Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Aku Simpanan Omku, Part 2

by Thomson


Setelah hampir melupakan peristiwa itu, siang itu aku menerima telpon si Om dari kantornya. Ia menyatakan akan menjemputku sore hari itu juga. Aku sich... OK aja. Dan di luar dugaanku tiba-tiba si Om telah muncul dengan BMWnya. Saya sempat heran sebelum beranjak ke dalam " Ron bawakan pakeanmu dua atau tiga potong...!" Setelah mandi buru buru dan mengemasi pakaian seperlunya kami berangkat dari rumah menuju daerah yang belakangan saya tahu merupakan salah satu kawasan elit dan hijau di Selatan Jakarta. Sepanjang perjalanan tak henti-henti tangan si Om mempermainkan kontolku, sehingga praktis dari sejak berangkat kontolku otomatis mengeras bagaikan baja saja. Terkadang si Om sampai kewalahan juga nyetir dengan satu tangan. Sementara tangan lainnya asyik mengenggam, meremas serta mengelus batang kemaluanku dari pangkal, zakar, badan hingga kepala kontolku. Dengan membasahi tangannya dengan ludahnya si Om mempermainkan canopy ku (batas helm dan leher bonggol) dan diselingi dengan memainkan lobang kencingku terus secara bergantian, hingga tak terasa mobil telah berhenti di depan pagar rumahnya yang cukup asri penuh dengan bunga dan pepohonan yang rindang. Dengan dua kali klakson pintu telah terbuka oleh seorang lelaki setengah umur yang saya duga merupakan penjaga rumah si Om. Satu yang membuat aku sangat terkejut ketika dipersilahkan masuk ternyata perempuan cantik yang dari tadi saya kira anak si Om ternyata adalah istrinya sendiri. Wajahnya tidak kalah dengan artis-artis sinetron Indonesia, putih, mulus dan segar. Umurnya sudah menjelang kepala empat namun penampilannya tidak jauh beda dengan putri sulungnya sendiri yang mau menginjak remaja dan duduk di bangku SMU. Di luar skenario dan dugaanku si Om menyampaikan kepada istrinya bahwa saya adalah salah satu staffnya di kantor dan dia bemaksud meminta aku menunggu rumah mereka, selama mereka lebaran di kampung, kebetulan saat itu puasa sudah memasuki hari ke 28 dan mereka rencana berangkat besok subuh. Karena posisiku seolah-olah sudah sepakat sebelumnya dengan si Om, saya hanya bisa mengiyakan apa yang diucapkan oleh si Om saat itu. Setelah ngobrol dan berbasa-basi sejenak, saya diantar pembantunya ke kamar yang akan saya tempati nantinya selama mereka mudik. Kamar itu terletak terpisah dari rumah si Om berukuran 4x5 dan cukup artistik penataannya. Aku duduk di ranjang dan merebahkan tubuhku melepas lelah. Dalam hati saya masih bertanya-tanya. Kenapa Om itu begitu mempercayai saya padahal saya baru kenal dengan dia. Tapi ah...... sudahlah batinku.... yang penting kenyataan memang saya bukan orang jahat. Saya bisa dipercaya. Maklum lingkungan baru dan suasana masih asing bagiku hingga jam 11 mataku belum juga mau diajak tidur. Setiap kali kucoba memejamkan mata, setiap itu juga khayalanku ke mana-mana. Aku membayangkan tubuh si Om yang kekar serta kulitnya yang coklat sedang bergumul dengan istrinya yang lembut dan putih. Bagaimana dia bisa tertari dengan sebongkah kontol sementara istrinya sangat setia dan sabar menunggu setiap kali dia mau landing dengan rudalnya. Begitulah lamunanku ngelantur kemana-mana hingga aku dikagetkan oleh suara ketukan tiga kali di daun pintu. Cukup pelan memang namun cukup untuk membuyarkan sebuah khayalan yang terdiri beberapa episode. "Eh.... Ron belum tidur........!" sapa si Om memecahkan teka-teki dalam fikiranku atas siapa yang mengetok pintu malam begini. "Gimana ada yang kurang nggak di sini...?" tanya si Om dan kujawab "Kamar dengan kondisi begini sudah lebih dari cukup buat orang seperti saya,,!" "Bisa minta tolong pijitin nngak??" tanya si Om sambil menanggalkan kausnya dan seiring itu muncullah otot-otot bisep, trisep dan dadanya yang cukup membuat jantung berdegup berlomba-lomba. Dengan senang hati saya mulai mengambil posisi untuk memijat pundaknya, punggung hingga ke ujung kakinya. Entah apa yang terjadi selanjutnya yang kutahu kami berdua sudah dalam posisi bugil tanpa sehelai benangpun. Detail tubuh si Om begitu terang dari kepala sampai leher hingga selangkangannya dapat saya amati dengan sangat jelas. Si Om langsung mengambil posisi jongkok di hadapanku sehingga wajahnya persis menghadap selangkanganku dan mulutnya frontal dengan kontolku yang berdiri 45 derajat ke atas hinnga kepalanya persis di depan pusarku. Mula-mula tangan si Om megelus batang kontolku, menciumi dari kepala, leher hingga bodynya, terus menyusuri kantung zakarnya di jilati, di emut, kiri dan kanan. Naik ke atas lagi sekarang lidahnya mempermainkan lobang kencingku, aku menjerit ke nikmatan "ohhhhhhh....ommmmm.......!!! ohhhh!!!!" tidak lama kemudian kontolku sudah amblas di mulutnya. Dikeluar masukkan hingga kurasakan kepala kontolku mentok di kerongkongannya. Sesaat si Om terhenti tapi setelah itu dia kulum lagi, dia isap kepalanya bagaikan menyedot saripati, seolah tidak mau melepaskannya. Lidahnya memepermainkan canopy ku terus lobang kencingku. Oh.... Ron kontolmu gede bangat.....!!! jangan kasih siapa-siapa ya pintanya sambil melahap nya habis. Dia keluar masukkan hingga bibirnya yang tebal dan seksi bergesekan keras dengan kepala kontolku di daerah canopy. Oh.... nikmat sekali. Keringat membasahi tubuhnya dan kemudian saya keringkan dengan handuk. Setelah puas mengisap rudalku. Si Om mengambil posisi telentang dengan kedua paha di anggkat tegak lurus ke atas hingga lobang pantanya siap untuk di penetrasi. Tembak Ron..... tusuk Ron.... udah nggak tahan nich... pinta Om setengah memelas. Aku mengambil posisi berlutut sedemikian sehingga akau dengan enak dapat mengarahkan kontolku yang dari tadi udah nggak sabaran persis di depan liang pantat Om yang ditumbuhi bulu rimbun. Kutempelkan kepala kontolku tepat di lobang pantanya kugosok-gosok ke kiri, ke kanan, atas bawah memutar dan si Om mulai melumasi kepala dan batang kontol ku dengan lidahnya dan membimbingnya ke liang senggamanya, yang sudah menunggu untuk segera ditusuk dari tadi. Mengerti apa yang Om inginkan aku segera menuruti dan mengokang senjataku dan....setelah .satu, dua, tiga kali menusuk secara perlahan dan lembut langsung kehunjamkan kontolku ke dalam anus Om ku yang hangat. Hingga membenam yang tersisa tinggal kedua bijinya, seiring dengan itu Omku mengelinjang merintih "accchhhhhhhhh.......ohhhhhhhhhh...... achhhhhhhhhhh.....!!!!" menahan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya dengan seukuran yang kumiliki menurut pengakuannya. Sambil terus menggerakkan pantatku kukeluar masukkan kontolku dan disambut dengan gerakan pinggul Omku tidak kalah gesitnya. Kujilati pentil nya payudaranya yang montok dan kencang. Dan tidak lama berselang bibir kami saling bertemu saling menggigit bergantian atas dan bawah. Kujulurkan lidahku dan disambar segera dan ditelan oleh Omku bagaikan singa lapar, begitu terus saling bergantian. Sementara kontolku masih pada posisi semula mengenjot dan menghunjam terus liang senggamanya. Setelah gaya itu Om mencabut kontolku dari lobang buritnya. Dan kini ia menyuruh aku duduk dipinggir bed. Tahu apa yang dia maksud aku menurut sesuai instruksinya. Dia membelakangiku lalu memposisikan pantanya persis di atas batang kemaluanku yang masih kokoh karena belum memuntahkan laharnya. Kemudian dia duduk perlahan sambil mengarahkan ujung penisku tepat ke pintu anusnya. Tanpa menunggu lebih lama kublas kutusuk senjataku hingga membenam bersarang di dalam usus hangat pamanku kurasakan detak jantung nya menderu-deru. Dadanya naik turun begitu juga ssaya. Kulingkarkan lengan ku di tubuhnya Kuremas dan kupiting payudaranya. Sementara dia menggelijang menaik turunkan pantatnya yang padat dan berisi dengan gerakan yang semakin cepat, sehingga ia bagaikan duduk di atas sebuah kursi pegas naik turun. Kurasakan otot-otot anusnya mencengkram kontolku terutama di daerah kepala dan canopynya. Puas tanganku mempermainkan puting susunya, lalu tanganku bergerak ke bawah menggapai kontolnya yang keras, dengan maksud agar sama-sama ejakulasi kukocok kontolnya sementara di masih menggelinjang naik turun. Menjelang dua menit tiga menit, aku merasakan seolah-olah lahar akan muncrat dari dalam batang kemaluanku. Dan Ochhhhhhhhhhhhhh.................... aku tak bisa menahan laju semprotan mani dari lubang kontolku menyemprot ususnya satu, dua, hingga lima semprotan setidaknya bisa aku rasakan lepas dari batang kemaluanku. Sementara pada saat hampir bersamaan kurasakan tanganku basah oleh lumeran mani nya. Dan selanjutnya kami cepat-cepat membersihkan diri. Kulirik jam menunjukkan jam 00.45. Aku mulai sadar banwa aku berada di tengah keluarga Om ku. Kutanyakan "Apa mereka nggak curiga dengan keberadaan Om di kamar ini....?" Jawabnya " Satupun di antara mereka tidak berani mengusikku, dan mereka tidak akan datang menghampiri saya kecuali kupanggil..!!!!" Belakangan saya tahu dia sangat disegani, dihormati, dan dianggap orang besar yang berhasil/sukses di antara keluarganya dan keluarga besarnya, dan yang membuat aku semakin kaget ternyata dia seorang haji. Demikianlah di hari-hari selanjutnya aku dimintanya menemppaati kamar di rumahnya itu. Kami melakukan hal-hal yang intim layaknya suami istri setiap ada kesempatan. Bahkan tidak jarang, sebelum ia menafkahi istrinya, terlebih dahulu ke kamarku minta ditembak lebih dahulu olehku. Kadang aku merasa sangat bersalah pada istrinya, dia memperlakukan aku dirumahnya dengan baik layaknya saudara, begitu juga anak-anaknya yang yang cukup sopan terhadapku. Oh.. iya aku bertugas membantu memelihara koleksi burung-burung kesayangan Omku, hingga keberadaanku bisa diterima di rumahnya dan tidak dicurigai. Buat para pembaca yang mau kenalan silahkan komentar ke jerycoh@yahoo.com

###

2 Gay Erotic Stories from Thomson

Aku Simpanan Omku, Part 2

Setelah hampir melupakan peristiwa itu, siang itu aku menerima telpon si Om dari kantornya. Ia menyatakan akan menjemputku sore hari itu juga. Aku sich... OK aja. Dan di luar dugaanku tiba-tiba si Om telah muncul dengan BMWnya. Saya sempat heran sebelum beranjak ke dalam " Ron bawakan pakeanmu dua atau tiga potong...!" Setelah mandi buru buru dan mengemasi pakaian seperlunya kami

Aku Simpanan Omku...?!

Sebagai penghuni baru di Kota ini, sore itu aku memutuskan untuk jalan-jalan di salah satu mall terkenal di daerah selatan Jakarta. Aku ingin mengenal kota ini lebih dekat. Dan ternyata memang benar berbagai suguhan penampilan orang biasa dan sesekali selebritis melintas di depan mata lengkap dengan gaya dan penampilan yang wah cukup sexy. Baru beberapa blok berjalan saya berhenti di

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story