekarang baru kamu rasakan babak kedua " bentak Herman dengan bengis. Ikatan Rudi dibukanya, dan kedua satpam muda yang telanjang bulat itu menyeret Rudi dengan paksa ke dinding. Tangan Rudi direntangkan di dinding dengan kasar dan diikat dengan kuat pada gelang-gelang besi. Tali-tali yang kuat itu merobek kulit tangan Rudi. Demikian juga

Tantangan

Langsung aja sebenarnya saya ngak kepikir kalau kejadian seperti ini akan terjadi pada saya terus terang selama ini keadaan saya sebagai orang yang normal. Kejadiannya bermula dari saya jalan-jalan ke timezone di galeria yogyakarta waktu itu saya sendiri, waktu itu saya sedang maik tembak-tembakan lagi asyik main trus ada cowok yang ikut nimbrung juga so kita main gamenya seru banget.

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story