Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Behind The Scenes

by Rangga


Prolog Ini cerita tentang Ananditya Tama. Lebih sering dipanggil Aditya. Umur 22 tahun, lulusan D3 Perhotelan dari sebuah Akademi Pariwisata di Jakarta. Anak kedua dari tiga orang bersaudara yang semuanya cowok. Ayah turunan Pakistan dan ibu Sunda asli. Ganteng sudah pasti. Kulit putih bersih, dengan postur tubuh proporsional. Ramping namun atletis. Tinggi 179 cm dan berat 65 kilogram. Sempat merasakan hidup sebagai anak orang kaya hingga duduk di bangku SMU. Namun setelah usaha selundupan tektil sang ayah terbongkar dalam sebuah operasi pemberantasan penyelundupan yang dilakukan oleh aparat Kepolisian bersama-sama dengan Bea Cukai, kehidupan keluarga cowok ganteng dan jantan ini berubah morat-marit. Sang ayah jadi buronan polisi hingga kini, sedangkan sang ibu meninggal karena stress berat. Sebagian besar harta mereka disita untuk mengganti kerugian negara. Sisanya hanya bisa digunakan untuk membeli sebuah rumah kecil di kawasan Bekasi dan membiayai kehidupan sehari-hari dan sekolah Aditya beserta dua saudaranya. Sejak saudara tertua Aditya, Anandika Tama alias Dika, bekerja di sebuah perusahaan travel biro di Jakarta, kehidupan tiga bersaudara itu mulai stabil. Penghasilan Dika dapat membantu biaya hidup mereka bertiga. Apalagi setelah Aditya juga diterima bekerja pada sebuah hotel berbintang tiga di Jakarta, kini tanggungan hidup mereka semakin ringan. Keduanya dapat membiayai adik mereka yang paling bungsu, Anandimas Tama alias Dimas, yang masih kuliah di Fakultas Teknik sebuah Universitas Negeri di Jakarta. Meski terpaksa hidup sederhana, padahal dulunya hidup dalam kemewahan, tiga bersaudara itu cukup tabah. Baik Dika maupun Aditya bekerja keras untuk bertahan hidup di tengah-tengah belantara metropolitan yang keras. Lembur adalah hal yang biasa mereka lakukan dalam bekerja. Yang lebih seru, tanpa sepengetahuan dua saudaranya, Aditya melakukan pekerjaan yang banyak dipandang sinis oleh masyarakat untuk menambah penghasilannya. Ia bekerja sebagai penari erotis bagi tante-tante girang dan para homoseks di sebuah club malam yang sangat dirahasiakan letaknya di Jakarta. Aditya sangat merahasiakan pekerjaan tambahannya ini. Ia tak mau dua saudaranya dan cewek tersayangnya, Donna, yang dipacarinya sejak dari kuliah mengetahui hal ini. Menurut Aditya cukuplah mereka mengetahui kalau dirinya bekerja sebagai reseptionis di hotel dan sering lembur untuk menambah penghasilannya. Awal mula Aditya bekerja menjadi penari erotis ini adalah buah simpati Rhino teman sekerjanya. Sehari-hari Rhino bekerja sebagai office boy di hotel tersebut. Dibalik kesehariannya yang terlihat santun, Rhino ternyata sudah menjadi gigolo sejak masih duduk di bangku kuliah. Berawal dari gigolo amatiran, Rhino kemudian bergabung dalam kelompok gigolo Jakarta yang dibina oleh Jaka, seorang banci yang menjadi mucikari mereka. Melalui Jaka inilah Rhino kemudian menjadi gigolo profesional dan juga menjadi salah seorang penari erotis di club milik Jaka. Club yang khusus menyuguhkan cowok-cowok macho dan ganteng yang menari erotis di atas panggung untuk memuaskan nafsu bejat tante-tante girang dan para homoseks yang kelebihan duit. Melalui dunia itulah Rhino berkenalan dengan Tante Selly. Tante girang yang tidak pernah memperoleh kepuasan dari suaminya, Agus Sukmawijaya, bandot tua kaya raya yang tinggal di Pondok Indah. Sampai saat ini Rhino masih menjadi piaraan tante girang yang meski sudah berumur 40 tahun itu masih tetap cantik dan sexy. Bekerja menjadi office boy di hotel adalah salah satu cara Rhino menghindarkan kecurigaan keluarganya yang melihatnya selalu berduit. Simpati pada nasib Aditya, Rhino mengajak cowok ganteng itu bekerja sepertinya, menjadi penari erotis untuk menambah penghasilan. Rhino tidak mau mengajak Aditya untuk menjadi gigolo juga, sebab ia kuatir cowok itu akan menolak. Kalaupun kemudian Aditya menjadi gigolo juga, biarlah itu karena kemauannya sendiri, bukan karena ajakan dirinya. Sebagai penari erotis Aditya cukup banyak digemari oleh tante-tante girang dan para homoseks di club itu. Penampilannya yang jantan dengan bulu-bulu halus yang meramaikan tubuh atletisnya plus wajah ganteng menawan, membuat para penonton terpesona padanya. Meski banyak yang terpesona, sampai saat ini ia belum bersedia untuk menerima ajakan tante-tante atau para homoseks itu melakukan hal yang lebih jauh. Cukuplah ia memberikan kepuasan pada tante-tante girang dan para homoseks itu dengan membiarkan mereka meremas-remas sekujur tubuhnya yang hanya ditutupi oleh celana dalam mungil model g-string saat ia meliuk-liukkan tubuhnya diantara penonton. Seperti kebiasaan para penari erotis di club itu, setelah mereka menari diatas panggung dengan meliuk-liukkan tubuh pada sebuah tiang besi yang tertancap tepat di tengah-tengah panggung, pada akhir pertunjukan sang penari akan turun mendekati meja-meja duduk penonton. Pada saat itulah para penonton punya kesempatan meraba-raba tubuh mereka yang atletis sembari menyelipkan tip di celana dalam penari. Bila tip yang diberikan cukup besar, para penari, termasuk Aditya biasanya akan memberikan bonus dengan memberikan kesempatan pada mereka meremas kontol penari yang tersembunyi di balik celana dalam sempit itu. Malah kadangkala apabila tip itu sangat besar, Aditya memberikan bonus yang lebih heboh lagi. Selangkangannya akan digesek-gesekkannya ke wajah sang penonton yang murah hati itu. Memberikan kesempatan padanya menciumi tonjolan kontol Aditya dibalik celana dalam itu. Tante Selly, yang memelihara Rhino, pernah diberikan Aditya bonus seperti ini. Dengan tertawa cekikikan kegirangan sang tante menciumi selangkangan Aditya yang harum dan membonggol itu. Sebelum menari, para penari memang selalu menyemprotkan parfum ke daerah selangkangan mereka. Membuat penonton yang mendapat bonus akan ketagihan. Rhino yang melihat itu tak menaruh rasa cemburu. Karena hal itu memang biasa mereka lakukan. Iapun sering memberikan bonus seperti itu pada penonton murah hati lainnya. Perkenalan dengan Produser Film Cabul Hari ini malam minggu. Aditya kebetulan dapat giliran menari malam ini di club. Sejak sore, Jaka, sang banci pemilik club sudah menelponnya, mengingatkan agar Aditya tak lupa untuk datang malam ini ke club. Katanya malam ini ada tamu istimewa dari luar negeri. Jadi penari-penari yang ditampilkan juga harus yang istimewa. Aditya dan Rhino memang termasuk lima besar penari istimewa yang ada di club itu. Wajah ganteng plus tubuh jantan dan atletis adalah hal yang biasa dimiliki oleh penari erotis. Namun tonjolan kontol mereka yang luar biasa besar saat masih tidur sekalipun, membuat mereka menjadi istimewa. Para penonton sangat menggemari hal itu. Karenanya wajar bila mereka seringkali mendapatkan tip dalam jumlah besar saat beraksi. Soalnya para penonton sangat kepingin merasakan tonjolan besar itu. Aditya menelpon Donna, kekasihnya. Meminta maaf karena tak bisa datang malam minggu itu. “Ada lembur,” alasannya. Donna yang sangat pengertian tentu saja mengijinkan kekasihnya itu. Dalam fikirannya, Aditya, kekasihnya yang sangat bertanggung jawab itu saat ini sedang sibuk mengumpulkan uang untuk biaya pernikahan mereka nantinya. Dan untuk itu Aditya harus banyak lembur agar dapat menambah penghasilannya. Sepulang kerja, pukul delapan malam, Aditya dan Rhino segera meluncur ke club milik Jaka. Dengan mengendarai sepeda motor milik Rhino dua cowok itu berboncengan menuju kesana. Hampir pukul setengah sembilan malam keduanya tiba di club. Jaka sudah menunggu mereka. Dengan gayanya yang kenes, lebih kenes dari cewek kenes sekalipun, Jaka menarik tangan kedua cowok itu menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian mereka. Di ruang ganti sudah ada tiga cowok lain. Teman mereka sesama penari top five. Mereka adalah Bimo, Thomas, dan Dicky. Muda, ganteng dan masih berstatus mahasiswa. Ketiganya bugil, siap berganti pakaian. Aditya dan Rhino segera menelanjangi diri. Jaka asik menonton kelima cowok itu berganti pakaian. Banci satu ini memang doyan banget menonton para penarinya tukar pakaian. Karena ia bisa kesempatan melihat tubuh-tubuh atletis yang bugil dan kontol-kontol besar penari itu. Saat seperti ini tangan Jaka biasanya suka nakal. Dengan cuek ia meremas kontol para penari sambil berkomentar kenes, “Ihh gede banget deh. Jadi pengen nyepong,” katanya. Para penari adakalanya memberikan kontol mereka untuk disepong Jaka. Namun tentu saja tidak gratis. Pada dasarnya penari cowok ini semuanya normal. Disepong oleh Jaka sebetulnya mereka jijik. Siapa juga yang ikhlas disepong cowok banci dan kenes minta ampun kayak Jaka. Daripada disepong Jaka lebih baik mereka memberikannya kepada tante girang yang berduit. Mereka baru mengijinkan Jaka untuk nyepong bila cowok banci itu bersedia membayar paling tidak lima ratus ribu. “Lumayanlah buat beli rokok. Jadi gak rugi-rugi banget badan lemes karena ngeluarin sperma buat Jaka,” alasan para penari. Biasanya kesempatan nyepong ini mereka berikan pada Jaka seusai show menjelang pulang. Seperti minggu lalu saat Jaka nyepobg kontol Rhino. Duduk di kursi sambil minum bir dan merokok Rhino membiarkan Jaka bersimpuh di lantai mengerjai kontolnya. Sesekali ia berkomentar,”Cepetan dong Jak, gue mau nganter Aditya pulang nih terus ke rumah Tante Selly,” kata Rhino sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara. “Bentar lagi Rhin, buru-buru banget,” sahut Jaka dibawah dengan mulut masih mengulum kontol Rhino. Aditya yang sudah usai bertukar pakaian dan duduk menunggu Rhino yang masih disepong Jaka hanya tertawa melihatnya. Dalam setiap pertunjukan para penari tampil dengan busana yang berbeda-beda. Busana yang memuaskan fantasi penonton. Pada pertunjukan malam minggu ini Aditya sudah siap dengan setelan seragam polisi. Sedangkan Rhino dengan seragam tentara. Thomas bergaya bak pemain soft ball lengkap dengan pemukulnya. Bimo tampil dengan dandanan pemadam kebakaran. Sementara Dicky yang imut sudah rapi dengan seragam SMU lengkap dengan tas ransel di punggung. Pukul sembilan malam kelimanya sudah naik ke atas panggung. Pertunjukan mereka awali dengan bersama-sama menari secara rancak diiringi musik yang menghentak-hentak. Setelah itu satu per satu melepaskan pakaian hingga tinggal celana dalam saja. Para penonton mulai berteriak histeris. Apalagi bila mereka melakukan gerakan erotis yang menonjolkan daerah selangkangan. Tamu malam ini memang lebih ramai. Di meja paling depan yang terletak paling dekat dengan panggung terlihat rombongan cowok-cowok bule. Paling tidak jumlahnya ada sepuluh orang. Dua orang sudah berumur sedangkan sisanya masih muda, ganteng dan bertubuh kekar. Mereka sangat serius memperhatikan pertunjukan kelima penari itu. Saat memberikan bonus mereka sangat murah hati. Tentu saja para penari memberikan bonus untuk mereka. Sekitar jam sepuluh malam pertunjukan usai. Para penari bersiap-siap untuk pulang seusai berganti pakaian. Tak seperti biasanya Jaka menahan mereka untuk tidak pulang dulu. “Mau ngapain sih Jak?” tanya Aditya. “Mau nyepong kita berlima sekaligus?” sambungnya sambil tertawa. Empat temannya yang lain ikut tertawa. “Gue lagi gak butuh duit nih,” sahut Thomas. “Iya. Gue juga. Kapan-kapan aja deh,” kata Rhino. “Dasar ge er. Hari ini gue gak mau nyepong kontol elo. Ada yang mau kenalan dengan elo-elo semua. Tunggu ya. Eit, pakaian gak usah dipake dulu. Telanjang aja dulu semua,” kata Jaka. Kemudian ia meninggalkan ruang ganti. Kelima cowok itu hanya bisa berpandangan bingung dengan tubuh masih dalam keadaan bugil. Tak lama Jaka kembali dengan lima orang bule. Mereka adalah sebagian dari bule-bule yang tadi menonton di meja paling dekat dengan panggung. Dua orang bule yang berumur itu hadir beserta dengan tiga cowok bule yang masih muda dan ganteng-ganteng. “Kenalin ini Frans,” kata Jaka dalam bahasa Inggris menunjuk salah seorang bule yang sudah berumur. “Dia adalah produser film. Yang ini Martin sang sutradara,” satu per satu ketiga cowok yang lain memperkenalkan diri. Jaka tak mengingat nama mereka rupanya. “Mereka dari Ceko. Kehadiran mereka ke Jakarta adalah untuk melakukan syuting produksi film mereka di Indonesia,” lanjut Jaka. Para penari mengangguk-angguk, tapi bingung. Apa hubungannya dengan mereka. Sementara Frans dan Martin tak henti menatap tubuh kelima cowok yang bugil total. Aditya dan teman-temannya merasa risih. “Jak, gue pake baju yah. Dingin nih,” kata Aditya. “Oke deh,” jawab Jaka. Setelah kelima cowok itu berpakaian, Jaka mengajak mereka menuju ruang kerjanya yang luas. Cowok-cowok bule yang lain juga diajak ke ruangan itu. “Mau ngapain sih Jak?” tanya Rhino. “Begini. Frans dan Martin mengajak kalian yang bersedia untuk ikut bergabung dengan produksi film mereka,” terang Jaka. “O ya,” tanggap Dicky. “Film apaan?” “Film porno,” sahut Jaka. “Gila lo,” Bimo kaget. Yang lain juga. “Bayarannya lumayan lo buat ukuran Indonesia,” kata Jaka lagi. “Tetap aja gila,” sahut Rhino. Sementara Aditya tak berkomentar. “Paling sedikit 1000 US dollar per film,” kata Frans memotong tiba-tiba, tentu saja ia ngomongnya dalam bahas Inggris. Kelima cowok itu terhenyak. Jumlah yang cukup besar. Fikir mereka. “Itu belum termasuk royalti selama film kalian masih dibeli oleh penonton,” sambung Jaka. “Ketahuan gimana Jak, kan bahaya. Entar ditangkap, malu lagi. Inget gak kejadian Itenas? Gue gak mau gitu,” kata Aditya kemudian. Ia teringat ayahnya yang masih buron. “Ketahuan gimana? Film ini tidak akan diedarkan di Indonesia. Elo-elo lihat bule-bule muda ini, mereka adalah pemain filmnya. Mereka cuek saja, karena film mereka juga tidak diedarkan di Ceko. Perusahaan film ini sangat menjaga kerahasiaan pemainnya,” “Beneran nih?” tanya Thomas. Ia mulai tertarik kelihatannya. “Yoi sayang,” jawab Jaka kenes sambil menjawil dagu cowok ganteng itu. “Gue gak mau ah,” kata Rhino. “Kalo gak mau ya terserah. Lagian elo kan udah kaya dari Tante Selly, buat apa juga,” sindir Jaka. “Bukan gitu,” “Syutingnya dimana aja Jak?” tanya Aditya, diapun mulai tertarik. “Salah satunya di club ini. Kalo elo gak ikutan gue tetap dapat duit kok. Ini gue ngajak elo-elo semua ya itung-itung ngajak temen dapet rejeki,” kata Jaka. “Selain itu juga di apartemen yang mereka sewa, plus ada rencana syuting di Bali juga kalau memungkinkan,” Kelima cowok itu mengangguk-angguk. Selain Rhino, keempat cowok lain kelihatannya mulai tertarik. “Terus cewek-ceweknya pemain Indonesia semua ya. Kok gak ada yang dibawa dari Ceko?” tanya Dicky. “Pemaennya ini semua. Termasuk elo-elo kalau bersedia,” “Hahhh??!!!” kelima cowok kaget. “Ini film gay men,” jawab Jaka enteng. “Elo benar-benar gila Jak! Elo kan tau kita-kita bukan gay!” sahut Rhino berang. Frans bertanya pada Jaka apa yang dikatan Rhino. Ia bingung melihat Rhino yang terlihat marah dan keempat cowok lain yang kaget. Jaka menerangkan dengan bahas Inggris pada Frans. Sang produser kemudian menyahut dengan bahasa Inggris setelah memahami apa yang dikatakan Jaka. “Santai aja. Memang ini film gay. Namun bintang-bintang yang kami bawa ini juga bukan gay kok. Sebagian memang biseks seperti Pascal, Hans, dan Mark. Tapi yang lain ini adalah cowok normal seperti kalian. Malah Robbey dan Sebastian ini sudah beristri dan memiliki anak,” kedua cowok yang ditunjuk Frans mengangguk. Malah kemudian mereka menunjukkan foto isteri mereka dan anak mereka. Kelima cowok itu bingung, tak percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar. “Ini hanya bisnis,” sambung Frans. “Isteri mereka berdua ini mengetahi kalau mereka adalah bintang film porno. Namun untuk film porno hetero sex. Mereka juga bintang di film hetero sex. Namun seperti mereka, di Ceko adalah biasa bila beberapa bintang film porno hetero sex yang juga bersedia bermain di filam porno homosex. Soalnya bayarannya lebih besar. Dengan bermain di film porno gay, mereka tetap tidak berkurang rasa sayangnya pada istri dan anak mereka. Sekali lagi ini hanya bisnis. Industri mencari uang,” Frans menerangkan dengan panjang lebar. “Terus terang, saya bukan gay. Saya juga punya istri dan anak,” sambung Martin sang sutradara. Kelima cowok itu benar-benar bingung. Kebimbangan Percakapan malam itu di club diakhiri dengan keputusan kelima cowok penari untuk berfikir-fikir dulu. Jaka mengatakan bahwa mereka hanya diberi kesempatan berfikir satu hari. Jika tidak bersedia ia akan menawarkannya pada penari yang lain. Soalnya rombongan produksi film dari Ceko ini juga tidak mau rugi karena syuting yang tertunda. Biaya produksi akan membengkak. Sementara menunggu keputusan kelima cowok itu, Jaka sudah mengijinkan lokasi clubnya digunakan sebagai tempat syuting film porno itu, disaat siang hari dikala tidak ada kegiatan club. Cowok-cowok asal Ceko itu saling mengentot di atas panggung, meja bar, kursi dan meja penonto, kamar mandi, serta tempat-tempat lain yang memungkinkan di club itu. Tentu saja Jaka kesenangan dengan acara syuting itu. Selain menerima duit dari sewa tempat, Jaka juga diperkenankan menonton syuting. Seperti orang gila Jaka tertawa-tawa sendiri kesenangan saat melihat cowok-cowok bule yang kekar dan ganteng itu memacu birahi sesama jenis di segala sudut clubnya. Malah ia diberi bonus yaitu boleh mengulum kontol para bule yang belepotan sperma seusai orgasme mereka tiba. Sementara itu, di rumahnya Aditya bimbang. Hari minggu itu diisinya dengan bengong di kamar, memikirkan tawaran menggiurkan oleh Frans. Paling sedikit 1000 US dollar. Bukan jumlah yang sedikit. Lebih kurang sembilan juta kalo di kurskan ke mata uang rupiah. Dan itu belum termasuk royalti. Namun membayangkan dia harus berhubungan sex di depan kamera, dengan sesama jenis lagi, rasanya ia ragu. Selama ini ia memang pernah disepong kontol oleh Jaka, atau diciumi kontolnya oleh para homosex saat ia memberikan bonus, namun itu tidak terbuka. Dan hanya sekadar sepong dan cium doang. Sedangkan ini ia harus melakukan hubungan sex. Bisa jadi ia harus melakukan sodomi pada cowok. Dan bukan tidak mungkin pula ia harus merelakan lobang pantatnya untuk disodomi. Membayangkan hal tersebut Aditya jadi mengkeret. Apa yang akan dilakukannya nanti akan direkam dan akan dipublikasikan secara terbuka. Bagaimana kalau saudara-saudaranya mengetahui. Namun mengingat kata-kata Jaka bahwa film itu tak akan diedarkan di Indonesia kembali ia tergoda untuk ikut. Bila tak diedarkan di Indonesia bagaimana mungkin saudara-saudaranya atau orang lain yang mengenalnya akan megetahui aksinya dalam film itu. Kebimbangan rupanya juga menimpa keempat cowok yang lain. Sama seperti Aditya, Seharian mereka sibuk menimbang-nimbang untung rugi apabila ikut dalam produksi film cabul itu. Hari minggu yang biasanya mereka isi dengan keceriaan, kali ini diisi dengan kebingungan. saking bingungnya Rhino menelpon Aditya, siang itu. “Gimana Dit?” tanyanya. “Bingung Rhin,” jawab Aditya. “Gue juga,” “Terus gimana dong?” “Tau deh,” “Tapi duitnya lumayan,” “Iya sih,” “Tapi dubur kita bakal di bool Rhin, gimana dong,” “Itu juga yang gue pikirin. Udah sakit, dan kayaknya memalukan banget ya?” “Tapi dua bule yang beristri itu kok bisa sante aja ya,” “Gue juga bingung,” Percakapan itu diakhiri dengan kebingungan. Sorenya Jaka menelpon Aditya. “Wuih seru banget Dit, seharian ini. Gue udah nyelomoti sepuluh batang kontol bule lo. Gede-gede, gemuk-gemuk en merah-merah,” “Dasar gila,” “Abis asik sih,” “Eh tuh panggung udah belepotan sperma dong,” “Udah dibersihin lagi. Tau enggak si Sebastian yang punya istri itu, ternyata dibool semangat banget tau. Keenakan gitu dia. Mereka maennya kasar-kasar Dit. Seru deh. Gue jadi pengen dibool juga,” “Dasar maniak lo,” “Hehe. Eh sampe ampir lupa. Gue mau nanya, elo bersedia gak?” “Kan belon abis sehari,” “Jangan lama mikirnya. Malam ini udah final. Karena mereka cuman syuting tiga hari di Jakarta. Besok masih disini. Lusanya di apartemen mereka. Rencana Rabu mereka berangkat ke Bali, ngelanjutin syuting disana. Gue udah ngontak temen gue di Bali untuk mempersiapkan kebutuhan mereka disana,” “Cepat amat malam ini. Besok dong,” “Gak bisa. Elo dateng malam ini. Kalo elo bisa langsung teken kontrak sama mereka dan duit elo dibayar separoh. Setengahnya setelah syuting. Kalo elo gak bisa gue bakal ngajakin penari yang masuk malam ini,” “Liat entar malem deh,” “Oke. Gue pengen ke Bali jadinya deh. Soalnya mereka rencananya syuting di pantai kalau memungkinkan. Seru banget ya,” “Dasar gila!” Aditya menutup telponnya. Tak lama meletakkan horn telepon ada telpon lagi yang masuk. Dicky rupanya. “Gimana dong Dit? Gue barusan ditelpon Jaka. Tadi gue telpon-telpon kok telpon elo sibuk. Nelpon Donna ya?” “Ya telpon dari si banci kenes itu barusan. Gue juga bingung nih,” “Duitnya Dit, duitnya. Mana gue lagi butuh buat biaya kuliah nih,” “Buat apaan?” “Gue kan persiapan nyusun skripsi nih,” “Si Thomas ama Bimo gimana?” “Thomas kayaknya oke deh. Rencananya dia mau ke club entar malem. Dia pikir gak ada ruginya. Gak ada yang bakalan tau. Kalo Bimo masih pusing juga kayak gue,” “Si Thomas bersedia di bool?” “Cuek aja dianya. Katanya juga sekali doang gak bakal terlalu ngaruh buat dubur, katanya dia,” “Gitu ya,” “Yoi,” Ternyata….. Setelah berfikir panjang. Aditya akhirnya memutuskan untuk mencoba. Dia tak memberitahu Rhino. Sepertinya Rhino tak akan datang malam ini. Karena itu biarlah Rhino tak perlu tahu. Yang lain juga tak perlu tahu. Sepertinya dia dan Thomas saja yang akan datang malam ini. Nanti dia akan minta Thomas dan Jaka untuk merahasiakan hal ini. Dengan meminjam sepeda motor Dika, kakaknya, Aditya bergerak menuju club milik Jaka. Saat tiba di club, dilihatnya hanya ada sepeda motor Thomas, berarti seperti apa yang diduganya, cowok yang lain tidak datang. Benar saja, setelah masuk ke dalam club, ia memang hanya bertemu dengan Thomas. Mereka ngobrol-ngobrol dan bersepakat untuk merahasiakan hal ini pada teman yang lain. Selanjutnya mereka berkumpul di ruangan Jaka. Malam itu juga kedua cowok itu meneken kontrak dengan Frans untuk tiga judul film sekaligus. Memang rombongan bule Ceko itu akan syuting untuk membuat tiga judul film gay sekaligus di Indonesia. Syuting sekaligus seperti ini dilakukan agar menghemat biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh lebih besar. Berkunjung ke Indonesia dan melakukan syuting disini tentu saja membutuhkan biaya yang tak sedikit. Aditya dan Thomas langsung menerima uang muka sebesar 2000 US dollar. Sisanya akan mereka terima seusai syuting sesuai dengan porsi masing-masing. Dalam hal ini Aditya akan memperoleh jumlah uang yang lebih banyak dari Thomas nantinya. Karena Aditya kebetulan mendapat porsi sebagai pemeran utama di ketiga film itu. Seusai syuting keseluruhan film, Aditya akan memperoleh pembayaran sebesar 5000 US dollar. Sedangkan Thomas hanya mendapatkan 3500 US dollar. Rupanya Frans sang prosuder sangat tertarik melihat wajah dan body Aditya sehingga ia memasangkan cowok itu sebagai pemeran utama di ketiga film itu sekaligus. Usai penandatanganan kontrak Frans menerangkan konsep film yang akan diproduksi itu pada Aditya dan Thomas. Ketiga film itu bercerita tentang hal yang sangat simple seperti umumnya film porno. Film pertama berjudul Just Visiting. Bercerita tentang seorang atlet senam asal Ceko yang berkenalan dengan seorang penari erotis asal Indonesia melalui chatting. Sang penari kemudian mengundang cowok Ceko itu untuk datang ke Indonesia. Bersama teman-temannya satu tim yang kebetulan doyan ngeseks dengan sejenis, cowok Ceko itu mengunjungi sang penari ke Indonesia. Saat melihat pertunjukan tari erotis yang disuguhkan oleh penari Indonesia itu sang cowok Ceko dan teman-temannya merasa tertarik. Kemudian dimulailah petualangan memacu birahi. Dalam film ini Aditya memerankan sang penari itu. Sedangkan cowok Ceko itu diperankan oleh Robbey. Aditya mendapat jatah dientot diatas panggung dan meja bar oleh Robbey. Selanjutnya diatas panggung itu juga ia akan dikerjai oleh empat cowok Ceko lainnya sekaligus yang akan bergantian mengentotnya. Yang terakhir ia akan di entot oleh seorang Robbey bule lagi di apartemen sebagai acara perpisahan sebelum Robbey kembali ke Ceko. Sedangkan Thomas mendapat peran sebagai penjaga keamanan club. Karena memergoki dua bule sedang ngentot di kamar mandi, ia terangsang dan kemudian ikut bergabung. Selain itu ia juga akan dientot sekali lagi oleh Pascal diatas sepeda motornya. Rencananya syuting itu akan dilakukan dihalaman luar club. Karena itu mereka merencanakannya untuk syuting pada dini hari. Saat situasi benar-benar sepi. Film yang kedua berjudul Paradise. Syutingnya akan dilakukan di Bali. Untuk itu Frans dan Martin akan membawa seluruh rombongan ke Bali dengan fasilitas dari Jaka. Kebetulan cowok Bali ini memiliki beberapa kenalan gay yang kebetulan bertugas di militer dan memiliki pengaruh disana. Aditya dan Thomas tak menyangka kalau jaringan gay ini ternyata sudah menyebar juga di kalangan militer. Dan tak menyangka lagi kalau si banci Jaka punya koneksi yang kuat. Film ini bercerita tentang rombongan cowok Ceko yang berekreasi di Bali. Saat mereka melakukan surfing di pantai Kuta mereka berkenalan dengan cowok-cowok Bali yang juga melakukan surfing. Perkenalan itu tentu saja dilanjutkan dengan melakukan hubungan sex. Rencananya apabila memungkinkan mereka juga akan melakukan adegan sex di pantai. Film ketiga berjudul Boy Hunter. Ceritanya tentang sekelompok peneliti asal Ceko yang berkunjung ke Indonesia untuk melakukan penelitian tentang sebuah suku terpencil. Tentu saja penelitian itu kemudian diakhiri dengan persetubuhan cabul sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti itu dengan pemuda-pemuda suku terpencil itu yang ternyata sangat buas dalam bercinta sejenis. Rencananya syuting akan dilakukan di Nusa Tenggara Barat, juga dengan fasilitas teman-teman gay Jaka yang ada di Bali. Mendengar keterangan Frans tentang konsep film yang akan mereka lakoni, Aditya dan Thomas berulang kali menarik nafas dalam-dalam, membayangkan apa yang akan mereka alami nantinya. Satu hal yang sangat baru bagi mereka. Usai penjelasan dari Frans, Aditya dan Thomas pamit pulang. “Besok jam delapan pagi udah nongol ya. Jangan lupa minum susu dan makan yang banyak sarapan besok. Plus makan telor setengah mateng deh. Biar lebih joss,” pesan Jaka genit sambil mengantarkan kedua cowok ganteng sampai pintu depan club. Aditya dan Thomas hanya mesem. “Jak, gimana dong kekurangan pemeran film asal Indonesianya?” tanya Thomas. “Santai aja. Mudah-mudahan besok bisa diatasi. Kalo entar disini gak ada yang mau juga, mereka akan mencari cowok-cowok Bali langsung. Kata mereka lebih gampang mencarinya disana,” terang Jaka. “Masak sih?” Aditya gak percaya. “Iya. Kan udah ada film gay yang dibuat oleh orang Eropa dengan pemain asal Bali,” “Gila,” “Iya,” Keesokan pagi, sekitar jam setengah delapan Aditya sudah nongol di club. Ia minta ijin tidak masuk kerja hari itu dengan alasan kurang enak badan. Suasana club masih sepi. Jaka sudah menunggu. Lima menit kemudian Thomas tiba. Mereka ngobrol-ngobrol tentang apa yang akan terjadi dengan mereka nantinya. Setengah jam kemudian rombongan produksi film dari Ceko itu hadir. Semuanya terlihat segar. Mereka tersenyum ramah pada Aditya dan Thomas. “Selamat datang kawan,” kata mereka ramah sambil menyalami Aditya dan Thomas. Kedua cowok itu menyambut salam mereka dengan kikuk. Rasanya grogi juga bahwa tak lama lagi mereka akan bersetubuh dengan cowok-cowok ganteng yang macho-macho itu. Frans tiba-tiba mengatakan akan ada tambahan scene. “Kami juga ingin ada satu scene khusus dimana kalian orang Indonesia nantinya ramai-ramai ngentot di ruang ganti. Setelah itu rombongan bintang-bintang Ceko bergabung, jadi scene itu berupa orgy beramai-ramai di ruang ganti,” “Maaf Frans, ramai-ramai. Kami kan hanya berdua,” potong Aditya dalam bahasa Inggris. “Jaka, mana tiga orang lagi. Belum datang ya?” tanya Frans. “Tiga orang lagi?” gumam Thomas dan Aditya sambil berpandangan bingung. Baru usai gumaman mereka, tiba-tiba nongol tiga wajah yang sangat mereka kenal. Rhino, Bimo, dan Dicky. “Sorry telat,” kata Rhino enteng. “Hei kalian sudah datang ya,” katanya lagi sambil mengerlingkan mata pada Thomas dan Aditya. Bimo dan Dicky tertawa-tawa. “Kalian ikutan juga jadinya?” tanya Aditya. “Iyalah. Masak cuman kalian doang yang enak-enakan terima duit, kita kan juga mau,” jawab Dicky tersenyum sumringah. Ternyata. Duit mengalahkan segalanya. Persiapan Syuting Film Pertama. Setelah semuanya hadir, Frans menyajak seluruh pemain dalam film untuk berkumpul terlebih dahulu. Mengingat kelima cowok Indonesia ini masih baru bergabung dalam film seperti ini, menurut Frans perlu ada persiapan dulu. Frans kemudian memutarkan sebuah video film porno produksi Ceko dihadapan seluruh pemain. Aditya dan teman-temannya yang belum pernah melihat video porno yang berisi film gay hanya bisa terbengong-bengong melihat tayangan yang disuguhkan ke hadapan mereka. Tak percaya mereka melihat bagaimana cowok-cowok jantan dan ganteng dalam film itu bisa melakukan hubungan sex dengan sejenis dengan sangat bergairah. Tanpa ragu cowok-cowok dalam film itu menyelomoti batang kontol besar milik pasangan mainnya. “Gila,” gumam Rhino. “Ck..ck..ck,” decak Aditya. “Ih. Seru banget yah,” kata Jaka kenes. Selesai pemutaran film itu seluruh pemain kemudian diminta untuk mandi yang bersih. Meskipun tadi sudah mandi, kelima cowok Indonesia itu akhirnya harus mandi kembali. Seperti orang yang baru belajar mandi, kelima cowok itu diajarin mandi oleh pemain film asal Ceko. Cowok-cowok bule itu memberitahukan mereka bagaimana caranya untuk membersihkan daerah-daerah tertentu di tubuh mereka. Khususnya kontol, selangkangan, celah pantat beserta lobangnya, ketiak, lobang telinga, pusar dan rambut. Daerah-daerah yang akan sering digunakan dalam syuting film nanti mereka minta untuk digosok dengan bersih. Akhirnya, pukul sepuluh pagi usai sudah persiapan syuting itu. Kini mereka bersiap-siap untuk melakukan syuting. Aditya dan Robbey Para pemain asal Ceko itu rupanya merangkap juga sebagai kameramen dan mengatur peralatan film lainnya. Syuting dilakukan di dua tempat sekaligus menyelesaikan dua scene. Pemain film yang kebetulan tidak mendapat jatah sebagai pemain dalam sebuah scene bertugas membantu membereskan peralatan. Ada yang mengatur tata lampu. Ada yang mengatur sound, karena suara direkam langsung saat itu. Selain produser, Frans rupanya juga bertugas sebagai sutradara membantu tugas Martin. Hal ini mereka lakukan untuk menghemat biaya produksi. Aditya dan Thomas mendapat giliran syuting pertama. Dengan disutradarai oleh Martin, Aditya melakukan syuting bersama Robbey untuk scene ngentot diatas panggung. Sedangkan Frans menyutradarai scene dimana Thomas memergoki Hans dan Mark yang sedang mengentot di kamar mandi. Aditya benar-benar grogi. Berapa kali Martin melakukan cut pada saat ia berakting menari erotis diatas panggung. Goyangannya sangat kaku. Meskipun ia sudah berkali-kali menari diatas panggung, namun saat itu segala keahlian yang dimilikinya tiba-tiba sirna. Tubuhnya panas dingin. Bagaimana lagi saat nanti ia melakukan adegan bersetubuh dengan Robbey. “Kamu harus rileks, jangan terlalu tegang,” Martin mengarahkan. Robbey pun menyemangatinya. Setelah beberapa kali take, akhirnya Aditya bisa juga menuntaskan adegan menari itu. Dalam adegan itu, Aditya melakukan tari erotis dihadapan Robbey. tubuhnya meliuk-liuk liar menggoda Robbey yang menontonnya dengan penuh gairah. Satu persatu pakaiannya dilepaskannya dihadapan Robbey hingga telanjang bulat. Setelah bugil dengan nakal digesek-gesekkanya tubuhnya ke tubuh Robbey, termasuk kontolnya yang perlahan-lahan bergerak naik menggesek-gesek wajah Robbey. Sang bule yang digoda seperti itu, perlahan-lahan menelanjangi tubuhnya sendiri. Kemudian sembari meremas-remas kontolnya yang besar, Robbey mulai menciumi tubuh atletis Aditya. Mulut dan lidahnya bergerak nakal menikmati setiap jengkal tubuh atletis Aditya. Hingga akhirnya mulut itu berhenti di kontol besar Aditya yang dipenuhi dengan semak belukar jembut hitam. Dengan penuh semangat ia menyelomoti batang besar Aditya, sementara cowok ganteng itu meringis-ringis keenakan. Kamera yang dipegang oleh Sebastian dan Pascal terus merekam adegan cabul itu dari dua sudut yang berbeda. Ketiga teman Aditya yang menonton syuting hanya bisa menarik nafas melihat adegan cabul dihadapan mereka. Biasanya saat melihat Jaka menyepong kontol di ruang ganti, diantara mereka tidak ada yang merasa terangsang. Namun entah mengapa melihat Robbey menyepong kontol Aditya seperti itu mereka merasa sangat bergairah. Cowok-cowok bule yang lain terlihat santai saja melihat adegan itu. Mereka serius bekerja dengan tugasnya masing-masing. Aditya terus mengerang-erang. Tiba-tiba ia berteriak, “Mau keluar nih, ohhh,” rupanya ia akan segera orgasme oleh serbuan kuluman Robbey. Martin serta merta menghentikan adegan itu. “Cut,” katanya. Robbey langsung melepaskan kontol Aditya dari mulutnya. Ditinggalkan cowok itu yang kebingungan karena ditinggal mendadak seperti itu. Orgasmenya terasa nanggung. Kok gak dituntaskan, katanya dalam hati. Dengan tubuh telanjang, Robbey duduk di kursi. Istirahat sambil minum air mineral yang sudah tersedia. Martin mendekati Aditya. “Kamu harus bisa mengontrol orgasme kamu sampai saya katakan kamu harus orgasme,” katanya. “Dalam film kita melakukan hubungan sex tidak dengan perasaan. Namun dengan ketentuan skenario. Film ini tidak akan diminati jika hanya menyuguhkan cowok-cowok yang tak bertahan lama dalam bercinta. Film dibuat untuk fantasi penonton. Nah fantasi mereka adalah bercinta itu harus dilakukan dalam waktu lama dan penuh kebinalan. Oke deh, kamu istirahat dulu untuk menenangkan diri. Sebentar lagi kita lanjutkan,” kata Martin. Aditya hanya mengangguk. Kemudian ia mendekati teman-temannya. “Gimana Dit? Kayaknya elo keenakan banget deh disepong bule itu,” “He eh. Mulutnya gila banget men. Kayak vacum cleaner,” sahut Aditya. Ia segera menenggak air minum dari botol. Dari tempat duduknya Robbey mengacungkan jempol padanya sambil tersenyum. “Sudah bagus, tapi harus bisa lebih mengontrol orgasmemu,” katanya dalam bahasa Inggris yang patah-patah. Pemain-pemain film yang lain pun menyemangatinya. Lima menit kemudian Martin menyuruh melanjutkan syuting. “Eh, kalian gak ngelhat si Thomas di kamar mandi?” tanya Aditya sambil berjalan kembali menuju panggung. “Entar deh, liat elo aja udah seru,” sahut Dicky. “Lihat tuh si Jaka, mondar-mandir aja dari sini ke kamar mandi. Dasar banci genit, suka banget ngeliat cowok ganteng ngentot,” kata Rhino. Aditya dan Robbey kembali ke atas panggung. Martin sibuk mengatur posisi mereka berdua seperti pada awal syuting tadi. Robbey bersimpuh di hadapan selangkangan Aditya. Martin menyuruh Aditya untuk mengocok kontolnya dulu agar kembali tegak, setelah tadi sempat lemas. Dihadapan Robbey, Aditya mengocok kontolnya. Setelah kontol itu mengeras kembali, Martin melanjutkan syuting. “Camera, action,” katanya. Robbey langsung menancapkan kontol besar Aditya ke dalam mulutnya. Jemarinya mengacak-acak jembut lebat cowok itu. Sesekali diremas-remasnya buah peler Aditya, sambil memainkan jarinya di celah lobang pantat Aditya. Cowok turunan Pakistan Sunda itu mengerang-erang buas. Martin mengacung-acungkan jempolnya tanda menyukai aksi kedua cowok jantan itu. Setelah hampir lima belas menit dalam adegan sepong kontol itu, Martin menyuruh kedua cowok itu berhenti. Kemudian ia menyuruh Aditya menungging dengan berpegangan pada tiang besi yang menancap di tengah-tengah panggung. Kedua paha Aditya disuruh mengangkang lebar. Dibelakangnya Robbey mulai melakukan rimming di celah lobang pantat itu. Satu kamera menyorot secara close up wajah Robbey yang bersarang di buah pantat Aditya. Sementara satu kamera lagi menyorot dengan long shot aksi mereka. Sambil sesekali melakukan close up pada wajah Aditya yang meringis-ringis, matanya merem-melek, dan mulutnya mengerang-erang keenakan. Tubuh kedua cowok yang sedang beraksi itu mulai basah bersimbah keringat. Aditya merasa sangat keenakan dengan perlakuan Robbey. Baru sekali itu ia merasakan kenikmatan ngesex seperti ini. Celah pantatnya yang berbulu lebat itu disodok-sodok dengan jari atau lidah Robbey. Rasanya begitu nikmat. Apalagi saat Robbey menarik kontolnya yang sedang tegak itu ke belakang untuk kemudian mengisapnya dari belakang. Aditya menjerit keenakan. Hidungnya mendengus-dengus. Tubuhnya kelojotan. Tiang besi panggung didekapnya erat-erat. Ia pernah merasakan disepong Jaka dan juga disepong Donna, kekasihnya, namun tidak senikmat yang dilakukan oleh Robbey. Cowok yang sudah berisitri dan mempunyai anak ini. Cowok bule satu ini benar-benar dahsyat mengoral batang kontolnya. Mulut binal Robbey menyedot-nyedot, mengisap-isap, menjilat-jilat, menggigit-gigit kecil dan memilin-milin batang kontolnya. Sesekali cowok bule itu meludahi kontol besar Aditya untuk kemudian langsung menyelomotnya lagi dengan dahsyat. Sambil menyelomot, jemari Robbey mengocok-ngocok batang Aditya juga. Lima belas menit berlalu. Martin kembali menghentikan selomotan seru Robbey. Serta merta Aditya menghembuskan nafasnya kuat-kuat saat sedotan Robbey terhenti. “Hahhhh…,” katanya, matanya terpejam menahan nikmat. “Mulutmu benar-benar gila,” komentar Aditya. Robbey hanya tertawa mendengar komentar itu. Martin kemudian menyuruh mereka merubah posisi. Kali ini posisi yang harus mereka lakukan adalah 69. Aditya dan Robbey mengatur posisi mereka menjadi saling menyamping berlawanan arah. Wajah mereka masing-masing saling menghadap kontol besar milik lawan mainnya. Aditya kini dapat melihat dengan jelas kontol besar Robbey. Gemuk dan panjang. Lebih gede dari kontolnya sendiri. Akting Aditya kaku. Baru sekali ini dalam seumur hidupnya ia memasukkan kontol cowok ke dalam mulutnya. Beberapa kali ia melakukan kuluman yang membuat Robbey tak nyaman. Ujung giginya yang menyentuhnya daging gemuk putih kemerahan milik Robbey terasa menyakitkan. Beberapa kali cowok bule itu meminta Martin menghentikan akting mereka. “Maaf, maaf banget Rob,” kata Aditya merasa bersalah. “It’s oke. Tapi kamu jangan menyakiti kontolku lagi ya,” jawab Robbey dari antara selangkangan Aditya. “Relaks saja, jangan terlalu tegang,” kata cowok itu. Adegan terpaksa kembali diulang. “Adegan ini diakhiri dengan masing-masing dari kalian menyemprotkan sperma ke wajah lawan main kalian,” terang Martin sebelum memulai syuting kembali. Begitu Martin menyerukan kata, “Action,” keduanya kembali mulai saring mengoral. Aditya berusaha melakukan akting yang terbaik. Akhirnya ia berhasil juga. Robbey tidak komplain lagi. Dengan penuh nafsu keduanya saling menghisap. Aditya sangat menghayati kuluman mulutnya di kontol besar Robbey. Akting Robbey semakin hot. Kini ia berada pada posisi diatas Aditya. Dengan kaki lurus di antara wajah Aditya dan tangan bertumpu di lantai ia bergoyang naik turun mengeluar masukkan kontolnya mengentoti mulut Aditya. Mulutnya terus mengisap kontol milik Aditya juga. Aditya kewalahan juga dengan kelakuan Robbey. Tanpa memperdulikan cowok ganteng itu, Robbey cuek aja membanmkan kontolnya dalam-dalam ke mulut Aditya hingga kepala kontolnya menyentuh tenggorokan cowok itu. Cukup lama Robbey melakukan aksi seperti itu hingga kemudian ia mengerang-erang. Orgasmenya hampir tiba rupanya. “I wanna cum, ouhhh…,” katanya. Kontolnya dikeluarkannya dari mulut Aditya. Lalu dengan tetap mengulum kontol Aditya ia mengocok kontolnya sendiri dengan tangannya. Tangannya mengocok dengan cepat. Mulutnya mengerang-erang. “Ohhh… ohhhh… ohhhh… ohhh…. Arghhhh…. Arghhh.. yessshhh… yesshhh…,” Crott… crot…. Crot… crot….. spernya yang kental menyemprot-nyemprot ke wajah Aditya. Semburannya keras dan berulang kali. Aditya kaget. Serta merta dipejamkannya matanya saat dirasakannya matanya terasa perih karena semburan sperma Robbey menyemprot matanya. Usai semprotan yang kedelapan, terhentilah semburan sperma Robbey. Cowok itu kemudian mengurut-urut kontolnya, sisa-sisa spermanya meleleh dari lubang kencingnya membasahi wajah Aditya. Setelah orgasmenya usai, Robbey segera bangkit. Ditariknya tangan Aditya mengajak cowok itu berdiri. Masih dengan wajah berlumuran sperma, cowok itu berdiri mengangkang diatas panggung. Robbey segera bersimpuh diantara selangkangan Aditya. Tangan Robbey segera mengocok batang kontol Aditya dengan cepat. Rupanya ia menghendaki Aditya untuk segera orgasme. Tak sampai dua menit Aditya pun muncrat. Wajah gantengnya yang berlumuran sperma meringis. Tubuhnya yang bersimbah keringat itu kelojotan. Semburan spermanya melumuri wajah ganteng Robbey berulang kali. Ada juga yang menyemprot masuk ke dalam mulut Robbey yang terbuka. Setelah semburan spermanya terhenti, Robbey segera berdiri rapat didepannya. Tubuhnya memeluk erat Aditya sambil menggesek-gesek. Mulutnya yang berlumuran sperma menciumi mulut Aditya, membuat cowok ganteng itu kaget. Ia merasakan spermanya sendiri dalam mulutnya yang dilumat Robbey dengan ganas. Karena sedang berakting di depan kamera ia tak bisa memprotes kelakuan Robbey. Dengan terpaksa ia membalas lumatan Robbey dengan penuh nafsu juga. Mereka saling melumat hingga Martin mengatakan cut. Robbey benar-benar nakal. Setelah Martin menghentikan adegan itu, ia mengambil spermanya yang berada diwajah Aditya dengan tangannya, kemudian sperma itu di lumurinya di rambut Aditya sambil tertawa-tawa geli. Semua penoton ikut tertawa, sementara Aditya misuh-misuh. “Stop-stop, kamu benar-benar gila,” katanya. Robbey kemudian berlari meninggalkan Aditya menuruni panggung. Ia mengambil handuk yang sudah disediakan, kemudian mengelap sperma Aditya yang melumuri wajahnya. Adityapun berlari turun mengambil handuk. Dilapnya seluruh sperma yang ada di wajah dan rambutnya. Kemudian ia mengelap tubuhnya yang bersimbah keringat. Ketiga temannya kemudian mendekati Aditya yang duduk ngos-ngosan di kursi. “Gimana rasanya nelen sperma sendiri Dit,” tanya Dicky nyengir-nyengir. “Dasar gila si Robbey itu,” kata Aditya sambil melihat ke Robbey. Cowok bule itu hanya tertawa geli sambil mengelap tubuhnya yang juga basah bersimbah keringat. “Seru juga ngelihat lo nyepong kontol bule itu Dit. Kayaknya udah pengalaman banget deh,” goda Bimo. “Enak aja. Namanya juga akting,” “Akting atau akting?’ gida Rhino. Aditya juga mesem. Ia juga bingung kenapa tadi bisa hot banget nyepong si Robbey, padahal baru sekali itu ia melakukannya. Thomas, Mark, dan Hans Martin mengijinkan Aditya dan Robbey yang baru saja orgasme untuk berisitirahat sebelum melanjutkan adegan berikutnya yang lebih cabul. Yaitu adegan Robbey ngefuck Aditya di atas panggung itu juga. Mereka memang memerlukan istirahat karena sangat lelah setelah orgasme tadi. Martin kemudian mempersiapkan syuting untuk scene yang lain. Yaitu Rhino, Bimo, dan Dicky dientot tiga cowok Ceko di sofa yang ada di ruangan kantor Jaka. Peralatan film segera diangkut ke ruangan Jaka. Sebelum memulai syuting di ruangan Jaka, Martin mengarahkan Aditya terlebih dahulu. “Untuk adegan berikutnya, kamu perlu persiapan dulu Dit. Ini ada dildo, kamu lumuri pelumas deh. Setelah itu kamu sisipkan di lobang pantat kamu selama kami syuting adegan di ruangan Jaka. Dengan begitu nantinya kamu tidak terlalu kesulitan saat dianal oleh Robbey,” terang Martin dalam bahas Inggris sambil menyerahkan sebuah dildo berbentuk seperti kontol padanya. “Mengapa harus seperti ini?” tanya Aditya. “Ya. Kalau tidak nanti kamu akan sangat kesakitan. Teman-teman kamu yang tiga ini juga melakukannya kok saat kamu syuting tadi,” “O, ya?” “Ya, kalau tidak percaya lihat saja sendiri. Hei kalian bertiga, coba tunjukkan pada Aditya,” Benar saja. Ketiga temannya dengan serempak kemudian melepaskan handuk yang melilit pinggang mereka dan menungging ke arah Aditya, mempertontonkan celah lobang pantat mereka yang disumbat dengan dildo berbentuk kontol. Aditya tertawa geli melihat ketiga temannya itu. “Jangan ngejek lo Dit. Entar elo kan juga dapat jatah diginiin,” kata Rhino sambil melilitkan kembali handuk mereka ke pinggang kemudian bersama dua temannya Dicky dan Bimo ia menuju ruang kerja Jaka. Tiga cowok bule yang lain, yang juga memakai handuk, mengikuti mereka. Robbey mendekati Aditya. Kemudian ia duduk disamping cowok itu. “Bagaimana Dit?” tanyanya dalam bahasa Inggris. “Kamu benar-benar gila,” sahut Aditya. Robbey nyengir. “Tapi kamu menikmatinya kan?” tanya Robbey. “Kamu kok bisa seperti itu Rob. Gak merasa aneh. Kamu kan sudah punya istri dan anak?” “Bagi saya sex itu adalah fun. Karena itu saya tak perduli melakukannya dengan siapa saja. Mau cowok atau cewek. Yang penting saat berhubungan sex saya bisa enjoy dan birahi saya terlampiaskan. Apalagi ini kan dibayar. Tentu saja saya lebih enjoy,” jawabnya santai. “Dasar. Eh, tolongin gue dong. Gue belom pernah pake dildo,” kata Aditya pada Robbey. Dengan sigap Robbey membantu cowok itu. Dildo berbentuk kontol itu dilumurinya dengan cairan pelicin. Setelah itu dimintanya Aditya untuk menungging mengangkang. Kemudian perlahan-lahan didorongnya dildo itu menyumbat celah sempit lobang pantat Aditya. “Arghhh.., sakit Rob,” erang Aditya. “Ditahan dong. Masak sakit gini aja gak tahan,” kata Robbey tangannya terus mendorong hingga seluruh dildo itu terbenam dalam-dalam di lobang pantat Aditya. “Gimana?” tanya Robbey setelah dildo itu terbenam seluruhnya. “Sakit. Pantat gue terasa ngembang. Rasanya aneh disumpel kayak gini,” “Lama-lama juga biasa,” “Eh. Daripada bengong berdua disini, liat syuting temen-temen yuk,” ajak Aditya. “Oke,” jawab Robbey. Dengan menggenakan handuk yang dililitkan dipinggang keduanya kemudian menuju toilet, tempat lokasi syuting Thomas. Aditya agak kesusahan berjalan dalam keadaan lobang pantat di sumpel dildo begitu. Langkahnya sedikit mengangkang. Pintu toilet terbuka lebar. Suara cowok yang mengerang-erang keras terdengar dari luar. Aditya dan Robbey segera mendekati pintu toilet itu. Serta merta Aditya terhenyak begitu menyaksikan apa yang sedang terjadi di dalam toilet. Dari tempatnya berdiri di pintu toilet ia dapat melihat dengan jelas bagaimana kerepotannya Thomas, temannya yang macho dan jantan, sedang digempur habis-habisan oleh Hans dan Mark yang tak kalah macho dan jantannya. Sementara dua kamera terus merekam apa yang sedang dilakoni ketiga cowok itu. Thomas berdiri dengan sedikit membungkuk berpegangan pada tempat kencing cowok. Wajahnya meringis menahan sakit. Mulutnya mengerang-erang. Tubuhnya yang kekar mengkilap, basah bersimbah keringat. Dibelakangnya Hans berdiri tegak. Tangannya mencengkram erat buah pantat Thomas yang elok. Tubuhnya sama berkeringatnya dengan Thomas. Mulutnya mengerang-erang mukanya memancarkan nafsu yang berkobar. Pantatnya melakukan gerakan maju mundur dengan cepat, keras dan menghentak-hentak. Kontol besarnya yang bersarung kondom keluar masuk lobang pantat Thomas. Sementara itu, Mark duduk berselonjor dihadapan Thomas. Wajahnya tepat di antara selangkangan Thomas. Tangannya kanannya menggenggam batang kontol Thomas yang gemuk membengkak, melakukan gerakan mengocok sambil mulutnya dengan ganas melakukan oral di kontol yang digenggamnya. Sementara tangan kiri Mark asik mengocok kontolnya sendiri yang besar dan gemuk membengkak juga. Benar-benar adegan cabul yang sangat binal. Aditya menelan ludahnya berulangkali menyaksikan adegan sex tiga cowok macho itu. Robbey yang merangkul bahunya tersenyum-senyum melihat Aditya. “Seru kan,” bisiknya di telinga cowok itu. “Nanti kamu juga akan merasakan nikmat seperti apa yang dirasakan oleh temanmu itu,” katanya lagi. Lidahnya menggelitik nakal daun telinga Aditya. Entah sudah berapa lama Thomas dientot oleh Hans. Yang pasti buah pantat Thomas yang putih sudah merah membara karena terkena tepukan paha dan selangkangan Hans. Frans yang menyutradarai adegan ini masih duduk serius di kursinya memperhatikan akting tiga cowok itu. Belum ada tanda-tanda ia akan menghentikan adegan itu. Sepuluh menit berlalu. Ketiganya kemudian berubah posisi. Saat Hans mencabut kontolnya dari lobang pantat Thomas, Mark langsung memasang kondom ke batang kontolnya. Kemudian ia menarik tubuh Thomas ke bawah untuk duduk di pangkuannya. Lobang pantat Thomas yang baru lepas dari hajaran kontol Hans langsung menelan kontol Mark. Dengan tangan berpegangan di bahu Mark, Thomas langsung melakukan gerakan naik turun pantat dengan cepat dan keras. Mark juga melakukan gerakan balasan. Hans melepaskan kondom dari kontolnya. Kemudian disorongkannya kontolnya ke mulut Thomas. Teman Aditya itu langsung melahap batang kontol besar itu. Thomas sepertinya sangat menghayati akting yang sedang dilakoninya saat itu. Lima belas menit berlalu. Ketiganya masih serius berakting cabul di depan kamera. Robbey menarik tangan Aditya. Mengajaknya meninggalkan toilet. Ia mengajak Aditya menuju ruang kerja Jaka. Saat ini disana juga sedang dilakukan syuting. Rhino, Dicky, dan Bimo versus Sebastian, Pavel, dan Karl Lampu di ruang kerja Jaka dibiarkan remang-remang. Aditya dan Robbey berdiri di depan pintu melihat situasi yang terjadi di dalam ruang kerja itu. Ternyata suasana disini lebih hot lagi. Diatas sofa besar Rhino, Dicky, dan Bimo sedang dientot masing-masing oleh Sebastian, Pavel, dan Karl. Ketiganya duduk diatas sofa. Tangan mereka terentang ke atas, memegang sandaran sofa. Bulu ketiak mereka yang lebat dan basah karena keringat terpampang jelas. Ketiga cowok Ceko itu berdiri berjajar masing-masing mencengkeram paha dan meletakkan kaki partner sexnya ke bahu. Pantat mereka bergerak keras, cepat, dan menghentak-hentak, membuat Rhino, Dicky, dan Bimo yang sedang dientot dengan liar itu mengerang-ngerang keras. Aditya tak menyangka bahwa ia dan keempat temannya akan mengalami kejadian seperti ini. Bersedia dientot karena uang. Ia tak bisa membayangkan bagaimana bila Tante Selly mengetahui Rhino, gigolo peliharaannya yang selama ini membuatnya kerepotan di ranjang karena keperkasaan dan kemachoannya, ternyata dientot oleh cowok. Tante Selly pasti akan pingsan bila melihat lobang pantat Rhino yang sempit itu dihajar oleh kontol besar cowok dengan ganas. Dan dalam keadaan seperti itu kontol besar Rhino bisa mengacung tegak dengan keras dalam kocokan jemari Sebastian yang sedang mengentotnya. Benar-benar edan. Dari tempatnya berdiri saat ini, Aditya bisa melihat bagaimana Jaka si banci, tak berkedip matanya melihat tiga penarinya dientot dengan kasar seperti itu. Tak memperdulikan sekitarnya banci itu asik meremas selangkangannya sendiri. Dasar banci. Dalam suasana syuting sempat-sempatnya ia mengambil kesempatan. Setelah lima belas menit, mereka melakukan tukar posisi sekaligus tukar pasangan. Para cowok Ceko duduk di sofa. Rhino, Dicky dan Bimo kemudian menduduki kontol cowok-cowok itu. Kali ini kontol besar Pavel yang merojok lobang pantat Rhino. Sedangkan Dicky dihajar Sebastian, dan Bimo menggocek kontol Karl dengan lobang pantatnya. Setelah lima belas menit, kembali dilakukan tukar posisi dan pasangan. Kini Rhino, Dicky, dan Bimo menungging dilantai dengan menumpu pada tangan dan kaki mereka yang menyiku. Ketiganya berhadapan membentuk segitiga. Mulut ketiganya saling melumat satu sama lain. Masing-masing mereka dientot seperti anjing oleh cowok-cowok Ceko itu. Kali ini giliran Karl menghajar bokong Rhino. Sebastian asik mengempur lobang pantat Bimo, dan Pavel mengobok-obok lobang pantat Dicky. Akting ngentot keenam cowok itu dilakukan secara marathon. Tanpa ada jeda. Adegan doggy style ini rupanya adegan terakhir persetubuhan keenam cowok itu dalam scene ini. Selanjutnya scene ini diakhiri dengan orgasme bersama. Keenam cowok itu duduk berhimpitan di sofa sambil mengocok kontol masing-masing. Hingga masing-masing mereka menyemburkan sperma membasahi perut, dada, dan bahkan ada yang mencapai pipi masing-masing. Setelah itu sperma yang tertumpah dilumuri oleh telapak tangan teman disebelah sekujur tubuh pemilik sperma. Usai acara lumur melumur sperma Martin sang sutradara meng cut adegan itu. Seluruh kru bertepuk tangan. Sepertinya semua terlihat puas menyaksikan scene itu. “Scene yang sangat bagus,” komentar Martin. Dimulai dari Sebastian yang tertawa paling dulu, akhirnya semua pemain tertawa-tawa dengan nafas ngos-ngosan kecapekan usai orgasme. “Gila men. Seru banget ya ternyata,” komentar Rhino diantara tawanya. “He eh. Baru tau gue enaknya dianal,” kata Bimo. “Bool gue masih kerasa geli-geli enak nih,” kata Dicky sambil mengelus lobang pantatnya yang terlihat memerah dan sedikit terkuak dengan bentuk membulat. Aditya hanya menggeleng-geleng mendengar komentar teman-temannya yang keenakan itu. “Pantat kalian benar-benar hebat. Njepit banget,” komentar Sebastian. “Yap, benar men. Udah lama saya tak merasakan lobang pantat perjaka lagi,” kata Karl. Kemudian keenamnya mengambil handuk dan membersihkan sperma yang menempel di tubuh. “Habis ini giliran elo ya Dit. Siap-siap merasakan nikmatnya kontol menyodok-nyodok anus elo deh men. Seru banget,” kata Rhino pada Aditya. "Lo bakal nagih deh, hehehe," "Emangnya gak sakit Rhin?" tanya Aditya. "Awalnya emang iya. Tapi lama-lama enak banget," sambung Bimo. “Yoi Dit. Awalnya gue gak habis pikir kenapa Jaka maksa-maksa supaya gue mau nganal dia selama ini. Rupanya nikmat banget,” kata Dicky. “Sekarang udah tau kan Dick. Nikmat kan. Kapan-kapan anal gue ya,” samber Jaka kenes. “Nikmat sih. Tapi kalo harus nganal elo gue masih mikir ribuan kali deh,” elak Dicky. Rupanya tetap aja tuh cowok gak mau nganal banci kayak Jaka. “Dasar,” cemberut Jaka. Kemudian dia ngeloyor pergi meninggalkan keempat cowok yang masih ngobrolin soal serunya dianal itu. Pembicaraan mereka terhenti karena kemudian Martin mengajak seluruh pemain untuk kembali ke lokasi awal syuting Aditya dan Robbey. Martin rupanya akan melanjutkan kembali syuting scene Aditya dan Robbey yang akan melakukan hubungan sex. Seluruh kru yang bertugas mengoperasikan peralatan syuting dengan sigap mengangkat peralatan-peralatan itu ke luar ruang kerja Jaka. Ada yang membersihkan sisa-sisa ceceran sperma para pelakon tadi yang menempel di sofa dan lantai. Robbey kemudian menggandeng tangan Aditya, mengajak cowok itu ke luar bersamanya. Seperti tadi Aditya berjalan sedikit mengangkang karena sumpelan dildo di celah bokongnya. “Nyumpel nih ye,” goda ketiga temannya sambil tertawa menggoda. Aditya hanya mesem. Ketiga temannya yang hanya dibalut handuk itu mengikuti langkah Aditya dan Robbey ke luar ruangan. Selanjutnya mereka menuju ke ruang utama club dimana disana terdapat panggung, meja bar, dan kursi duduk tamu club yang diatur membentuk lingkaran mengelilingi meja-meja bulat. Aditya dan Robbey memacu birahi Di ruang utama Club terlihat Thomas sedang duduk-duduk melepas lelah bersama Mark dan Hans. Rupanya mereka sudah menuntaskan syuting. Segera Thomas dikelilingi oleh keempat temannya. “Gimana men?” tanya Rhino. “Gila, dubur gue rasanya lecet deh. Cocok-cocok ini buas banget,” kata Thomas. “Tapi lo enak kan,” tanya Bimo nyengir nakal. “Iya sih. Enak banget. Tau begini dari dulu gue mau deh dientot, hehe,” kata Thomas. Aditya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat teman-temannya yang ternyata sangat menikmati dianal oleh bintang-bintang Ceko yang gagah-gagah itu. Pembicaraan mereka terhenti karena Martin akan kembali melanjutkan syuting yang memang sengaja dilakukan secara marathon untuk mempercepat seluruh proses syuting. Hari masih menunjukkan pukul 11 pagi menjelang siang. Mereka masih punya waktu untuk menuntaskan scene Robbey dan Aditya hingga makan siang pukul 12 nanti. Frans sibuk mengarahkan krunya untuk mempersiapkan ruang ganti. Rencananya seusai makan siang dan istirahat yang direncanakan tuntas pukul 1 siang mereka akan melanjutkan syuting orgy di ruang ganti hingga pukul 3 sore. Setelah itu syuting adegan sex akan dihentikan dulu. Sebab pegawai club yang lain akan berdatangan untuk mempersiapkan jam buka club yang dimulai pukul 5 sore bertepatan dengan berakhirnya jam kerja perusahaan. Biasanya mulai pukul setengah enam sore tamu-tamu club yang banyak dari kalangan pekerja kantoran, tante-tante girang dan para gigolo muda sudah mulai berdatangan. Mereka tak mau mengambil risiko diketahui melakukan syuting film cabul di club ini. Saat kegiatan club berjalan rencananya akan dilakukan syuting adegan-adegan yang tidak melakukan aktivitas sexual. Misalnya adegan tarian erotis para penari. Adegan Aditya chatting di depan komputer yang akan dilakukan di ruang kerja Jaka. Adegan para penari berkenalan dan beramah-tamah dengan cowok-cowok asal Ceko. Martin kemudian mengajak Aditya dan Robbey ke arah panggung. Didepan keduanya ia menerangkan adegan yang akan dilakoni oleh kedua cowok ganteng itu. “Adegan ini dimulai dengan kalian berdua usai membersihkan tubuh dengan handuk setelah orgasme tadi. Setelah itu dalam keadaan sama-sama telanjang Aditya mengajak Robbey menuju meja bar. Aditya kemudian menuangkan minuman pada Robbey. Kalian minum berdua, sebelumnya lakukan toast gelas dulu. Sambil minum kalian sama-sama memandang. Kemudian berciuman, dan seterusnya ya silakan kalian lanjutkan dengan bermain cinta diatas meja bar itu,” terang Martin. Singkat dan langsung mengarah pada sasaran. Setelah Aditya dan Robbey memahami apa yang akan mereka lakukan keduanya segera bersiap-siap. Handuk yang tadi dikenakan mereka lepas dan dipegang oleh tangan masing-masing. “Camera, action,” kata Martin memulai adegan. Aditya dan Robbey kemudian saling melap tubuh lawan mainnya dengan handuk. Setelah itu Aditya menggandeng tangan Robbey menuju meja bar. Robbey sangat pintar berimprovisasi. Sambil berjalan ia menciumi telinga Aditya membuat cowok itu kegelian. Di meja bar, Robbey duduk sementara Aditya menuangkan bir pada dua gelas besar. Setelah itu ia dan Robbey melakukan toast dan meminum bir tersebut. Usai minum Robbey meremas-remas tangan Aditya. Keduanya saling memandang sambil tersenyum-senyum. Robbey memulai mencium bibir Aditya dan langsung dibalas dengan semangat oleh Aditya. Keduanya saling melumat dengan penuh nafsu dibatasi oleh meja bar. Jemari Robbey mulai menggerayangi tubuh atletis Aditya. Aksi gerayangan Robbey disambut Aditya juga dengan menggerayangi tubuh cowok Ceko itu. Puas saling menggerayangi, Robbey menarik tubuh Aditya untuk duduk di atas meja bar. Diatas meja itu Aditya duduk menjuntaikan kakinya ke bawah dengan paha merenggang. Kontolnya yang dikelilingi semak belukar jembut yang rimbun sudah mengacung tegak. Robbey mulai beraksi. Lidahnya asik menjilati dada bidang Aditya yang berambut itu. Tak lupa ketiak Aditya yang berbulu pun ikut dijilatinya. Aditya mengerang-erang keenakan menikmati jilatan-jilatan Robbey. Puas menngerjai daerah atas Aditya, wajah Robbey bergerak ke arah selangkangan Aditya. Dengan lahap diselomotinya batang keperkasaan Aditya. Paha Aditya direnggangkannya lebih lebar. Mulutnya sibuk menjelajahi daerah vital Aditya. Lobang pantat Aditya yang tadi sudah disumpel dildo tak lupa dirimmingnya dengan dahsyat. Aditya semakin keenakan. Jemarinya meremas-remas rambut kepala Robbey. Sambil mendesah-desah dan meracau, "Ahhh... ahhhh... oh.. my godhhh...," racaunya. Donna pernah melakukan oral padanya. Namun apa yang dilakukan Robbey sungguh sangat luar biasa dibandingkan apa yang pernah dilakukan Donna pada Aditya. Mulut Robbey begitu lihai mengerjai daerah sensitif di selangkangan Aditya. Tak pernah sumur hidupnya Aditya merasakan lidah dan bibir menyelomoti celah pantatnya. Kali ini hal itu dirasakannya dari mulut binal Robbey. Seorang cowok jantan yang sudah memiliki istri dan anak. Rasanya benar-benar sangat luar biasa. Aditya terus mengerang. Robbey terus menyerang. Para penonton syuting seperti tersihir melihat kehangatan percumbuan Aditya dan Robbey. Mereka terpaku dalam birahi menyaksikan lakonan kedua cowok ganteng dan macho itu. Puas memuluti Aditya, Robbey kemudian berdiri rapat pada tubuh lawan mainnya itu. Dipeluknya pinggang ramping Aditya dengan erat. Perutnya yang tepat menempel di selangkangan Aditya digesek-gesekkannya. Kontol Aditya beradu dalam gesekan dengan perut Robbey yang rata dan berotot. Aditya keenakan. Dibungkukkannya tubuhnya. Wajahnya mencari wajah ganteng Robbey. Mulutnya segera menyerbut mulut cowok Ceko itu. Selanjutnya mereka kembali saling melumat dengan kasar dan binal. Robbey menelentangkan tubuh Aditya diatas meja bar. Kemudian ia naik ke atas meja itu sambil tangannya mengangkangkan paha gempal Aditya. Selangkangannya dirapatkannya ke selangkangan lawan mainnya itu. Kontol gedenya yang membengkak keras digenggamnya, kemudian digesek-gesekkannya ke celah lobang pantat Aditya. Bibirnya menyunggingkan senyum mesum. Robbey sudah tak sabar untuk melakukan penetrasi pada Aditya rupanya. Robbey tersenyum juga. Jemarinya mengelus-elus perut Robbey. Geli-geli enak yang dirasakannya oleh gesekan kepala kontol Robbey di celah lobang pantatnya yang berbulu itu entah mengapa menimbulkan rasa tak sabar untuk segera merasakan batang kontol Robbey menembus celah pantatnya. “Kau menginginkannya?” tanya Robbey dalam bahasa Inggris. “Yah, aku menginginkannya,” jawab Aditya parau juga dalam bahasa Inggris. “Kau menginginkan kontol besarku menembus pantatmu?” tanya Robbey lagi. “Ya aku sangat menginginkannya,” “Seberapa besar keinginanmu?” “Sangat besar. Cepatlah,” “Kau tak akan menyesal?” “Tidak. Ohhh.. jangan siksa aku lagi. Kumohon. Lakukan segera. Benamkan kontolmu di pantatku,” “Bersiaplah,” “Ya.. ya. Entot aku ohhh.. entot aku,” Aditya mengiba-iba. Kata-kata ini diucapkannya saja secara spontan. Tanpa skenario. Gesekan-gesekan kontol besar Robbey sungguh membuat gelora birahinya menggila. Robbey menyeringai garang. “Cut!” tiba-tiba Martin menghentikan adegan. “Mengapa? Ada apa?” tanya Aditya bingung. “Sabar sayang. Aku harus menggenakan kondom dulu,” kata Robbey tersenyum geli melihat ketidaksabaran lawan mainnya ini. Cowok-cowok Ceko yang lain juga tertawa melihat ketidaksabaran Aditya. Sementara teman-temannya asal Indonesia hanya menahan nafas melihat aksi Aditya dan Robbey. Merekapun sudah tak sabar melihat Aditya diperjakai oleh Robbey. “Dasar pendatang baru. Kalau sudah nafsu bikin repot aja,” komentar Robbey pada teman-temannya sesama pemain asal Ceko. Mereka tertawa mendengar komentar itu. Sementara Aditya hanya senyum-senyum malu. Usai memasang kondom di kontol besarnya, Robbey kemudian menuangkan cairan pelumas dibatang kontolnya itu. Juga dicelah pantat Aditya. “Ini untuk mengurangi rasa sakitmu kawan,” katanya. “Kalau nanti kamu merasa kesakitan, tahan nafasmu. Dan cobalah rileks. Jangan tegang,” petunjuk Martin. Aditya yang masih terbaring mengangkang hanya bisa mengangguk. Setelah beres, Robbey kembali bersiap melanjutkan adegan. Martin memulai syuting kembali. “Camera, action!” katanya. Secara perlahan-lahan mendorong kepala kontolnya menyeruak celah pantat Aditya yang sempit. Meskipun tadi sudah disumpel dildo hampir satu jam, celah itu masih saja sempit. Maklumlah perjaka ting-ting men. Aditya mulai kesakitan, saat kepala kontol Robbey menyusup ke mulut liang pantatnya. Ditahannya rasa sakit itu. Ditariknya nafasnya dalam-dalam. Robbey terus mendorong. Cukup sulit juga. Lorong liang pantat Aditya masih sangat rapat. Kontolnya terasa seperti diperas. Namun Robbey cukup pengalaman untuk mengendalikan orgasmenya. Dibawahnya Aditya memejamkan mata erat-erat. Ia mengerang. “Orghhhh…,” “Godhhh….. sangat sempit…,” erang Robbey juga. Kontolnya bergerak masuk. “Ohhhhhhhh…………..,” “Ohhh… yeshhh…,” “Ohhhhhhh…………,” Aditya menengadah dengan gigi menggigit bibir bawahnya. Ekspresinya yang kesakitan sungguh menggairahkan bagi penonton. Tangannya mencengkram lengan berotot Robbey dengan kuat. Dorongan Robbey terus berlanjut, hingga akhirnya seluruh batang kontol itu terbenam dalam celah pantat Aditya. Kontol besar Robbey terjepit erat di celah pantat Aditya. Kamera merekam dengan close up. Robbey mendiamkan kontolnya dalam celah pantat Aditya. Tak ada gerakan yang dilakukannya. Martin serta merta menghentikan adegan itu, “Cut!” katanya. Ia segera mendekati kedua cowok itu. “Bagaimana?” tanyanya pada Aditya. Aditya yang masih mengangkang lebar dengan kontol Robbey diam dalam celah pantatnya hanya bisa tersenyum tertahan. “Sakit?” tanya Robbey. “Ya, tapi biarkan saja dulu. Mungkin aku harus beradaptasi dulu dengan kontol gedemu ini,” jawab Aditya kemudian. “Coba kamu gerakkan sedikit Rob,” perintah Martin. Robbey segera menuruti perintah itu. Ditariknya kontolnya. “Ohhhh…,” Aditya mengerang keras. Robbey mendorong lagi kedalam. “Ohhhh…,” erang Aditya lagi. “Perih,” katanya. “Itu biasa terjadi kalau kamu melakukannya pertama kali,” terang Martin. “Nanti akan terasa nyaman,” kata Robbey menenangkan. Ia kembali bergerak pelan. “Mengapa tadi

###

47 Gay Erotic Stories from Rangga

Ada Yang Baru

Banyak yang mengirimkan imel ke gua. Selain ngajak berkenalan banyak yang menanyakan kenapa gua gak menulis lagi di MOTN. Menjawab pertanyaan itu dalam kesempatan ini gua mau sampaikan bahwa gua sedang merampungkan sekuel Petualangan Aji. Butuh waktu yang lumayan lama juga buat gua untuk merampungkan tulisan itu. Kenapa lama? Karena gua pengen sekuel ini berbeda dari kisah pertamanya

Aladin (01)

Zaman dahulu kala di Negeri Cina tinggallah seorang pemuda miskin Aladin namanya. Kemiskinannya membuat Aladin melakukan segala hal untuk menghidupi dirinya bersama dengan ibunya yang sudah tua renta. Kadangkala Aladin mengemis di pasar, menjadi kuli membantu para pedagang mengangkat barang dagangan mereka, dan juga mencuri. Sesungguhnya Aladin adalah pemuda yang baik. Kalau sangat tidak

Aladin (02)

“Pamanku benar-benar jahat,” batin Aladin. Ia terduduk sendiri merenungi nasibnya. Kini ia terkurung di dalam tanah bersama harta karun yang melimpah. Sementara sang paman meninggalkannya. Aladin memandangi harta karun di dalam kantong. Sebuah lampu yang terbuat dari emas tertangkap pandangannya. Aladin segera mengambil lampu itu. Ia berniat memindahkan api dari obornya ke sumbu lampu itu.

Aladin (03)

“Benar juga katamu itu Jafar. Wahai pemuda apakah tempat tinggalmu semegah istanaku ini?” tanya raja. “Tuanku, jika hamba memiliki tempat tinggal semegah tuanku, itu artinya hamba tidak menghormati tuanku raja. Namun demikian tempat tinggal hamba cukup megah tuanku. Tuanku raja dan Putri Jasmin hamba undang untuk melihat tempat tinggal hamba besok,” sahut Aladin mantap. Ibu Aladin dan Ali

Antara Mas Donny dan Justin

Cerita ini sangat berbeda dari cerita yang biasanya gue bikin. Bisa dibilang nyeleneh. Gak tau apa yang suka baca cerita di situs ini suka. Mas Donny ada-ada aja deh. Masak dia memintaku ngentot dengan si Justin, mahasiswa yang kos di rumah kami? Ngawur kan. Tapi aku juga ngawur. Kenapa? Karena aku mau aja melaksanakan apa yang disuruhnya itu. Gimana aku mau nolak? Habisnya ngentot itu enak

BBS Eksekutif Muda

“Beeeppppppp…………..,” “Beeeppppppp…………..,” “Beeeppppppp…………..,” Suara ponsel yang diset getar berulang-ulang berbunyi diatas meja. Tak ada yang menjawab. Suara erangan memenuhi ruangan kamar hotel yang tidak terlalu luas itu. Dua pria muda sedang sibuk memacu birahi diatas ranjang empuk yang berderak-deraj. “Oh… oh.. oh.. oh.. oh.. yeshh.. yesshh… oh… oh..,” “Hoh..hoshh..hohh..

Behind The Scenes

Prolog Ini cerita tentang Ananditya Tama. Lebih sering dipanggil Aditya. Umur 22 tahun, lulusan D3 Perhotelan dari sebuah Akademi Pariwisata di Jakarta. Anak kedua dari tiga orang bersaudara yang semuanya cowok. Ayah turunan Pakistan dan ibu Sunda asli. Ganteng sudah pasti. Kulit putih bersih, dengan postur tubuh proporsional. Ramping namun atletis. Tinggi 179 cm dan berat 65 kilogram. Sempat

Behind The Scenes, Part 2

Pengantar. Ternyata MOTN tidak memuat seluruh cerita yang saya submitted kemaren. Untuk membuat anda-anda tidak penasaran, ini kelanjutannya. “Mengapa tadi teman-teman gue bisa enjoy melakukannya ya?” tanya Aditya. “Mungkin mereka benar-benar bisa rileks. Sementara kamu tidak,” kata Martin. “Apa memang begitu Rhin?” tanya Aditya pada Rhino yang sedang berdiri menontonnya dari jarak yang

Cerita Remaja (3)

BAB II NAKALNYA MAMA ANDRE Minggu pagi yang cerah. Andre sarapan berdua saja dengan mamanya di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi makan siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul bersama di

Cerita Remaja (4)

Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah mamanya dan Mas Dharma sang

Cerita Remaja (5)

BAB III ANAK-ANAK BASKET Meskipun bukan anggota basket, tapi Calvin kini tak asing lagi dengan komunitas itu. Pergaulan anak-anak basket yang terkenal sangat eksklusif di SMU Dwi Warna dapat dimasuki olehnya. Ini semua berawal dari ajakan Andre untuk menyaksikan latihan basket di sekolah. Setelah mendengar cerita Andre tentang kedoyanan anak-anak basket pada memek cewek dan silit cowok

Dibooking Andre

Beginilah nasibku. Aku jelas-jelas bukan homo. Apalagi banci. Butuh uang untuk hidup membuatku terjebak dalam dunia pelacur waria kayak gini. Setiap hari pakai baju perempuan, nongkrong di pinggir jalan menanti laki-laki yang memiliki orientasi seksual menyimpang atau sekadar pengen coba-coba, membookingku. Si Misye, alias Misno, teman sekamar sekaligus seprofesiku jelas waria asli. Bencong

Enak Dibaca dan Nafsuin!

Ingat slogan majalah Tempo? Mudah-mudahan masih ada yang inget. Buat yang gak inget atau malah gak pernah denger sama sekali, nih gue kasih tau, slogannya adalah, “Enak dibaca dan perlu”. Nah, judul tulisan diatas adalah plesetan dari slogan ini. Gue bikin judul seperti itu karena tulisan berikut ini isinya mengulas judul tersebut. Kali ini gue gak menulis cerita seperti biasanya. Tulisan gue

Harry Fucker dan Ruang Ganti Rahasia (1)

Kereta api sihir yang berangkat dari peron 9 ½ di London akhirnya tiba di Hogwart. Suaranya desis kereta yang keras dan nyaring tak mampu mengalahkan nyaringnya celotehan para murid di tingkat kedua sekolah sihir itu. Bertemu kembali dengan teman sekamar di asrama rupanya membuat mereka tak sabar untuk saling bercerita tentang pengalaman liburan masing-masing. Harry tersenyum-senyum melihat

Kok Bisa Gitu Sih?

Namaku Dika. Aku mau cerita tentang kejadian yang pernah ku alami waktu aku duduk di kelas tiga SD dulu. Umurku belum sampai sepuluh tahun waktu itu. Jangan salah sangka dulu lho. Ini kejadian bukan tentang diriku. Tapi tentang orang yang sangat kuhormati. Aku adalah anak pertama dari papa dan mamaku yang asli turunan Sunda. Papaku, Dadang Sukmana, adalah seorang karyawan swasta di sebuah

Menjelang Pernikahan Mas Randy

"Ndre, abis sekolahan langsung balik ya, jangan kemana-mana lagi" pesan Nyonya Vera pada anaknya, Andre, yang masih duduk di kelas 3 SLTP melalui hand phone. "Kenapa emangnya Ma?" tanya Andre. "Thomas gak ada temennya tuh di rumah. Mama dan dan Tante Serly mau belanja untuk kebutuhan pesta Mas Randy nih," "Lho, kan ada Papa dan Om Darwin di rumah," sambung Andre lagi. "Papa dan Om

Menjelang Pernikahan Mas Randy (2)

Acara pemberkatan pernikahan Mas Randy akan dilangsungkan di gereja pukul sepuluh pagi ini. Andre melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, masih pukul delapan, tapi mamanya sudah sibuk menyuruhnya dan Thomas untuk bersiap-siap sejak pukul tujuh tadi. “Ayo jas hitamnya dipakai sekarang. Kalian kan pengiring pengantin prianya. Kalo gak siap-siap dari sekarang entar repot deh. Ayo dong,

Pandu dan Ricky dan Aku

“Bang, tolong jemput mereka sore ini ke bandara ya, soalnya mereka gak ngerti Jakarta tuh,” kata Dina, adik perempuanku semata wayang melalui telepon tadi pagi. Yang dimaksudnya dengan mereka itu adalah Pandu dan Ricky dua temannya waktu di SMU kemaren. kalo yang namanya Pandu bukan hanya sekadar teman buat Dina, adikku itu. denger-denger sih mereka pacaran sampai sekarang. Makanya Dina jadi

Pangeran Tidur

Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah negeri bernama Antah Berada Dimana. Negeri yang makmur dan damai, diperintah oleh seorang raja muda gagah perkasa didampingi oleh permaisurinya yang cantik jelita. Sang raja memerintah dengan penuh keadilan dan bijaksana. Sedemikian makmur dan damainya negeri itu, hingga batangan emas yang tergeletak di tepi jalan pun tak ada yang mengambilnya.

Pangeran Tidur, Part 2

Pengantar. MOTN lagi ngadat ya, gak bisa memuat seluruh cerita saya. Ini lanjutannya supaya elo gak penasaran. “Siapa engkau?!” tanya Pangeran William. Ia sangat terkejut melihat perubahan gadis cantik yang tadi ditolongnya menjadi seorang laki-laki tampan bertubuh kekar dengan busana transparan yang memamerkan keperkasaan tubuhnya. “Aku adalah seorang peri. Aku tadi sengaja untuk

Pesta Bujangan Untuk Randy

Cerita ini adalah Prequel dari cerita Menjelang Pernikahan Mas Randy. Sepulang dari kantornya di bilangan Sudirman, Randy menyempatkan menjemput Tania, calon istrinya, yang bekerja di kawasan Kuningan. Mereka memang janjian untuk ke club kebugaran sepulang kerja. Melatih otot-otot tubuh sambil menantikan kemacetan di jalanan Jakarta usai. Keduanya memang rajin ke club kebugaran. Karenanya

Petualangan Aji 2, Part 1

1 Akhir April 1998. Suntuk! Semua tugas kuliahku yang sebarek-abrek belum satupun kukerjakan. Aku betul-betul disibukkan dengan segala macam aksi demonstrasi seiring dengan situasi politik yang semakin memanas sejak krisis moneter melanda Indonesia Juli 1997 lalu. Sebagai aktivis mahasiswa tentu saja tak pernah kulewatkan berbagai aksi turun ke jalan yang kami lakukan. Aksi-aksi ini telah

Petualangan Aji 2, Part 15

25 “Kami akan melaporkan perbuatan kalian ini!” kata Romi tegas. Suaranya tetap pelan. Matanya tak lepas menatap batang kami bergantian, pun anggota regunya itu. “Jangan Mas,” kataku memohon. Bram dan Irfan ketakutan. “Kami bersedia memberikan apa saja yang Mas minta asal jangan melaporkan hal ini,” aku segera berjalan menuju celana panjangku. Mencari dompetku. Setelah ketemu segera

Petualangan Aji 2, Part 16

26 “Ndri, giliran kamu,” kata Romi, tangaannya menarik resleting celananya ke atas. Romi kini sudah berpakaian rapi kembali. Sementara Andri kulihat segera melepaskan seluruh pakaian yang dikenakannya belum lagi kata-kata Romi usai seluruhnya. Dia benar-benar sudah tidak sabar menunggu giliran rupanya. Kami bertiga berdiri telanjang bulat memandangi Andri yang kini sudah bugil total di hadapan

Petualangan Aji 2, Part 17

27 Hampir pukul 3 dini hari ketika kami menyelesaikan persenggamaan itu. Setelah menggenakan pakaian, kami berlima kembali ke tempat masing-masing. Romi dan Andri kembali ke pos jaganya. Sedangkan aku, Bram dan Irfan kembali ke lobby. “Kapan-kapan kita ulangi lagi ya,” kata Romi saat kami berpisah. “Boleh Mas,” jawab kami bertiga serempak. Cengiran mesum terbentuk di bibir kami. Andri juga

Petualangan Aji 2, Part 18

29 Kedua tanganku mencengkeram bongkahan pantat Zaki dengan erat. Kepalaku bergerak-gerak, kadang maju mundur kadang berputar-putar tepat di depan selangkangan Zaki. Batang kontol besar dan panjang milik Zaki, keluar masuk mulutku. Pipiku mengempot menyedot-nyedot batang itu. Batangnya tidak bisa kumasukkan kedalam mulutku seluruhnya. Meski sudah kupaksakan, hanya sekitar ¾ nya saja yang bisa

Petualangan Aji 2, Part 19

31 “Capek Zak?” bisikku lembut di telinga Zaki. Ia masih menelungkup diatasku. “Iyah,” jawabnya pelan. “Puas?” tanyaku lagi. “Iya Ji, gak nyangka kalo ngentot dengan kamu enak banget,” “O ya?” “Iyah, tau enaknya kayak gini, sejak kemaren-kemaren aku udah ngajak ngentot dengan kamu,” katanya. Bibirku diciumnya. Kubalas ciumannya. Kami berciuman dengan buas. Saling melumat. Sambil

Petualangan Aji 2, Part 2

3 Didepan kami kini terpampang adegan oral sex yang dilakukan oleh sang cewek kepada sang cowok. Mulut kedua cewek itu begitu lihai menyelomoti kontol sang cowok. Kudengar sang cowok mulai mengerang-erang keenakan. Selanjutnya dengan posisi doggy style menghadap ke penonton sang cowok mengentot sang cewek. Rintihan, erangan, desah nafas mereka memenuhi ruangan. Sambil mengentot begitu sang

Petualangan Aji 2, Part 20

33 Epilog Pagi Hari di awal bulan Januari 2003. Aku sedang asik menonton berita di Liputan 6 Pagi, sambil minum kopi dan makan roti berselai coklat. Hampir lima tahun sejak jatuhnya Suharto, 21 Mei 1998 lalu, kembali mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa besar. Meskipun belum sebesar Tahun 1998 itu. Unjuk rasa yang kini dilakukan oleh junior-juniorku ini, mengingatkanku akan masa-masa indah

Petualangan Aji 2, Part 3

6 Pukul satu siang aku kembali ngumpul dengan teman-temanku sesama aktivis mahasiswa yang disebut Zaki kelompok nasionalis itu. Kami berkumpul di salah satu ruangan kampus. Kami akan mematangkan rencana acara orasi politik yang telah kami audiensikan dengan Dekan tadi pagi. Ketika aku datang seluruh anggota tim sukses acara telah hadir dan sedang serius membicarakan sesuatu. Aku segera duduk di

Petualangan Aji 2, Part 4

9 Hampir setengah jam aku bermain-main di lobang kenikmatan Bram. Berbagai jurus sudah kukeluarkan. Menjilat, menghisap, menyedot, menyelip-nyelipkan lidahku ke lobangnya yang sempit bahkan menyodok-nyodokkan jariku disana. Bram benar-benar keenakan dengan aksiku. Pantatnya bergoyang-goyang dan sekali-kali menekan mukaku. Kontolnya sudah tegak penuh dalam genggaman tanganku yang tak pernah

Petualangan Aji 2, Part 5

11 Pukul 7 pagi. Bunyi nyaring jam beker membangunkanku. Ahhhhh......aku menggeliat dengan tubuh telanjang bulat di tempat tidur. Aku memang suka tidur tanpa menggenakan busana selembar pun. Rasanya bebas. Ahhhh........kembali aku menggeliat, badanku terasa segar pagi ini. Tidur nyenyak mengembalikan staminaku yang semalam terkuras akibat “perang tanding” dengan Bram. Hehe. Dengan kontol

Petualangan Aji 2, Part 6

13 Tengah hari. “Kenapa sih kamu itu kalo kencing gak mau jongkok Ji?” sebuah suara yang sangat kukenal menegurku dari belakang. Suara Zaki. Aku menoleh padanya. Saat itu aku sedang kencing berdiri di kamar mandi. Tanganku menggenggam batang kontolku yang sedang mengeluarkan air kencing di water closet. “Eh, kamu Zak,” aku hanya nyengir mendengar komentarnya. Dia memang tak pernah bosan

Petualangan Aji 2, Part 7

15 “Ärghhhhhhhhh........” aku melenguh keras diatas tubuh telanjang Mas Doni yang berbaring telentang dibawahku. Kedua pahanya terkuak lebar mengangkang. Baru saja kusemburkan spermaku ke dalam lobang pantatnya yang empuk dan penuh dengan bulu-bulu halus. Setelah pembicaraan yang cukup mengagetkan tentang kakak beradik ini, kusenggamai Mas Doni dengan berbagai gaya. Mulai dari gaya duduk,

Petualangan Aji 2, Part 8

16 “Mashhh, Mashh......aku pengen keluarhhhhh,” desah Jono. Tubuhnya mulai menggeletar. Dibawah sana Mas Doni sedang asik bersilat lidah dengan batang kontolnya. Berbagai jurus oral yang diketahui Mas Doni sudah dipraktekkannya menyerang titik-titik kelemahan batang Jono. Sementara dari atas aku terus menggempur dada dan puting susunya. Rupanya Jono sudah tak mampu bertahan lagi akibat serangan

Petualangan Aji 2, Part 9

18 Pekan-pekan pertama di bulan Mei 1998. Tit, tit. Suara klakson mobilku mengagetkan Sony yang sedang duduk serius menonton televisi di ruang satpam. Saking seriusnya menonton dia tidak menyadari kalau aku sudah mengamatinya hampir dua menit dari jendela mobilku. Satpam satu ini gak kalah menarik dibanding si Jono. Kapan ya kurealisasikan rencanaku ngerjain dia seperti si Jono. Hehe. “Eh,

Petualangan Aji 2, Part10

19 Dengan perlahan kulepaskan kancing baju koko Ferdinand satu persatu. Dipejamkannya matanya, tak berani memandangku. Berdua kami berdiri berhadapan. Tubuhku sudah telanjang bulat sejak tadi dengan kontol mengacung tegak. Kami berada dalam kamarnya yang tidak terlalu luas dibandingkan dengan kamarku. Setelah mendengar pengakuannya yang diringi sedu sedan, kupacu mobilku menuju rumahnya. Dalam

Petualangan Aji 2, Part11

21 Pertengahan bulan Mei 1998. Jakarta rusuh. Pemicunya adalah kematian empat mahasiswa Trisakti saat unjuk rasa. Sayang sekali, keempatnya masih muda. Masyarakat marah. Masyarakat muak. Penjarahan dimana-mana. Kebencian pada etnis Cina menjalar. Toko-toko milik si mata sipit diserbu masyarakat. Barang-barang diambili. Beberapa gedung dibakar oleh massa yang marah. Papan bertuliskan “Milik

Petualangan Aji 2, Part12

Akhirnya aku baru tiba di kampus pukul 9 malam. Segera aku menemui teman-temanku di salah satu ruangan kampus, base camp kelompok kami. Aku hanya nyengir ketika teman-teman nasionalisku “marah-marah” padaku. Terutama si Yuda sang ketua. Katanya aku tidak tepat janji. Brifing untuk persiapan aksi besok sudah usai sejak satu jam yang lalu. Mau apalagi, kudengarkan saja “kemarahan” mereka, memang

Petualangan Aji 2, Part13

22 19 Mei 1998. Aksi kemaren sore benar-benar seru. Setelah didatangi dan didesak terus menerus oleh mahasiswa, akhirnya, pimpinan DPR dikomandani Harmoko mengeluarkan pernyataan yang mengagetkan. Mereka menyerukan kepada Suharto agar secara legowo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden. Meskipun pernyataan itu terasa menggelikan, karena sebelumnya Harmokolah orang yang paling

Petualangan Aji 2, Part14

24 Subuh, 20 Mei 1998. Seharusnya hari ini ada acara di Monas. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang digagas oleh Amien Rais. Puluhan ribu mahasiswa dan masyarakat sudah siap untuk menghadiri acara itu. Perkembangan politik yang semakin memanas, memaksa Amien Rais untuk membatalkan acara. Desas-desus yang terdengar di kalangan mahasiswa adalah, bila acara tersebut tetap dilaksanakan,

Pondok Jejaka

Satu Usaha keras Yuda selama ini akhirnya membuahkan hasil juga. Dengan wajah sumringah ia menunjukkan namanya yang mejeng diantara nama-nama lain yang dinyatakan lulus SPMB pada kedua orang tuanya. Di Fakultas Teknik Elektro salah satu universitas negeri favorit di Depok. “Yuda lulus ma, pa,” katanya pada kedua orang tuanya. “Anak mama memang pinter deh,” sahut sang mama sambil

Seleksi Tim Volly

Daripada setiap hari sabtu dan minggu molor di kos-kosan karena gak ada kegiatan perkuliahan, Indra akhirnya mutusin ikut dalam club volly yang ada dikampusnya. Kebetulan semester ini ada rekrutmen anggota baru. Semester lalu Indra memang mutusin untuk full kegiatan akademik karena masa itu awal ia kuliah setelah lulus SMU. Saat itu ia tak ingin diganggu dengan segala tetek bengek selain kegiatan

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, 2

Menjelang tengah hari, kami tiba di Kota Gomorah. Dari celah sedekup aku mengintip ke luar. Seperti yang pernah di ceritakan oleh Noakh padaku, Gomorah memang sangat ramai. Kata Noakh, sama ramainya dengan Kota Sodom. Sejak kecil, aku memang belum pernah keluar dari desaku. Mendengar cerita Noakh tentang dua kota itu, membuatku punya keinginan untuk mengunjunginya. Namun bukan kunjungan seperti

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, Part 3

Tiga batang kontol yang semuanya berukuran besar, milik Habel, Moab, dan Kenan mengacung tegak di depan mukaku. Setelah berhasil membuatku orgasme tadi, kini mereka menyuruhku untuk menghisap batang kontol milik mereka bergantian. “Aku tak pernah melakukannya. Aku tak bisa, aku tak mau” tolakku. Tiba-tiba aku teringat pada kekasihku. “Mulai sekarang, kau harus membiasakan diri melakukan hal

Sepenggal Kisah Dari Gomorah, Part 4

Enokh tidak jadi memperjakaiku malam itu. Ia hanya memintaku untuk mengoral kontolnya hingga orgasme. Aku sangat bersyukur, malam itu keperjakaanku tak perlu terenggut. Sambil melepas lelah seusai orgasmenya tuntas, dia bercerita tentang ketujuh putranya yang diperolehnya dari tiga orang istrinya padaku. Aku mendengarkan saja. Dia mengatakan padaku, bahwa keperjakaanku akan diserahkannya pada

Simpanan Mama

Mamaku itu emang hebat. Diusianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan papaku setahun yang lalu. Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan,

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story