Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Memulai Suatu Hal Yang Baru

by Gtsbt18


Lanjutan cerita tentang kehidupan 3 pria dewasa…

Malam itu hujan deras dan Iman tidur dengan nyenyak. Tak di duga, Iman bermimpi buruk, keadaan alam yang menimpa kota tempat tinggalnya, badai salju, angin badai, dan semua serba gelap. Tiba-tiba Iman kaget bangun dan bergegas ke kamar mandi karena kebelet kencing. Iman mengambil kesempatan melakukan terapi yang diberitahukan oleh bapak pijat waktu itu. Sambil melatih, Iman mendengar suara gaduh di balik tembok kamar mandi.

Iman berusaha mendengar kegaduhan di kamar sebelah, kamar Pak Karjo. Tetapi kegaduhannya berupa suatu aktivitas yang konstan sehingga membuat Iman penasaran. Pelan-pelan ia keluar dari kamar mandi, berjalan perlahan menuju kamar Pak Karjo. Iman melihat pintu kamar sedikit terbuka dengan sinar lampu dari dalam kamar. Kalau Iman mengintip, mungkin saja terlihat. Sebentar Iman berpikir dan dengan sigap mendorong pintu kamar Pak Karjo. Waktu menunjukan pukul 3 pagi dengan suara gemuruh hujan di luar. Sewaktu Iman melihat ke dalam kamar Pak Karjo, matanya terbelak kaget seperti melihat hantu.

Pak Karjo sedang dalam posisi terlentang dan kakinya diangkat keatas mengangkang. Pergelangan kakinya dipegang kencang oleh Ardi, sementara Ardi dalam posisi bersujud menghadap Pak Karjo. Tangan Pak Karjo sedang menahan dada Ardi yang padat berisi sambil melakukan gerakan memutar dan memilin. Iman melihat punggung Ardi yang luas, kekar, kokoh dan mengkilat karena keringat. Pinggulnya sedang maju mundur menyebabkan tempat tidur Pak Karjo bergerak mengeluarkan suara konstan yang didengarkan oleh Iman dari kamar mandi sebelah.

Mata Iman terbelak, Pak Karjo kaget melihat Iman di depan pintu, Ardi loncat dari tempat tidur. Ketiganya tidak mengeluarkan kata apapun kecuali saling melihat dan menunggu. Ardi bergegas mengambil celana dalamnya di lantai. Pak Karjo dengan cepat menutup daerah selangkangannya dengan bantal. Iman berusaha santai sambil perlahan keluar dari kamar Pak Karjo.

Sampai dikamar, Iman hanya bengong. Sepintas terdengar suara pintu samping apartemen tertutup perlahan dan beberapa saat kemudian terdengar bunyi panggilan lift. Iman berpikir bahwa Pak Karjo dan Ardi pasti dengan sigap keluar apartemen. Iman pun segera keluar kamar dan begitu pintu terbuka, Pak Karjo berdiri di depan pintu kamar Iman dengan wajah pasrah bagaikan seorang terpidana.

‘Maap Pak’… Belum selesai Pak Karjo mengatakan kalimatnya, Iman sudah memotong, ‘Sejak kapan kalian begituan Pak Karjo?’.

Ardi dan Pak Karjo ternyata sudah menjalin cinta, dimulai dengan iseng-iseng sering ngocok bareng. Malam itu, hujan pertama setelah musim kemarau membuat birahi mereka berdua memuncak. Sudah 2 jam mereka berhubungan seks setelah Ardi tertidur. Sudah beberapa kali Pak Karjo dan Ardi bertukar posisi melakukan penetrasi terhadap lobang kenikmatan mereka berdua dengan kontol-kontol yang penuh nafsu. Ardi menghisap kontol Pak Karjo, dan sebaliknya dalam posisi 69. Semua gaya dilakukan bak kamasutra selama 2 jam terakhir, berdiri, duduk, terlentang, tengkurap, jongkok, bersujud, menyamping, berhadapan, bertolak belakang dan lainnya. Aroma kamar Pak Karjo bercampur baur dengan aroma keras keringat dua lelaki perkasa dan dua jenis cairan kenikmatan yang dihasilkan pria pada umumnya. Ardi memiliki bau badan pria yang keras namun segar sementara Pak Karjo memiliki bau badan wangi jamu.

‘Apa enaknya Pak Karjo?’.

Pak Karjo bercerita bahwa Ia memiliki naluri yang tinggi untuk berhubungan seks, tapi istrinya jauh di kampung. Main perempuan tidaklah pilihannya, selain harus mengeluarkan uang, atau bisa menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sama dengan Pak Karjo, Ardi seorang duda yang memerlukan pelampiasan seks. Berawal dari kegemaran mereka mengocok kontol yang selalu tegang, terjadilah permainan seks yang berujung pada suatu hubungan khusus.

Kepada Iman, Pak Karjo menceritakan inti kenikmatan yang dirasakan bersama Ardi. Diawali dengan meraba bagian tubuh masing-masing, merasakan alat vital masing-masing, sampai pada saat mereka mencoba berciuman. Kemudian diceritakan bagaimana rasanya kontol Pak Karjo dihisap dengan penuh perasaan oleh Ardi, dijilat dan dikulum sampai Pak Karjo muncrat didalam mulut Ardi. Belum lagi pada saat puting susunya dijilat dan digigit oleh Ardi. Diceritakannya juga bagaimana lobang kenikmatannya dihunus batang kemaluan Ardi yang panjang, besar dan keras dan sampai pada titik orgasme yang dahsyat pada saat merasakan setiap sodokan-sodokan Ardi. Selanjutnya Pak Karjo juga bercerita kembali bagaimana sebaliknya kenikmatan yang dirasakannya.

Iman mendengarkan dengan seksama, dan tanpa disadari kontolnya ngaceng dan terjiplak di balik celana pendeknya. ‘Sampean ngaceng?’. Iman terhenyak dan malu. ‘Sampean mau coba rasanya?.

Perlahan Pak Karjo, yang duduk dibawah disamping kursi Iman, mulai meraba kaki majikannya dengan perlahan. Kedua tangannya meraba betis, dengkul, paha dan terus didorong ke bagian dalam paha Iman. ‘Hhhhsss….’, Iman selonjoran, kakinya perlahan dibuka lebar dan membiarkan tangan Pak Karjo mulai meraba kaki kanannya.

Perlahan Pak Karjo berdiri dan berjongkok di depan Iman. Tidak berapa lama, rabaan Pak Karjo mulai diteruskan ke gundukan di selangkangan Iman yang sudah mengeras. Terlihat tetesan cairan di luar celana Iman semakin melebar. Ocehan Iman mulai tidak beraturan, memanggil nama Pak Karjo, berbisik menyatakan kenikmatan yang dirasakan dan sesekali memaksa Pak Karjo untuk kembali ke bagian sebelumnya. Jantung Iman semakin berdebar pada saat Pak Karjo menurunkan celana Iman dan dengan sigap memasukan kontol Iman ke dalam mulutnya. Bersamaan dengan menghisap kontol Iman, Pak Karjo menggerakan kedua tangannya ke arah noda hitam di dada Iman. Sebuah dada yang bidang, padat, kokoh dan busung. Dilekukan antara dada dan perut atasnya terdapat dua noda coklat yang menarik dan dihiasi dengan sebuah bintik yang mengeras. Setiap bintik itu diusap jari Pak Karjo, Iman merasakan desiran yang mengundang birahi, sekujur badannya mengejang.

Pada saat kontol Iman dihisap Pak Karjo, secara naluri Iman juga mendorong pantatnya keatas untuk memaksakan hisapan yang lebih dalam. Mulut Pak Karjo terus menerus menabrak perut bawah Iman yang ditumbuhi dengan bulu-bulu hitam yang seksi. Panjang, ikal dengan pola pertumbuhan yang seksi. Mulut Pak Karjo mulai terasa ngilu, Pak Karjo segera berdiri, membuka baju dan celananya dan mengatur posisi duduk membelakangi Iman. Iman hanya terdiam, bingung, penasaran. Perlahan diarahkannya kontol Iman yang tegang ke lobang Pak Karjo. Hanya dalam itungan detik, kontol Iman ambles di lobang sempit yang hangat dan licin, sisa peninggalan air mani Ardi. Nafsu Iman semakin membara, dari belakang Pak Karjo, tangan kanan Iman mencari kontol Pak Karjo yang tegang sedangkan tangan kirinya berusaha mengusap dada kiri Pak Karjo. Beberapa saat terdengar desahan ringan, suara hasil tabrakan daging dua pria yang bergerak nafsu. Hanya dalam hitungan menit, ‘Aaaaaaah… Iman mengeluarkan lahar panas ke dalam lobang pantat Pak Karjo, dan Pak Karjopun muncrat untuk kesekian kalinya malam itu. Iman tergeletak lemas tak berdaya dengan wajah penuh nafsu dan secerca senyuman yang sudah lama tidak pernah menghiasi wajahnya yang tampan.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Iman bergegas ke kamar mandi. Di dalam hatinya, Ia merasakan sesuatu yang salah, namun tidak ada sedikitpun penyesalan, melainkan sebuah perasaan yang baru dialaminya dan keinginan untuk mengulangi dengan cara yang berbeda. Pak Karjo segera mengikuti Iman ke kamar mandi, tetapi pintu terlanjur tertutup dan terkunci. Iman tidak menghiraukan ketukan Pak Karjo.

‘Selamat pagi Pak’, sapa Pak Karjo dengan suara terbata-bata.

‘Pagi Pak Karjo’, nada Iman seperti biasa dan tidak menghiraukan keberadaan Pak Karjo yang serba salah di ruang makan. Pak Karjo segera menuangkan teh kegemaran Iman sambil menanyakan jam keberangkatan ke kantor pagi ini karena Pak Karjo heran melihat Iman masih santai dengan pakaian tidurnya. Iman tidak ingin pergi ke kantor hari ini. Rupanya Iman memiliki suatu rencana yang telah dipikirkan semalaman. Pak Karjo salah tingkah. Antara ikut duduk di meja makan, beranjak kembali ke dapur atau mulai melakukan aksi bersih-bersih apartemen. Akhirnya Pak Karjo mengambil sapu dan berjalan menuju balkon apartemen.

‘Pak Karjo’, Iman memanggil dengan tegas. ‘Aku mau lagi… yang semalem... tapi kali ini dengan Ardi’. Pak Karjo terhenyak, tiba-tiba kepalanya pening, keringat dingin, tangan dan kaki gemetaran dan menjatuhkan sapu yang dipegang. Perasaan Pak Karjo berantakan. Di satu sisi, perasaannya lega kalau Iman bisa menerima kejadian semalam, di lain sisi Pak Karjo merasakan perasaan yang sudah lama hilang, cemburu.

‘Pak, sama saya saja. Jangan sama Ardi’.

‘Kenapa?’, nada Iman semakin tinggi seakan kecewa menerima suatu penolakan. Tidak biasanya Iman bersifat demikian. Pak Karjo merasa bahwa Iman mengalami perubahan yang tidak normal.

‘Pokoknya aku mau sama Ardi, dan kalau tidak boleh berarti hari ini juga Pak Karjo boleh angkat kaki dari sini dan aku akan melaporkan Ardi ke manajemen apartemen’. Pak Karjo terpaku, terdiam menunduk. Belasan tahun bersama Iman dan pagi itu mendengarkan kalimat pengusiran dari majikannya yang selama ini selalu baik dan memperhatikan kehidupannya.

‘Pak….’, Pak Karjo memanggil Iman dengan suara lirih.

‘Pak Karjo pilih sekarang, panggil Ardi atau pergi dari sini. Sekarang Pak Karjo!’.

Perlahan Pak Karjo berjalan ke kamarnya dan menutup pintu. Sekitar setengah jam kemudian Pak Karjo keluar membawa kardus, buntelan pakaian dan sebuah tas jinjing. Wajahnya ga karuan, sembab, takut dan panik. Keringat bercucuran, pucat dan gemeteran.

‘Pak Iman… terima kasih buat semuanya Pak. Saya pamit dulu’.

Iman kaget bahwa ternyata Pak Karjo memilih untuk pergi dari kehidupannya. Iman mengharapkan permainan seks dengan Ardi untuk menyelesaikan perasaannya yang kalut. Iman tidak ingin Pak Karjo meninggalkannya setelah perceraian yang dihadapi dan Pak Karjo-lah satu-satunya orang yang setia membangkitkan semangat hidup. Bagi Iman, Pak Karjo bukan hanya asisten pribadi, tapi seseorang yang sudah tau isi hati dan perilakunya luar dalam. Dan kejadian semalam merupakan puncak perasaan Iman terhadap Pak Karjo yang sudah membuat segalanya demi Iman.

Iman cemburu bila Ardi-lah seseorang yang akhirnya memiliki Pak Karjo. Iman cemburu kalau perhatian Pak Karjo akan terbagi dengan Ardi. Iman cemburu kenapa hubungannya dengan Pak Karjo tidak bisa diteruskan seperti hubungan Pak Karjo dengan Ardi. Iman cemburu kalau seorang Ardi yang baru dikenal beberapa bulan bisa langsung mendapatkan hati dan badan Pak Karjo. Keinginan melakukan hubungan seks dengan Ardi hanya merupakan keingin tahuan Iman terhadap keperkasaan Ardi di tempat tidur, bagaimana Ardi menjalin hubungan dengan Pak Karjo. Namun, semalaman Iman berpikir bahwa percintaan Pak Karjo dan Ardi terjadi secara natural, sementara belasan tahun hidup bersama, Iman dan Pak Karjo tidak menghasilkan hubungan cinta.

‘Pak Karjo… aku ga pengen Pak Karjo pergi sebenernya’.

Iman terdiam cukup lama. Pak Karjopun tidak bergerak dari depan pintu kamarnya. Bingung.

‘Sebenarnya aku cemburu sama Ardi. Aku mau ngeseks ama Ardi hanya supaya impas. Pak Karjo dan Ardi boleh lanjutin hubungan kalian, tapi saya juga harus merasakan gimana permainan Ardi di ranjang. Gimana rasanya Ardi main seks ama Pak Karjo. Jadi kalau besok-besok aku denger kalian main, aku bisa berimajinasi. Kenapa aku berpikir begitu, supaya menjadi suatu kebebasan untuk Pak Karjo dan Ardi. Dan kalaupun aku pergokin, itu udah merupakan hal yang biasa dan aku juga ga keberatan kalau Ardi tinggal disini bareng kita. Jadi sebenarnya bukan pilihan Pak. Tapi permintaan sekaligus membereskan masalah. Pak Karjo ga perlu cari kerjaan baru yang belum tentu cocok atau Pak Karjo ga perlu balik kampung dan berserah dengan hasil jualan di toko bersama istri. Lumayan kan Pak, masih ada tambahan dan anak-anak bisa terus sekolah sampai selesai. Jadi kalau Pak Karjo pensiun nanti, anak-anak udah bisa membiayai hidup bapak dan ibunya’.

Penjelasan yang bernuansa gengsi dari seorang Iman untuk menyatakan yang sebenarnya. Penjelasan politis supaya perasaan yang sebenarnya tidak terbongkar. Cara Iman memperlakukan bawahannya sehingga dia bisa di hormati oleh pegawai kantor dan rumahnya. Iman memang seorang negosiator sejati ditutupi dengan sikapnya yang bersahaja.

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

8 Gay Erotic Stories from Gtsbt18

Memulai Suatu Hal Yang Baru

Lanjutan cerita tentang kehidupan 3 pria dewasa…Malam itu hujan deras dan Iman tidur dengan nyenyak. Tak di duga, Iman bermimpi buruk, keadaan alam yang menimpa kota tempat tinggalnya, badai salju, angin badai, dan semua serba gelap. Tiba-tiba Iman kaget bangun dan bergegas ke kamar mandi karena kebelet kencing. Iman mengambil kesempatan melakukan terapi yang diberitahukan oleh bapak pijat

Pelampiasan Semata

Adri, lajang – 26/170/65, pegawai sebuah toko komputer bagian penyimpanan barang. Bewok, menikah – 34/177/78, pegawai perusahaan ekspedisi, pengantar peralatan komputer. Sehari-hari Adri membanting tulang untuk ibu dan adik2nya. Tuntutan kehidupan yang membuat Adri tetap lajang. Udah pasti sebagai lajang, kehidupan seksnya tidak normal. Toilet pertokoan tempatnya bekerja adalah teman

Pertama Kali Bag 1

Didiet Didiet seorang duda beranak 3. Hidupnya pas-pas-an tapi ga kenal lelah bekerja untuk kehidupan anak-anaknya yang masih sekolah. Udah pasti kehidupannya ga jauh dari kerja sepagian ampe malam. Sang Istri udah pasti ga pernah merasakan hubungan suami-istri yang sempurna dan… sering mencari ‘pemuas’ dahaga sampe akhirnya pernikahan mereka bubar... Sang istri dapet suami kaya yang bisa

Pertama Kali Bag 2

“Ry, kalo kita pikirin terus, ga bakalan ada hasilnya. Mendingan kita putuskan. Lanjut ato ga?” Sambil gemeteran, Ary maju dan mencium bibir Didiet. Didiet gemeteran merasakan bibir Ary yang perlahan mulai melumat bibirnya dan sesekali mengulumnya. Kaki Didiet lemas dan pelan-pelan bersujud didepan Ary tanpa melepaskan ciuman maut yang sudah lama tidak dirasakannya. Tangan Ary mulai

Pertama Kali Bag 3

Pertama Kali Bag. 3 Mereka pun berpindah ke bath tub yang airnya mulai penuh. Didiet memasang sistim whirl pada bathtub sambil menuntun Ary yang lemas. Pelukan Didiet ga pernah lepas sampai keduanya sedikit tertidur sambil berendam di air hangat. Selama berendam, Didiet memeluk Ary dengan mesra tapi tangan satunya sedang mengelus cincin lobang seksnya sendiri menyiapkan lobang yang cukup

Pertama Kali Bag 4

Didiet: ‘After what we did? Ntar lagi ya? hehehe’.Ary menghampiri Didiet dan memeluknya. Pelukan yang berbeda. Sekilas terlihat keterikatan yang mereka alami sore ini dan ada desiran yang berbeda setelah percobaan yang mereka lakukan. Keduanya tertidur dalam keadaan telanjang, berpelukan.Didiet menggeliat dan serta merta Ary kaget terbangun.Ary: ‘Kenapa Diet?’.Didiet: ‘Hmmmm…’.

Pertama Kali Bag 5

Didiet: ‘Jadi, besok gue ganti flight gue dulu nyamain ama loe lagi.’Ary : ‘Extend yuk Diet’Keesokan paginya Didiet terbangun dalam keadaan masih telanjang dan ditutupi selimut. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh di kontolnya. Ditariknya selimutnya dan terlihat secarik kertas yang tercoblos kontolnya. Di kertas itu tertulis : ‘Gue mau ini lagi ntar malem. Gue cabut duluan ya. I felt

Suatu Hal Yang Baru

Cerita ini merupakan cerita fiksi serial.Firman ArioSeorang pria sederhana dengan hidup yang monoton, dikelilingi seorang istri dan 3 anaknya. Berangkat setiap pagi ke gym terus ke kantor dan pulang kembali setelah jam 7 malam. Begitu setiap harinya. Sehari-hari tampil segar, walaupun kadang terlihat stress dalam waktu-waktu tertentu. Iman, biasa dipanggilnya, sedang mengalami

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story