Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

magnum force jilid I

by Safenias@yahoo.com


Magnum Force Di ujung Jalan Kajeng sedang dibuat Bale Banjar yang baru, tukang-tukangnya sebagian besar dari Jawa. Agak lebih jauh sedikit di teras sawah, tinggal temanku Yoko, seorang perempuan Jepang yang sedang belajar menari di Peliatan. Pondok Yoko bergaya Jepang dikelilingi kolam Lotus…romantis sekali, kalau bulan purnama aku selalu ke sana, mendengarkan music, minum brem atau arak atau amaretto, meresapi keheningan malam.

Yoko adalah mahluk yang cantik, lazimnya orang Jepang kulitnya halus mulus seperti pualam, apalagi kalau Yoko bepergian selalu berkebaya. Tubuhnya yang montok molek dibebat kain batik dan kebaya ngepas ngapret warna warni, susunya seolah mau tumpah ! pasti semua lelaki sejati glegean ! Pagi dan siang Yoko melewati bangunan Bale Banjar dan suara siulan atau tepukan mengiringi setiap langkahnya. Ternyata tukang-tukang Jawa sangat tidak sopan ! orang Bali tidak pernah bersikap sedemikian kampungannya. Beberapa tukang-tukang Jawa itu bukan hanya bersiul saja, kadang meneriakkan kata-kata kotor. Seorang teman dari Puri meminta saya sebagai sesama orang Jawa untuk menegur tukang-tukang tersebut.

Suatu sore saya mengunjungi bedeng tempat tinggal tukang-tukang Jawa itu, kebetulan pas waktunya mereka mau mandi. Para tukang menyampirkan kaos kerja mereka yang kumal dan basah keringat, bau lelaki yang keras semerbak ! sebagian sudah melepas celana kerjanya, ada yang koloran, ada yang melilitkan handuk saja. Sebagian teman-teman mereka sedang mandi dan mereka menunggu giliran mandi berikutnya. Sewaktu saya datang mereka langsung gaduh, sebagian berbisik-bisik tapi ada 3 orang yang kelihatan masih muda agak kurang ajar mulutnya, mereka berteriak :”Mas, temannya ajak sekalian kesini, nanti dimandiin rame-rame” yang satu lagi dengan lancang teriak : “nek liwat duduhno manukmu, ben tempik e kepincut onderdil Jowo !” (kalo dia lewat tunjukin burungmu, biar memeknya terpikat onderdil Jawa) saya tidak meladeni omongan mereka, saya tanya kepada salah satu yang kelihatan paling tua :”Pak, yang jadi mandor di sini siapa ?” Yang ditanya menjawab sopan : ”Wah sedang mandi Mas ! ada perlu apa ? ada yang rusak perlu dibetulkan ?” Saya menyahut pendek : ”Bukan pak, ada sedikit yang musti aku bicarakan” mata saya menyapu pandangan keliling, dihadapan saya ada 7 orang tukang, 5 orang kira-kira berumur sekitar 30an, ada 3 yang masih muda-muda. Yang muda ini yang punya mulut kurang ajar. Yang umur 30an memperkenalkan diri, Bejo, Slamet, Jalmo, Santoso dan Sugeng, badan mereka tinggi gagah, terutama yang namanya Slamet dan Jalmo. Tak lama pak mandor selesai mandi, ia belum sadar adanya seorang tamu, dari bedeng mandi ia keluar begitu saja sambil mengeringkan rambutnya. Byaaaar …. mata saya langsung terpaku pada alat vitalnya yang segede baseball stick, dalam pikiran saya “pasti di kamar mandi habis dikocok !”

Seorang tukang memberi tahunya ada tamu, lekas-lekas pak mandor berpakaian dan menemui saya. Ia memperkenalkan diri :”Jarot…..ada perlu apa Mas ?” tangannya kekar dan besar, jabatannya mantap. Saya sebetulnya sudah terpesona dengan pandangan pertama, jadi menjawabpun agak kikiuk :”Eh, begini Mas Jarot, ada yang perlu dibicarakan, baiknya Mas Jarot ke rumahku kita bicara di sana” Dahi Mas Jarot agak mengkerut lalu jawabnya :”Boleh..boleh….! tapi saya ajak satu teman ya ?” lantas ia memanggil seorang tukang yang masih muda, namanya Untung, wajahnya bersih, badannya bagus, bertiga kami berjalan menuju rumah saya yang jaraknya dekat sekali hanya 300 meter dari situ.

Di rumah saya langsung saja bicara sesopan mungkin, menegur kelakuan anak buahnya yang sering berteriak kurang ajar kepada Yoko. Muka Mas Jarot merah padam, si Untung diam saja, Mas Jarot berkata :”Mas, saya mohon maaf sebesar-besarnya, memang saya kurang suka dengan 3 tukang saya, mereka masih muda-muda dan sulit diatur. Jadi sekali lagi mohon maaf, akan saya tindak”

Mas Jarot dan Untung lantas kembali ke bedeng, aku siap-siap mau makan malam. Kira-kira 30 menit kemudian Mas Jarot muncul lagi kali ini rame-rame, ada Untung, Jalmo, Sugeng dan 3 anak muda namanya Waluyo, Bibit dan Rachman. “Ini Mas, anak-anak yang sering teriak-teriak, terserahlah mau diapain, saya sudah nyerah, capek mulut saya ngasih tau mereka bertiga” Mas Jarot membuka percakapan.

Di kepala saya langsung melintas sebuah ide cemerlang, saya punya teman perempuan yang haus seks dan doyan anak muda. Saya bilang begini :”Mas Jarot, anak-anak itu malam ini suruh menginap di tempat teman saya saja, biar dia didik 3 anak ini, besok pagi pulang langsung ke proyek !” Ketiga tukang muda itu saling berpandangan, mereka tampak ketakutan :”Nyuwun pangapunten doso kulo sedoyo (mohon maaf dosa-dosa kami)” ketiga anak itu mengkeret memohon ampun kepada saya dalam bahasa Jawa yang halus. Mas Jarot menjawab :”Berani berbuat harus berani tanggung jawab, kalau sulit dikasih tau ini akibatnya” Dengan mobil saya ke rumah Dian membawa rombongan tukang, Dian teman saya doyan daun muda, aslinya dari Subang, ia sudah lama tinggal di kota kecil itu, umurnya 42 tahun, hampir semua orang memanggilnya Ibu Bengkel, tempat bule-bule dan anak muda tune-up, ganti oli ! buang tai macan ! Bu Bengkel tidak cantik, meski untune mrongos ia menarik, bodynya masih yahud, apalagi kebiasaannya tak berkutang, memakai daster batik bertali kecil. Kulitnya langsat, wajahnya lancip, mulutnya lebar berlipstick merah meriah ! potongannya khas lonte !

Ibu Bengkel menyambut kami dengan penuh sukacita, Mas Jarot bingung mungkin dalam hati ia bertanya “mau diapain anak buahnya ?” Saya membisikkan instruksi ke telinga Bu Bengkel yang langsung sumringah dan ketawa ngikik, giginya yang tonggos berkilau-kilauan “Beres, besok pagi gue anter ke sana” katanya. Maka kami pulang meninggalkan 3 tukang yang bingung ketakutan.

Kami kembali ke tempat tinggal saya, Mas Jarot cs sudah mau pamitan, tapi saya berusaha menahan Mas Jarot tinggal lebih lama “Jangan pulang dulu Mas, di sini aja dulu ngapain buru-buru ?” setelah berpikir sebentar Mas Jarot berdehem : ”Boleh… boleh….Mas ada TV khan, saya sudah lama nggak nonton TV, di bedeng khan hiburannya hanya main kartu dan gitaran, tapi saya ajak Untung ya !” Jadilah Mas Jarot dan Untung tinggal, sementara yang lain pulang. Saya menyediakan mereka makan malam dan setelah itu mempersilahkan mereka nonton TV. Saya menghilang ke dapur dan kembali membawa brem dan bier : “Ayo sambil minum sedikit, aku ada film bagus ! suka nggak ?” kataku sambil menunjukan beberapa cd porno. Mas Jarot dan Untung kelihatan girang :”Oo film si Unyil, boleh…..boleh !” jawab Mas Jarot, si Untung ketawa malu-malu, tapi matanya langsung melotot ke layar TV. Saya menyetel beberapa film, kelihatan sekali mereka bahagia, Mas Jarot duduk mulai nggak tenang, melintir ke sana, ke sini, celananya mumbul nggak kira-kira, ia meraih bantal dan meletakkan dipangkuannya. Untung bolak balik memandang Mas Jarot, matanya mencari-cari mata Mas Jarot, sesekali menatap selangkangan mandornya itu. Untung juga sudah pasti ngaceng karena celananya juga ditutupi bantal. Jam sudah menunjukkan jam 11 malam lewat, saya pura-pura tiduran di amben, sengaja posisi saya membelakangi mereka. Tepat di sebelah saya ada cermin kecil, jadi saya bisa memandang kelakuan mereka berdua. Betul saja, tak lama kemudian saya lihat tangan Untung merogoh celana Mas Jarot yang ditutupi bantal, saya diam saja, mungkin mereka pikir saya ketiduran. Mas Jarot kelihatan menarik Untung mendekat, mereka lantas berciuman “mouth to mouth” dengan mesra. Mas Jarot memberi kode dan Untung langsung menunduk mengulum alat vital Mas Jarot. Sayang sekali cermin terlalu kecil, saya tidak bisa melihat seberapa besar kemaluan Mas Jarot, tapi pasti besar dan panjang. Tak lama Untung tersedak, batuk ! Mas Jarot sudah ejakulasi, mereka berciuman lagi, sekarang Untung membuka retsleting, burungnya dikeluarkan, kelihatan samar-samar cukup besar juga, tangan Mas Jarot mengocok burung Untung, sesekali mereka saling mencium dan menjulurkan lidah. Tiba-tiba Untung menarik leher Mas Jarot dan mencium bibir mandornya penuh nafsu, Untung ejakulasi ! Beberapa saat kemudian Mas Jarot berdehem, saya diam saja, ia mendehem lebih keras supaya saya bangun. Sambil pura-pura melihat jam saya bangun, keduanya berpamitan dan hilang di kegelapan malam.

Besok sorenya saya ke bedeng proyek itu, Mas Jarot menyambut saya dan langsung laporan :”Mas, tadi pagi temannya Mas datang nganter 3 anak buah saya….wah…..mereka hari ini nggak bisa kerja….katanya badan mereka sakit, ngilu…..si Bibit sama Rachman malah minta pulang kampung !!!” Hampir saja saya ketawa ngakak, dalam hati saya berkata “mampus lu”, tapi saya berlagak bloon, saya datangi Waluyo yang berbaring lemas di tilam beralas kardus, keningnya berkeringat, ia demam. Bibit juga demikian tidur meringkuk berselimut, begitu melihat saya, langsung dia girap-girap dan mau loncat dari bale-bale. Rachman menutup mukanya dengan bantal, entah mungkin malu atau bagaimana. Dari tukang-tukang lain saya dengar tool Bibit dan Rachman sekarang lecet, memar dan bengkak. Gara-garanya Bu Bengkel mengajak mereka ngeseks satu persatu, mulanya mereka senang-senang saja, tapi kemudian Bu Bengkel ngajak mereka naik panggung lagi, minta terus-menerus bahkan minta anak-anak itu mengeroyoknya rame-rame. Berkali-kali sampai jam 5 pagi, sambil mereka mandipun Bu Bengkel masih nglomoti burung tukang-tukang muda itu.

Betul-betul mereka klojotan dan kapok seumur hidup ! Tidak heran mereka minta pulang ! Saya merasa senang sudah memberi pelajaran tukang-tukang muda biar kapok. Sambil pamitan saya menawarkan barangkali Mas Jarot atau anak buahnya ada yang mau nonton TV di rumah saya :”Mas Jarot sama Untung kalau mau liat TV atau nonton film silahkan lho ! atau gantian yang lain, nginap juga boleh koq !” mungkin Untung cerita pada teman-temannya mereka tadi malam nonton bokep di tempat saya, jadi beberapa tukang langsung mengacungkan tangan :”Mbok saya diajak tho Mas !” kata mereka berebutan. Mata saya langsung menyisir dan menyeleksi tukang-tukang yang saya anggap OK, tangan saya menunjuk :”Ya, gantian deh ! Jalmo…. Slamet….sama siapa kamu namanya……. boleh nginap di tempat saya malam ini !” Dan beriring-iringanlah Jalmo, Slamet, Edi dan saya pulang ke tempatku.

Setiba di rumah ketiga calon korban saya suruh mandi lagi, saya suruh mereka hanya pakai sarung : ”Mas-mas, mohon maaf ya, aku ini senang kebersihan, jadi kalau di rumah ini pakai sarung saja, pakaian kalian gantung di belakang” perintahku sambil membagikan sarung, lantas ke dapur. Sehabis mandi ketiga lelaki itu pakai sarung, mereka kemudian mengikuti ke dapurku yang besar dan super bersih. Dihadapan mereka aku pasang aksi menuang madu, 10 putih telur, arak Klungkung dan memblendernya, sekejab buih berwarna keemasan muncul. Kucampur sedikit sprite ke dalam blender dan mengudeknya perlahan, saya tuang ke 4 gelas besar :”Ayo kita toast dulu” ke 3 tukang itu girang sekali, mereka menganggap madu dan putih telur sebagai penjaga stamina yang sungguh mereka perlukan. Sambil minum saya tanya umur mereka dan kehidupan mereka di kampung. Edi yang pendiam punya wajah lembut khas mas-mas Jawa, badannya bagus, ototnya pas, pahanya padat seperti tukang beca, umurnya 29, anaknya baru satu. Slamet badannya paling bagus, tinggi, kulitnya paling hitam, wajahnya paling maskulin, tangannya besar, telapak tangannya saja bisa menelan telapak tangan saya, umurnya 34 tahun, anaknya tiga. Jalmo wajahnya biasa-biasa saja tapi ia menarik, badannya tidak terlalu tinggi, tapi tegap, rambutnya lurus, disisir nyamping “sisir bf-belah finggir”, umurnya 30 tahun, anaknya juga sudah tiga. Dalam hatiku “waduh nggak ada bujangan…gimana nikh !” tapi sudah kepalang basah, saya sudah lama tidak menikmati tubuh lelaki !

Ketiganya saya ajak nonton bokep di ruang duduk, ada yang rebahan di permadani, ada yang duduk di kursi, saya sendiri duduk di sofa bersebelahan dengan Slamet. BF dimulai, ketiga tamu saya menikmati tontonan dengan santai sambil minum dan minum, setiap habis saya tuang arak Klungkung campur sprite. Saya mengajak Slamet ngobrol sambil memijat kakinya, dia cerita macam-macam, tapi yang membuat saya terkejut adalah pengakuannya bahwa di proyek seperti ini sulit cari perempuan, mereka biasa punya gendak-an, misalnya Mas Jarot menggendak Untung, si anu menggendak tukang lain yang masih muda, si itu suka main sama si ini. “Lantas kamu biasa main sama siapa ?” tanyaku, Slamet hanya mesem-mesem, “Si Ridwan Mas, yang biasa masak, makenya gantian sama Jalmo, cuman punya Jalmo guede banget, kayak terong, si Ridwan mesti mencret kalo abis dipake Jalmo, jadi ini udah 4 hari nggak main susunya utuh !” kata Slamet sambil menunjuk selangkangannya. Betapa gembira saya mendapat penjelasan yang lengkap ini, tangan nakal saya merayap seperti spiderman ke balik sarungnya “Emang Slamet punya segede apa” sarung itu saya tarik dari pinggang ke pahanya, kemaluan Slamet langsung mencelat “tuiiing” rupanya tadi dia kempit di paha karena malu, sekarang nggak ada malu-malu lagi. Kemaluannya seperti botol Aqua ukuran tanggung, hanya pendek kira-kira 15 cm tidak proporsional dengan lingkarannya, however kontol is kontol, tetap saja membuat saya terangsang. Saya langsung tiarap di pangkuannya, wow ! anget dan hmmm berdenyut-denyut, mulut kontan mangap dan …haaap ! kepala kontol segede tomat saya kulum sepuas hati, hmm leher kontolnya berurat ! leletan ala penari ular menjalar dari kepala ke leher kontol dan ke bijinya. Slamet langsung mendesis dan meringkik ! kedua temannya menoleh dan serempak nyeletuk :”Met, nyolong start kowe ! bar kowe aku lho yo !!” (abis kamu aku ya) Slamet sambil mengangkat sebelah pahanya nyahut :”Silite encuk-en !” (pantatnya hajar aja) lantas ia mendesah-desah keenakan lagi. Jalmo langsung berdiri menghampiri kami, ia menghempaskan sarungnya di lantai, astaga mak dikipe ! belum pernah saya lihat kemaluan sebesar punya Jalmo! Bukan hanya besarnya tapi panjangnya itu bisa membuat lonte-lonte se Dolly kalang kabut mengejarnya ! Jalmo memeluk saya dari belakang, punggung saya diciumi dan dijilati, sebuah jarinya disodok-sodok ke lubang pantat saya dan diciumnya :”Edhaan rek !…silit koq wangi banget….ora mambu tai !” (gila, lubang pantat koq wangi begini, nggak bau tai) Jalmo menunggingkan pantat saya, diciuminya penuh nafsu dan dijilatinya dengan cepat, disruput, lidahnya menari-nari sampai jauh ke dalam anus. Rasa geli dan nikmat membuat saya terpekik dan mengulum kemaluan Slamet lebih cepat, lidah saya bermain di leher kontol Slamet semakin ganas, klomotan saya menjadi-jadi, Slamet terlonjak-lonjak menahan nikmat, 4 hari tidak mengeluarkan sperma menjadikan Slamet lekas ejakulasi…… srooooottt…. srrooooot semburan air mani bertubi-tubi di mulutku, lidahku terus memainkan kepala kontolnya, sebelah tanganku menggenggam batang kontolnya sampai biji, meremas dan sedikit memutar-mutarnya. Slamet terpekik dan ngos-ngosan ! “ssshh……sssssshhhhhh….aaaahhh…wueeeenaak tenan !” jeritnya.

Slamet rebahan di sofa, lemas setelah melepas hasrat kenikmatan yang sudah ditahan 4 hari, Jalmo tidak perduli dengan teman-temannya, ia sibuk menciumi paha sampai perutku. Saya penasaran ingin memegang dan meremas tool Jalmo, barangnya kepegang tapi saya belum menatapnya dengan sempurna, akhirnya berhasil juga saya merosot ingin mencium tool yang luar biasa gede itu, setelah saya amati ternyata tool Jalmo belang-belang albino. Kepalanya warna merah jambu diseling warna merah tua dan hitam, lehernya juga belang belonteng. Mirip kerbau poleng di Toraja ! Jalmo seolah tidak sabar lagi, dengan tangannya yang kekar perkasa ia membopong saya dan mendudukan di pangkuannya, sambil saling berpelukan bibir saya langsung disosor, lidahnya menari-nari mencari bibirku, wuih…… cipokannya hebat, professional abis ! Punggung saya di elus-elus, paha dan pantat saya diangkat sedikit sehingga toolnya yang super besar menggesek biji kemaluan saya. Rasanya sayang kalau kemaluan itu langsung nyoblos, saya buru-buru turun lagi dari pangkuan dan mengisap alat vital Jalmo, abis gemes-gemes-gemes banget sikh ! pengen ngemut dulu tool segede bedug itu sebelum menusuk bool saya. Saya kulum-kulum sebentar dan Jalmo menguik-nguik kegelian, badannya ngepot-ngepot menahan geli dan nikmat. Jalmo menjambak rambut saya :”Wis ga usah ngemut ! lungguh kene !” (udah nggak usah ngemut, duduk sini !) perintahnya, saya duduk lagi di pangkuannya sambil mengarahkan kepala kontol itu ke lubang surga…..oooooh…… bleep….. bleeep…… sakitnya minta ampun, saya goyang sedikit agar kepala kontol yang sudah basah karena ludah bisa menembus liang anus….tapi susahnya bukan main, pucuknya saja yang bisa nempel, sisanya masih ngantri di luar. Jalmo minta pelicin supaya masuk lebih gampang. Saya ajak Jalmo pindah ke dalam kamar tidur, biar bisa main lebih leluasa ! saya lumuri lubang anus dengan Vaseline dan juga membasahi kepala dan batang kontol Jalmo. Alat vital Jalmo sudah keras nggak kira-kira, uratnya segede sedotan berdenyut-denyut minta lekas-lekas dilayani. Jalmo berbaring di kasur, saya menduduki kontolnya dan sekuat tenaga berusaha menekan burung itu masuk, tetapi tetap sulit juga. Jalmo berdiri dan menyuruh saya nungging, ditempelkannya kepala kontol ke anus saya, kedua tangannya meraih ketiak saya, tanpa aba-aba dan pemberitahuan atau pengumuman Jalmo menusuk kontolnya sekuat tenaga……. bleeeesss !... kepala kontol dan batangnya langsung hilang tenggelam, bijinya saja yang ketinggalan di luar. Saya menjerit kaget karena sakit dan seketika muncratlah air mani dari lubang kencing saya…… ”Auuuwww !!” Yang punya tool hanya menggigit lidahnya, Jalmo menekan kemaluannya kuat-kuat dan menariknya pelan-pelan lantas dihajarnya lagi sedalam mungkin, ditarik pelan didorong dan ditusuk berulang-ulang, anus yang tadinya kering kerontang kini mulai terasa berminyak. Rasa sakitku mulai berkurang, tetapi memang alat vital Jalmo terlalu besar, anusku terasa sesak, panjangnya juga nggak biasa, rasa sodokannya sampai ke ulu hati. Kontol itu maju mundur dan memompa isi perut sehingga rasanya mau buang air. Agak lama baru anusku bisa beradaptasi dengan monster ganas itu, kenikmatan dunia akherat membawa kami asyik masyuk ! Jalmo merem melek, mulutnya dimonyong-monyongkan menahan rasa enak yang membludak sampai ubun-ubun ! pantatnya diputar dan digoyang ke kiri ke kanan…..dia tekan agak keras …..ditarik perlahan..dijebret keras-keras sampai saya menjerit. Demikian berulang-ulang, setiap dia merasa hampir ejakulasi, kontolnya di cabut dan didiamkan, diangin-anginkan, lantas dijebret lagi ke dalam anusku. Jalmo minta ganti posisi, aku tiduran menghadap wajahnya, lututku disampirkan di bahunya, daging hidup yang bisa goyang itu diblebeskannya ke anusku…..ngeeeekkk ! dahsyat man ! benar-benar rasanya mantap ! memang uenak tenan di ewe sama Jalmo, biar cuman tukang bangunan kemaluannya gede, goyangannya top get pol ! Jalmo sebentar-sebentar mendesah-desah, goyangnya dipelankan … kemudian dia tusuk kuat-kuat lagi, digoyang lagi ! tangannya juga ikut sibuk meremas pentil, kadang merogoh dan mengocok kontolku yang ngaceng, kempes, ngaceng, kempes ! Kumainkan otot dubur supaya Jalmo merasa lebih nikmat, wuih Jalmo jadi blingsatan :”Uedaaan….. euenak tenan….. Mas… Mas…saben dino gelem aku ngencuk ngene rek !” (gila, enak beneeer ! Mas, Mas setiap hari aku mau ngentot begini) ia berguman. Dalam hatiku setiap hari dientot Jalmo pasti seminggu anusku bisa dobol !! Tapi memang sumpah enak mengasyiikkan ! Bodo amat longgar yang penting nikmat abiiissss !

Setengah jam lebih Jalmo mengobrak abrik anusku, segala gaya diimbuhi cipokan, remasan dan kilik-kilik. Goyang Jalmo semakin cepat, nafasnya semakin memburu, saya mulai ngos-ngosan, tanganku merangkul lehernya kukecup dan kujilat-jilat :”Mo, cepetan deeh ! keluarin aja pejunya, ayoooo !” seruku nggak sabar. Jalmo makin semangat dijilati kupingnya, bibirku diklomotnya, pantatnya maju mundur mendera anusku semakin kencang dan semakin dalam dan akhirnya Jalmo melepaskan air maninya, sekuat tenaga ia menekan sehingga aku menjerit kesakitan :”Aauuuuwww !!” Mendengar saya menjerit Jalmo merasakan sensasi yang lebih indah, kontolnya sekali lagi menyemprotkan air mani srroooooooootttt…….srrroooooooot……creeeeet…creeeet !! Lantas Jalmo ambruk, tubuhnya menindih tubuhku, kemaluannya masih menancap, aku mengangkang lebar-lebar sambil merapatkan lubang anusku, Jalmo meringkik menahan rasa geli. Ia mendekap tubuhku erat-erat dan menciumi leher, mata, kuping pipi dan menyedot-nyedot mulutku…..inilah persetubuhan ternikmat yang saya pernah rasakan di kota ini.

Baru saja leren, tenger-tenger habis digarap, Jalmo berteriak : ”Di…Edi….mreneo…. garapen….! (Di, Edi kesini garap nikh !) Edi masuk kamar, sarungnya dikalungkan ke leher, alat vital Edi juga ngaceng, nonton bokep belum tersalurkan. Edi berdiri di pinggir tempat tidur :”Mas…di emut aja, udah dari tadi nih mau meledak !” katanya nggak sabar. Kontol Edi miring ke kanan, jembutnya lebat, meski lumayan gede kontol Edi tetap tidak bisa menandingi kontol Jalmo yang extra giant magnum perkasa, langsung aku isap tool Edi dan kumasukkan mulut sedalam-dalamnya, Edi menggeliat keenakan, disodoknya itu kontol ke tenggorokanku ….gleg ! Saya kulum kontol itu sepuas-puasnya, sebentar direndam ludah dalam mulut sambil diplintir pakai lidah, dikocok pakai tangan dan masuk lagi dalam mulut. Edi ngeses-ngeses mendesis dan mendesah nggak kuat menahan geli…..”Iiiiiiih….iiiihhhh….arep metu iki….arep metu….!!” (aduuh mau keluar mau keluar nikh) Edi menjerit keenakan, semenit kemudian ia meledakkan air mani ke dalam mulutku…… creeeeeeeetttt…….. langsung masuk kerongkongan dan gleg…gleg…gleg ! kutelan seperti sirup ooooh nikmat luar biasa ! Edi sempoyongan dan terhempas di kasur. Ia mencubit pipiku….”Hmmmm…..uenak banget Mas….!

Saya dan Jalmo masuk kamar mandi, membersihkan badan, betul saja, saya langsung mencret, Jalmo ngakak melihat saya duduk di closet. Ketika kami berdua masuk kamar tidur, ternyata Slamet sudah berbaring disitu, Slamet dan Edi mungkin saling menceritakan indahnya ngeseks bersama saya, keduanya cekikikan. Kami berbaring berdempetan di ranjang, Slamet mepet di sebelahku ia berbisik “Lagi Mas….!” Tangannya langsung memainkan pentilku dan mengulumnya, saya sedari tadi belum ejakulasi, kontol saya yang ngaceng, ciut, ngaceng ciut sekarang minta giliran. Jadi saya suruh Jalmo mengoral kemaluan saya, Slamet mengemut pentil dan Edi mencipok bibir saya. Wow rasanya seperti raja-raja jaman dahulu, diladeni banyak selir ! Sambil ngemut dan mengulum kontol saya, tangan Jalmo memainkan biji dan jarinya menusuk-nusuk boolku yang sudah dibikinnya longgar. Sensasi diserang tiga tukang bangunan perkasa sungguh luar biasa ! Malam itu kami tidur berempat, masing-masing ngecret sekali lagi, sambil tiduran Jalmo dari belakang menyelipkan burung rajawalinya diantara paha saya…… matanya meski ngantuk merem dia menggesek kemaluannya pelan-pelan, lama-lama makin cepat dan crrrrooooooooooot …….! Paha saya basah oleh lendir dari kontolnya. Slamet juga begitu, dia memeluk saya dari depan. Sambil menggesek ia mengelomot bibir saya sepuas-puasnya. Bibir saya digigit-gigit sampai perih sewaktu ia menembakkan peju. Edi minta diemut aja, ia ejakulasi di dalam mulut saya lagi, setelah itu saya ketiduran di selangkangannya dengan pipi dan dagu belepotan sperma. Besok paginya mereka pulang sesudah mandi dan sarapan, saya pesan kepada mereka :”Kesini lagi ya nanti ! ajak temannya yang lain !”

###

20 Gay Erotic Stories from Safenias@yahoo.com

24/7/365

Tinggal di Arab merupakan sebuah kenikmatan, berbagai macam barang ada, harganya murah, bahan makanan dan minuman juga lengkap! dan hampir semua orang di sana yang kutemui baik-baik, terlebih para lelakinya selalu menawarkan kemaluannya dengan penuh keramahan.Setiap saat aku mau, selalu dapat kontol, pagi subuh nemu kontol, sarapan pagi….juga kontol ! jam sepuluh ada kontol, siang bolong

6 jam di jogja

Enam Jam Di JogjaIni bukan kisah sejarah perjuangan Pak Harto dalam masa Revolusi, meski judulnya sama tapi ini sejarah tidur dan bergulat dengan seorang Pakistan di atas kasur. Sama-sama seru ! Pak Harto berjuang mengandalkan pestol, cerita yang ini berjuang mengandalkan kontol.Begini ceritanya : Sebuah hotel baru akan diresmikan di daerah Losari, dekat Magelang, gerombolan kami turut di

A Tale From Arabia

A Tale From ArabiaSelama sebulan lebih aku harus bolak-balik Mecca-Medinah, tamu-tamuku bertebaran di kedua kota tersebut. Ada 36 orang di Mecca dan 54 orang di Medinah. Terus terang lebih banyak tamu-tamu menghabiskan waktu di Medinah, karena suasananya lebih damai dan sejuk. Begitu juga orang di sana jauh lebih ramah. Kotanyapun lebih rapih dan menyenangkan.Jarak Mecca -Medinah kutempuh

AKWANG

AKWANG Bulan September 2004 team kami harus mengunjungi tempat pengungsian minoritas Cina, mereka korban Gerakan Aceh Merdeka, letaknya di daerah perindustrian, kota di mana kami tinggal. Kami siap-siap dengan berbagai kebutuhan pendidikan dan obat-obatan. Hari yang ditentukan tiba, kami datang dan disambut ramah panitia pengungsi, kami langsung membagi diri sesuai tugas masing-masing.

arabian night

Sore itu aku baru saja mendarat di Ngurah Rai International Airport, segera check-in di Grand Bali Beach Hotel yang jauh dari hiruk pikuk, terlebih karena setumpuk pekerjaan yang harus kulakukan berada di daerah Renon, dekat dengan Sanur. Belum sempat beristirahat telponku berdering, rekan bisnisku mengajak makan malam di Jimbaran, segera kami meluncur ke sana. Waktu baru saja menunjukkan pukul 7

Bali The Heaven On Earth

Pagi-pagi Tante Ida menelpon dari Jakarta :”Man, anak lelaki sahabat Tante di Denver nanti mendarat jam 11 siang, mau liburan di Bali, maaf ya ! dadakan ! Tante sibuk, lupa kasih tau, nanti sekalian ke kantor, Tante transfer ke rekening BCA kamu buat uang pegangan…...” dan seterusnya…..ia memborong bicara, padahal aku masih ngantuk ! bayangkan aku baru tidur jam 2 dan jam 6 pagi Tante saya

Blitzkrieg !

Blitzkrieg !Halo-halo pencinta cerita homo ! Ini laporan pandangan mata, fresh report dari Dili, “kota sejuta kontol” Sore tadi bersama teman-teman saya pergi ngopi ke Area Branca, atau Pasir Putih, daerah tepi pantai dengan pasir yang warnanya putih. Areanya tidak besar, paling-paling hanya sepanjang 1 km, tapi di sore hari kota Dili tampak cantik dari sana, bukit-bukitnya terlihat biru dan

bread & butter

Pernah suatu kali Iwan Tirta mengatakan kepadaku “relations & sex” ibaratnya seperti bread & butter, tak terpisahkan seperti roti yang harus diolesi mentega. Hmmm….. coba pikirkan ! kata-katanya benar ! Pada pengalamanku, bila seks antara aku dan pasanganku cocok maka hubungan kami menjadi lancar, hal-hal kecil yang bisa menjadi biang keributan akan terselesaikan di atas ranjang. Atau

Dili 2008

Dili 2008Pertama kali aku melihatnya bulan Agustus 2008, di sebuah restoran bagi kalangan menengah di kota Dili, Timor Leste. Aku dan teman-teman sedang makan malam, tidak jauh dari tempat kami duduk rupanya ada perayaan ulang tahun. Sepotong kue taart besar di pasangi lilin digiring ke meja rombongan itu. Suasana penuh senda tawa dan bahagia, tiup lilin dan jepret-jepret mereka berfoto. Yang

Goyang Dombret

Goyang DombretAda sebuah kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari, setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume

Jakarta-Bandung-Jakarta

Jakarta-Bandung-JakartaHari Jumat jam 15.15 KA Parahyangan melaju dari Stasiun Gambir menuju Bandung, di atas kereta aku berkenalan dengan seorang pemuda ganteng, alis matanya tebal, bibirnya sexy, kesannya seperti Brad Pitt, tapi Melayu punya. Kami saling memperkenalkan diri, namanya Bagyo, lulusan Universitas Parahyangan, Bandung. Ia sendiri tinggal di Jakarta, tapi karena ada keperluan

Jakarta-Bandung-Jakarta Jilid II

Bagyo menyumpah-nyumpah kegelian “gue udah nggak tahan lagi nikh…..” ia mulai mempercepat goyangannya, maju mundur dengan cepat, gerakannya membuat aku kelabakan, aku mulai mengimbangi dengan menggenggam kontol itu, setengah masuk mulut setengah kujilat sambil kukocok dengan tangan. Bagyo semakin buas, tangannya menjambak rambutku menekannya sekaligus ke selangkangannya “niiiiiiiiikh… rasain

kenangan di masa lalu

Kenangan Di Masa Lalu (I)Hingga aku SMA, aku tinggal bersama orangtuaku di jantung kota Jakarta. Di sebuah rumah lama, peninggalan jaman colonial, rumah itu bagiku sangat besar, luas tanahnya saja 2000 meter. Rumah induk tempat keluarga kami tinggal membuat pembantu ngos-ngosan, karena sehari ia harus menyapu dan mengepel 2 kali. Karena terlalu besar, pavilion di sayap kanan disewakan

kisah cinta nan jauh di rantau

Mungkin aku pacaran sudah lebih dari 19 kali, maksudku pacaran yang serius, bukan sekedar hubungan badan biasa. Kadang menjelang tidur aku membuka-buka buku catatanku dan mengenang pacar-pacarku dulu. Salah satu diantaranya bernama Gandhi, karena ia paling romantic dan paling berbakti. Gandhi adalah salah satu pacar yang paling tidak akan kulupakan.Aku berkenalan dengannya tahun 1996, ketika

Kontol di Museum

Kontol di MuseumKalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu.Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu

magnum force jilid I

Magnum ForceDi ujung Jalan Kajeng sedang dibuat Bale Banjar yang baru, tukang-tukangnya sebagian besar dari Jawa. Agak lebih jauh sedikit di teras sawah, tinggal temanku Yoko, seorang perempuan Jepang yang sedang belajar menari di Peliatan. Pondok Yoko bergaya Jepang dikelilingi kolam Lotus…romantis sekali, kalau bulan purnama aku selalu ke sana, mendengarkan music, minum brem atau arak atau

MANDREHE

MandreheMandrehe adalah sebuah desa kecil, di tengah Pulau Nias. Saya menyukai desa tersebut, letaknya tinggi di perbukitan, cuacanya sejuk, dari sebuah tempat di sana kita bisa memandang Pulau Sirombu dan birunya Samudra Hindia yang seolah tak berbatas. Indah !Pertama kali ke sana, saya tercengang melihat tempat saya harus menginap, sebuah kamar di Seminari yang tidak terurus. Perlu 3 jam

Nias Pulau Seribu Kontol Jilid II

Nias - Pulau Seribu Kontol Jilid IIBetul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan

singing in the rain

Singing In The RainPerumahan Taman Setiabudi Indah di Medan sedang banyak membangun rumah mewah, bangunan setengah jadi ataupun tahap finishing gentayangan sepanjang jalan. Beberapa bangunan hanya dipagari seng, atau terbuka sama sekali, pemiliknya belum punya cukup dana untuk menyelesaikan rumah tersebut. Di bangunan-bangunan seperti itulah tukang-tukang jualan makanan bergerobak beristirahat

wayan

WayanSebulan sudah aku menetap di daerah Petitenget, Seminyak. Duapuluh tahun lalu tempat ini begitu sepi dan mungkin sebagian besar orang tidak tertarik berkunjung kesini. Tapi Petitenget kini berubah menjadi surga kaum pelancong bule kelas atas. Coba saja lihat Potato Head, W Hotel, Metish, Sardin, Bali Bakery dan semua tempat yang terbilang mahal ada di lokasi ini.Banyak hotel dan

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story