Gay Erotic Stories

Kejadian ini terjadi waktu masih kuliah dulu di Amerika. Seperti biasa, pelajar Amerika paling suka untuk menghabiskan waktu untuk berolah raga apabila tidak ada kelas. Ada yang mengambil kelas kasti, rugby, sepak bola, renang, dsb.

Aku sendiri paling suka dengan olah raga renang. Bisa dibilang hampir setiap hari aku renang sehabis kelas. Iseng iseng untuk habisin waktu daripada enggak ada kerjaan dan enggak tahu juga mau ngapain.

Sehabis bilas aku kembali ke ruang loker dan ganti dengan berbalutkan handuk di pinggang. Mungkin karena belum terbiasa dengan adat disana dimana hampir semua orang telanjang berkeliaran di ruang ganti. (mana pelajar Asia lainnya sudah punya kebiasaan telanjang juga lagi di negara mereka) Sebagai gay ‘baru’, pandangan seperti ini jelas suatu tantangan untuk enggak ngaceng di depan banyak teman. Untungnya selalu diselamatkan dengan handuk.

Suatu hari aku renang agak telat karena sebelumnya harus menyelesaikan tugas di perpustakaan. “Mumpung lagi sepi, telanjang ah,” kataku dalam hati sambil berjalan dengan ruang loker. Sapa yang nyangka kalau saya lupa ada penjaga kolam renang waktu malam? Dia melihat ke arah kontolku yang masih tertidur seakan seperti ingin memainkannya.

“Belum pulang?” Tanyanya sambil sesekali mencuri pandang.

“Belum. Paling sebentar lagi.” Sambil mengenakan celana dalam dengan cepat. (karena malu belum pernah ketangkep basah telanjang di depan umum.)

Keesokan harinya aku mengulangi hal yang sama. Kupikir aku ingin mencoba menggoda sang penjaga malam. Dengan pandangan mata seperti itu sudah pasti ia berminat dengan asetku ini. Mengenai sang penjaga: namanya Anthony, orang Amrik, putih, tinggi kurang lebih 180cm, badan lumayan agak ‘jadi’.

“Kok hari ini gak ada ya?” Kataku dalam hati pas lagi duduk di ruang ganti dalam keadaan telanjang sambil merelekskan tangan dan badan.

“Pegel ya?” Ternyata suara itu adalah Anthony.

“Ya nih, padahal baru renang,” jawabku. “Ke ruang pijit di sebelah saja. Aku pijitin deh” Seperti kemarin, dia menjawab sambil mencuri pandangan lagi.

Akhirnya aku telentang di matras di ruang pijit. Anthony mulai melumuri lotion ke punggung belakangku. Tak lama ia turun ke bagian pinggang dan pantat lalu kaki, dan kembali lagi ke pantat.

“Balik badan deh. Yang belakang sudah selesai.” “Hmm, perlu depan ya?” Kataku sambil pura pura malu. “”Iya, kalau enggak nanti kurang seimbang.”

Akhirnya aku mebalikan badan. Untungnya kontolku masih bisa diajak bekerja sama dengan tidak ngaceng full. Aku perhatikan ia terus melihat kontolku yang masih setengah ngaceng itu sambil memijit bagian leher.

“Sepertinya kamu lihatin dick aku terus dari dari.” Kuberanikan diri memberitahunya,

“Habisnya beda banget sih. Enggak pernah aku lihat kontol yang belum disunat seumur – umur. Disini saja tiap hari lihatnya yang sudah disunat semua….menarik banget

Memang di Amrik kebanyakan orang sudah disunat sewaktu bayi. Beberapa pasangan One Night Stand-ku aja semua sudah disunat kecuiali yang dari Asia atau Eropa. “Suka ya? Mau coba?” Tantangku. Ia langsung mencium kontolku yang masih agak lemas dan menghisapnya. Pelan pelan aku ngaceng di dalam mulutnya. “Hmm, enak banget” Jelasnya sambil memainkan lidahnya di kulupku yang agak panjang.

“Oh….enak enggak? Suka?” Tanyaku.

“Yeah, ini yang paling enak. Hmmphh…”

Aku kemudian duduk. Ia terus melahap kontolku sambil memainkannya. Ia memundurkan kulitku lalu menghisap kepalanya sambil mengocok kulitku di batang penis. Seperti ada aliran listrik yang mengaliri tubuhku. “Arrh…cepetan….pleasse…..arrgghh….aku mau keluar.”

Ia mempercepat kocokannya, dan keluarlah cairan putih yang sudah 1 minggu tidak kukeluarkan. Ia menelan semua pejuhku sampai habis. Kontolku dibiarkan lemas di dalam mulutnya. “Hmmph, enak banget kontolmu. Enggak pernah aku rasain yang kayak gini.”

“Sudah enggak perawan-kulup lagi dong sekarang? Aku juga mau coba kamu punya.”

“Sorry, aku sudah cum dari tadi. Kontolmu terlalu nafsuin buat aku sih.” “Masa? Aku mau lihat kontolmu deh.”

Ia lalu menurunkan celananya. Kontolnya yang sudah disunat itu basah berlumuran peju sedikit kental di kepala dan badannya. “Well, you owe me one, Anthony!” (kamu masih berhutang satu sama aku)

“Ada kamu disini setiap hari, kapanpun dilayani deh” Katanya.

Kami terus mengulangi kejadian ini terus. Kadang di kampus, rumah dia atau aku, dsb. Sewaktu kepikiran tentang ini, aku jadi berpikir bagaimana kabar dia sekarang ya di Amrik?