Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

by Lelaki63


Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

Sms dari Fitri membuat aku segera keluar kamar. Kupakai sendal aja. Acara malam ini, setelah makan malam ada rapat koordinasi awal untuk kerja kami selama dua minggu mendatang. Sore menjelang malam, udara hangat. Udara laut menghembus diriku yang berjalan menuju restoran. Beberapa orang pelayan menyapaku. Aku suka keramahan ini.

"Ditunggu pak, di sana," pelayan menunjuk meja yang di pojok.

"Terima kasih," kataku. Aku melangkah ke meja yang ada Andika. Meja telah penuh delapan orang. Ada orang baru yang kulihat. Fitri, Arman dan Dodi sudah duduk dan sedang menikmati makan malamnya.

Ini nggak enaknya kalau datang terlambat. Andika berdiri menyambutku. Penampilannya sudah lebih segar dari ketika di Jombaran tadi siang.

Aku salami semua yang di meja itu sambil memperkenalkan diri. Kemudian Andika mengajakku kemeja yang lain, udah ada empat orang disana, termasuk Putri dan Alika. Aku berkenalan lagi dengan dua orang yang baru. Anak-anak muda, dan kupikir mereka mahasiswa. Setelah perkenalan itu, aku mengambil makan malamku yang disajikan dengan prasmanan. Aku tak makan nasi yang banyak, tapi banyak sayurnya saja.

"Saya pikir tadi Brandon Routh," komentar Yudi, anak yang baru kekenal itu berani. Aku duduk di sampingnya. Anaknya keren juga dengan rambut yang berjambul. Usia hampir sama denganku. Disamain dengan bintang Superman Returns itu, hampir membuat aku tersedak. Segera aku minum.

Di samping dia, Arifin, yang tampilan biasa saja. Aku tak tahu dia bertugas sebagai apa. Tapi aku jadi curiga dengan hp dia. Rasanya mengarah ke aku sejak tadi, walau kesannya dia seperti sedang menulis sms. Aku memang tidak suka kalo ada orang yang mengambil fotoku, apalagi secara diam-diam begini.

Celana jeans dan kaos panjang hitam yang sedikit ketat ini memang membuat aku tampil beda dari tadi siang. Tapi kenapa mereka memujuki? Rambutku yang sedikit panjang, memang rada mirip si bintang Supermen Returns itu. Wuih GR. Segera aku selesaikan makan malamku. Sesekali aku menimpali gurauan mereka. Setelah ini, kami akan menuju ruangan rapat yang telah kami sewa.

"Nggak usah buru-buru. Pelan-pelan saja," Andika pamit di sampingku. "kami tunggu di ruang rapat ya. Mesti persiapkan peralatan dulu," tambahnya.

Dia dikuti beberapa orang dari timnya. Kulihat Fitri dan Arman masih menyelesaikan makannya di meja sana.

"Ok," kataku mengangguk pelan, sambil melap mulutku. Kulihat teman satu mejaku juga sudah menyelesaikan makannya.

Cowok yang tadi memujiku dan tiga temannya, juga pamit mengikuti rombongan Andika. Kulihat sekilas, sepertinya dia SSA juga. Ah, kenapa ada saja pikiran semacam itu. Aku jadi ingat dengan Robby yang tadi kekamarku. Apakah dia juga?

Kuakhiri makanku dengan minum. Fitri dan Arman mendekati mejaku. Fitri duduk di sampingku yang kosong. Ada yang mau dibicarakannya. Arman meninggalkan kami berdua menuju ruang rapat.

"Hotel minta uang muka. Cash," bisik Fitri di sampingku.

Aku ingat, dalam pembicaraan awal tak ada bicara tentang uang muka. Yang diperlukan adalah meningalkan tanda pengenal saja. Dan lagi, ini kan sudah urusan pimpinan kami, ada kontrak khusus.

"Coba konfirmasi lagi dengan bu Poppy," kataku.'Kalau ada, minta copy kontrak kerja sama kita dengan hotel. Sekalian kontrak kita dengan Andika," tambahku.

Kemudian Fitri menjelaskan, kalau dengan pihak Andika tidak ada masalah. Aku juga mengingatkan rencana untuk rapat hari ini. Jangan terlalu pelitlah dengan bayaran, kataku. Fitri senyum aja. Sebagai penanggung jawab urusan keuangan, walau aku dapat saja mengaturnya, tapi Fitri lebih aku percaya saja. Dia orangnya tegas, tapi tidak kaku banget. Teman-teman lain pasti telah menunggu, kuajak Fitri untuk menuju ruang rapat juga.

"Ntar malam, Andika dan teman-teman ngajak ke cafe di Legian. Ikut?"

"Boleh juga, tapi lihat nantilah." jawabku. Kami berjalan ke ruang rapat, sebenarnya ruang serbaguna yang sudah disekat, yang tidak jauh dari resoran.

Aku merasakan ada yang memperhatikanku. Sebelum meninggalkan ruangan restoran, aku sapu pandanganku ke dalam restoran. Hanya ada dua pasang keluarga di pojok sana dan seorang cowok dan cewek, dan kukira mereka sepasang kekasih. Entahlah, perasaanku membisikkanku kalau ada yang memperhatikan.

Di ruang rapat sudah terkumpul semua. Ada meja panjang dan layar LCD yang sudah siap untuk presentasi. Ada tiga laptop di meja, termasuk satu yang dibawa Dodi. Ada makanan kecil juga. Kalau mau ada teh hangat di pojok ruangan, di meja kecil.

"Mulai saja," kataku ke Andika, ketika sudah mengambil duduk. Aku duduk di samping Andika, dan di sampingku Fitri. Aku dan Fitri jadi seperti pasangan kekasih saja. Ada beberapa mata kurasakan menatapku, ada yang cemburu?

Ini rapat hanya sekedar memberikan informasi rencana kerja, penanggung jawab dan mengingatkan kalo ada hal yang belum beres, semacam sewa peralatan, izin dan persiapan di tujuan lokasi. Yang seru adalah pemilihan model. Rencananya akan banyak menggunakan model cowok dan hanya dua model cewek. Model cewek yang dipilih yang penampilannya sangat lokal atau berkesan lugu. Tak begitu cantik, tapi berkesan menarik. Tak susah kami memilihnya. Hari itu juga, Alika yang bertugas untuk memberitahu model terpilih.

Sedang untuk model cowok, sebenarnya bukan model benaran, cuma cowok yang menarik saja. Tim kerjanya Andika memang hebat untuk memilih dan mendapatkan calon. Ada tiga puluh oang yang ditampilkan. Rencana awal kami akan memilih lima belas sampai duapuluh orang saja. Katanya yang ditampilkan juga telah terpilih dari lima puluh orang yang mendaftar. Seru juga, pikirku, kalau banyak cowok di pantai. Proyek pemulihan pariwisata Bali ini memang diserahkan konsepnya kepada masing-masing lembaga pariwisata untuk menyusun konsep sendiri. Dan kupikir dengan menampilkan banyak cowok begini, tampil seperti acara ManHunt, menarik juga.

Kulirik Robby yang sedang melirik kearahku juga. Di layar, menampilkan model-model cowok yang mau dipilih secara bergantian. Hampir semua model dengan bertelanjang dada. Sebagin besar memang punya tubuh yang indah, bahu, dada, perut, pinggul, paha dan kaki yang ideal dan proporsional. Entahlah, aku jadi curiga dengan Arifin, sejak tadi di restoran, hpnya mengarah ke aku terus. Sekarang pun begitu. Ah, apa dia mau pamer hp n-seriesnya itu?

"Keren abis!" bisik Fitri di sampingku.

"Pilih aja salah satu, Fit," candaku."Kamu juga pegang data mereka kan?"

Fitri tersipu. Dalam hatiku juga ada yang kupilih. Tak jauh dari yang mirip Andri. Hm, Andri lagi ... Aku sudah tandain namanya: Brahmanto. Kelahiran Bandung, kuliah di Udayana jurusan Arsitek. Tubuhnya atletis dan wajahnya tak jauh dengan Andri, cuma kalau dilihat lebih Anjasmara saja. Lho kok?

Diputuskan kami menggunakan tigapuluh cowok. Aku konfirmasi soal anggaran honor, apakah masih cukup. Rupanya harga model di Bali tak semahal di Jakarta. Jadi tidak masalah dengan anggaran, masih cukup.

"Dan lagi mereka bukan profesi model," jelas Andika." Kalau model yang profesional, kontraknya sedikit sulit, karena banyak juga yang agennya di Singapura atau Australia."

Yang kami pilih memang punya tampang yang umum saja, nggak bule banget dan postur yang tak terlalu tinggi. Mereka kan hanya mau difoto sama-sama. Sebagian besar memeiliki warna kulit yang gelap. Ada empat orang yang keren banget dengan rambut gimbalnya dan kulit warna tembaga, coklat kemerahan. Kalau melihat ekspresinya, sepertinya mereka sudah biasa difoto.Tak sabar rasanya untuk mengikuti pemotretan. Rencana lusa pemotretan di Nusa Dua. Besok kami akan mengurus izinnya sekalian penyewaan peralatan water sport lokal. Kawasan perhotelan bintang lima ini memang banyak persyaratan.

Perutku terasa panas. Tak nyaman sekali. Ada yang tidak cocok dengan sayuran tadi mungkin. Atau aku memang masuk angin.

"Kenapa?" tanya Fitri melihat kegelisahanku.

"Tau nih. Mules. Masuk angin atau apa. Nggak nyaman banget," kataku.

Entahlah. Keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Aku minta izin kembali kekamar hotel lebih dulu. Perutku mules. Kukatakan ke Fitri kalau aku tak usah ikut ke Legian. Teman-teman lain menyesali ketidak ikutanku di acara malam ini. Tapi, kupikir aku perlu istirahat saja.

Keringat dingin mulai mengucur. Sedikit pusing. Kukatakan tak perlu menemaniku. Mereka bisa pergi tanpa aku. Aku berjalan menuju kamarku. Kartu kunci segera aku keluarkan dan buru-buru masuk kamar mandi. Keluar semua isi perutku. Berbusa. Aku masuk angin.

Kuhela nafas pelan dan konsentrasi di perut bawah. Aku berzikir untuk mengurangi rasa sakitku, seperti saran Elga kalau mengalami hal yang sama. Konsepnya sih, semua kan dari Allah, dan mesti dikembalikan juga kepada Allah. Ah, aku jadi ingat belum memberitahu Elga kalau aku sudah sampai di Bali. Besok ulang tahun dia. Aku belum dengar cerita dia setelah membaca novel Ayat-ayat Cinta, mungkin belum dibacanya. Kok dalam kondisi begini aku ingat dia?

Bagus, dimana dia? Bayangan itu kembali mengingatkanku. Aneh memang, ada rasa rindu untuk bertemu dengan Bagus. Tapi seringkali ada wajah Elga yang menutupinya. Kenapa ini. Kuusap perutku dengan minyak kayu putih. Ah, jadi seperti anak-anak saja, batinku. Teman-temanku pasti sudah bersenang-senang.

*** KOMENTAR YA KE le_la_ki63@yahoo.com

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story