Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Berenang di Klub Cinere, Mas 1

by ITB Guy


Semenjak aku kembali ke Jakarta setelah lulus dari ITB, aku jadi merasa tidak punya kerjaan sama sekali. Aplikasi yang aku kirimkan ke Nanyang Technological University di Singapura belum dijawab. Sementara selama masih belum ada kepastian apakah aku akan melanjutkan kuliahku di seberang lautan sana, aku memilih untuk tidak mengirim surat lamaran bekerja dahulu. Aku kangen sekali Bandung. Teman-temanku semua di sana. Begitu juga si Yandi. Hmmm, Yandi; dia teman kostku yang kini telah menjadi lebih dari sekedar “temanku”. Semenjak malam itu ketika kami menyadari bahwa kami “tertarik” satu sama lain, hampir tiap malam aku dan Yandi menikmati indahnya hubungan badan sesama cowok. Jangan salah paham, kami tidak berpacaran koq. Kami hanya dua sahabat baik yang kebetulan suka sekali melakukan hubungan seks satu sama lain. Tapi di rumahku di Cinere sekarang, aku tidak punya siapa-siapa. Yah, beginilah nasib fresh graduate. Jadi apa yang aku lakukan tiap hari sekarang? Yah, buang-buang waktu saja. Makan, nonton, nge-web, apa saja yang bisa aku kerjakan lah. Yang jelas, tiap sore aku pasti berenang di Klub Cinere Mas. Kalau tidak olahraga tiap hari, bisa gila aku. Lagipula aku kan tetap harus menjaga kesehatanku. Tambahan lagi, kadang-kadang aku bisa cuci mata melihat cowok-cowok berbadan oke yang berenang di sana. Namun ini tergolong jarang. Lebih banyak nyokap-nyokap dan bokap-bokap yang sama sekali tidak menarik yang berenang di sana. Aku paling senang berenang hari Senin sore. Pasti sepi. Ya seperti sekarang ini. Hampir jam lima sore, dan cuma ada aku dan tiga orang anak kecil yang berenang di kolam berukuran olimpik ini. Aku sudah bolak-balik delapan belas kali. Otot-otot tangan dan perutku semakin menonjol. Aku tidak memakai kacamata renang karena aku memang tidak biasa. Aku sedang menyelam di dalam air ketika tiba-tiba populasi kolam renang bertambah satu lagi. Seseorang menceburkan dirinya tidak terlalu jauh dari tempatku. Ketika aku angkat kepalaku ke atas air, aku melihat salah satu alasan mengapa aku suka sekali berenang. Cowok yang lumayan oke. Keturunan Cina dengan kulit putih dan rambut gondrong sebahu. Umurnya sekitar 20-an. Sepantaran aku. Badannya jelas lebih tinggi daripada aku yang hanya 168 cm, tapi aku tidak bisa mengira-ngira di dalam air begini. Mungkin ada 10 cm lebih tinggi. Tubuhnya tidak terlalu berotot, tapi lumayan terbentuk. Dadanya bidang, bahunya tampak kokoh, dan perutnya tampak rata, meskipun tidak sampai berkotak-kotak. Wajahnya menarik. Hidungnya mancung, alisnya tebal, dan rahangnya yang persegi memberi kesan yang keras. Dia memakai kacamata renangnya, mengambil jalur tepat di sebelah kananku, dan mulai berenang bolak-balik. Aku pun meneruskan renangku. Aku selalu berenang setidaknya dua puluh kali bolak-balik. Setelah beberapa saat, kami berhenti di sisi kolam yang sama untuk mengatur napas. Ambil napas, kemudian menghembuskannya sambil menyelam. Setelah lima kali melakukannya, aku berhenti, sementara cowok itu terus saja bolak-balik memasukkan kepalanya ke dalam air. Tiba-tiba saja aku baru menyadari bahwa setiap kali dia membuang napas di dalam air, dia selalu menolehkan kepalanya ke arahku. Aku melihat ke arah kiriku untuk mengecek apakah ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Tidak ada. Tidak ada orang, tidak ada benda yang melayang-layang dalam air, tidak ada apa-apa. Jadi, apa yang sedang menarik perhatiannya? Ah masak sih? Apa dia sedang melihati…aku? Aku memang tidak terlalu yakin, tapi pikiran bahwa cowok ganteng ini sedang mengagumi tubuhku membuatku mulai horny. Kontolku mulai menegang di dalam celana renangku di bawah air. Kepala kontolku yang tersunat tampak jelas tercetak pada bahan vinyl celana renangku yang elastis. Cowok itu terus saja bolak-balik memasukkan kepalanya ke dalam air sambil menolehkan kepalanya ke arahku. Dan rasanya waktu yang dia pakai untuk menyelam semakin lama saja. Aku semakin yakin dia sedang menatap selangkanganku. Jantungku mulai berdegup kencang. Ini kan tempat umum. Ada anak-anak kecil pula, meskipun mereka bermain-main cukup jauh dari tempat kami. Entah apa yang mendorongku, tapi tindakanku semakin berani. Peduli amat ini tempat umum. Aku mulai mengelus-elus kontolku yang sudah ereksi sempurna sepanjang 15 cm dengan tangan kiriku. Cowok itu pun semakin tidak sungkan lagi menatap selangkanganku. Samar-samar, dari atas air aku bisa melihat dia pun meremas-remas kontolnya tiap kali dia menyelam dan menatap tubuhku. Ketika kepalanya menyembul dari air, aku melemparkan senyumku ke arahnya. Dia membuka kacamatanya dan membalas senyumanku. Dengan wajah dan rambut yang basah kuyup, dia tampak semakin seksi. “Halo,” sapaku. “Hai,” balasnya. “Sering ke sini?” tanyaku lagi. “Lumayan,” jawabnya. “Rumah gua gak jauh dari sini soalnya.” “Oh. Gua Irvan.” “Gua Indra.” Hening sejenak. Aku bergerak mendekatinya. “Kacamata loe bagus,” pancingku lagi. “Thanks. Emang enak koq. Jelas banget untuk ngeliat di dalam air,” balasnya. Lalu dia menatapku sambil tersenyum, melepas kacamatanya dari kepalanya, dan menyodorkannya ke arahku sambil bertanya, “Loe mau nyoba?” Aku tertegun sejenak. Lalu aku julurkan tanganku dan mengambil kacamata itu dari tangannya. “Emang pemandangan bawah air di sini bagus ya?” pancingku. “Menurut gua sih bagus. Gak tahu deh menurut loe. Coba aja sendiri,” balasnya sambil tersenyum penuh arti ke arahku. Degup jantungku mulai bertambah kencang lagi. Aku mencari-cari anak-anak kecil tadi. Mereka sama sekali tidak memperhatikan kami. Aku kenakan kacamata itu dan aku menoleh ke arah Indra. Dia membalas tatapanku dengan wajah tidak berdosa. Aku mengambil napas dalam-dalam dan memasukkan kepalaku ke dalam air. Pemandangan di bawah air tampak sangat jelas dengan nuansa kebiruan. Aku arahkan pandanganku ke tubuh Indra. Tubuhnya memang lumayang bagus. Lalu aku melihat ke arah selangkangannya. Tampak gundukan lonjong di antara kedua pahanya mendesak keluar dari dalam celana renang berwarna hitamnya. Kontolnya tampak tercetak jelas. Lalu kulihat tangan Indra mulai mengelus-elus kontolnya. Aduh! Kontolku terasa sedikit sakit di dalam celana renangku karena semakin keras saja. Tiba-tiba saja, Indra melepaskan ikatan celana renangnya dan secara perlahan dia mengeluarkan setengah batang kemaluannya dari celananya. Aku hampir tercekat melihatnya. Gila! Nekat amat nih anak! Ini kolam umum! Tapi pemandangan yang ada di depanku begitu indah. Kontolnya yang tidak disunat tampak berdiri tegak di dalam air. Kulupnya sudah tertarik penuh ke belakang, menampakkan kepala kontolnya yang ranum. Pelan-pelan dia keluarkan semua kontolnya dari celananya sampai kedua bijinya terbebas dari kungkungan mereka. Batangnya menegang sepanjang kira-kira 17 cm. Bulu jembutnya hitam merimbun. Aku terus melihat kemaluannya yang indah itu sampai paru-paruku terasa terbakar karena terus menahan napas. Aku mengeluarkan kepalaku cepat-cepat dari air dan megap-megap mengambil napas. Setelah agak tenang, kulihat Indra sedang tersenyum sambil menatapku. Aku melihat ke bawah. Kontolnya masih menggelantung bebas. Aku lihat sekelilingku dengan cemas. Tidak ada orang. Anak-anak kecil itu juga sudah menghilang. Kami hanya berdua saja di dalam kolam. Aku kembali menatap Indra. Dia nyengir ke arahku sambil memasukkan kembali kontolnya ke dalam celananya. “Gimana kacamatanya?” tanyanya seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. “Enak. Gue suka banget,” jawabku sambil mengatur napas dan berusaha untuk tetap tenang. “Pemandangan di bawah keren banget.” “Gua bilang juga apa?” balas Indra. “Sini dong kacamatanya. Gua mau nyoba lihat lagi.” Aku kembalikan kacamata renangnya. Dia langsung mengenakannya, menarik napas, dan menyelam kembali. Aku dapat melihat tangannya menjulur dan menyentuh kontolku di dalam air. Kemudian dia meremasnya dengan lembut. Mmmh, hampir saja aku mengerang. Tampaknya air menambah sensasi kenikmatan yang aku rasakan. Aku melihat cemas sekeliling, takut tiba-tiba kepergok orang lewat. Selagi aku celingak-celinguk, tiba-tiba saja aku merasakan kontolku terlepas dari celanaku dan menggantung bebas di dalam air. Terkejut, aku melihat ke bawah. Indra ternyata melepas ikatan celana berenangku dan mengeluarkan kontolku. Kini aku melihat dia berjongkok di dalam air sambil memegang batangku itu. Tanpa basa-basi, ditelannya kemaluanku ke dalam mulutnya. Hnggh….tubuhku langsung mengejang merasakan kenikmatan yang menjalar cepat ke seluruh tubuhku. Rasa was-was takut kepergok orang hanya menambah kenikmatan itu. Indra menghisap batangku di dalam air hanya selama beberapa detik, namun kenikmatan yang kualami begitu hebat. Kulihat kepalanya menyembul dari dalam air. Dia tampak terengah-engah kehabisan napas. Nih anak emang gila! “Udah ah. Gua mau keluar,” kataku. “Eh? Kenapa?” tanya Indra dengan wajah kebingungan. “Gua mau ke shower,” jawabku sambil mengedipkan mataku ke arahnya. Dasar bego. Masa dia pikir gua mau berhenti? Gua cuma gak senekat itu untuk ngeseks di kolam renang umum. Emangnya gua gila? “Oh ke shower,” kata Indra sambil tersenyum. Dia menangkap pesanku. “Yap. Gua mau mandi pake air panas,” godaku. “Air panas ya?” “He-eh. “Oke deh. Kali gua juga bakal ke shower bentar lagi.” “Ya udah. Gua duluan ya.” “Sok.” Aku melangkah ke pinggir kolam dan kutarik badanku keluar. Aku hampiri meja bundar di pinggir kolam dan aku ambil botol sabun cair dari dalam tasku. Kemudian aku melangkah ke arah kamar shower yang terletak tak jauh dari kolam. Ketika hampir sampai ke tangga menuju kamar shower, aku lihat Indra juga keluar dari kolam. Aku tertegun sejenak melihatnya. Tubuhnya yang basah kuyup tampak begitu menggairahkan. Buru-buru aku melangkahkan kakiku menuruni tangga menuju kamar shower. Sesampainya aku di bawah, aku termangu sesaat. Shower di Klub Cinere Mas terletak di bawah tanah, dengan sekitar enam shower yang hanya ditutupi tirai mandi. Ruangannya agak bergema sehingga terkadang suara dari sini bisa terdengar dari kolam. Kalau aku mau macam-macam di sini sebenarnya gampang sekali ketahuan nanti. Sesaat aku ragu-ragu. Tapi kalau dipikir-pikir, kamar shower ini sedang kosong. Kolam juga sudah sepi. Ambil resiko sedikit rasanya tidak apa-apa kan? Lagipula, aku sudah horny mampus begini. Bayangan tubuh Indra yang basah kuyup dan hanya berbalut celana renang semakin menggodaku. Peduli amat mau ketahuan! Suara langkah kaki Indra terdengar menuruni tangga. Aku melangkah menuju shower yang paling ujung. Rasa takut kepergok membuat jantungku berdegup kencang sekali. Adrenalin langsung mengalir deras dalam tubuhku. Aku buka tirai shower tepat ketika Indra masuk ke kamar shower. Air menetes-netes dari sekujur tubuhnya. Ya ampun, ingin rasanya aku lari ke arahnya dan langsung menarik celananya lalu menghisap batangnya. Tenang Irvan, tenang! Ingat, ini tempat umum. Aku melempar senyum ke arahnya. Dengan botol sabun di tanganku, aku melangkah masuk ke shower dan aku tutup tirai di belakangku. Aku lepas celana berenangku lalu kubuka keran airnya. Air panas yang mengguyur tubuhku yang kini telanjang bulat membuatku makin bernafsu. Tiba-tiba aku mendengar tirai shower di belakangku dibuka. Perlahan, aku menoleh ke belakang tanpa memutar tubuhku. Aku lihat Indra berdiri di sana. Basah kuyup dengan beberapa helai rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Tubuhnya yang tinggi tampak menjulang setengah kepala di atasku. Wajahnya yang ganteng memukauku. Napasnya tampak memburu. Dadanya yang bidang naik turun. Pandangannya sedikit ke arah bawah. Hmmm, dia sedang menatap pantatku yang telanjang rupanya. Hope you like the stories. Khususnya buat yg suka berenang di Cinere Mas. BTW, kalo di Bandung biasanya gw berenang di Eldorado Club atau di ITB. Ada yg suka ke sana gak? Send your comment to girvan@eudoramail.com

###

9 Gay Erotic Stories from ITB Guy

Asisten Dosen, Part 1

Doddy Jadi asisten dosen di Jurusan Teknik Sipil ITB punya keasyikan tersendiri. Di jurusan yang hampir cowok semua gini, asdos seperti aku bisa dibilang punya kuasa penuh atas anak-anak tingkat dua yang mengambil mata kuliah tertentu. Kalau aku bilang tugas mereka gak beres, ya berarti tugas mereka gak beres. Mereka gak akan berani protes atau menggugatku. Berani pergi ke dosen?

Asisten Dosen, Part 2

Doddy Andri meronta-ronta hendak melepaskan diri. Aku bisa merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Teriakannya terbungkam oleh kaus kakiku yang kusumpalkan ke mulutnya. Tindakannya itu malah semakin membuatku bernafsu. Dia ternyata lumayan kuat. Tapi aku tidak sampai kewalahan menguasainya. Himpitanku semakin keras. Andri berusaha meludah dan mengeluarkan kaus kakiku dari mulutnya,

Asisten Dosen, Part 3

Akhirnya aku keluarkan kontolnya dari mulutku dan aku berdiri sambil menatap Andri. Wajahnya tampak sedikit bersemu merah. Aku tak lagi melihat penolakan dari matanya. Aku menarik tangannya dengan lembut ke arah meja belajarku. “Taro tangan loe di atas meja dan condongin badan loe sedikit ke depan,” perintahku. “Terus buka kaki loe sedikit.” Dia menuruti semua petunjukku. Aku

Asyiknya Digerayangin Yandi

Sejak Yandi, temannya sesama mahasiswa di ITB, masuk ke kost-kostannya di daerah Cisitu, Bandung, Irvan selalu membayangkan betapa nikmatnya kalau dia diberi satu saja kesempatan untuk menikmati tubuhnya. Yandi memang cowok yang cukup tampan. Tingginya sekitar 168 dengan berat 60 kg. Badannya lumayan berotot; Irvan tahu karena dia sempat beberapa kali melihat Yandi keluar dari kamar

Asyiknya Digerayangin Yandi, Part 2

Yandi terkejut ketika menyangka bahwa Irvan terbangun akibat perbuatannya. Secara refleks, dia lepaskan genggamannya dan dia tarik tangannya dari dalam celana Irvan. Tapi Irvan menahan tangan Yandi sehingga dia tidak dapat melepaskan genggamannya dari kontol Irvan. Irvan menatap wajah temannya dan dia dapat merasakan keterkejutannya. Irvan memberikan senyuman hangat ke Yandi dan dengan

Berenang di Klub Cinere, Mas 1

Semenjak aku kembali ke Jakarta setelah lulus dari ITB, aku jadi merasa tidak punya kerjaan sama sekali. Aplikasi yang aku kirimkan ke Nanyang Technological University di Singapura belum dijawab. Sementara selama masih belum ada kepastian apakah aku akan melanjutkan kuliahku di seberang lautan sana, aku memilih untuk tidak mengirim surat lamaran bekerja dahulu. Aku kangen sekali

Berenang di Klub Cinere, Mas 2

Aku putar kepalaku kembali menghadap shower yang mengucur deras. Sambil berpura-pura tidak memperhatikan Indra yang sedang menontoni aku mandi, kutuang sabun cair ke tanganku, kujatuhkan botolnya ke bawah, dan mulai menyabuni tubuhku. Tanganku bergerak pelan, menyabuni dada dan perutku. Lalu aku tarik tanganku ke belakang dan kusabuni tengkuk dan punggungku. Kemudian turun kebawah, ke

Hukuman Setimpal

Jam 10 malam. Christian seharusnya pulang sebentar lagi. Aku berdiri agak jauh dari rumahnya di daerah Tubagus Ismail, Bandung, di kegelapan malam. Jalanan sudah sepi. Semoga saja tidak ada yang curiga melihatku berdiri sendirian di dalam gelap, mengintai sebuah rumah. Kalau ada yang melihat, mereka pasti akan menyangka aku hendak merampok. Bukannya mereka tidak punya alasan untuk

Hukuman Setimpal, Part 2

Tiba-tiba mataku tertumpu pada sebuah cam-recorder di atas meja belajarnya. Sebuah ide terlintas di benakku. Aku lepaskan cengkramanku dari rahangnya dan kemudian berdiri sambil terus menatap Chris, memperingatinya untuk tidak teriak. Dan dia memang tidak berani. Aku ambil cam-recorder itu dan mengecek isinya. Masih ada kasetnya. Aku rewind sampai habis dan kuambil tripod yang

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story