Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

A Wonderful And Heavenly Time With Arief

by Bagus Errwynn


To share the room with Arief in Australia was such an enjoyable and heavenly experience in my life. Sudah sejak lama aku tertarik kepada Arief (M. Arief S. Suditomo) seorang penyiar berita di TV. Tetapi, para pembaca yang terhormat perlu ingat bahwa ada ribuan penyiar bernama seperti itu. Jika ada persamaan dengan nama seseorang, tentulah itu semata-mata suatu kebetulan atau coincidence saja!. Seperti halnya semua homoseks di negeriku, jika aku terpikat pada sesama jenis, aku harus memendam dan menyembunyikan perasaanku dalam-dalam. Sebetulnya, aku beruntung (atau sial), walaupun aku homoseks tulen 100% aku sempat kawin dan punya anak. Sehingga rahasia pribadiku benar-benar dapat tersamarkan dengan baik, persis seperti penyamaran tentara waktu operasi atau latihan militer. Aku lebih beruntung lagi karena aku dilahirkan dengan fisik yang jantan dan macho, sehingga tak ada alasan orang bisa menyangka aku seorang gay. Lebih beruntung lagi karena aku berprofesi tentara dan berpangkat perwira, tamatan suatu dari Akademi Militer tekenal di negeriku. Berkat penampilanku yang ganteng, gagah dan atletis, punya otak cerdas dan kualifikasi pasukan khusus serta ban hitam karate, maka aku terpilih untuk bertugas dalam suatu tim pengamanan orang penting (VVIP). Walaupun tugas seperti ini bukan yang pertama kali aku jalani, tetapi kali ini aku punya pengalaman sangat indah. Pengalaman indah ini justru terjadi di luar negeri, yaitu ketika aku ditugaskan untuk ikut berangkat dengan tim pengamanan ke Australia. Seperti biasa rombongan orang penting keluar negeri selalu disertai rombongan wartawan dari berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Dapatkah pembaca bayangkan betapa berbahagianya aku ketika dalam daftar wartawan yang ikut tercantum nama : Arief Suditomo. Penyiar TV pujaan-ku yang aku kagumi dan aku sayangi. Segera saja otak intelijens-ku bekerja. Aku harus merekayasa agar aku bisa selalu dekat-dekat dengan Mas Arief-ku tercinta. Jujur saja, aku belum pernah melihat Mas Arief-ku dengan mata kepala sendiri. Aku baru melihatnya di layar kaca saja. Tapi aku sudah siap mental, akan seperti apa pun penampilan Mas Arief di dunia nyata, akan aku terima dengan hati dan tangan terbuka dengan penuh cinta dan kasih sayang! Sebagai seorang perwira berpangkat cukup tinggi maka aku lebih banyak berperan di belakang layar, mengatur komando, mengatur strategi, memantau dan mengawasi. Termasuk dalam kekuasaanku adalah mengatur tempat duduk di pesawat dan mengatur kamar di penginapan ("demi keamanan VVIP"). Begitulah, dengan otak cerdasku dan kewenanganku aku berhasil menempatkan Mas Arief duduk di sebelahku di pesawat dan yang paling penting tentunya aku harus mengatur bagaimana caranya agar di hotel, aku bisa sekamar dengan Mas Arief-ku tercinta!. Pada hari bahagia yang kutunggu-tunggu, rekayasa-ku berhasil. Di pesawat aku duduk di samping Mas Arief. Aku bersiap-siap, agar kegembiraanku dan perhatianku pada Mas Arief tidak ketahuan. Oleh karena itu aku harus menggunakan topeng tentara-ku yang dingin dan arogan tapi dikemas dengan keramahan yang memukau. Ah, untuk yang satu ini aku memang pakarnya! Ketika pertama kali jumpa Mas Arief, kulihat tubuhnya lebih kecil dan lebih gemuk dibandingkan dengan di TV, tapi daya pikatnya tetap luar biasa. Sebelum duduk di samping pria pujaanku, aku bermeditasi dan latihan nafas berulang-ulang agar kelihatan sewajar mungkin. Akhirnya, aku berhasil. Pangkatku yang lumayan tinggi dan penampilanku yang OK membikin Mas Arief respek padaku serta bersikap ramah dan sopan. Dengan berhati-hati, sepanjang perjalanan aku nikmati dengan mataku semua bagian tubuh Mas Arief yang bisa kulihat dari luar. Bibirnya yang merekah seakan siap untuk kulumat. Kuhirup hawa mulutnya dan hawa nafasnya yang segar. Kulirik tahi lalat di kelopak matanya dan kulitnya yang putih bagai salju, serta jemarinya yang membikin aku hampir tak sabar lagi ingin meremasnya! Oh, Mas Arief, betapa gantengnya kamu!. Dengan wawasan dan pengalamanku yang luas kubawa Mas Arief berdiskusi ke semua hal yang membikin ia tertarik pada topik pembicaraanku. Tidak lupa kusinggung masalah keluarga-nya, masa pendidikannya di Inggris, hobbynya traveling dan olahraganya tenis dan berenang. Hari lahirnya yang 14 Agustus 1968, dan alamat e-mailnya. Tanpa mengurangi perhatian dan kewaspadaanku sebagai perwira pengamanan VVIP, aku nikmati sepuas-puasnya keberduaanku di kursi pesawat bersama Mas Arief-ku, pria pujaan-ku, kekasih-ku, fans-ku. Entah apalagi.. -ku,-ku,-ku.. yang lain! Tanpa terasa 6 jam penerbangan ke Australia dari negeriku hampir berakhir, berarti aku akan memasuki sorgaku yang kedua yaitu ngamar bersama "suami-ku" : Mas Arief-ku tercinta! Sementara itu, selama ngobrol dengan Mas Arief, dengan keahlian psikologiku, dalam 6 jam penerbangan aku membangun rasa percaya Mas Arief kepadaku sebagai teman dan sahabat! Hal ini penting agar ia tidak menolak jika ditempatkan sekamar denganku. Aku juga dengan sengaja secara samar-samar menyiratkan keterampilanku dalam pijat refleksi dan ilmu tusuk jarum. Dengan demikian jika aku berhasil ngamar dengan cowok ganteng yang satu ini, dia tidak kaget jika aku pijat-pijat atau aku jamah-jamah tubuhnya yang putih mulus itu! Rupanya semua usaha-ku tidak sia-sia.! Aku berhasil ditempatkan sekamar dengan pria yang paling hebat di dunia (menurut versi-ku) dan Mas Arief tidak menolak. Aku berpura-pura sibuk dengan masalah pengamanan dan hampir dua jam kemudian baru aku masuk kamar. Waktu aku berjalan ke kamar, dalam lift baru aku ingat bahwa aku harus "mengikat" Mas Arief agar dia tidak punya acara yang berbeda dengan kegiatanku. Karena bisa saja dia meliput berita di lokasi lain dengan lokasi VVIP sehingga percuma saja sekamar dengan "kekasih" jika aku tidak pernah ketemu dengan dia!. Terpaksa kau menelepon staf-ku dan memerintahkan agar acara crew TV dapat selaras dengan acara VVIP "demi keamanan". Dengan cara begitu "cowok"-ku yang ganteng akan terus berada di dekatku sepanjang kunjungan resmi. Waktu kuketok pintu dan ia mebuka pintu kamar aku pura-pura surprise jumpa dia lagi. Tapi kelihatannya dia senang bisa ketemu orang yang sudah dia kenal akrab di pesawat. Selanjutnya, aku harus berpikir keras bagaimana aku bisa menikmati tubuh mulus Mas Arief-ku dengan lidahku dan menikmati kontolnya yang perkasa, sementara itu lubang pantatnya sudah aku niatkan tidak akan kuganggu. Aku hanya akan mencoba mencicipi kontol, puting susu, ketiak dan bibirnya yang provokatif itu. Tentu saja pejuh dan air ludahnya harus bisa masuk ke dalam tubuhku melalui mulutku. Jika beruntung aku bisa menikmati kehangatan air kencingnya! Aku juga harus mencukur atau mencabuti rambut ketiaknya sampai bersih, gundul bagai ketiak perawan! Jembutnya akan aku rapihkan agar Mas Arief bisa rapih "luar dalam"! Aku akan berusaha agar Mas Arief tidak canggung bertelanjang bulat di hadapan-ku. Demikianlah, akhirnya surga diantarakan untukku ke Australia. Pengantin-ku ternyata "pria sejati". Tanpa ragu dia kencing dengan tidak menutup pintu kamar mandi. Tenang saja dia menanggalkan pakainnya sampai batas kancut di hadapan-ku. Aku bangga dipercaya Mas Arief untuk menyaksikan sebagian ketelanjangan tubuhnya yang mulus, aku juga kagum akan keterbukaannya padaku. Kebiasaannya untuk tidak menutup dan mengunci pintu kamar mandi membuka peluang bagiku untuk bergabung dengan dia waktu dia mandi. Maka, ketika terdengar ia mulai mandi di bawah shower, aku melakukan blietzkrieg dan bergabung dalam ketelanjangan bersama Mas Arief. Dia menerima baik joint-shower itu!. Aku memulai bantu-bantu menyabuni-nya. Hari-hari pendek yang penuh kesibukan itu aku jalani dengan Mas Arief-ku. Aku lakukan time management secara ketat agar aku bisa bertugas mengamankan VVIP dengan baik, menikmati tubuh Mas Arief sepuas-puasnya dan mencapai semua rencana dan target pribadi yang telah aku tetapkan yaitu mencicipi kontol, puting susu, ketiak, bibir dan menghisap pejuh dan ludah Mas Arief. Cerita selanjutnya, aku pendekkan ( demi kecintaanku kepada Mas arief), bahwa akhirnya targetku tercapai semua! Ini adalah pengalaman terindah dalam hidupku. Sekarang aku siap untuk mati, karena aku sudah merasakan semua keindahan dan kenikmatan di dunia! Mas Arief-ku tercinta, Sampai Jumpa Lagi Di Akhirat!

###

17 Gay Erotic Stories from Bagus Errwynn

A Test Of The Endurance Towards Pain

Is it true that a soldier must be able to endure severe pain? So that the training must also include how to deal with pain? But the instructors create a torture that create pain like hell! Temanku Johann terpilih jadi Komandan Capratar. Karena memang dia punya banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan Capratar lain. Capratar atau Calon Prajurit Taruna adalah sebutan untuk Taruna

A Wonderful And Heavenly Time With Arief

To share the room with Arief in Australia was such an enjoyable and heavenly experience in my life. Sudah sejak lama aku tertarik kepada Arief (M. Arief S. Suditomo) seorang penyiar berita di TV. Tetapi, para pembaca yang terhormat perlu ingat bahwa ada ribuan penyiar bernama seperti itu. Jika ada persamaan dengan nama seseorang, tentulah itu semata-mata suatu kebetulan atau

Come Across A Celebrity

I have never imagined that one day I will be able to know him in person and much more to enjoy and to taste his body. Aku adalah seorang manajer gedung pencakar langit. Gedung itu milik suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang property. Karena letaknya strategis dan rancangan serta lay out-nya menarik, gedung itu sering dijadikan tempat shooting untuk iklan, video clips maupun

Diperkosa Dua Orang Pelatih

Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya.

Hanya Karena Terlambat Melapor

Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum

Jeffry My Best Friend

This is what happened during my cadet days in the Military Academy. Pengalaman ini aku alami sewaktu aku masih menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer di suatu negara yang tidak perlu aku sebutkan. Pada masa itu, sangat lazim bahwa kekejaman diterapkan kepada kami para Taruna. Apakah sekarang cara-cara sadis dalam pendidikan militer masih diterapkan di negara tersebut, aku tidak

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin. Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku

My Father's Aide De Camps

Ayahku seorang perwira tinggi suatu angkatan yang tak perlu aku sebutkan di negara mana. Sebagai pejabat militer penting dengan pangkat berbintang-bintang dia didampingi seorang ajudan, namanya Jeffri berpangkat Letnan Satu. Ajudan dalam Bahasa Inggris disebut ADC atau Aide De Camps. Tugas ajudan adalah melancarkan pekerjaan dari pejabat yang didampingi termasuk mengatur waktu dan

My Terrible Experience as Cadet

The terrible thing to be a cadet is that the instructors or the senior cadets always have good reasons to punish, either for minor infractions or just for reasons they just make it up. Saat aku menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer, dampak psikologis dari perlakuan keras, kejam dan sadis terhadap Taruna nyaris tidak diperhitungkan. Apalagi masa Latihan Dasar Militer atau Masa

Swimming In A Deserted Pool

Waktu peristiwa ini terjadi, abang iparku menjabat komandan batalyon dari tentara di suatu negara (yang tak perlu kusebut nama negaranya). Asrama batalyon itu terletak di luar kota dan abangku tinggal di rumah dinas dalam kompleks asrama itu. Kalau hari libur aku sering menginap di rumah abang ipar atau kakakku itu. Mereka tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Kadang-kadang kalau

Taken Hostage By Free Aceh Movement

It was just a good luck that being a serviceman I was freed unharmed by the Aceh Free Movement men after taken hostage for almost one month. But I had to serve the needs of these men. Kejadian ini bagaikan mimpi. Ketika itu aku menyamar sebagai "orang sipil" dengan mengubah potongan rambutku, cara berpakaian, cara bersikap bahkan cara bicara. Tugasku di bidang intelijen

The Enjoyable Pain And Happiness Of A Cadet

To be a Cadet of the Military Academi was my obsession as a teenage. I was very happy when I passed the test and accepted to join the Military Academy. Really, I got what I wanted : the enjoyable pain and happiness! Dapatkah anda bayangkan apabila anda sehari-hari dikelilingi oleh pria-pria ganteng yang wajahnya mirip Donny Kesuma (yang ganteng dan atletis), Anjasmara (yang ganteng),

The High School Next To The Military Academy

Those high school students who want to become a cadet in the military academy have to attend an orientation course which is quite (sexually) impressive. Waktu aku masih bertugas sebagai instruktur di akademi militer suatu negara (yang tak perlu kusebut namanya) ada kegiatan yang disebut Orientasi Pelajar. Kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh murid laki-laki dari sekolah menengah

The Military Detention Centre

I never imagined that in this modern times a military detention centre still has a torture chamber. Aku memanggilnya Bang Jeffri karena dia kakak kelasku di Akademi Militer (tak perlu kusebut di negara mana). Kami hanya berbeda satu tahun dan aku sebetulnya cukup dekat dengan Bang Jeffri. Waktu masih jadi Taruna di Akademi Militer, Bang Jeffri termasuk Taruna Senior yang gemar

The Strange Policy In The Military Academy

The Military Academy has a strange policy of making circumcision obligatory to all of its cadets. Bagaimana sejarahnya hingga sunat (khitan atau sirkumsisi) merupakan kewajiban bagi semua Kadet atau Taruna Akademi Militer? Tidak jelas. Secara resmi dinyatakan bahwa kewajiban itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Taruna (yang kelak jadi Perwira), dan demi kesempurnaan

What Did Shellwynn Do To Johann?

How could Johann an army officer who possessed a black belt karate could not resist the sexual encounter of Shellwynn? Baik Shellwynn maupun Johann jika dilihat dari luar adalah lelaki normal. Keduanya menikah dan punya seorang anak. Penampilan dan profesi Shellwynn sangat berbeda dengan Johann. Wajah Shellwyn bernuansa Eropa, terutama karena warna kulitnya yang terang dan hidungnya

What Did They Do To Me In Captivity?

He was abducted not because of political reasons but for sexual reasons instead. His magnificent body had attracted the rebels to take him into captivity in order to take turns enjoying his big cock, ass, nipples and armpits. Abdul Rasyid, putera Aceh asli dari Blang Pidie adalah seorang mahasiswa di suatu fakultas di Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Dia bukan aktivis politik

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story