Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Hilangnya keperjakaanku.

by Stanley


Sejak kecil, aku udah merasa kalo aku ini adalah seorang biseks, dan mungkin agak sedikit exhibisionist. Terus terang, aku menganggap kalau wajahku ganteng sekali, dan aku memang nggak ge-er karena temen-temen cewekku juga banyak yang ngomong begitu dibelakang aku, dan yang naksir aku juga cukup banyak (aku rasa cowok juga ada). Mereka bilang sih tampangku kayak Jimmy Lin. Soal body, yah mungkin karena aku terbiasa fitness bareng temen jadi lumayan berbentuk. Cerita ini nyata, dan terjadi waktu aku kelas 2 SMA di Jakarta. Aku punya temen cowok, sebut aja namanya si Andi. Sejak pertama kali kenalan di penataran P4 waktu kelas satu, aku merasa kalo dia itu gay dan naksir sama aku, soalnya aku sering sekali nangkep basah dia lagi ngeliatin wajahku kalo lagi di kelas. Biasanya kalo udah begitu, dia jadi salah tingkah. Juga setiap kali aku sedang ganti baju waktu pelajaran olah raga, aku merasa dia sering banget merhatiin aku disaat aku cuma pake celana dalam, terutama selangkanganku. Aku yakin, dia pasti kepingin sekali melihat tubuhku saat bugil. Suatu hari, lagi libur caturwulan, bokap nyokapku sama adik-adikku semua pergi ke Cirebon menghadiri pesta perkawinan kakak sepupuku yang perempuan. Aku nggak ikut karena memang aku paling benci kalo karus ke Cirebon. Iseng-iseng, aku telepon si Andi. “Di, mau nonton bareng nggak di TA? Gua lagi bete nih, dirumah sepi banget!” “Oke oke, tapi elo yang bawa mobil yah” katanya bersemangat. Sewaktu pulang dari TA mall, di dalam mobilku, aku lihat si Andi ‘kelihatannya’ capek banget. Terus dia bilang “Stan, gua boleh nggak tidur di rumah elo?” “Lho, kenapa?” tanyaku. “Gua capek banget nih!” jawabnya singkat. Aku udah mencium tanda-tanda mencurigakan dari semua ini. Tapi aku merasa ini kesempatan untuk memperlihatkan keindahan tubuhku kepadanya, maka aku mengiyakannya. Sepulangnya, aku suruh dia duduk di ruang tengah, dan memancingnya dengan berkata,”Di, gua mandi dulu yah, kalo ada apa-apa, ketok aja kamar gua” Dia kelihatannya ceria sekali waktu mendengar aku akan mandi. Aku bergegas masuk ke kamarku (aku punya kamar mandi sendiri dalam kamarku). Sengaja pintu kamarku tidak kukunci. Aku melepas pakaianku satu persatu sampai tidak ada sehelaipun penutup tubuhku alias telanjang bulat. Pintu kamar mandi sengaja kubuka. Benar saja, kudengar pintu kamar dibuka. Rupanya dia nggak bisa menahan godaan untuk melihat tubuh bugilku. Aku mandi sambil membelakangi pintu kamar mandi, sehingga dia bias menikmati keindahan punggung dan pantatku yang seksi. Dari cermin dalam kamar mandi, aku lihat dia masuk mengendap-ngendap, dan berhenti di muka pintu kamar mandi. Di cermin itu aku melihat matanya nggak bisa lepas memandangi pantatku yang seksi. Aku berdiri agak menyerong sehingga dia bisa melihat batang kemaluanku juga. Dia semakin terangsang lagi, matanya mempelototi kemaluanku yang berwarna agak kecoklatan dengan bulu-bulu yang lumayan lebat. Aku yakin dia pasti horny banget. Aku sengaja melakukan gerakan-gerakan erotis sambil menyabuni pantat dan kemaluanku. Dari cermin itu, aku lihat dia menghampiriku. Apa yang mau dia lakukan, pikirku. Tiba-tiba aku merasa kepalaku dihantam oleh benda yang keras sekali. Aku langsung jatuh di lantai kamar mandi. Ketika aku bangun, aku sudah berada di tempat tidurku dalam keadaan telanjang bulat, dan beberapa saat kemudian Andi keluar dari kamar mandi dengan salah satu kimonoku. Aku merasa lubang pantatku sakit sekali dan batang kemaluanku lemas sekali. “Abis ngapain elo,” kataku spontan sambil menutupi kemaluanku dengan bantal. “Gua baru saja menikmati keindahan tubuh elo” katanya sambil tersenyum mesum. “Gila” kataku. Aku nggak pernah berpikir untuk kehilangan keperjakaanku oleh seorang pria, karena bagaimanapun aku ingin menjalani kehidupan normal dengan seoarng wanita. “Elo mau jadi pacar gua?” tanyanya. Sebelum aku sempat menjawab dia memperlihatkan sebuah tustel. “Gua sudah memotret seluruh tubuh elo, dada elo, punggung elo, kontol elo, jembut elo, sampai pantat elo, seluruh tubuh elo, juga wajah ganteng elo” aku hanya bisa melongo. “Gua bisa nyebarin foto ini kepada semua orang kalo elo nggak mau ngikutin perintah gua!” katanya lagi. Aku langsung lemas. Akhirnya aku pasrah, kukatakan aku tnggak mau jadi pacarnya, tapi aku akan memenuhi nafsunya pada tubuhku. Setiap minggu dia membawaku ke kamarnya, menelanjangi aku semaunya dan membelai-belai tubuhku mulai dari batang kemaluanku, buah pelirku, rambut kemaluanku, pantatku, pahaku sampai aku terangsang dan keluar. Setelah itu dia memasukkan batangnya ke lubang pantatku. Aku rasa ini awal kehidupanku sebagai seorang gay, yang semula aku tak pernah pikirkan. Sejak saat itu nafsuku pada wanita pun menurun, dan aku semakin cenderung ke arah gay. Dan anehnya, aku mulai merasakan rasa cintaku pada Andi. Inikah yang namanya cinta? Sekarang hubungan yang kami lakukan sudah didasarin suka sama suka. Terima kasih Andi, yang sudah merubah jalan hidupku.

###

1 Gay Erotic Stories from Stanley

Hilangnya keperjakaanku.

Sejak kecil, aku udah merasa kalo aku ini adalah seorang biseks, dan mungkin agak sedikit exhibisionist. Terus terang, aku menganggap kalau wajahku ganteng sekali, dan aku memang nggak ge-er karena temen-temen cewekku juga banyak yang ngomong begitu dibelakang aku, dan yang naksir aku juga cukup banyak (aku rasa cowok juga ada). Mereka bilang sih tampangku kayak Jimmy Lin. Soal body,

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story