Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Andre dan Si Gondrong, Part 3

by Prince chakran


Dengan pasti si Gondrong menggendongku menuju shower daerah mandi terbuka. Angin malam yang dingin nggak mampu mengusir panas dan keringat di tubuh kami. Perlahan aku diturunkan dan disenderkannya di tembok. Aku memandang dia membuka keran shower, berdiri di bawah siraman air, membasahi rambut gondrongnya dan kemudian berbilas membersihkan diri dari sisa pergumulan kami – keringat, ludah dan lendir mani. Perlahan digosoknya daerah selangkangan, di kontolnya terlihat ada sisa lendir peju kental putih kemerahan campur darah. Dia lalu memandang ke arahku dan tersenyum. Diulurkannya tangannya ke arahku. Kusambut tangannya dan perlahan dengan tertatih2 aku berjalan ke arahnya. Lubang anusku terasa bengkak, longgar dan perih, sisa lendir mani meleleh turun hingga ke paha dalamku. Disambutnya aku dalam pelukannya. Kudekatkan mukaku ke wajahnya yang amat jantan itu. Secepat kilat bibir mungilku yang hangat merekah kembali dikecup dan dikulum nikmat. Kuhayati dan kurasakan sepenuh perasaan kehangatan dan kelembutan bibirnya itu, kugigit lembut, kusedot mesra ... mmmm nikmat. Hidung kami bersentuhan lembut dan mesra. Dengus nafasnya terdengar memburu saat kukecup dan kukulum bibirnya cukup lama, bau harum nafasnya begitu sejuk di pipiku. Perlahan direngkuhnya aku ke bawah siraman air shower. Dingin… membuatku merinding. Segera disiramnya tubuhku dengan air dari shower, membantu menggosok dan membilas tubuhku. Sentuhan tangan kasarnya di sekujur tubuhku membuatku jadi bergairah lagi, berakibat kontolku kembali ngaceng. Sepertinya dia tahu, hingga saat membilas paha dalamku dari sisa lendir, tangannya yang kasar berbulu menggesek batang kontolku hingga aku ngaceng makin keras. Saat ia membilas pantatku, tangannya meraba belahan pantatku dan menggesekkan jarinya ke dalam lubang anusku. Aku mendesis kesakitan, secara naluri aku segera berontak. Didekapnya aku erat2 sambil berkata “Sssst… sssttt…’, katanya menenangkan. Digosoknya belahan pantatku, dan perlahan jari tengahnya kembali mencoba dimasukkan ke dalam lubang anusku yang bengkak dan sudah longgar. Aku meringis, tapi membiarkan tangannya. Sekali, dua kali, lama2 jarinya makin lancar keluar masuk menyodok anusku yang masih licin karena sisa lendir sperma. Rasa sakitku lama2 berubah menjadi nikmat dan sampai terdengar erangan dan rintihan yang ternyata keluar dari mulutku sendiri. Si Gondrong lama2 birahinya naik juga, terbukti kontol gedenya yang berurat itu kini keras mengganjal pinggulku. Nafasnya mendesah2 panas di tengkukku. Sampai kemudian dicabutnya jarinya dari anusku. Diangkatnya kedua kakiku pada belakang lutut dengan kedua tangan, Dalam posisi begitu, aku diangkatnya dan seluruh berat badanku bertumpang di pantatku yang dipegangnya, sehingga seperti digendong dan membuat lubang anusku jadi terbuka lebar. Aku menaruh kedua tangan di belakang kepalanya. Kakiku memeluk perut si Gondrong. Dalam posisi ini, gravitasi pun membantu gerakan kami dan kontol si Gondrong akan masuk semakin dalam. Aku bergantung pada lehernya sementara ia mengarahkan moncong meriamnya ke ujung gua milikku. Pelahan tapi pasti si Gondrong menurunkan pantatnya, sambil memperingatkan, “Tahan sakitnya ya...”, Aku tak menjawab karena menahan nafas dan blesssssssssss………… Matanya terbelalak merasakan batangnya nyusup dengan hangat ke lubangku. Rupanya basahnya sudah sempurna hingga tanpa kesulitan sudah ¾ batangnya masuk ke tubuhku. Akhhhh.......... bukan main perihnya ketika batang kontol si Gondrong yang besar sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi ia tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kontolnya sampai masuk semua. Bblleeeeeeeessssssshhhhhhh… semuanya sisa meriam si Gondrong benamkan pada tusukan kedua... pelan sambil memelukku... dia goyang pelan sekali.... tenang.... terus sampai lama sekali.... aku merasakan kemesraan yang dalam..... hangat.... dadanya... Lalu dia mulai kerja menggoyang pinggang maju mundur… goyang kiri…. goyang kanan. Matanya sebentar-sebentar terpejam, sebentar-sebentar terbuka lebar. Sisa lendir air mani yang masih tinggal di dalam anusku menimbulkan irama yang teratur….. cik… cik…. cik….. seirama dengan goyangan pantatku. Naik turun …. Digoyang kekiri dan kekanan……. diputar. Entah diapain lagi. Eh… nggak lama badannya terasa bergetar lalu melenguh kaya sapi .. uhhhh …. yang lebih keras dari sebelumnya dan tiba2 memeluk aku erat dan jarinya meremas pantatku. Wah si Gondrong klimaks nih, pikirku. Tapi ternyata tebakanku salah, dia tetap terus beraksi. Lalu si Gondrong jalan dan pepetin aku ke tembok dengan tetap dia gendong, sambil batangnya masih nacep di lubang anusku. Buat dia tidak ada masalah ngangkat aku. Nggak percuma dia biasa kerja berat. Si Gondrong dorong badanku ke dinding dan ngentotin aku sambil berdiri. Punggungku sakit tergores dinding yang kasar, tapi aku nggak perduli. Permainan si Gondrong yang kedua ini lebih bisa kunikmati dibanding pertama. Semua perih dan sakit hilang, yang ada hanya rasa nikmat dan sepertinya si Gondrong juga merasakan hal yang sama. Aku mengerang, merintih dan menggerak-gerakkan pantatku naik turun seirama dengan gerakan pinggulnya. Aku benar-benar kelojotan ketika kemaluannya mulai merojok-rojok liang anusku dengan hebat. Aku berusaha mengimbangi dengan goyangan yang menurutnya luar biasa sekali, sehingga dia merasa seakan-akan kontolnya diplintir-plintir. "........ah .....ah.... .ah......" Suara erangannya lebih seru dari yang pertama. Lehernya kupeluk kencang didekap ke dadaku. Aku tahu ia hampir orgasme. Tapi dia nggak perduli. Bahkan dia memperhebat genjotannya. Ia terus mengerang-ngerang ketika genjotan kontolnya semakin diperhebat, hingga tiba-tiba ia menggerang dengan kerasnya, dan kemudian lemas, dan tampak kelelahan. Nggak lama dia keluarkan lagi lendir mani ke dalam anusku, membuat liangnya semakin basah dan licin. Wah bener2 si Gondrong sudah klimaks nih, pikirku. Tapi dugaanku ternyata salah lagi. Dia belum orgasme. Jagoanku ini tangguh sekali rupanya, masih liar menyodok2 persis banteng ngamuk. Aku diturukan dari gendongannya, lalu dia minta aku menunduk dengan kaki mengangkang, tanganku bertumpu di tembok, hingga posisi pantatku nungging mempesona... pantatku yang putih kemerahan dan lubang anusku yang kini kelihatan longgar dan bengkak kemerahan dengan bulu yang tipis tampak menantang untuk dijamah. Dari belakang si Gondrong peluk aku dan mulai lagi mengarahkan meriamnya pada sasaran.... Pelan-pelan dia masukin kontolnya ke lubangku dengan posisi doggy style, bleeeeeshhh.... mulai masuk dan beberapa goyang maju mundur standard mengawali permainan... "Hhhhhhhhgg....... " helaan nafas si Gondrong terdengar... Dia mulai tekan lagi, kali ini langsung diteruskan dengan manuver berputar saat mentok... berasa sekali di ujung goaku.... grek... kena nih.... pikirku.... "Eeemmmmmhhhhhhhhhh.... hhhhhhehhhhh...." erang si Gondrong saat kayuhan mentok tersebut... tangannya langsung merangkulku erat... Setelah kontol si Gondrong masuk semua, dia mulai ngentotin aku pelan-pelan. Dia bungkukkan badan untuk meraih dadaku... dapet... dan mulai diremas lembut sambil terus menggoyang maju mundur dan sesekali dia sendok, sodok ke atas, untuk memberi shock terapi.... "Hhhgg... " itu saja yang sempat keluar dari mulutku di sela erangan-erangannya... ditengah entotannya ke pantatku… yang terus meluncur... tanpa henti... dia pun masih terus menusuk-nusuk aku sambil manuver... makin lama makin bertenaga dan makin kencang, erangan dan rintihan kesakitanku makin membuat si Gondrong bernafsu untuk merojok liangku lebih dalam lagi, tanpa belas kasihan, entah beberapa puluh sodokan dia ayunkan pada posisi itu. Aku benar2 nggak kuat. Nikmat banget sodokan kontol gede si Gondrong ini. Baru kini kurasakan nikmatnya dientot kontol laki2 yang gede dan berurat. Dengan irama yang pasti, buah dadaku yang lunak itu diremas dengan gemas. Dua tangan si Gondrong akhirnya sibuk meremas dadaku, diplintir2 puting susuku olehnya dan dia mainin. Aku cuman bisa mengerang keras, "Ooh… ooh… maaaas… lagiiii… yes… yang keraaaas… oh yes… plintiiiir yang keraaaaas" Setiap kali puting susuku diplintir dengan keras, otot-otot lubang anusku semakin kencang menjepit batang kontolnya. Dia plintir putingku terus untuk lima menit. Lalu tangan kanannya mulai main ngocok kontolku sementara tangan kirinya memainkan pentil dan payudaraku, sementara dia makin fuck aku di pantat dengan lebih cepat. Sssssssshhh..... sssshhhhh..... "Ooohhh.... ssshhhh... lagiiii.. terusss sayang.... yaaaahhh.... ohhhh.... ssssshhhhh.....", lenguhnya nikmat. Dengan bersemangat aku kini makin goyang pinggulku maju mundur berpacu dengan sodokannya, menambah nikmat... Si Gondrong makin gemas, kontolku digenggam dan diremas seperti semula tetapi kemudian ia mulai memompa dan mengocok batang penis kesayanganku itu maju mundur..... srrrtt..... srrtt.... "Aakkkkhhhhh ....sssssshhhhhh ....... sssshhhh .....". Aku menggelinjang menahan nikmat, seakan terbang ke awang2.... ssssshhhh..... aaaggggghhhh ... Keringat mengucur deras, tubuh kami basah kuyup seperti mandi. Si Gondrong mengerang2 keras, matanya terpejam2, rambut gondrongnya yang kini basah berkibar seirama enjotan pinggulnya ke pantatku. Kulit pantatku yang putih jadi memerah karena terus gampar oleh selangkangnya. Plok, plok, plok, plok, plok… suaranya keras terdengar. Aku menjerit, tubuhku menggelinjang, makin keras, makin keras lagi. Kepalaku berputar liar ke kiri kanan, rambut ku yang agak gondrong liar menjurai2 kesana kemari, persis orang yang tripping. Tapi sungguh, ini lebih nikmat dari tripping. Nggak lama dia peluk pinggang aku kuat-kuat dari belakang sambil ngerintih huhhghgggggg .. huhgggg "Oh yes....fuck me .....fuuuccccckk mmeeeeee...." rintihku tak karuan membuat si Gondrong semakin mempercepat gerakan indahnya. "Ouggghhhhhh.... massss... enak sekaliiii....... akuuuu nggggaaak kuuuuuaaaatttt...... ooohhhhhhhh.... enaaaak bangeeeeet....... udah mau keluar nihhhh" rintihku. "Akuuuu jugaaaa, keluariiinn... ayoooohhhhh.. keluariiiin sama-sama yaaaaah...." ajak si Gondrong. Dia makin merojok aku dengan goyangannya yang makin liar...... Aku pun juga mulai merasakan maniku mulai merambah naik ke batang kontolku... "Aakuuuuu mau keluarrrrrr....cepetan keluarin punyamu.........." rintih si Gondrong. "Massssssss..... sammaaaaaaa...... Aku keluar juga hhhssssssssss.... yyeesssss..... " jeritku. Pada saat bersamaan aku menyemprotkan mani banyak sekali, muncrat ke dada dan tembok di depanku......... begitu pula si Gondrong, dengan hentakan terakhir yang lebih keras dan lebih dalam ke liangku, dia melenguh keras sekali, ”Uuuuuuugh… uuuugggghh…. uuuughhh…” ccrooorttttt...... ccccrroottttttttt.... crrrroooooootttttt…. Si Gondrong menembakkan lendir kenikmatan banyak sekali di dalam anusku sampai dinding anusku terasa hangat disemprot air peju-nya. Nggak ketulungan enaknya. Setelah semua keluar, si Gondrong memeluk tubuhku erat, lemas. Hidungnya menempel di tengkukku, menciumi rambutku yang basah, nafasnya panas liar merayapi kulitku.Walaupun dengan napas yang masih memburu tanganya tetap masih meremas buah dadaku. Kemudian tubuhnya memelukku lebih erat lagi. Kira2 sampai 5 menit kami berdua terdiam tanpa kata2 hanya dengan napas ter-sengal2. Perlahan dia mencabut kontolnya dari pantatku sampai menimbulkan bunyi seperti membuka botol..... pplllppppp..... Badanku diputarnya dan kembali si Gondrong merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dikecup dan dicumbunya bibirku dengan bernafsu. Tangan kirinya meraih pinggangku. Kupermainkan lidahku di dalam mulutnya, dan dengan mesra dia membalas cumbuanku dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku dengan bibirnya. Aaah... terasa nikmat dan manis… saat kedua lidah kami bersentuhan, hangat dan basah. Lalu kukecup dan kukulum bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibirku dan bibirnya saling beradu mengecup mesra. Setelah itu kami kembali berbilas di bawah deras aliran air shower, saling membantu membersihkan diri. Kemudian seperti anak kecil tanpa rasa bersalah, kami berlari kecil kembali ke bedeng. Bau sex mangambang di ruangan bedeng, sisa2 lendir mani berceceran di atas bale2, yang dengan sigap dibersihkan oleh si Gondrong. Suasana bedeng tampak berbeda bagiku, terutama bale2 kayu itu, tempat aku kehilangan perawanku. Si Gondrong memandang ke arah yang sama, kemudian mata kami bertemu. Seperti bisa membaca pikiranku, si Gondrong lantas tersenyum nakal. Teringat pertempuran panas yang tadi kami lakukan di situ. Setelah berpakaian, baru terasa perutku yang lapar. Aku melihat jam dan ya Tuhan… hampir jam setengah sepuluh malam. Artinya, hampir empat jam si Gondrong mengentotku malam ini. Aku lantas menawarinya makan bareng yang dijawab dengan anggukan. Kami makan di warung seberang proyek sambil ngobrol2 mengenal lebih jauh. Ternyata si Gondrong bernama Nugi, kependekan dari Nugroho, umur 28 tahun dan dari Surabaya. Dia tinggal di rumah kontrakan di kampung belakang proyek, bareng beberapa temannya dari Surabaya. Dia lantas menawari aku main ke rumah, yang kutolak karena sudah terlalu malam. Lain kali pasti aku mau. Siapa tahu teman2nya cakep2 seperti dia, jantan, masih single dan pasti pada horny. Kebayang kan apa yang bisa terjadi. Sampai rumah, badanku terasa hancur, capek banget. Kuhitung si Gondrong ejakluasi 3 kali dan aku dua kali. Pantas aja terasa capek banget. Pantatku masih terasa longgar dan bengkak sehabis dientot kontol berurat segede botol soft drink. Terasa sakit2 perih tapi enak, bikin aku pengen dientot lagi. Aku puaaaaas dan nikmaaaat banget. Dengan pikiran itu aku tertidur sambil tersenyum.

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

4 Gay Erotic Stories from Prince chakran

Andre dan Si Gondrong, Part 1

Hi kenalin, nama aku Andre. ASL? 21 tahun, laki-laki tinggal di Jakarta. Tinggi 175 cm berat 63 kg. Tampang lumayan, malah orang bilang cute mirip Aaron Kwok. Kulit putih karena aku keturunan Chinese, rambut hitam lurus agak gondrong, dibelah tengah, ujung poninya jatuh di bawah kuping. Rambutku halus, sampai kalau nunduk, semua poni jatuh ke depan. Bikin gemes orang aja, pengen

Andre dan Si Gondrong, Part 2

Si Gondrong dengan cueknya berjalan telanjang menuntun aku ke bedeng. Kontolnya yang gede berayun-ayun, basah mengkilat kena air mani campur ludah. Rambut gondrongnya berkibar kena angin. Si Gondrong membuka pintu bedeng yang tak terkunci, menyalakan lampu dan jelas terlihat isi bedeng itu. Di sudut ruangan ada dipan bale-bale tempat para mandor biasanya santai. Si Gondrong lalu

Andre dan Si Gondrong, Part 3

Dengan pasti si Gondrong menggendongku menuju shower daerah mandi terbuka. Angin malam yang dingin nggak mampu mengusir panas dan keringat di tubuh kami. Perlahan aku diturunkan dan disenderkannya di tembok. Aku memandang dia membuka keran shower, berdiri di bawah siraman air, membasahi rambut gondrongnya dan kemudian berbilas membersihkan diri dari sisa pergumulan kami – keringat, ludah

Andre dan Si Gondrong, Part 5

Begitu bangun aku bingung berada dimana, aku juga tidak tahu sudah jam berapa. Aku menemukan diriku masih bugil, tidur tengkurap di ranjang yang acak-acakan. Sisa-sisa sperma kering masih membekas di wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dengan bekas cupangan yang memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana si Gondrong. Selanjutnya aku tidak tahu

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story