Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Manager Financial Dan Aku

by Medanpunya


Lebaran baru saja kita lewati. Aku jadi ingat sebuah cerita yang tersimpan di kepalaku semasa lebaran beberapa tahun yang dulu. Kurang lebih tiga tahun yang lalu semasa aku kerja.

Bila lebaran tiba, ada peraturan di tempat kerjaku dulu, satu orang Supervisor beragama non muslim bertugas sebagai piket harian di siang hari untuk menghandle tamu ataupun hal-hal lain yang sifatnya tidak selalu pasti ada. Tetapi suatu tugas yang utama adalah memeriksa lokasi produksi aman dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebenarnya ada security yang bertugas sebanyak 4 orang. Namun ada peraturan juga kalau security tidak boleh masuk ke area produksi kecuali atas permintaan minimal supervisor, itupun harus dengan alasan darurat.

Demukianlah pada lebaran hari pertama pada saat itu, aku masuk sebagai piket. Jam setengah delapan seperti biasa aku dah sampai di di kantor. Setelah berbasa basi dengan security yang bertugas selama hamper setengah jam, dan menikmati kue ala lebaran yang dibawa security yang muslim yang memang tidak bisa cuti pada saat itu, aku masuk ke kantor. Memeriksa fax, ada beberapa fax yang masuk, ada ucapan lebaran dari perusahaan client, ada penawaran, dan ada billing. Setelah itu aku menghidupkan komputerku. Kemudian bersiap memeriksa area produksi setelah mengambil jas lab sebagai pakaian khusus di area produksi.

Setelah berkeliling area produksi aku kembali ke meja kerjaku, membuka file-file dan memeriksanya. Aku melakukan kerja layaknya hari-hari kerja biasa untuk mengusir kejenuhan dan kesendirian di ruang kantor yang begitu besar. Karena kantor kami bagai ruang besar dengan berpuluh meja yang setiap meja lengkap dengan computer. Semua aktifitas kantor dari kantor produksi, financial, hrd dan lain sebagainya, semuanya ada di ruang itu. Hanya factory manager saja yang memiliki ruangan sendiri lengkap dengan sofa untuk menerima tamu khusus Beberapa ruangan kecil terdapat di pinggir sebagai ruang meeting kecil, dan satu ruangan besar untuk meeting besar yang lengkap dengan meja bundar dan beberapa peralatan meeting dan audio visual. Dan di salah satu sudut, ada gang membelok sedikit terdapat satu ruang dapur untuk office boy, yang berdekatan dengan toilet pria dan untuk wanita.

Setelah lebih dari satu jam, aku mendengar langkah dan aku melihat financial manager datang tepat pada saat aku menunggui print rekapitulasi hasil produksi teamku. “Lho kok masuk pak” sapaku sambil sesekali melihat keluarnya kertas dari printer. “Iya, financial pusat meminta laporan keuangan kita bulan ini, harus terkirim sebelum masa liburan selesai untuk diolah setelah liburan” jawabnya sambil menuju mejanya dan langsung menghidupkan cpu-nya. “Kerja berat dong!” aku berkata sambil menuju mejaku dan duduk. “Kemarin sih udah hampir rampung tinggal dikit lagi nih, ini hari juga selesai”jawabnya, “dah lama?” “Dari setengah delapan tadi”

Namanya Robi Tan. Orangnya kurang lebih setinggi aku 173 cm. usianya kurang lebih 38 tahun, ganteng, badannya sedikit berisi atau tepatnya gempal. Kalau sepintas tidak begitu nampak kalau dia adalah keturunan china, tapi memang sedikit lebih putih. Sudah beristri, cantik lagi. Dari segi pandangan cewek sekantor dia tergolong idaman juga. Disamping dia ramah, baik dan juga tidak memandang ini levelku atau level bawahan. Tidak seperti pada umumnya yang punya jabatan lantas melihat bawahan atau buruh biasa seperti melihat tanah yang bisa seenaknya diinjak-injak.

Sebagai seorang penyuka sejenis, hmmm dianya sangat menggairahkan, dan kadang membuat aku horny apabila melihat dia. Tapi aku tak mau bertindak macam-macam terhadap dia apalagi yang namanya memancing birahi. Sebab dia straight dan akupun bertindak straight juga. Tak seorangpun rekan satu kerjaku yang tahu kalau aku penyuka sejenis. Kecuali mereka menebak karena di usiaku yang ke 33 belum juga menikah. Itupun hanya sebatas menebak. Sambil mnegerjakan pekerjaan sesekali kami ngomong ngalor ngidul entah kemana arahnya.

“Bapak mau kopi, saya mau buat kopi nih?” tawarku sambil berdiri dan beranjak dari mejaku. “Mau banget!”

Sebelum aku masuk ke dapur kantor, aku buang pipis dulu karena memang dah kutahan dari tadi. Selagi asyiknya aku mengeluarkan kencingku yang mengeluarkan bunyi corrrrrrrrr karena kutembakkan tepat ke lubang urinate, dia masuk .

“katanya mau buat kopi” “sesak dari tadi pak” Dia mengambil posisi di urinate satu lagi di sambaing kananku. Aku sempat memperhatikan dia merogoh kontolnya untuk dikeluarkan. Tapi seketika itu juga aku tersadar dan langsung mengalihkan pandangan ke depan. Kudengar kencingnya mulai ngocor. Masih menikmati keluarnya kencing masing-masing, dia dengan sedikit tertawa kecil berucap, “ wah ternyata kamu punya kontol besar juga yah” tepat dengan selesainya tetesan terakhir kencingku.

Karena kuanggap sebagai gurauan, kujawab dengan gurauan juga, “ segini dibilang besar,” sambil kutunjukkan kea rah dia, “ tengok tuh bapak punya juga besar” lanjutku sambil menutup celanaku danmencuci tangan di wastafel. Dia tertawa kecil dan akupun meninggalkan dia setelah mengeringkan tanganku.

Aku langsung ke dapur dan mempersiapkan dua gelas. Aku membuka lemari atas dan mencari-cari kopi sachet. Selagi asyik mencari dan mebalik-balik karton di dalam lemari, selagi kedua tanganku terangkat ke lemari, dia langsung memelukku dari belakang. Dan merangkulkan kedua tangannya ke dadaku. “Bolehkah aku mengisapnya?” katanya. Seakan aku tak percaya, karena dia straight selama ini, sambil memutar badanku sehingga aku dipeluknya dari depan aku tak bisa ngomong apa-apa. Jantungku berdetak keras. Dan belum sempat berpikir apa-apa, dia langsung menempelkan mulutnya ke mulut aku dan menyedot bibirku dan lidahku bergantian. Aku tak bergerak, kedua tanganku diam saja, tetapi mataku terpejam. Bibirku tak mau kumainkan, namun kontolku mulai teras bergerak. Dia semakin ganas menciumi aku dan tangannya mengusap badanku, dan tak luput dia meraba kontolku yang semakin tegang dalam celanaku.

“Pak ini kantor pak!” kataku saat dia melepas bibirku. Dan aku tetap diam seperti tak merespon dia sekalipun tak melawan. Dan sepertinya dia tak mau melihat mimik wajahku, dia membenamkan wajahnya ke telingaku. “Cuma kita berdua yang ada disini” bisiknya ke telingaku, semakin merangsang dan membuat aku terbakar gairah. Dan kedua tangannya bermain membuka ikat pinggangku. Ingin rasanya aku membalasnya dengan memeluk dia dan meraba selangkangannya, tapi aku tetap bertahan.

Celanaku sudah melorot kebawah, tinggallah celana dalamku. Dia pun langsung berjongkok dan membenamkan wajahnya ke kontolku, sehingga kontolku terasa sekalu berkedut-kedut. Aku memang menikmatinya dansangat menikmatinya. Selagi dia membuka kancing kemejaku paling bawah, dia menjilati pusar dan perut bawahku. Membuat aku bergetar kenikmatan. Tanpa sadar aku memegang punggungnya. Sejenak kemudian aku menariknya. Kemudian tangan kanannya mulai menyingkap celana dalamku. Kontolku terlepas dari ban celana dalamku dan mengayun bagai pentungan. Dia langsung menangkapnya dengan mulutnya. Seketika itu juga aku merasakan hangat mulutnya setelah kontolku bersarang dalam mulutnya. Oh sangat nikmat sekali. Tangannya memegang kedua belahan pantatku untuk menekan kontolku sedalam mungkin. Kudorong juga pantatku. Dia mengulumnya hamper habis. Diputarnya kepalanya k kiri dan ke kanan. Akupun merasakan nikmat luar biasa dari permainan mulutnya.

Dia melepaskan kontolku yang bermandikan air liurnya, dan meneruskan aksinya ke bagian telorku. Aku merasakan jilatan lidahnya menyapu kulit telorku. Aku merasa geli. Kemudian dia memasukkan paksa kedua telorku ke dalam mulutnya. “Aaaahhhhhhh, shhhh ahhhhh” aku mendesis meraskan nikmat bercampu geli. Kusandarkan pinggangku ke meja keramik di belakangku. Kemudian dia kembali melanjutkan aksinya ke kontolku. Kembali dikulumnya kontolku. Dan memainkan lidahnya di lobang kencingku, memutar lidahnya di kepala kontolku dalamm mulutnya, membuat aku semakin melambung. Sesekali tanganku memegang kepalanya namun kutarik kembali, agar aku tampak syok. Setelah lima menit dia memaju mundurkan kepalanya, aku mulai tak tahan. Darahku seakan bergerak dari sekujur tubuhku, dan seakan mau meledak. Aku mau nembak. “akhhhh pak….. hampir” aku bergumam tak terarah. Tapi dia tak perduli, dan semakin mempercepat memaju mundurkan kepalanya. Dan akupun tak bisa menahan lebih lama lagi, dan menyemburlah lahar panasku di mulut dia. Dan aku menekan pantatku ke depan agar sedalam mungkin, diimbanginya dengan menghentikannya dengan semakin dalam mengulum kontolku. Croot…..crot…..crot…….setelah beberapakali tembakan, dia mengeluarkan kontolku. Kulihat dia memandangi kontolku sambil menelan spermaku. Aku tebelalak sebentar. Namun aku kemudian menutup mataku agar tak terlihat olehnya dan menggigit bibirku bagian bawah. Kurasakan kembali mulutnya mengulum kontolku yang setengah tegang. Seakan mau membersihkan sisa sperma dan air liurnya dia menjepit bibirnya, dan menarik kepalanya ke belakang.

Kemudian kurasakan celana dalamku, terangkat ke atas dan dia berdiri sambil membetulkan posisi celana dalamku.

“terimakasih yah,” katanya di telingaku. Aku tetap tak menjawab dan beridiam diri. Dia mencium bibirku sekali dan langsung berlalu. Aku langsung membetulkan posisi pakaian ku dan celanaku. Dengan langkah tanpa suara, aku mengikuti dia. Dari balik sudut dinding, aku melihat dia, berdiri membelakangi aku, dan seakan dia menyadari apa yang dia lakukan, dia membungkuk ditopang tangannya yang menekan meja. Lama tak bergeming.

Aku kembali ke dapur, seakan tak percaya aku beriri sendirian di dapur. Rasanya aku ingin mengeluarkan kegembiraanku setelah menikmati mulutnya. Tapi tetap seakan tak percaya kalau financial manager kami, yang jelas straight selama ini dan sudah menikah, yang orangnya ganteng, adalah penggemar kontol. Dan aku menyadari dari caranya memperlakukan aku, kulumannya tadi, dia bukannya sekali atau dua kali aja pernah menikmati kontol. Atau paling tidak mendapatkan perlakuan seperti itu. Mungkinkah kalau istrinya mau mengulum kontolnya. Aku berkhayal.

Setelah hampir seperempat jam aku menyendiri di dapur, aku muncul juga ke kantor dengan dua gelas kopi di tanganku. Ketika di sudut tempat aku mengintip dia tadi, aku langsung melihat ke posisinya. Kulihat dia sedang menutup wajahnya. Namun setelah mendengar langkahku dia kembali tegak dan memperhatikan monitornya. Kuletakkan kopiku di mejaku kuteruskan melangkah ke mejanya, tanpa berkata apa-apa aku meletakkan gelasnya di mejanya dan aku berlalu.

Selanjutnya, kami bekerja tanpa berkata sepatah pun. Aku sengaja tidak ngomong apa-apa sekedar mempermainkan dia, agar timbul rasa bersalah yang dalam, di hatinya. Padahal aku masih menginginkannya bahkan lebih dari itu. Dan selama itu juga, aku tahu kalau dia sering melihat aku. Aku tetap tidak melihat dia.

Namun pada akhirnya, menjelang makan siang, dia menyerah juga.

Dengan tenang, dia melangkah mendekati mejaku. Aku bertingkah sseperti lagi sibuk. “ Maafkan aku yah pak Johan” dia berbicara, tepat di sudut mejaku “ tak seharusnya Bapak saya perlakukan seperti itu” dia melanjutkan. “Tak ada yang perlu dimaafkan Pak” jawabku menatap matanya.”Toh semua sudah berlalu”. Memang ada penyesalan kulihat di matanya.” Dan seharusnya saya yang minta maaf. Karena pada dasarnya saya yang salah berawal dari toilet tadi. Tapi saya tidak berpikir kalau itu membuat Bapak terpancing” aku berkata sambil mataku melihat meja. Dalam hatiku aku tawaku ingin meledak karena aku melihat pejuh yang mengering di sudut bibirnya dan melebar lebih menyerupai bercak. “Tapi Bapak tak marah kan?” dia ingin memastikan. Aku menggelengkan kepala. “Kalau begitu, saya tak perlu takut mengajakmu makan siang bareng kan” “Kenapa harus takut! Ayo” jawabku dengan dengan mematikan cpu-ku. Dia berlalu ke mejanya. Aku mengambil tissue yang terdapat di mejaku dan kubasahi dengan air putih. Selagi dia meberesi mejanya, aku sudah berdiri dekat kaca. Setelah dia mendekat, aku menangkap tangannya “Sebentar” aku melihat wajah serius, “coba Bapak lihat ke kaca” kataku, dan diapun melihat wajahnya di kaca. “Waduh” katanya setelah melihatnya. Dan memutar badannya. Tetapi lagi-lagi kutangkap, kali ini tangan kiriku berada di pinggangnya. Kusapukan tissue yang tadi kupegang untuk membersihkan noda pejuh tadi. Setelah bersih aku melemparkan tissue tersebut ke tempat sampah yang ada di situ. Kemudian berbarengan kami keluar kantor. Aku menuju pos security dan dia menuju parkir. Di pos security aku menunggu dia denngan sedannya yang mulus warna silver, buatan Toyota.

Setelah sampai di pos security, dan bicara dengan security, sebentar mobilpun keluar.

bersambung

###

7 Gay Erotic Stories from Medanpunya

Bercina dengan polisi 3

Sambil membuatkan kopi dua gelas, aku merasa geli sendiri mengingat kejadian tadi. Ketika aku menginginkan pelukan seperti di film Brokeback Mountain, eeehh pucuk dicinta ulam pun tiba. Bedanya dengan film tersebut, kalau di film tersebut, adegannya adalah adanya penolakan dari kawannya, sedangkan yang baru terjadi, justru malah lebih suka.Aku membawakan kopi yang kubuat ke dekat tempat

Bercinta Dengan Polisi 4

BERCINTA DENGAN POLISI 4Maaf buat semuanya kalau bercinta dengan polisi 4 ini telat datangnya!Bibirkupun dan lidahkupun mempermainkan putingnya yang kiri dan kana. Dia merasa nikmat yang luar biasa. Dia bergumam entah apa. Tangannya mengusap-usap punggungku. Kadang dia mempererat pelukannya sehingga wajahku menempel habis di teteknya berakibat aku susah bernapas. Namun seakan tahu dia

Manager Financial Dan Aku

Lebaran baru saja kita lewati. Aku jadi ingat sebuah cerita yang tersimpan di kepalaku semasa lebaran beberapa tahun yang dulu. Kurang lebih tiga tahun yang lalu semasa aku kerja.Bila lebaran tiba, ada peraturan di tempat kerjaku dulu, satu orang Supervisor beragama non muslim bertugas sebagai piket harian di siang hari untuk menghandle tamu ataupun hal-hal lain yang sifatnya tidak selalu

Manger Finacial dan Aku 2

Sebelum cerita ini kulanjutkan, perlu kujelaskan bahwa, nama-nama dalam cerita ini adalah rekaan belaka. Bila ada kesamaan dalam berbagai hal, itu hanya kebetulan semata. Dan sorry banget karena cerita lanjutan ini datangnya sangat jauh jaraknya dengan cerita sebelumnya. Dan ini dia…………….Setelah keluar dari gerbang security, aku lebih memilih diam tak bicara. Aku memilih diam agar dia merasa

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story