Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Asisten Dosen, Part 3

by ITB Guy


Akhirnya aku keluarkan kontolnya dari mulutku dan aku berdiri sambil menatap Andri. Wajahnya tampak sedikit bersemu merah. Aku tak lagi melihat penolakan dari matanya. Aku menarik tangannya dengan lembut ke arah meja belajarku. “Taro tangan loe di atas meja dan condongin badan loe sedikit ke depan,” perintahku. “Terus buka kaki loe sedikit.” Dia menuruti semua petunjukku. Aku berdiri di belakangnya dan mulai menjilati punggungnya sambil meremas-remas pantatnya yang kecil dan menggemaskan. Pelan-pelan aku berjongkok dan lalu kubuka celah pantatnya dengan kedua tanganku. Lubang pantatnya yang perawan tampak menggiurkan. Begitu kecil dan sempit. Aku langsung menjilati duburnya. Tubuh Andri mulai mengejang lagi. Aku terus melumasi lubang cintanya dengan ludahku. Kemudian aku berdiri dan kuambil sebotol baby lotion dari atas meja belajarku. Aku tuangkan ke tangan kiriku dan aku oleskan ke anus Andri. Dengan jari tengahku, aku pijit-pijit lubangnya sementara aku mulai menjilati tengkuknya lagi. Nafas Andri tersenggal-senggal. Mulutnya sedikit terbuka dan matanya terpejam. Wajah tampannya nampak seperti malaikat. Andri Belon pernah gua ngerasain kenikmatan seperti ini. Gua gak pernah nyangka lobang pantat gua bisa memberikan kenikmatan yang begitu besar. Tanpa sadar, gua mulai menggerak-gerakkan pantat gua maju mundur, menggoda jari Doddy yang terus memijatnya. Doddy mulai menggigiti leher dan telinga gua. Tiba-tiba gua bisa merasakan jari Doddy masuk ke dalam anus gua. Ngggh! Pantat gua langsung terasa penuh. Jari Doddy terus melumasi bagian dalam lobang gua. Sembari menyodok-nyodokan jarinya, tangan kanan Doddy mengelus-elus dada dan perut gua sementara mulutnya tak henti-hentinya menjilati leher dan telinga gua. Gak berapa lama kemudian, Doddy masukkin lagi satu jarinya ke dalam pantat gua. Kedua jari Doddy menggali dalam-dalam dan semakin melumasi lubang gua. Dia lalu mendorong kedua jarinya sedalam mungkin dan gua ngerasa seperti dia mencari-cari sesuatu di dalam sana. Tiba-tiba saja gua merasa ada yang menggelitik gua dari dalam. Ohhh! Nikmatnya! “Nggghhh!! A…apa itu Dod? Mmmh…loe apain gua?” tanya gua ke Doddy. “Itu prostat loe Ndri. Loe suka?” balasnya. Aku hanya memejamkan mata dan terus mengerang keenakan. Beberapa saat kemudian Doddy mengeluarkan kedua jarinya dari duburku. Pantatku terasa begitu kosong dan hampa. Hilang sudah kenikmatan tadi. Gua menoleh ke belakang dan gua lihat si Doddy tersenyum ke arah gua sambil melumasi kontolnya yang panjang itu dengan baby lotion. Gua langsung tahu apa yang ada dalam pikirannya. Ngeliat kontolnya yang perkasa itu, gua langsung ketakutan. “Dod…tunggu dulu Dod,” kata gua. “Gak bakal muat. Gua bisa robek nanti!” “Nggak koq. Percaya gua deh Ndri,” bujuknya. “Loe coba tenang dulu.” Dia lalu memposisikan kontolnya tepat di depan lubang pantat gua. Dia musti sedikit menekuk lututnya karena gua lebih pendek. Kedua tangannya membuka celah pantat gua lebar-lebar. Gua memalingkan wajah gua ke depan seperti anak kecil yang memalingkan wajahnya dengan ketakutan ketika hendak disuntik. Gua bisa merasakan ujung kontolnya di bibir dubur gua. Lalu tiba-tiba ujung kontolnya masuk ke dalam dengan cukup mudah berkat bantuan pelumas yang banyak. “Hngghhh!!” gua mengerang keras. Badan gua langsung mengejang dan kaki gua langsung terasa lemas. Pantat gua serasa terbakar ketika kontol Doddy mendesak masuk lubang perawan gua yang sempit itu. Doddy berhenti dalam posisi itu. Tangannya meraih ke bawah dan mulai mengocok kontol gua yang masih saja keras. Pikiran gua sedikit teralih oleh kocokannya. Rasa sakitnya mulai mereda. Gua bisa ngerasain Doddy lalu mulai mendorong kontolnya masuk sepelan mungkin. Senti demi senti. Pantat gua terasa begitu penuh dan sakit. Kontolnya seperti merobek-robek gua. Dubur gua terasa terbakar. “Aaahh, Dod….nggh…sakit Dod” “Sssst, dikit lagi koq Ndri. Tahan dikit. Loe kan cowok.” Doddy terus mengocok-ngocok kontol gua sambil terus mendorong masuk batang cintanya. Gak berapa lama, gua bisa ngerasain pahanya nempel di bagian belakang paha gua dan bulu jembutnya menggelitik lembut lubang pantat gua. Udah masuk semua! Gila, gua gak percaya bisa masuk semua! Doddy Dubur Andri begitu kuat mencengkram kontolku. Seolah-olah tidak akan ada satu partikel debu pun yang bisa masuk lagi ke dalam pantatnya. Kontolku menutup lubang Andri seperti pintu hampa udara. Dinding anus Andri terasa begitu hangat memeluk erat kontolku. Aku letakkan kedua tanganku di samping kedua tangan Andri di atas meja dan lalu aku condongkan tubuhku ke depan sehingga dadaku menempel ke punggunnya. “Masih sakit Ndri?” bisikku ke telinganya. “Mmmh…udah gak begitu sakit koq Dod,” balasnya. Dia menoleh ke belakang. Wajah kami berhadap-hadapan begitu dekat. Kedua tubuh kami menempel erat sementara kontolku tertanam jauh di dalam pantatnya. Dua cowok, satu tubuh. Aku dekatkan mulutku ke mulut Andri yang sedikit terbuka. Aku selipkan lidahku ke dalamnya. Mulut Andri langsung menyambut hangat. Dia menghisap lidahku seperti tadi aku menghisap kontolnya. Mulut kami saling mengunci satu sama lain. Sambil terus menciumnya, aku mulai menggerakkan pinggulku maju-mundur. Tangan kananku menjulur ke bawah, menggenggam kontolnya yang basah oleh ludahku erat-erat dan aku mulai mengocoknya. Nafas Andri mulai memburu. Tapi dia seakan tidak mau melepasakan mulutku dari belenggu mulutnya. Kami terus mendesah-desah merasakan kenikmatan ini. Andri Mulut Doddy terasa begitu hangat dan basah. Dubur gua udah gak berasa sakit lagi. Pantat gua terasa begitu penuh dan tiap kali ujung kontol Doddy memijat prostat gua, badan gua menggelinjang. Apalagi Doddy terus mengocok kontol gua sembari mengentoti gua. Kontolnya yang besar di dalam pantat gua, tangannya mengocok kontol gua, dan mulutnya yang hangat di dalam mulut gua….OHHHHH….ini yang namanya kenikmatan bertubi-tubi. Akhirnya kami melepaskan kuncian mulut kami. Doddy mulai menjilati bahu gua. Badannya masih menempel di punggung gua. Badan gua bergoyang-goyang satu irama dengan sodokan demi sodokan kontol Doddy di dalam pantat gua. “Ngh…ngh…fuck…me…ngh…,” gua mengerang kenikmatan tiap kali kontol Doddy amblas masuk jauh ke dalam rongga cinta gua yang sempit. “Ayo Ndri…mmhhh…oh…,” bisik Doddy. Tangan Doddy pun mengocok kontol gua seirama dengan sodokannya. Tangannya terasa begitu hangat memeluk kontol gua. Ngh! Ngh! Ngh! Gua gak bakal tahan lagi deh nih. Gua ampir keluar. “Dod…Dod…gua mau keluar…ngh! Ohhhh!” “Gua juga….gua juga Ndri. Bentar lagi…bentar lagi…” “Gak bisa…gua…udah…gak…bisa…nahan…lag…OOOOOHHHHHHH!!!!!” Gua mengerang sekeras mungkin. Kontol gua meledak dengan hebatnya di dalam gengaman Doddy. Semua air mani yang kekumpul selama seminggu kemaren langsung keluar. Semburan demi semburan kuat keluar dari lubang kontol gua. Doddy nggak juga berhenti mengentoti gua. Tiap kali dia nyodok, satu semburan cairan putih kental keluar dari kontolku dan membasahi kolong meja tempat kami bertopang. Jebrot! Jebrot! Jebrot! Jebrot! Tubuh gua mengejang hebat. Kedua kaki gua mendadak lemas dan hampir gak bisa lagi nopang badan gua. Gua bisa ngerasain dubur gua berkontraksi hebat tiap kali gua nyembur. Doddy Kontraksi dubur Andri benar-benar kencang. Lubangnya yang memang sudah begitu sempit mencengkram kontolku jadi terasa seperti pompa vakum yang memijat-mijat kontolku dengan kekuatan dahsyat. Aku tak kuat lagi. Kutempelkan tubuhku lekat-lekat ke punggung Andri dan kukubur kontolku sedalam mungkin di lubang pantatnya. “AAARGHHHHH!!!” teriakku. Andri Gua tiba-tiba ngerasain semburan-semburan hangat jauh di dalam rongga pantat gua yang terasa begitu penuh oleh kontol Doddy. Tiap semburannya terasa begitu hangat dan nyaman memijat-mijat dinding dubur gua. Tangan Doddy terus memerah kontolku sampai tetes terakhir keluar. Tubuhnya seperti merekat ke punggung gua oleh keringat. Gua gak pernah ngerasain kenikmatan sehebat ini dalam hidup gua. Doddy Kami berdua begitu kelelahan. Kontol Andri terkulai lemas dalam genggamanku yang lengket oleh air maninya. Aroma peju semerbak memenuhi kamarku. Aku bisa merasakan kontolku yang lemas di dalam pantat Andri. Tapi ketika aku hendak mencabutnya, Andri tiba-tiba menahan pantatku dengan tangannya. “Jangan. Jangan dikeluarin dulu Dod. Biarin aja,” pintanya sambil menoleh ke belakang menatap wajahku. Aku tersenyum. Kulumat lagi bibirnya yang lembut dengan mesra. Aku bisa merasakan cairan maniku meleleh keluar dari dubur Andri membasahi kaki kami. Terasa begitu hangat. Aku lepaskan genggamanku dari kontolnya dan aku laburkan air pejunya ke seluruh badannya sementara kami terus berciuman. Aku memeluk tubuhnya dengan kedua tanganku erat-erat sambil berharap waktu bisa berhenti saat itu juga untuk selamanya. * * * * * Epilog “Jadi gua lulus gak nih Dod?” tanya Andri sambil mengenakan baju kaosnya. “Iya, iya. Loe lulus,” jawab Doddy sambil tertawa. “Yah, cuma mastiin aja,” balas Andri sambil berjalan menuju pintu. Tiba-tiba dia berhenti dan membalikkan badannya. “Jadi kapan gua bisa ke sini lagi?” tanyanya sambil nyengir. Senyum Doddy mengembang. “Besok gua telepon loe deh,” katanya. Masih ada koq kelanjutannya….. Please send your comment to girvan@eudoramail.com --ITB Guy--

###

9 Gay Erotic Stories from ITB Guy

Asisten Dosen, Part 1

Doddy Jadi asisten dosen di Jurusan Teknik Sipil ITB punya keasyikan tersendiri. Di jurusan yang hampir cowok semua gini, asdos seperti aku bisa dibilang punya kuasa penuh atas anak-anak tingkat dua yang mengambil mata kuliah tertentu. Kalau aku bilang tugas mereka gak beres, ya berarti tugas mereka gak beres. Mereka gak akan berani protes atau menggugatku. Berani pergi ke dosen?

Asisten Dosen, Part 2

Doddy Andri meronta-ronta hendak melepaskan diri. Aku bisa merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Teriakannya terbungkam oleh kaus kakiku yang kusumpalkan ke mulutnya. Tindakannya itu malah semakin membuatku bernafsu. Dia ternyata lumayan kuat. Tapi aku tidak sampai kewalahan menguasainya. Himpitanku semakin keras. Andri berusaha meludah dan mengeluarkan kaus kakiku dari mulutnya,

Asisten Dosen, Part 3

Akhirnya aku keluarkan kontolnya dari mulutku dan aku berdiri sambil menatap Andri. Wajahnya tampak sedikit bersemu merah. Aku tak lagi melihat penolakan dari matanya. Aku menarik tangannya dengan lembut ke arah meja belajarku. “Taro tangan loe di atas meja dan condongin badan loe sedikit ke depan,” perintahku. “Terus buka kaki loe sedikit.” Dia menuruti semua petunjukku. Aku

Asyiknya Digerayangin Yandi

Sejak Yandi, temannya sesama mahasiswa di ITB, masuk ke kost-kostannya di daerah Cisitu, Bandung, Irvan selalu membayangkan betapa nikmatnya kalau dia diberi satu saja kesempatan untuk menikmati tubuhnya. Yandi memang cowok yang cukup tampan. Tingginya sekitar 168 dengan berat 60 kg. Badannya lumayan berotot; Irvan tahu karena dia sempat beberapa kali melihat Yandi keluar dari kamar

Asyiknya Digerayangin Yandi, Part 2

Yandi terkejut ketika menyangka bahwa Irvan terbangun akibat perbuatannya. Secara refleks, dia lepaskan genggamannya dan dia tarik tangannya dari dalam celana Irvan. Tapi Irvan menahan tangan Yandi sehingga dia tidak dapat melepaskan genggamannya dari kontol Irvan. Irvan menatap wajah temannya dan dia dapat merasakan keterkejutannya. Irvan memberikan senyuman hangat ke Yandi dan dengan

Berenang di Klub Cinere, Mas 1

Semenjak aku kembali ke Jakarta setelah lulus dari ITB, aku jadi merasa tidak punya kerjaan sama sekali. Aplikasi yang aku kirimkan ke Nanyang Technological University di Singapura belum dijawab. Sementara selama masih belum ada kepastian apakah aku akan melanjutkan kuliahku di seberang lautan sana, aku memilih untuk tidak mengirim surat lamaran bekerja dahulu. Aku kangen sekali

Berenang di Klub Cinere, Mas 2

Aku putar kepalaku kembali menghadap shower yang mengucur deras. Sambil berpura-pura tidak memperhatikan Indra yang sedang menontoni aku mandi, kutuang sabun cair ke tanganku, kujatuhkan botolnya ke bawah, dan mulai menyabuni tubuhku. Tanganku bergerak pelan, menyabuni dada dan perutku. Lalu aku tarik tanganku ke belakang dan kusabuni tengkuk dan punggungku. Kemudian turun kebawah, ke

Hukuman Setimpal

Jam 10 malam. Christian seharusnya pulang sebentar lagi. Aku berdiri agak jauh dari rumahnya di daerah Tubagus Ismail, Bandung, di kegelapan malam. Jalanan sudah sepi. Semoga saja tidak ada yang curiga melihatku berdiri sendirian di dalam gelap, mengintai sebuah rumah. Kalau ada yang melihat, mereka pasti akan menyangka aku hendak merampok. Bukannya mereka tidak punya alasan untuk

Hukuman Setimpal, Part 2

Tiba-tiba mataku tertumpu pada sebuah cam-recorder di atas meja belajarnya. Sebuah ide terlintas di benakku. Aku lepaskan cengkramanku dari rahangnya dan kemudian berdiri sambil terus menatap Chris, memperingatinya untuk tidak teriak. Dan dia memang tidak berani. Aku ambil cam-recorder itu dan mengecek isinya. Masih ada kasetnya. Aku rewind sampai habis dan kuambil tripod yang

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story