Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pertama Kali Bag 1

by Gtsbt18


Didiet

Didiet seorang duda beranak 3. Hidupnya pas-pas-an tapi ga kenal lelah bekerja untuk kehidupan anak-anaknya yang masih sekolah. Udah pasti kehidupannya ga jauh dari kerja sepagian ampe malam. Sang Istri udah pasti ga pernah merasakan hubungan suami-istri yang sempurna dan… sering mencari ‘pemuas’ dahaga sampe akhirnya pernikahan mereka bubar... Sang istri dapet suami kaya yang bisa memuaskannya setiap saat dengan harta dan seks. Didiet akhirnya ditinggal dengan ke-3 anaknya.

Didiet ga terpengaruh, diapun tetap kerja sampai akhirnya berjaya diusianya yang ke-38. Posisi penting dalam sebuah perusahaan minyak terkenal diraihnya dan semakin sukses sehari-harinya. Yang paling hebat, Didiet tetap hidup sederhana dan menjaga serta mengajarkan norma-norma kehidupan yang sempurna bagi ke-3 anaknya dibantu oleh ibu dan ayahnya.

Suatu hari Didiet terhenyak setelah “ngocok” sebelum tidur... “Kenapa hidup gue hambar ya?”... Onani adalah teman setianya hampir setiap malam belakangan ini. “Kenapa gue ga tergugah untuk nyari bini baru, padahal yang diem-diem ataupun terang-terangan datengin gue banyak?”... Dalam keadaan telanjang di tempat tidurnya, Didiet memperhatikan dadanya yang bidang dan mulus bergemuruh naik turun, putingnya yang padat dan keras terlihat puas, perutnya yang ga gemuk ga kurus yang lagi mengkilat karena keringat dengan bercak-bercak putih kental yang berserakan. Diapun mengangkat tangannya meraba bicep padatnya dan pergelangan tangan serta melihat bulu keteknya yang tumbuh rapih, tidak terlalu lebat dan basah... Dia juga melirik ke kontolnya yang masih kenyal dan lengket, berukuran proporsional dengan badannya yang setinggi 178 dengan berat 75 tergeletak tak berdaya di pahanya yang kokoh disela-sela hutan hitam nan rindang yang tertata rapih dibawah perutnya yang menggoda... Sumpah... seorang pria yang menawan dan menggoda... ga ada abisnya!

Ary

Ary seorang pria yang tidak beruntung. Diusianya yang ke-35, udah 2 kali gagal nikah. Calon istrinya maupun ibu mertuanya selalu menuntut lebih karena calon suami atau mantunya seorang tehnisi perminyakan yang handal dan mapan. Layaknya cowo bergaya urakan, udah pasti hal-hal yang ribet paling sering dihindari. Karir yang dirintis sejak tamat sekolahpun membuat perawakan Ary bak super technician...

Pekerjaan dan aktifitasnya juga menggambarkan seorang super technician... seminggu di ibukota, 2 minggu di lepas pantai, 3 minggu dikota-kota lainnya yang menggoda, 1 minggu di negara tetangga, 1 bulan ke kantor-kantor di manca negara untuk pelatihan dan seterusnya. Tempat-tempat yang menambah pengalaman seks bebasnya dengan beragam perempuan. Perawakannya juga ga kalah beradu dengan karirnya. 175/70, padat berisi dan penuh lekukan hasil olah raga di tempat kerja yang menuntut energi, gelanggang olah raga yang membentuk jiwa dan raga sempurna dan arena kasur yang diisi dengan beragam adegan pembakaran kalori, lemak dan sebagainya.

Suatu hari Ary kebangun kaget dan perempuan yang semalam dipake abis-abisan layaknya sebagai pelampiasan birahi, dan kekesalan terhadap calon istri dan ibu mertuanya sudah lenyap. Secarik kertas ditemukan... “Kalau nanti malam mau tempur lagi, telepon saya ya... Rudalmu ga boleh dianggurin! – Santi”. Ary bete setelah membuang kertas itu... “Kenapa hidup gue hambar ya?”... Satu tangannya yang kekar meraba puting kenyal pada dadanya yang bidang. Tangan satunya yang ga kalah kekar meraba kontolnya yang legit, besar dan panjang. “Kenapa gue ga punya seorang istri yang memiliki gue secara utuh, malah gonta-ganti perempuan yang sibuk dengan badan gue doang?”...

SQ22 – 18 May 2008

“Cabin Crew slides door bars to automatic please”… Sang penerbang berkata.

“I finally have a private 19-hours on my own”, gumam Didiet yang duduk di kursi 17K.

“Welcome onboard Singapore Airlines SQ 22 to Newark… The flying hours to Newark will be 18 hours and 14 minutes and we expect to arrive at …”… sang pramugari sedang mengumumkan perhelatan 19 jam, sementara Ary yang duduk di kursi 38A bergumam, “Gila… 19 jam bengong dan nahan horny…”.

Setelah penerbangan dimulai, keduanya hanyut dalam kesibukan masing-masing tapi setelah 12 jam diudara, rasa bosan mulai mengusik. Didiet terbangun dan berjalan ke belakang mencari snack ringan. Sambil menungging memandang keluar jendela dan mengunyah makanan ringan, Ary pun ga lama masuk ke area snack bar dan menabrak Didiet tepat dibagian pantatnya. Keduanya kaget dan serempak berkata:

Ary: “eh… maap, hmmm I mean sorry”.

Didiet: “oh… maap, hmmm I mean sorry”.

Ary & Didiet: “loh, orang Indonesia?” dan merekapun tertawa bersama antara kaget, malu dan antusias.

Terjadilah percakapan seru bagaikan sahabat lama. Dari pekerjaan, hobi, topik umum sampai kehidupan keluarga yang akhirnya terjadi keheningan setelah sama-sama membahas pernikahan.

Ary: “Eh, maap ya tadi ditabrak, lagian ngapain nungging-nungging gitu dibalik gorden?”.

Didiet: “Ya elo yang grasak-grusuk masuk sini, sadar dulu baru jalan”.

Ary: “Maklum, kebiasaan grasak-grusuk, dah 15 jam diem”.

Didiet: “Pantesan…”.

Pier 17

Didiet: “Meeting yang ga bermutu yang pernah gue alamin selama ini. Ga jauh dari negosiasi, tawar-menawar dan ga bisa decide. Mendingan gue jalan bareng loe daritadi yang pastinya lebih seru. Ngapain kita nih sekarang?”

Ary: “Gue laper. Makan yuk?”

Didiet: “Yuk…”

Kalau komunikasi mereka didengar, sepintas, gaya komunikasi mereka cenderung sebagai pasangan. Mungkin karena mereka sama-sama dewasa, di negeri asing, senasib ato sepenanggungan. Disela-sela makan dan ngobrol panjang lebar, tiba-tiba Ary berkata: “Gue rasa aktifitas –itu- yang belum pernah kita masing-masing alamin”, sambil melihat pasangan lesbian yang bermesraan. Didiet nganggepin: “Maksud loe bertiga dengan mereka gitu?”…

Ary melihat Didiet dengan penuh heran sekaligus terkesima. “Emang loe belon pernah nyoba bertiga gitu?”, dan dijawab dengan gelengan polos Didiet. ‘Yeee... ketinggalan jaman!’. Seperti biasa, pembahasan berlanjut dengan kalimat-kalimat yang mengundang kontol mereka berdua bergeliat. Tanpa disadari, masing-masing sering membetulkan posisi duduk maupun posisi daging tumbuh diselangkangan.

Ary: “Loe ngaceng ya?”

Didiet: “Loe juga yang bikin. Sama kan? Dari tadi topiknya ga jauh dari selangkangan!” Ary : ‘Sama-sama horny gini mau digimanain lagi? Salah sendiri ditanggepin’.

Didiet: ‘Kayaknya gue butuh nih... ga tahan…’

Ary: ‘Mo dimana dan ama sapa?”

Didiet: ‘Tugas loe nyari buat gue… dimana, ya dikamar gue ato loe sama aja! Cariin yang Asia. Gue ga mau ama Bule, takut kalah – hahahaha’.

Ary: ‘Asia disini mahal lagi. Kalo duit ga masalah buat loe, ya gue cariin, tapi kalo masalah, mendingan cari yang lain’.

Didiet: ‘Selain Asia mendingan apa? Asal ga blonde dan putih bule. Ga napsu gue’.

Ary: ‘Gue sih Asia udah pastinya…’, sambil terbelak kok nekat, baru sadar belakangan dan takut diterima lain oleh Didiet.

Didiet hanya bengong menatap Ary. Otak berpikirnya berkata bahwa Ary gila ngomong nyablak tapi kok menarik. Sementara hati kecilnya berkata kalo mungkin maksud Ary mengenai aktifitas lesbian itu maksudnya aktifitas seks sejenis yang mereka belum pernah alamin.

Ary terdiam sementara Didiet mencoba bersuara: “Jadi maksud loe tadi…, hmmm, maksud loe tadi ngewe ama cowo juga gitu?”. Ary hanya tersenyum kecut ga karuan. Didiet berlanjut mengatakan bahwa dia ga sadar sampe penawaran Ary terakhir dan sekarang terbesit bahwa hal itu yang belum pernah dicoba – dipikirinnya aja ga pernah selama ini. Akhirnya pembicaraan mereka lebih serius berandai-andai rasa apa yang akan teralami.

Didiet: ‘Gue ngaceng ngomongin ini. Loe gimana?”

Ary: ‘Sama’

Didiet: ‘Hmmm… mau nyoba?”

Ary: ‘Loe?’

Didiet: ‘Gue kan nanyain loe!’

Ary: ‘Ga ada salahnya gue nanya balik kan? Tapi kalo loe mo nyoba… loe diposisi apa? Cewe ato Cowo?’

Didiet: ‘Dua-duanya. Nyobain kan harus tuntas’

Ary: ‘Anjing loe… gue ga kepikiran jadi cewe loh!’

Didiet: ‘Gue kan nyoba ama cowo. Siapa yang bilang loe cewe?’

Ary: ‘Maksud gue...’

Didiet: ‘Ga usah nge-les Ry. Nyobain dua-duanya ga salah. Udah terlanjur atau ga sama sekali’

Ary: ‘Ga mau nyoba ama yang lain dulu’

Didiet: ‘Mendingan gue diperawanin loe daripada orang lain. Dan mendingan gue perawanin loe duluan daripada orang lain. Ga rela gue, udah buka-bukaan goblok gini terus ngasih tau orang ketiga. Bisa ancur status gue yang ada. Lagian kalo emang ga suka, ya… malunya ama loe doang’.

Ary: ‘Kalo suka?’

Didiet: ‘Selama loe juga suka, ya… lanjutin aja kali?’

Ary: ‘Kalo ga suka?’

Didiet: ‘Belon dicoba kan?’

Ary: ‘Tempat loe ato tempat gue?’

Didiet: ‘Jauhan mana dari sini ya? Se-enggak-enggak-nya masih bisa dipikirin sebelum kita nyampe kamar’

Ary: ‘Shit... loe serius ?’

Didiet: ‘Gue ga bisa nelen ludah gue sendiri nih. Pamali. Kalo sampe loe ga serius, selesai makan kita bubar aja, anggap ga pernah ketemu. Bukannya apa, biar aman dan tentram aja hidup loe dan hidup gue’.

Ary: ‘Tapi loe ga boleh nyari orang lain buat nyoba’

Didiet: ‘Sialan loe, udah bikin gue ngaceng masih ngelarang pula! Kalo ampe nyoba terus sama-sama suka, yang ada loe yang posesif lagi – hahaha’.

Ary: ‘Loe bikin gue pusing sekarang. Kayaknya mulut gue terlalu ngerocos nih’.

Didiet: ‘Bisa di konfirmasikan setelah percobaan terjadi apa bener mulut loe ngerocos apa ga’

Ary: ‘Terus gue konfirmasi apa ?’

Didiet: ‘Suka atau ga suka... Bener kan ?’

Millenium Hilton

Sepanjang perjalanan ke kamar Didiet, Ary mulai keringet dingin. Biasanya si jago ngewe ini ga pernah was-was dengan pasangan yang akan dibawa ketempat tidur. Tapi saat ini Ary hanya terdiam, otaknya mumet mikirin untuk membatalkan, tapi hasrat kejantanannya gengsi untuk mundur malah cenderung penasaran. Didiet lebih tenang walaupun sama-sama berpikir panjang. Dalam perjalanan mereka lebih banyak diam tapi sesekali jalannya oleng pundak mereka bertabrakan dengan tidak sengaja. Disela-sela pikiran mencekam, masih juga saling menilai badan calon lawan petualangan seks terbaru dalam hidup mereka.

Sesampainya di hotel masing-masing mengambil posisi. Didiet duduk di tempat tidur memandang ke TV Plasma 42”, Ary duduk di kursi kerja sebelah tempat tidur. Ary melihat postur Didiet dan mencoba melihat keseksiannya. Sementara Didiet berusaha melihat siluet Ary dari bidang-bidang berkaca di kamar itu. Akhirnya Didiet berdiri dan menghampiri Ary dan menyudutkan posisi Ary dengan mencondongkan posisi berdirinya ampe Ary terpojok ga bisa bergerak.

“Ry, kalo kita pikirin terus, ga bakalan ada hasilnya. Mendingan kita putuskan. Lanjut ato ga?”

Sambil gemeteran, Ary maju dan mencium bibir Didiet.

Bersambung…

Antara harapan, khayalan belaka dan kenyataan. Komentar, sanggahan dan cacian, silakan drop email ke gtsbt18@yahoo.com. Terima kasih.

###

8 Gay Erotic Stories from Gtsbt18

Memulai Suatu Hal Yang Baru

Lanjutan cerita tentang kehidupan 3 pria dewasa…Malam itu hujan deras dan Iman tidur dengan nyenyak. Tak di duga, Iman bermimpi buruk, keadaan alam yang menimpa kota tempat tinggalnya, badai salju, angin badai, dan semua serba gelap. Tiba-tiba Iman kaget bangun dan bergegas ke kamar mandi karena kebelet kencing. Iman mengambil kesempatan melakukan terapi yang diberitahukan oleh bapak pijat

Pelampiasan Semata

Adri, lajang – 26/170/65, pegawai sebuah toko komputer bagian penyimpanan barang. Bewok, menikah – 34/177/78, pegawai perusahaan ekspedisi, pengantar peralatan komputer. Sehari-hari Adri membanting tulang untuk ibu dan adik2nya. Tuntutan kehidupan yang membuat Adri tetap lajang. Udah pasti sebagai lajang, kehidupan seksnya tidak normal. Toilet pertokoan tempatnya bekerja adalah teman

Pertama Kali Bag 1

Didiet Didiet seorang duda beranak 3. Hidupnya pas-pas-an tapi ga kenal lelah bekerja untuk kehidupan anak-anaknya yang masih sekolah. Udah pasti kehidupannya ga jauh dari kerja sepagian ampe malam. Sang Istri udah pasti ga pernah merasakan hubungan suami-istri yang sempurna dan… sering mencari ‘pemuas’ dahaga sampe akhirnya pernikahan mereka bubar... Sang istri dapet suami kaya yang bisa

Pertama Kali Bag 2

“Ry, kalo kita pikirin terus, ga bakalan ada hasilnya. Mendingan kita putuskan. Lanjut ato ga?” Sambil gemeteran, Ary maju dan mencium bibir Didiet. Didiet gemeteran merasakan bibir Ary yang perlahan mulai melumat bibirnya dan sesekali mengulumnya. Kaki Didiet lemas dan pelan-pelan bersujud didepan Ary tanpa melepaskan ciuman maut yang sudah lama tidak dirasakannya. Tangan Ary mulai

Pertama Kali Bag 3

Pertama Kali Bag. 3 Mereka pun berpindah ke bath tub yang airnya mulai penuh. Didiet memasang sistim whirl pada bathtub sambil menuntun Ary yang lemas. Pelukan Didiet ga pernah lepas sampai keduanya sedikit tertidur sambil berendam di air hangat. Selama berendam, Didiet memeluk Ary dengan mesra tapi tangan satunya sedang mengelus cincin lobang seksnya sendiri menyiapkan lobang yang cukup

Pertama Kali Bag 4

Didiet: ‘After what we did? Ntar lagi ya? hehehe’.Ary menghampiri Didiet dan memeluknya. Pelukan yang berbeda. Sekilas terlihat keterikatan yang mereka alami sore ini dan ada desiran yang berbeda setelah percobaan yang mereka lakukan. Keduanya tertidur dalam keadaan telanjang, berpelukan.Didiet menggeliat dan serta merta Ary kaget terbangun.Ary: ‘Kenapa Diet?’.Didiet: ‘Hmmmm…’.

Pertama Kali Bag 5

Didiet: ‘Jadi, besok gue ganti flight gue dulu nyamain ama loe lagi.’Ary : ‘Extend yuk Diet’Keesokan paginya Didiet terbangun dalam keadaan masih telanjang dan ditutupi selimut. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh di kontolnya. Ditariknya selimutnya dan terlihat secarik kertas yang tercoblos kontolnya. Di kertas itu tertulis : ‘Gue mau ini lagi ntar malem. Gue cabut duluan ya. I felt

Suatu Hal Yang Baru

Cerita ini merupakan cerita fiksi serial.Firman ArioSeorang pria sederhana dengan hidup yang monoton, dikelilingi seorang istri dan 3 anaknya. Berangkat setiap pagi ke gym terus ke kantor dan pulang kembali setelah jam 7 malam. Begitu setiap harinya. Sehari-hari tampil segar, walaupun kadang terlihat stress dalam waktu-waktu tertentu. Iman, biasa dipanggilnya, sedang mengalami

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story