Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Yanto - Syaiful lanjutan

by Rian


“ ... “

“Pak ...”

“ ... “

“ ... Jangan marah lagi yah pak ... Saya tahu saya salah” Rengekku pada pak Awan yang sedang membaca koran

“ ... Sudah, tak ‘pa lah”

“ ... Pasti masih marah yah pak ...”

“ ...”

Perlahan saya mendekat dan kemudian duduk dekat kaki pak Awan, berharap beliau menghentikan kegiatannya membaca koran dan berpaling kepadaku. Tetapi beliau bergeming tetap melanjutkannya. Rasanya serba salah dan sungguh tak enak berada di posisi ini ...

“ ... Pakkk ...”

“ ...”

“ ... P a...” Suara saya mulai serak dan kemudian air mataku jatuh bergulir begitu saja, kaget dan malu sekaligus sedih bercampur jadi satu. Tak pernah saya meneteskan air mata semudah ini di depan orang lain, apalagi atasan saya yang harus saya hormati, tolol.

“ ... Hah! Loh! Loh!” Bingung dan kaget pak Awan melihat saya yang tiba-tiba mewek begitu saja.

“Haduuuhhhh kok nangis??? Cowo nga boleh nangis!” Bingung bagaimana caranya untuk menenangkan diriku

“ ... Hhh ... H” Tetapi air mata ini malah seperti banjir bandang yang melanda

“Udah ... Jangan menangis, bapak sudah tidak marah kok ... Bapak maafkan sudah” Makin kelabakan beliau menghadapi cowo jantan berbadan atletis ini tiba- tiba menangis sesunggukan begitu saja.

“ ...” Saya masih belum bisa mengontrol diriku disela-sela penghiburan dirinya

“Aduh ... Sudah Sudah ... Jangan menangis lagi...” Hiburnya yang kini sudah berjongkok di depanku dan mengelus-ngelus punggungku.

Kabur oleh genangan air di kelopak mataku, saya tetap bisa melihat rasa khawatir dan bersalahnya yang tersirat di matanya. Sedih tapi juga senang saat melihatnya yang begitu kelabakan dan khawatir terhadap sikap spontanku ini. Jujur saya juga tidak mengerti kenapa saya tiba-tiba menangis begitu saja. Malu sekali rasanya ... Belum selesai rasa itu, tiba-tiba beliau memelukku dan ‘mengizinkan’ diriku untuk menangis dalam pelukannya. Kini saya seakan mendapat durian jatuh karena saya dapat memeluknya bahkan menangis di pundaknya yang kekar dan merasakan kehangatan kulitnya. Malu dan senang, airmataku membasahi bajunya ...

“Sudah... Sudah... Bapak nga marah kok...” Hiburnya kembali sembari memeluk diriku erat diiringi elusan lembutnya

“Iya pakk k ... Maafin saya yah pak”

“Iya ... Lain kali ga boleh begitu lagi yah”

“Ya pa ...”

“Sana cuci muka, cowo kok nangisnya begitu ...”

“Habisss ...”

“... Hehehe...”

“Yaaaa ... Jangan diketawain lah ...”

“ ... Hmmph ... Hihi”

“Arghhh diketawain lagiiiii”

“HAHAHA ...”

“Paakkkkkk!” Kabur juga saya ke belakang menyembunyikan rasa malu saya. Samar-samar masih dapat ku dengar tawanya yang renyah, sungguh membuatku malu! Kenapa saya bisa tiba-tiba menangis begitu saja, tak pernah sekalipun saya menangis seperti ini! Seingat saya.

Kenapa saya dimarahi? Iya, gara-gara sop kambing dan keenakan mengentoti Syaiful – 2 ronde – saya ketiduran dan baru balik jam 2 subuh tanpa pemberitahuan dengan pak Awan. Terang saja, pak Awan marah dan tidak mau menegur saya selama beberapa hari. Beliau berbicara hanya pada saat membutuhkan saya, beda sekali disaat beliau tidak marah, makan siang bersama, canda tawa bersama sungguh membuat saya serba salah dan tersiksa karena tidak tahu harus berbuat apa. Untung mbok Rini tidak mengetahui bahwa saya pulang larut malam karena pak Awan tidak memberitahukannya, jika beliau mengetahuinya, pasti saya akan dimarahi dan dipulangkan. Saat saya pulang, ternyata pak Awan sudah tertidur di kursi ruang keluarga karena menungguku. Ketika beliau menyadari bahwa saya sudah pulang, beliau langsung meninggalkan saya menuju kamarnya tanpa menanyakan sebab saya pulang larut malam. Saya takut sekali dan khawatir beliau akan marah besar karena tindakan saya ini. Saya tidak bisa menyalahkan Syaiful juga sih, karena saya saat itu benar-benar birahi sekali.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaan ku, saya pamit kepada pak Awan untuk ke super market memenuhi kebutuhan sehari-hariku. Rasa lapar dan ingin mencicipi sop kambing membuatku melahap semangkuk penuh sup itu yang mengakibatkan saya birahi dan konak seketika. Sampai saya merasa perlu menenangkan diriku sebentar di warung itu untuk menidurkan ‘adik’ku, karena celana jeans saya terasa ketat sekali.

“Titt titt titt ...” Handphone ku berbunyi

‘To, mampir tempat saya yah ... pengirim Syaiful’

Hmm ... Kebetulan sekali? Disaat seperti selalu saja ada rencana iblis untuk menjerumuskan ciptaan-Nya. Menyalahkan iblis? Salah besar – itu hanya akal- akalan saya untuk mengurangi kadar dosaku, jelas adalah pilihan bagi saya untuk memilih melayani nafsu setanku atau ajakan Syaiful, bukan? Dan adalah pilihanku apakah saya akan melangkah menuju kontrakan Syaiful atau sebaliknya pulang ke rumah? Akhirnya saya menuruti nafsuku dan melangkahkan kakiku menuju kontrakannya – untuk memuaskan nafsuku sejenak. Nafsu yang sudah tak tertahankan dan siap meledak setiap saat.

Tak tahu karena nafsu ku yang sudah mengebu-gebu atau sudah biasa berkunjung atau kebetulan tidak ada orang disekitar kontrakan Syaiful, saya langsung membuka (paksa?) pintu kamar kontrakannya tanpa mengucapkan patah kata permisi atau assamualaikum sebelumnya.

“’Pul?”

“Ya To, masuk saja – saya sedang mandi!” Teriak Syaiful merespon panggilan saya dari kamar mandi, ternyata dia sedang mandi. Edan juga Syaiful ini, mandi tanpa mengunci pintu, apa dia tidak takut kalau-kalau ada maling yang masuk dan mencuri semua barangnya?! Saat ini tidak ada seorangpun yang bisa kita percayai sepenuhnya. Berdirilah dengan kakimu sendiri – itulah yang selalu saya tanamkan dalam hatiku, jangan berharap dari orang lain. Bahkan kawan sendiri pun tidak!

Klek – Pintu sudah terkunci

Mengapa saya tidak langsung menuju kamar mandi dan mengentotinya di kamar mandi?

Otak kotorku langsung bergerak memerintahkan tangan-tanganku untuk melepaskan semua pakaianku dalam sekian detik hingga bugil dengan kontolku yang mengacung tinggi. Kontol kebanggaan ku yang siap mengentoti Syaiful hingga dia terengah-engah keenakan.

Perlahan ku buka pintu kamar mandi ... Terlihat punggung kekar Syaiful yang kecoklatan dengan kedua bongkahan pantatnya yang montok, sangat menarik hati dan tentu saja kontol liar ini. Langsung ku peluk Syaiful dan memasukkan kontolku diantara pahanya ...

“’Pulll ... Hmmm” Syaiful ku peluk erat dan ku raba dada hingga perutnya

“Eh ... To?!” Kagetnya sampai guyuran airnya tak terkendali turut membasahi badanku

“Hhhh ... Too o o” Desahnya saat kudaratkan kecupan di leher dan telinganya, tak lupa kedua kakinya mulai menjepit kontolku hingga saya dapat merasakan sensasi nikmat menghujamkan kontolku.

“’Too ... Kontolmu keras banget hari ini iii hahh...”

“Baguusss dunkk k hhhh h”

“ ... Kerassss s Too o Ahhh”

Sambil tetap menciumi tengkuknya, ku dorong Syaiful hingga dia setengah menungging dan berpegangan pada bibir bak mandi hingga memudahkan saya untuk mengarahkan rudalku yang sudah siap untuk menembak. Seperti tahu apa yang ku inginkan, Syaiful pun menunggingkan pantatnya dan membuka kedua kakinya agar otot-otot lubangnya tidak begitu ketat. Basah oleh guyuran air, saya mulai penetrasi mendorong masuk kepala kontolku dalam lubangnya yang sudah tidak sabar untuk saya masuki.

“Aehhh h h hhh ...” Desahnya saat kepala kontolku menyentuh lubangnya

“Hmmm m ...” Dengusku mulai mendorong perlahan

“Hahhh ‘To ...”

“Shhhh hh h ...”

Blesss s s s ... Kepala kontolku yang sedang keras-sekerasnya mulai masuk kedalam lubangnya yang nikmat dan sempit.

“Hahhhhhh h h ‘To ... E e ennnakk ...”

“Hmm m mm ya ‘Pul ... Dalamin yaa a a ...”

“I i iyaa a aaaa terussss s s gede ‘To ... ena ...”

Blessss s s s ... Semakin dalam ku dorong kontolku perlahan memecah ‘perawan’ Syaiful kembali hingga ambles semua kontolku dijepit oleh lubangnya yang sempit dan hangat ...

“Hhhhhh ahhh ... Sempitttt t”

“Gee de punyaaa muu ‘To o ... Entotiiii akkku u hh”

Kini mulai ku bor lubang Syaiful dengan penuh semangat, sungguh sop kambing itu sangat mujarab – tenaga ku seperti bertambah dan semakin kuat untuk mengentoti Syaiful. Kontolku terasa lebih keras dan tegang! Kontolku kini semakin ganas menghujam lubangnya yang menyebabkan Syaiful seperti cacing kepanasan dan keenakan menikmatinya. Beberapa kali kakinya terasa lemas hingga perlu saya topang agar hujaman kontolku tetap pada posisinya. Sambil ku peluk dan ku ciumi leher dan telinganya, tak henti-hentinya saya menarik dan memasukkan kontolku. Saya tahu Syaiful membutuhkan kontolku, begitupun saya membutuhkan lubangnya, maka dari itu saya perlu membantunya untuk mengeluarkan pejuhnya juga. Perlahan saya mengelus kontolnya gaceng keras dan telah basah oleh air maninya yang tak henti-hentinya keluar.

“Harghh h hhh ... Jangannnn ‘To” Syaiful berusaha menghalau tanganku yang telah mengenggam kontolnya karena khawatir akan membuatnya semakin cepat keluar.

“Hhh h hh hhh entoti i aku u aj haa ...”

Melihatnya yang begitu keenakan menikmati hujaman kontolku membuatku semakin bangga dan yakin harus mengentotinya hingga dia muncrat sendiri. Rojokkan kontolku ku buat berirama antara cepat dan lambat bahkan keras untuk membuatnya merasakan sensasi yang berbeda.

“Hhh h h h ‘Too o o ...” Racaunya menahan kenikmatan yang tak hentinya terasa di lubangnya

“Enaa aaa akk ‘Pul l lll lubaanggmuuu hhaaahhhhhh”

“Seemmmpiitttt ...”

“Makkaannn n n nih hh hihh kontoolllll l mmmm m”

“Tr u uu uuu ssss ‘To o ...”

“Hahhh h hh ... Aku mau u u keluaaa ar rr o ooo oooo ...”

“Hah Hah Hahhhhhh”

Plok Plak Plok Plak – suara hantaman perut bawahku dengan pantat Syaiful yang montok, pernah kan melihat kumpulan pria-pria yang memakai seragam atau polisi dan sejenisnya? Pakaian mereka yang selalu ngepas dengan bentuk badan mereka dan mempertegas bentuk pantat ataupun badan mereka, seksi bukan? Nah, pantat Syaiful mirip-mirip dengan bongkahan pantat mereka yang montoklah.

“Saaaabbba rr rrr ‘Pulll ... Hah hah ... hahhh ... Gw masihhhh belumnmn mau u u keluaaaarrr”

“Hah hahhh hhh e enaa akk k ahhahhhh ‘To ooo”

Tak terasa dinding lobangnya yang hangat dan basah makin menjepit kontolku membuatku semakin keenakan. Tapi terasa sekali saya belum mau keluar – saya tetap bisa menikmati gesekan kontolku, hari ini rasanya stamina saya sangat berlebihan, lebih powerfull. Setiap hujaman kontolku tidak membuatku semakin lama semakin cape dan menurun, sebaliknya semakin bertenaga dan mantap!

“Aarrrfgghhhhhh hh h ... ‘TOOoooo ooo” Teriak Syaiful tertahan khawatir tetangga kontrakan sebelah mendengarnya. Langsung juga cincin lubangnya yang ketat makin kencang menjepit kontolku hingga terasa sangat kuat, walau begitu saya tidak ingin memberi kesempatan kepada Syaiful dengan tetap menghajar lubangnya sehingga kenikmatan yang dia rasakan menjadi dua kali. Kontol Syaiful tak henti-hentinya menembakkan pejuhnya berkali-kali walau tidak kami sentuh. Sepertinya Syaiful bukan hanya menikmatinya, tetapi sangat menyukai kenyataan bahwa dia suka dientoti juga seperti Minah. Tak kuat menahan nikmatnya, Syaiful terjatuh lemas bertahan dibibir bak mandi. Kasihan juga melihatnya meracau keenakan dan kelemasan.

“Hahhhhhh ... Hahhhhh ... O o oo”

“Hahhhh ... Hahhh ... Arghh”

“Hahh ... Hahh ... Hahh”

Nafasnya mengebu-ngebu tak teratur, terlihat punggungnya yang kekar kembang-kempis disela-sela desahan nafasnya. Punggungnya terlihat seksi dengan bulir-bulir keringatnya yang berjatuhan, membuatku bernafsu ingin mengentotinya lagi, kasihan melihatnya kecapaian dientotiku, senang membuatnya terpuaskan, suka karena ada seseorang yang bisa kuentoti ... “Srut” Ku keluarkan kontol perkasaku dari lubangnya yang hangat dan kencang, mencium pipi Syaiful dan mulai membersihkan diriku ...

...

Huff – Cape juga, sejenak setelah mengeringkan badanku, saya mengistirahatkan diri saya sebentar sebelum kembali ke rumah.

“Hari ini mantap sekali eweannya? hehehe” Tanya Syaiful yang sedang mengeringkan badannya sambil berjalan ke arahku. Wajahnya menunjukkan rasa puas dengan senyuman khasnya, wajahnya tampan, tampan bukan seperti bintang film di layar TV itu. Badannya kekar atletis dengan kulitnya yang agak coklat kehitaman membuatnya semakin tampan.Tampak kontolnya yang sudah tertidur keenakan habis mengeluarkan tembakkan pejuh hangatnya. Perlahan dia berjalan menujuku dan merebahkan dirinya disebelahku serta merta mengecup pipi dan memelukku.

“Makasih yah ‘To” Ucapnya memandangku sambil memainkan jari-jarinya dipentil dadaku, membuatku terbakar kembali birahiku

“Hehehe” Ku tarik tangannya dan mengarahkannya menuju kontol ngacengku

“Kok masih ngaceng aja sih kontolnya, beda banget?” Tanyanya mesum – nakal - genit

“Tadi makan sop kambing di dekat indomaret” Menuntun tangannya mengocok kontolku hingga gelora nafsuku yang naik ke puncaknya segera

“Pantesannnnn! Sampai belum muncrat pejuhnya!” Ujarnya takjub melihat kontolku yang masih ngaceng keras dan tak ada tanda-tanda mau ‘tidur’. Gengamannya terasa pas sekali dengan kontolku.

“Hahaha”

Tak tahan oleh kocokannya, saya bangkit dan menindihnya. Memandangnya. Menekan kedua tangannya diatas kepalanya. Menggangkangkan kakinya dengan kedua kakiku. Mengarahkan kontol perkasaku yang siap meluncur ke arah lobangnya. Pandangannya pasrah terdiam saat kepala kontolku menempel di’pintu’ kenikmatan dan dosa itu. Tak ingin terbawa perasaan, ku alihkan pandanganku menuju badannya, dadanya, perut sixpack dan kontolnya ...

Pluppp ...

“Arghhhh ‘To o ooo” Sekali lagi kontolku menembus lubangnya

“Haaargghhhhh ... Enak ‘Pul HHhh?"

“Mmmphhh ... Eennak kk kkk ‘To ... hh”

“Hhhhh ... Ga bosaaannn de entotiiii kamuuu ‘Pul ll Arghhhhh ... Jepit banggettttt”

“Mmppphhhh hhhshsssssss ...”

“Hhhhhhhhssss ... Enakkannn dientotttt gww ‘Pul??!!”

“Ee e n ennakkkkkk hhhhhhh l a g iiii iii ....”

Sekali lagi ku genjoti lubangnya, sekali lagi keringat kami menjadi satu, menetes dari daguku, dadaku hingga kontolku dan membasahi lubang senggama kesukaanku itu. Ku tahan kedua kakinya dengan tanganku sehingga gerakan entotanku dapat terkontrol dengan baik, sekali-kali ku pandang dada kekarnya yang kembang kempis menahan nikmat, kontolnya yang mulai mengacung terbawa oleh nikmatnya entotanku, keringatnya yang mengalir dan terkumpul diantara lekukan tubuh kekarnya, wajahnya yang tampan dengan matanya yang merem malu karena lelaki perkasa sepertinya yang jatuh dalam kenikmatan entotanku.

Puas melihat semuanya, tak mau berlama-lama (ingat lubang pria tidak sama dengan memek wanita yang semakin lama engkau entoti, semakin banjir juga oleh pelumas alami dari dinding memek wanita. Semakin lama engkau entoti akan terasa panas dan perih, jadi biasakan untuk beristirahat sejenak dan menambahkan pelumas), ingin segera melepaskan nafsu yang tertahan di kamar mandi, saya menarik Syaiful dalam pangkuanku dan mengarahkan kepalanya untuk menyedot pentil dadaku. Syaiful pun tanggap dan segera menyedot bahkan mengigit kecil pentil dadaku serta melaksanakan tugasnya mengenjoti kontolku.

“Harggghhhhh!!! ‘Pullllllll”

“Mmmmpppphhhhhh hahhhhhh”

“Sedot terusss ‘Pullll enakkkk HHHHH”

“Hrrgggghhhhhhhh Arghhh!”

“Hhmmmmphh CUP!” Syaiful melepaskan sedotannya hingga terdengar cipokan yang cukup keras

“Hhhhhh terusssss ...”

“Lagiii masss??? Hahhh??” Tanya Syaiful yang mulai mengendalikan permainan, tak dapat lagi kuhitung berapa kali Syaiful mengenjoti kontolku

“Hahhhhh laggiiiiii ‘Pulll hhhhahhhh”

“MMpphhhhsssss ... Massssss ‘Toooo”

“Hrgggghhhh h saya mau keluarrrr ‘Pullll”

“Didalam mas... keluarin dalam lubangku mass!”

“Arghhh ARGHHHHHH HHHRGGGGGGG!!!” Teriakku saat muncratan pejuh pertamaku keluar

“HHhhhhhhhhhh!” Pekik Syaiful tertahan bersamaan dengan pejuhnya yang keluar

“Hoshhh Hosshhhh” Pelukku erat Syaiful menahan goncangan kenikmatan yang tak tertahankan

“Hahhhh”

Syaiful pun terduduk lemas dalam pelukanku merasakan muncratan pejuhku yang masih menembak tak henti-hentinya dalam lobangnya. Begitupun pejuhnya yang muncrat habis diantara jepitan badan kami. Lengket sudah badan kami oleh pejuhnya. Lemas, Syaiful masih terkulai lemas diatas dadaku saat saya terjatuh dalam kasurnya. Nafas kami saling berlomba-lomba menderu dalam kamar yang pengap, panas dan sepi itu. Melihatnya yang terkulai lemas, saya pun memeluknya erat dan mengucapkan terima kasih atas ‘service’nya yang mantap. Kontolku masih tertanam kencang dalam lubangnya yang tetap menjepit, argghhhh sungguh nikmat sekali. Lama akhirnya saya tertidur dan baru bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tanpa membersihkan diriku – segera saya kabur kembali ke rumah berharap pak Awan tidak akan marah karena kelakuan saya ini.

Tidak tahu karena kecapaian mengentoti Syaiful atau malu karena menangis di depan pak Awan, akhirnya keesokan harinya saya sakit.

“Hehehe ... Sakittt yaaaa” Beliau datang ke kamar melihatku

“...” Senyumku tanpa menjawabnya

“Bandel sih, pulang larut malam! Rasain! Masih panas ...” Lanjutnya saat merasakan keningku

“Dingin?”

“Nga paa ...”

“Ya sudah ... Istirahat yah” Katanya sembari membenarkan posisi selimutku sebelum meninggalkanku

Hahhhh – sudah buat salah, masih pakai acara sakit dan menyusahkan beliau. Harus mengeluarkan biaya berobat dan menyetir sendiri ... Sungguh saya semakin menggagumi beliau yang begitu sabar padaku. Malam itu saya masih ingat, saat pak Awan datang ke kamar saya jam 2 subuh hanya sekedar mengecek suhu badanku. Beliau mengira saya sedang tidur, padahal saya hanya pura-pura. Hati saya berdebar-debar berharap beliau akan menerkamku segera – memperkosa ku segera hingga saya coba pura-pura untuk tidur. Tetapi beliau hanya merasakan suhu keningku, membenarkan selimutku dan mengelus kepalaku (?)

Hehehe

###

8 Gay Erotic Stories from Rian

Yanto - Eka

Menurutmu apakah saya seorang petualang sex sejati yang tidak bisa bertahan dalam sebuah hubungan khusus? Dengan mas Arif, tapi sekarang saya tidak tahu mas Arif dimana lagi. Dengan Nuri atau gadis tetangga sebelah? Yah, memang saat itu kami sedang liar-liarnya dan tanpa didasari oleh cinta, hanya suka sama suka alias penasaran alis hanya pingin coba-coba. Dengan Minah? Yahhh khilaf.

Yanto - Supir

Hari itu saya diterima sebagai supir pribadi di daerah intercon setelah pencarian sekian lama. Tak mengapa jadi seorang supir pribadi ini, yang penting kerjaan halal. Toh saya hanya lulusan smu sederajat yang tidak sebanding dengan mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di Universitas. Saya harus mensyukuri bahwa saya akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan ini, dibandingkan dengan

Yanto - Supir 1 Mas Arif

Saya hanya bisa diam terpaku, melihat sekeliling ruang tidurku. Seprei kasur yang berantakan, pintu kamar yang tertutup, panas, ceceran pejuh di perut dan dadaku yang setengah mengering ... tidak ada yang salah, tidak ada yang aneh, hanya saja pak Awan tidak berada di sebelah saya – dalam keadaan terikat! Duh, mimpi. Sungguh mimpi yang sangat menyenangkan, saya hanya bisa tertawa

Yanto - Supir 1 Mas Arif - Lanjutan

Karena malu, saya berusaha bangun lebih awal dan langsung berangkat ke ladang dan menghabiskan waktu ku di saung ladang orang tuaku. Sungguh saya tidak tahu bagaimana harus bagaimana jika kami bertemu nanti. Kejadian ini berbeda dengan saat saya mengentoti Nuri atau kembang desa sebelah. Dengan Nuri atau kembang desa sebelah yang bernama Ayu, kami melakukannya suka sama suka tanpa ada

Yanto - Syaiful

Tak terasa tiga bulan sudah saya bekerja kepada pak Awan, sudah 2 kali juga saya ditegur oleh pak Awan karena kesalahanku. Tapi saya bisa menerimanya – menerimanya karena terlanjur menyukainya atau apa, saya tidak tahu hahaha, lagipula teguran yang membangun dan bukan kemarahan yang besar. O ya kadang-kadang beliau suka menjewer saya kalau beliau merasa saya tidak nyambung jika saya

Yanto - Syaiful lanjutan

“ ... ““Pak ...”“ ... ““ ... Jangan marah lagi yah pak ... Saya tahu saya salah” Rengekku pada pak Awan yang sedang membaca koran“ ... Sudah, tak ‘pa lah”“ ... Pasti masih marah yah pak ...” “ ...”Perlahan saya mendekat dan kemudian duduk dekat kaki pak Awan, berharap beliau menghentikan kegiatannya membaca koran dan berpaling kepadaku. Tetapi beliau bergeming

Yanto - Versi Arif

Sebagai anggota ABRI, saya tidak dapat menolak ketika ditempatkan dalam program ABRI masuk desa yang dicanangkan oleh pemerintah. Penempatan ini pun baru saya ketahui ketika hari terakhir keberangkatan kelompok kami, seakan-akan saya ini hanya kambing hitam terakhir yang dipilih. Sejujurnya saya tidak ingin ditempatkan dalam program ini, karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga. Kami

Yanto - Versi Arif lanjutan

Entoti aku To! Ohhh ... Kontolnya mulai digerakkan! Sungguh enak terasa di lubangku saat perlahan kontolnya mengesek lubangku perlahan ... Hahhh... Yanto mulai mengenjoti lubangku ...Terus To ... Entoti aku ... Yanto semakin mengebu-gebu mengentoti aku hingga tak peduli saya sedang bangun atau tidak, tetapi saya kira dia sadar bahwa saya sudah bangun, karena saya bisa mendengar

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story