Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Bergumul telanjang dengan pengawal penganten

by Sultan Pasha


Suatu kali aku menghadiri pesta pernikahan seorang teman. Mereka melaksanakan dengan adat Jawa. Seperti biasa pada awal pesta ada prosesi pengantin dan keluarganya. Di paling depan berjalan sambil menari seorang lelaki yang bertindak sebagai "pengawal penganten" atau disebut "cucuk lampah". Biasanya aku malu sendiri melihat lelaki menari seperti itu. Tapi malam itu aku menemukan pemandangan yang lain. Seorang lelaki berpakaian tradisional Jawa menari dengan gagah - tidak gemulai, bajunya yang berwarna hitam serasi dengan tutup kepalanya, wajahnya yang ganteng membuat aku terpikat dan kepincut. Segera saja mata jalangku tidak lepas-lepas mengawasi kemana dia pergi. Makin lama kuperhatikan dia tampak makin seksi. Dia mengenakan kain batik ketat, sehingga membuat paha dan kakinya yang kekar seakan membayang. Aku mulai mengkhayal tentang kontolnya, jembutnya, rambut ketiaknya dan puting susunya. Dia berjalan dengan gagah dan ikut mengatur duduknya kedua penganten di pelaminan, lalu juga mengatur barisan pagar ayu dan pagar bagus. Kumisnya sangat serasi dengan kulitnya yang coklat, aku mulai ngaceng melihat pemandangan indah itu. Selesai memberi selamat kepada penganten aku mencoba mencari dia lagi. Setelah agak lama mencari, beruntung aku melihat dia berdiri di sudut, dekat MC. Pelan-pelan aku mendekat dan pura-pura mengajak ngobrol beberapa orang panitia di situ. Akhirnya aku berhasil mendapatkan namanya : Mas Bambang. Ah, serasi benar namanya dengan wajahnya. Setelah bertanya kesana-kesini. Aku berhasil mendapatkan alasan untuk mengajak bicara Mas Bambang. Aku pura-pura bertanya tentang grup tari dan grup pelayanan pengantennya. Meskipun tampak masih sibuk, Mas Bambang melayani semua pertanyaanku dengan ramah. Tapi sialnya (atau untungnya) sepertinya dia sudah tahu bahwa aku punya niat lain. Karena dia bilang :"Nanti kalau mau bicara lebih lama bisa ketemu saya di kamar ganti, Mas". Antara malu, senang dan penuh tanda tanya aku mencoba menafsirkan pesannya itu. Tapi, aku nekat untuk memenuhi tawarannya. Segera aku mencari tahu letak kamar ganti di gedung itu. Aku bahkan meninggalkan pesta sebentar untuk mengecek sendiri letak kamar ganti itu. Sekembalinya di pesta aku pura-pura mengambil makanan, meskipun mataku tetap nyalang mengawasi Mas Bambang dari jauh. Akhirnya, pesta berakhir juga. Mas Bambang tampak sibuk mengatur anak buahnya. Hari sudah hampir jam 23:00 ketika semua urusan Mas Bambang sudah selesai. Ketika semua orang sudah pergi meninggalkan gedung bersama dengan barang-barang bawaannya, tinggallah Mas Bambang, aku dan seorang stafnya, yang ternyata adalah supirnya. Mas Bambang masih mengenakan busana Jawa, dia mengajakku duduk di bangku yang ada di dekat situ dan lalu melepaskan tutup kepalanya, tampak rambutnya yang hitam ikal agak acak-acakan karena tutup kepala tadi. Sehingga tampak ia makin ganteng dan seksi, aku sudah kebelet ingin segera melumat bibirnya. Aku kaget waktu tiba-tiba dengan nakal ia bertanya :"Apa rencana kita, Mas?". "Anda mau kemana?" tanyaku. "Mas, mau ajak aku kemana?" katanya lagi. Aku tambah gila."Mas ikut aku, kita jalan-jalan", kataku."OK, saya ganti baju dulu, ya Mas", katanya maniis sekali. Aku ikut, tidak ragu-ragu, aku dibiarkannya ikut ke kamar ganti. Aku pun nekat pura-pura membantu dia melepaskan pakaiannya, sampai akhirnya dia tinggal mengenakan celana boxer dan kaos oblong. Aku membantu membereskan pakaiannya dan tanpa ragu-ragu ia menerima "bantuan" dan "layananku". Sementara itu kontolku sudah ngaceng berat, melayani cowok yang sedang ku-gila-i itu. "Mas, hawanya panas, kaosnya dibuka saja ya?" kataku menasehati. Tanpa mendapat izinnya, kaosnya aku lucuti, tampaklah perut dan otot dadanya yang ketat dengan dua puting susu yang ketat dan rambut ketiaknya yang sekedar saja tampak hitam nikmat. Aku hampir tak tahan lagi, kupeluk dia dalam keadaan bertelanjang dada itu, tercium bau parfum dan deodoran dari tubuh Jawanya yang tradisionil itu. Dia menurut saja, akhirnya bibir manisnya kulumat dan air ludahnya kusedot. Ketika aku melepaskan dia, dia bilang : "Cari tempat yang nyaman Mas". Seakan mengajak aku main. "Mas Bambang main ke penginapanku ya?", kataku."Aku tinggal di hotel". Tiba-tiba dia bilang, "Aku jangan dijahatin ya, Mas?". Aku jadi terharu dan berlinang air mata."Nggak Mas, aku sayang sama Mas Bambang. Kalau ragu sama saya silahkan mempersenjatai diri" kataku nekat."Aku ambil pistol dinasku dari dalam jasku dan kuserahkan padanya. "Ndak Mas, pegang saja sama Mas" katanya. Dia menyuruh supirnya pulang membawa mobilnya dan aku berdua dengan kekasihku, Mas Bambangku. Sebelum mobil ku-starter, dia melendotkan bandannya ke tubuhku dengan manja. Kukecup dan kulumat bibirnya, lalu pelan-pelan aku dudukkan tubuhnya ke sandaran dengan penuh kasih sayang. Singkat cerita, kami sampai di kamarku di hotel. Aku layani dia dengan manis, kujadikan dia bagaikan seorang anak manja, anak kandungku. Lalu dengan halus kutelanjangi dia dengan rapih kujilati seluruh tubuhnya. Ketiaknya, puting susunya, akhirnya kukulum kontolnya yang ledzzatt. Dia menggeliat kenikmatan dan menyerah bagaikan seekor kucing rumahan. Aku melepas pakaianku telanjang bulat. Lampu kamar temaram membuat suasana romantis. Kulanjutkan kerjaku sampai dia memancarkan pejuh mudanya, pejuh Mas Bambang yang kucintai. Setelah kami puas bersanggama, aku tawari dia apakah akan menginap atau pulang. Dia memilih menginap. Malam itu kami berbuat 3 kali sampai subuh tiba. Akhirnya, kami tergolek, puas nikmat dan tertidur lelap setelah bercinta.

###

7 Gay Erotic Stories from Sultan Pasha

Aku dientot dan dihajar Irvan sampai babak belur

Secara kebetulan aku membaca karangan Irvan di MOTN. Dia menggunakan nama "ITB Guy" dan karangannya ber-seri (2 nomor)dan menceritakan kisah tentang perbuatannya memperkosa seorang cowok ganteng keturunan Cina - bernama Christian yang ganteng,berotot dan tidak sunat - dan yang baru saja memperkosa seorang cewek. Ceritanya bagus dan membikin aku ngaceng berat. Oleh karena itu segera aku

Bergumul telanjang dengan pengawal penganten

Suatu kali aku menghadiri pesta pernikahan seorang teman. Mereka melaksanakan dengan adat Jawa. Seperti biasa pada awal pesta ada prosesi pengantin dan keluarganya. Di paling depan berjalan sambil menari seorang lelaki yang bertindak sebagai "pengawal penganten" atau disebut "cucuk lampah". Biasanya aku malu sendiri melihat lelaki menari seperti itu. Tapi malam itu aku menemukan

Di lokap imigresyen jembutku dicabuti paksa!

Aku sangat jengkel, marah, putus asa dan terhina dengan apa yang aku alami. Aku anak orang miskin yang coba mencari makan dan mengadu nasib di negeri jiran. Dengan menjual hampir semua yang keluargaku punyai, termasuk sebagian sawah orangtuaku, aku berangkat ke negeri jiran melalui jasa suatu perusahaan pengerah tenaga kerja sialan. Aku orang bodoh dan orang miskin tidak tahu jenis

Jadi pendatang haram dan jadi budakbelian (Part 1)

Keadaan ekonomi yang demikian buruk di desaku menyebabkan aku dan beberapa teman mencoba mengadu nasib di luarnegeri. Orang tuaku praktis sudah tidak punya apa-apa, karena sawah-ladang yang tergadai akhirnya harus diserahkan untuk bayar hutang. Sebagian sawah lainnya, yang warisan kakekku diambil paksa oleh orang bersenjata dan kami orang kecil tak berdaya. Seandainya rumah kami terletak

Jadi pendatang haram dan jadi budakbelian, Part 2

Dalam keadaan telanjang bulat kami digelandang ke bagian lain dari kompleks atau kamp itu ke suatu bangsal. Lelaki berseragam itu semuanya tinggi besar kekar. Mereka membawa senapan. Di pinggang mereka tergantung rotan dan cemeti. Ternyata bangsal itulah tempat tinggal kami selama jadi tahanan atau sandera di situ. Kamp itu sangat sepi dan agaknya dikelilingi hutan lebat. Bangsal

Pengalaman bekerja ilegal di negeri jiran

Seperti jutaan orang lainnya, karena didera kemiskinan di negeri sendiri, aku terpaksa mencoba mengadu nasib di negeri jiran. Datuk Seri Mahathir Muhamad dalam buku "The Malay Dilemma" menyatakan bahwa semua orang Melayu yang tinggal di negara Brunai, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, tidak pernah menjadi tuan rumah di tanah leluhurnya. Pada kenyataannya semua orang Melayu di Asia

Pengalaman buruk jadi tahanan imigresyen

Setibanya di Nunukan tiba-tiba saja aku jumpa Warno."War", kataku, "Mas", katanya setengah berteriak. Kami langsung berpelukan erat sekali, air mataku tak terasa berlinang, kerongkonganku tersumbat, demikian juga Warno. Kami sama-sama jadi buruh bangunan di KL (Kuala Lumpur), ketika kemudian kami saling berpisah. Aku ikut Bang Zarmi dan Warno membawa nasibnya entah kemana. Kami ngobrol

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story