Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

MANDREHE

by Safenias@yahoo.com


Mandrehe Mandrehe adalah sebuah desa kecil, di tengah Pulau Nias. Saya menyukai desa tersebut, letaknya tinggi di perbukitan, cuacanya sejuk, dari sebuah tempat di sana kita bisa memandang Pulau Sirombu dan birunya Samudra Hindia yang seolah tak berbatas. Indah ! Pertama kali ke sana, saya tercengang melihat tempat saya harus menginap, sebuah kamar di Seminari yang tidak terurus. Perlu 3 jam untuk membersihkan dan merapihkan sebelum saya bisa mandi dan merebahkan tubuh saya yang penat. Perjalanan dari Teluk Dalam ke Mandrehe cukup melelahkan, apalagi kerja rodi membersihkan kamar, sebentar saja saya sudah terlelap, padahal baru jam 5 sore. Saya terbangun oleh ketukan di pintu, seorang lelaki mengundang saya untuk makan malam “cepat sudah ditunggu, makan malam sama-sama” katanya dengan muka masam. Barangkali ia sudah mengetok cukup lama, sedangkan saya tidur seperti babi mati. Saya menengok jam, waktu menunjukkan jam 18.30, setelah mencuci muka dan sikat gigi saya pergi ke ruang makan. Ada 11 orang sudah duduk rapi di kursi masing-masing, mereka segera berdiri dan menyanyi sebuah kidung dari Madah Bakti, duduk kembali dan berdoa berganti-ganti. Saya hanya mendengarkan karena saya kebetulan mempunyai agama yang berbeda. Setelah makan mereka sekali lagi berdoa, lantas berdiri dan 7 orang yang muda-muda saling memperkenalkan namanya pada saya, mereka adalah pemuda-pemuda seminari yang mempersiapkan diri menjadi rohaniwan kelak. Usia mereka paling muda 19 tahun dan yang paling tua 26 tahun. Kami pindah dari meja makan ke ruang baca, sebagian nonton TV, sebagian main catur, sebagian lagi membaca buku. Sejam mereka berkumpul lantas para pemuda itu minta diri kembali ke ruangan masing-masing, yang tua-tua boleh dianggap rohaniwan senior sibuk membaca dan membahas sesuatu yang saya tidak mengerti. Rasa mengantuk masih tersisa, jadi saya pamit dan kembali ke kamar. Saat itu baru jam 21.00, saya mengganti baju mau naik ke tempat tidur ketika saya melihat seekor lipan di atas sprei, saya meloncat ketakutan dan membuka pintu. Betapa terkejut ketika membuka pintu seorang pemuda seminari sedang bermaksud mengetok kamar saya, tangannya hampir mengenai bahu saya. Kami saling terkejut, tanpa banyak mulut saya menunjukkan padanya seekor lipan besar sedang menari-nari keliling tempat tidur. Pemuda itu mengambil kertas, membiarkan lipan naik diatasnya, secepat kilat kertas itu dilipat dan lipan itu mati dijepit jarinya. Ia tersenyum bangga menjadi pahlawan, ia mengatakan : “Barangkali abang perlu kapur barus atau Baygon, sebentar ya….” Ia keluar dan kembali lagi membawa sekardus kapur barus, menghancurkannya dan menebarkan di sekeliling kaki tempat tidur dan sudut-sudut tembok. Ia menyemprot kamar tidur dan kamar mandi saya dengan Baygon banyak-banyak, baunya membuat tenggorokan saya sakit :”sementara menunggu di kamar saya saja bang” ia menggamit tangan saya dan membawanya ke kamar dia tinggal. Kamarnya sama besar dengan kamar yang saya tinggali, bedanya ada 3 buah ranjang di situ, 2 orang temannya sedang asyik belajar di meja tulis. Sekali lagi kami bersalaman, yang menolong saya namanya Gregorius, umurnya 19 tahun, baru lulus SMA, asalnya dari desa Gomo, badannya tinggi kurus, pipinya penuh jerawat, pantatnya tepos. Seorang lagi namanya Gordon asalnya dari desa Bawamataluo yang terkenal itu, usianya 21 tahun ia sudah 2 tahun di seminari, mukanya lucu, matanya sipit, hidungnya kecil, badannya tidak tinggi, tapi agak gemuk. Jemarinya besar-besar, kakinyapun besar-besar. Yang ketiga Jonathan, asal Sibolga, dia orang Batak Toba, kulitnya hitam, wajahnya serius karena paling senior di kamar itu. Umurnya 24 tahun, badannya tinggi dan dempal, kelihatan macho, rasanya sayang segagah itu hanya jadi rohaniwan. Saya berada di kamar itu kira-kira 15 menit dan ngobrol seadanya, bingung mau ngobrol apa dengan mereka, saya hanya transit dalam perjalanan memeriksa hasil rehabilitasi sistim air di pulau Nias setelah gempa. Obrolan kami antara lain “Kalian senang nonton atau tidak ?” saya bertanya, karena dalam laptop ada beberapa film-film yang saya anggap bagus. Film-film yang memenangkan Oscar atau berbagai festival film dunia. “Ada film Indonesia nggak” tanya mereka serempak “Ada beberapa, tidak banyak, Daun Diatas Bantal, Pengemis dan Tukang Beca, kebanyakan film garapan Garin Nugroho” saya menjawab, mereka mengernyitkan alis “Kami belum pernah lihat” kata Gordon, kemudian Jonathan menyahut “Kalau sering nonton sinetron, film begitu kalian tak akan suka !” sebagai pendatang dari Sumatra, Jonathan tentu lebih mengerti. Lantas Gordon dan Gregorius memandang Jonathan “Kami boleh lihat ?” Tanya Gregorius pada Jonathan si senior. “Boleh saja, kenapa tidak, pergilah ke sebelah nonton sampai puas” jawab Jonathan kepada kedua juniornya. Saya kembali ke kamar bersama Greg dan Don, laptop saya buka dan mempersilahkan mereka memilih film sendiri. Mereka berdua duduk di atas ranjang menonton film, saya menguap dan berkata :”Nonton saja sesukanya, kalau sudah bosan dan mau pulang bangunkan saya” lantas saya menutup mata dan tidur. Rupanya saya tidur sangat pulas, tapi udara Mandrehe sangat dingin, membuat saya terbangun berniat menarik selimut. Saya membuka mata dan melihat pemirsa film tinggal Gordon seorang, Gregorius sudah pergi dan yang dilihat Gordon juga bukan film-film Garin Nugroho. Ia sudah membuka koleksi bokep saya, mungkin ini bukan film pertama tapi sudah film kedua atau kelima. Saya pura-pura berdehem, kelihatan ia melirik, lantas cepat-cepat mengganti dengan film lain. Saya duduk di ranjang dan menarik selimut untuk menutup badan, Gordon memandang saya sambil berkata :”Bang boleh laptop saya pindah ke sini ?” tangannya menunjuk ranjang “Boleh, silahkan saja, apa kamu tidak kedinginan ?” jawab saya. Gordon melepas kabel dan membawanya ke atas tempat tidur, menarik selimut dan meletakkan laptop di pangkuannya. Saya segera terlelap kembali, mimpi saya seolah berada di suatu tempat dan seekor lipan besar merayap di punggung, saya berusaha mengibas-ngibaskan lipan itu dengan tangan, tetapi lipan itu berlari semakin cepat bahkan masuk ke celana dalam bagian belakang dan membuat saya sadar dari mimpi. Saya sungguh terkejut ketika merasa ada tangan sedang merayap dan merogoh pantat saya, seketika itu juga saya sadar, Gordon berbaring di sebelah saya. Ia sedang gerilya, tangannya mengelus punggung dan bagian-bagian tubuh saya yang sensitive. Pantat saya diremas-remas, pinggang saya didekap dan didekatkan ke tubuhnya, meski tidak melihat ke belakang, saya tahu pasti Gordon sedang masturbasi, guncangan-guncangan terjadi akibat getaran tangan Gordon mengocok alat vitalnya. Saya pura-pura membalikkan badan, tangan saya langsung merangkul badannya. Gordon sempat terkejut, ia berhenti mengocok, tapi wajah kami hanya berjarak 2 inchi, mungkin ia sudah kadung birahi. Tangannya langsung merangkul pundak saya, sebelah tangan lagi merangsek lewat leher dan ia langsung melumat bibir saya penuh nafsu. Saya diam saja pura-pura nyenyak tidur, Gordon semakin berani, ia bukan saja melomot bibir mengeluarkan lidahnya dan mengulum, tetapi tangannya semakin berani menggerayangi dada, mencari-cari dan memainkan pentil saya. Badan saya mulai merasa kegelian, nafsu saya menjadi berkobar, tangan saya memeluk Gordon semakin kuat lidah saya ikut menari dengan lidahnya. Nafas Gordon memburu, ia melepas kaos tidur dan celana pendek saya. Ia menjilati pentil dan perut saya, memasukkan tangannya ke celana dalam saya dan meremas-remas alat vital saya sehingga keras. Pemuda itu melepas kemeja dan celana panjang tidurnya, kami masih sama-sama memakai celana dalam dan Gordon semakin berani. Tubuh saya langsung ditindihnya, kemaluannya yang tertutup celana dalam menggesek kemaluan saya, cukup lama ia menekan dan menggesek sambil menciumi pipi dan mulut saya berkali-kali. Terasa jendolan daging nikmat Gordon menekan kelamin dan perut saya, ia mengganti posisi dengan menggesek naik turun, kaki saya dirapatkan dan ia menggeser badannya dari ketinggian di atas kepala dan menurun ke bawah sambil menekan kemaluannya kuat-kuat. Daripada tanggung dan kepalang basah, akhirnya saya ambil alih kemudi, saya melepas celana dalam dan memeluk Gordon dengan ketat, bibirnya saya cium sambil meliuk-liukan lidah ke mulutnya. Dengan sebelah ibu jari kaki saya perosotkan celana dalam Gordon, tangan saya langsung mencengkeram alat vitalnya…….ternyata alat vital Gordon buesaaaaar sekali, panjangnya lebih dari genggaman saya, jadi kira-kira 14 atau 15 centimeter. Hati saya langsung berbunga-bunga, nafsu saya semakin menjadi, saya jepit kemaluan Gordon di paha dan menggesernya dengan ketat. Gordon mendesis, giginya mencengkeram leher saya, instingnya membuat ia menggerakkan tubuhnya ke maju mundur. Seperti film bisu kami bermain dan saling menggesek tanpa suara. Hanya suara nafas memburu dan rintihan Gordon yang merasa nikmat, sesekali suara bibir dan lidah kami yang bertemu, saling memagut dan menggigit. Nafsu Gordon semakin menggelegak, ia mengibaskan selimut lantas naik ke dada saya, ia mengulurkan kemaluannya ke mulutku, tangannya mengelus kepalaku, rambutku lantas mendorong kemaluannya ke bibirku, digeser-gesernya sambil dikocok. Alat vital Gordon besar sekali, warna kuning langsat seperti kulit bayi, bersih dan setengah di sunat, sunat adalah kebiasaan orang-orang Nias. Tidak ada baunya dan kepala kontol itu bersih mengundang siapapun untuk mengecupnya. Saya menjulurkan lidah mengecap air yang menetes dari ujung kemaluan itu, kujilat-jilat lagi kepalanya, kudorong pantat Gordon sambil mengangakan mulut, kontol Gordon masuk sebagian, aku emut-emut dan jilat-jilat, putaran lidah dan dorongan keluar masuk ke rongga mulut membuat Gordon semakin birahi. Kontolnya semakin keras dan tegang, maju mundurnya semakin cepat dan sebuah sentakan secepat kilat tanpa suara menghantam rongga mulut saya ! air mani Gordon menyemprot bertubi-tubi, terus dan terus menyemprot. Kerongkongan saya banjir oleh cairan kental seperti getah, rasanya seperti air sirih dan madu, sepet-sepet manis, ada gumpalan-gumpalan bagaikan agar-agar. Saya meresapinya penuh perasaan dan kuteguk semuanya penuh sukacita. Gordon berbaring sebentar dengan nafas ngos-ngosan, ia mengenakan pakaiannya, mencium telapak tangan saya, membuka pintu dan kembali ke kamarnya. Keesokan paginya kami sarapan bersama dengan ritual yang sama, Gordon memandang saya seolah tidak ada kejadian istimewa, sikapnya biasa saja. Saya sehari itu berkeliling desa dan makan siang di rumah penduduk. Malamnya kami bertemu lagi di meja makan dan setelah itu saya bergegas kembali ke kamar . Malam ketiga sehabis makan pintu kamar saya diketuk orang, Gregorius dan Gordon sekali lagi ingin melihat film. Saya membiarkan mereka menonton, saya tidur pulas, tengah malam Gordon membangunkan saya “Greg sudah tidur di kamar sebelah” kata Gordon, ia membuka baju dan celananya, alat vitalnya sudah berdiri tegang. Ia meminta saya lekas-lekas telanjang, langsung memeluk dan menggesek alat vitalnya di atas alat kelamin saya “Bang…..malam ini saya sudah dapat ijin tidur di sini sampai pagi” ia tersenyum dan menjawil pipi saya. Badannya langsung menindih badan saya lagi, sambil terus berciuman kami saling meraba dan mengilik, tangan kami saling mengocok dan rasa birahi saya malam ini perlu disalurkan. Gordon saya suruh nungging, saya mainkan dan cium-cium punggung, perut dan pantatnya, saya jilati anusnya sehingga ia kejang dan hampir kram. Matanya melotot kaget karena rasa nikmat yang aneh menjalar disekujur tubuhnya, niat hati ingin mencoblos boolnya tapi melihat ia kejang saya segera mengundurkan maksud. Alat vitalnya saya jilat-jilat dan klomot-klomot sampai Gordon merinding, kontolnya ngaceng habis-habisan. Saya menyuruhnya berdiri di lantai, saya basahi lubang pantat saya dengan baby oil. Dada Gordon kuelus, terasa berdebar-debar dan segera saya nungging sambil mengarahkan kepala kontol Gordon ke lubang dubur saya. Gordon memasukkan kontolnya dengan susah payah, perlu 3 menit perjuangan barulah kepalanya amblas dan batang kontol yang besar itupun perlu ditekan sangat perlahan mengarungi lubang kenikmatan. Gordon menekan dalam-dalam batang kemaluannya dan membenamkannya cukup lama tanpa ada goyangan sedikitpun, sedikit saja lubang itu saya sempitkan Gordon sudah mendesis nikmat. Saya mempercepat permainan otot di lubang surga itu, tangan Gordon jadi beringas, ia memukul, mencubit dan meremas-remas, akhirnya tangannya mencekal alat vital saya, mengocoknya pelan-pelan dan makin cepat sambil menekan batangnya lebih dalam. Betapa nikmat yang saya rasakan mempermainkan otot saya sempit kendor berulang-ulang sambil menghayati kocokan tangan Gordon yang mantap dan penuh irama. Tak berapa lama saya mencapai titik klimax, air mani menyembur berulang-ulang ke atas selimut, lubang pantat saya menjadi gegap gempita ikut berdenyut-denyut dan menjepit batang Gordon semakin peret. Yang punya alat vital jadi meringkik halus…..”Iiiiiiiiiiiihhh…..!!!!!” lantas ia melepaskan air maninya dalam semprotan panjang yang mengasyikkan….!!!!! Kami terengah-engah dan jatuh ke atas ranjang, Gordon tetap menikam dari belakang, alat vitalnya masih menancap dengan gagah di dalam anus. Perlahan-lahan batang itu dilepas, kami saling membersihkan diri, berbaring dan tidur berpelukan sampai pagi. 5 hari di Mandrehe, Gordon menemani saya tidur selama 4 hari, selalu bersebody, ia bercerita inilah hubungan seksnya yang pertama, entah bagaimana kalau saya pergi nanti, tentu ia akan merasa kehilangan. Katanya tidak ada dan tidak pernah ada pembicaraan mengenai seks dengan teman-temannya. Setahu Gordon tidak ada temannya pernah berbuat seperti ini, baik dengan perempuan atau laki-laki. Gordon mengaku semenjak lama ia sangat ingin menikmati seks dengan orang lain, bukan hanya masturbasi. Setelah 5 hari di sana saya kembali ke Jakarta, tidak ada kabar ataupun kontak dengan Gordon. Tiga tahun kemudian secara tak terduga saya bertemu Gordon di Jogja, saya berusaha menghindar, tetapi seorang kawan memberi tahu tempat saya menginap. Gordon ngotot ingin lagi berhubungan badan dengan saya, ia menangis dan memohon. Akhirnya saya tidak tega dan membiarkan ia siang itu menyetubuhi saya, juga keesokan harinya, keesokannya lagi dan selama seminggu ia menyetubuhi saya penuh kerinduan, mengulang kenangan indah ditengah dinginnya malam desa Mandrehe.

###

20 Gay Erotic Stories from Safenias@yahoo.com

24/7/365

Tinggal di Arab merupakan sebuah kenikmatan, berbagai macam barang ada, harganya murah, bahan makanan dan minuman juga lengkap! dan hampir semua orang di sana yang kutemui baik-baik, terlebih para lelakinya selalu menawarkan kemaluannya dengan penuh keramahan.Setiap saat aku mau, selalu dapat kontol, pagi subuh nemu kontol, sarapan pagi….juga kontol ! jam sepuluh ada kontol, siang bolong

6 jam di jogja

Enam Jam Di JogjaIni bukan kisah sejarah perjuangan Pak Harto dalam masa Revolusi, meski judulnya sama tapi ini sejarah tidur dan bergulat dengan seorang Pakistan di atas kasur. Sama-sama seru ! Pak Harto berjuang mengandalkan pestol, cerita yang ini berjuang mengandalkan kontol.Begini ceritanya : Sebuah hotel baru akan diresmikan di daerah Losari, dekat Magelang, gerombolan kami turut di

A Tale From Arabia

A Tale From ArabiaSelama sebulan lebih aku harus bolak-balik Mecca-Medinah, tamu-tamuku bertebaran di kedua kota tersebut. Ada 36 orang di Mecca dan 54 orang di Medinah. Terus terang lebih banyak tamu-tamu menghabiskan waktu di Medinah, karena suasananya lebih damai dan sejuk. Begitu juga orang di sana jauh lebih ramah. Kotanyapun lebih rapih dan menyenangkan.Jarak Mecca -Medinah kutempuh

AKWANG

AKWANG Bulan September 2004 team kami harus mengunjungi tempat pengungsian minoritas Cina, mereka korban Gerakan Aceh Merdeka, letaknya di daerah perindustrian, kota di mana kami tinggal. Kami siap-siap dengan berbagai kebutuhan pendidikan dan obat-obatan. Hari yang ditentukan tiba, kami datang dan disambut ramah panitia pengungsi, kami langsung membagi diri sesuai tugas masing-masing.

arabian night

Sore itu aku baru saja mendarat di Ngurah Rai International Airport, segera check-in di Grand Bali Beach Hotel yang jauh dari hiruk pikuk, terlebih karena setumpuk pekerjaan yang harus kulakukan berada di daerah Renon, dekat dengan Sanur. Belum sempat beristirahat telponku berdering, rekan bisnisku mengajak makan malam di Jimbaran, segera kami meluncur ke sana. Waktu baru saja menunjukkan pukul 7

Bali The Heaven On Earth

Pagi-pagi Tante Ida menelpon dari Jakarta :”Man, anak lelaki sahabat Tante di Denver nanti mendarat jam 11 siang, mau liburan di Bali, maaf ya ! dadakan ! Tante sibuk, lupa kasih tau, nanti sekalian ke kantor, Tante transfer ke rekening BCA kamu buat uang pegangan…...” dan seterusnya…..ia memborong bicara, padahal aku masih ngantuk ! bayangkan aku baru tidur jam 2 dan jam 6 pagi Tante saya

Blitzkrieg !

Blitzkrieg !Halo-halo pencinta cerita homo ! Ini laporan pandangan mata, fresh report dari Dili, “kota sejuta kontol” Sore tadi bersama teman-teman saya pergi ngopi ke Area Branca, atau Pasir Putih, daerah tepi pantai dengan pasir yang warnanya putih. Areanya tidak besar, paling-paling hanya sepanjang 1 km, tapi di sore hari kota Dili tampak cantik dari sana, bukit-bukitnya terlihat biru dan

bread & butter

Pernah suatu kali Iwan Tirta mengatakan kepadaku “relations & sex” ibaratnya seperti bread & butter, tak terpisahkan seperti roti yang harus diolesi mentega. Hmmm….. coba pikirkan ! kata-katanya benar ! Pada pengalamanku, bila seks antara aku dan pasanganku cocok maka hubungan kami menjadi lancar, hal-hal kecil yang bisa menjadi biang keributan akan terselesaikan di atas ranjang. Atau

Dili 2008

Dili 2008Pertama kali aku melihatnya bulan Agustus 2008, di sebuah restoran bagi kalangan menengah di kota Dili, Timor Leste. Aku dan teman-teman sedang makan malam, tidak jauh dari tempat kami duduk rupanya ada perayaan ulang tahun. Sepotong kue taart besar di pasangi lilin digiring ke meja rombongan itu. Suasana penuh senda tawa dan bahagia, tiup lilin dan jepret-jepret mereka berfoto. Yang

Goyang Dombret

Goyang DombretAda sebuah kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari, setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume

Jakarta-Bandung-Jakarta

Jakarta-Bandung-JakartaHari Jumat jam 15.15 KA Parahyangan melaju dari Stasiun Gambir menuju Bandung, di atas kereta aku berkenalan dengan seorang pemuda ganteng, alis matanya tebal, bibirnya sexy, kesannya seperti Brad Pitt, tapi Melayu punya. Kami saling memperkenalkan diri, namanya Bagyo, lulusan Universitas Parahyangan, Bandung. Ia sendiri tinggal di Jakarta, tapi karena ada keperluan

Jakarta-Bandung-Jakarta Jilid II

Bagyo menyumpah-nyumpah kegelian “gue udah nggak tahan lagi nikh…..” ia mulai mempercepat goyangannya, maju mundur dengan cepat, gerakannya membuat aku kelabakan, aku mulai mengimbangi dengan menggenggam kontol itu, setengah masuk mulut setengah kujilat sambil kukocok dengan tangan. Bagyo semakin buas, tangannya menjambak rambutku menekannya sekaligus ke selangkangannya “niiiiiiiiikh… rasain

kenangan di masa lalu

Kenangan Di Masa Lalu (I)Hingga aku SMA, aku tinggal bersama orangtuaku di jantung kota Jakarta. Di sebuah rumah lama, peninggalan jaman colonial, rumah itu bagiku sangat besar, luas tanahnya saja 2000 meter. Rumah induk tempat keluarga kami tinggal membuat pembantu ngos-ngosan, karena sehari ia harus menyapu dan mengepel 2 kali. Karena terlalu besar, pavilion di sayap kanan disewakan

kisah cinta nan jauh di rantau

Mungkin aku pacaran sudah lebih dari 19 kali, maksudku pacaran yang serius, bukan sekedar hubungan badan biasa. Kadang menjelang tidur aku membuka-buka buku catatanku dan mengenang pacar-pacarku dulu. Salah satu diantaranya bernama Gandhi, karena ia paling romantic dan paling berbakti. Gandhi adalah salah satu pacar yang paling tidak akan kulupakan.Aku berkenalan dengannya tahun 1996, ketika

Kontol di Museum

Kontol di MuseumKalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu.Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu

magnum force jilid I

Magnum ForceDi ujung Jalan Kajeng sedang dibuat Bale Banjar yang baru, tukang-tukangnya sebagian besar dari Jawa. Agak lebih jauh sedikit di teras sawah, tinggal temanku Yoko, seorang perempuan Jepang yang sedang belajar menari di Peliatan. Pondok Yoko bergaya Jepang dikelilingi kolam Lotus…romantis sekali, kalau bulan purnama aku selalu ke sana, mendengarkan music, minum brem atau arak atau

MANDREHE

MandreheMandrehe adalah sebuah desa kecil, di tengah Pulau Nias. Saya menyukai desa tersebut, letaknya tinggi di perbukitan, cuacanya sejuk, dari sebuah tempat di sana kita bisa memandang Pulau Sirombu dan birunya Samudra Hindia yang seolah tak berbatas. Indah !Pertama kali ke sana, saya tercengang melihat tempat saya harus menginap, sebuah kamar di Seminari yang tidak terurus. Perlu 3 jam

Nias Pulau Seribu Kontol Jilid II

Nias - Pulau Seribu Kontol Jilid IIBetul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan

singing in the rain

Singing In The RainPerumahan Taman Setiabudi Indah di Medan sedang banyak membangun rumah mewah, bangunan setengah jadi ataupun tahap finishing gentayangan sepanjang jalan. Beberapa bangunan hanya dipagari seng, atau terbuka sama sekali, pemiliknya belum punya cukup dana untuk menyelesaikan rumah tersebut. Di bangunan-bangunan seperti itulah tukang-tukang jualan makanan bergerobak beristirahat

wayan

WayanSebulan sudah aku menetap di daerah Petitenget, Seminyak. Duapuluh tahun lalu tempat ini begitu sepi dan mungkin sebagian besar orang tidak tertarik berkunjung kesini. Tapi Petitenget kini berubah menjadi surga kaum pelancong bule kelas atas. Coba saja lihat Potato Head, W Hotel, Metish, Sardin, Bali Bakery dan semua tempat yang terbilang mahal ada di lokasi ini.Banyak hotel dan

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story