Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Jadi pelayan pria penikmat hubungan sejenis

by Putrajaya


Seperti halnya di berbagai negara maju maupun berkembang undang-undang anti-pelacuran sama sekali tidak efektif. Sebab para penegak hukum sendiri adalah pelanggan rumah-rumah bordil atau rumah pelacuran tersebut. Di negara-negara Asia Barat (Timur Tengah), pelacuran dilakukan di rumah-rumah penduduk dan pelanggannya juga para penegak hukum sendiri. Di Singapura, hotel-hotel besar kecil melarang kegiatan pelacuran. Tapi setiap malam puluhan brosur promosi pelacuran disebarkan secara sistematis ke semua kamar hotel. Orang-orang kaya dari Timur Tengah biasanya mencari pelacur wanita dan anak-anak di Thailand lalu melanjutkan perjalanannya ke Filipina untuk mencari pelacur laki-laki. Mereka ini terkenal dengan nama pelanggan "Tiga Band" (seperti radio transistor), karena mereka menyukai mulut, lobang pantat laki-laki, dan lobang kelamin perempuan. Sebagai orang miskin yang terbuang, sampai saat aku menulis cerita di MOTN ini aku masih berprofesi gigolo yang khusus melayani hubungan sejenis. Di negeri jiran sialan ini, keperluan akan pelacur laki-laki sangat besar. Kalau tidak, mana mungkin aku masih bertahan hidup sampai sekarang dengan status pendatang haram! Oleh karena itu tuduhan perbuatan liwath dan sungsang yang dituduhkan Datuk Seri Mahatir Mohamamad pada Datuk Anwar Ibrahim, sangatlah telak! Karena pasti tidak ada yang berani membela. Sebab semua lelaki di negeri jiran baik yang lajang maupun yang sudah berkawin (menikah) secara teratur melakukan hubungan sejenis. Jika ada yang membela Datuk Anwar, dengan mudah akan dituduh sering berbuat liwath dan sungsang, bahkan dengan mudah bisa dibuktikan. Profesi ini aku dapatkan ketika aku mencari nafkah halal di negara jiran sialan ini. Berkat perlakuan tidak adil dan di luar batas peri kemanusiaan, aku terpaksa mencari pekerjaan lain dan akhirnya terjerumus jadi pelacur laki-laki alias lonte lanang. Karena semua surat-surat identitasku disandera oleh majikan sialan di perkebunan kelapa sawit di Sabah, akhirnya aku menggelandang seperti gembel di hampir semua kota Semenanjung (Malaysia Barat), Sarawak dan Sabah menjual kontol, mulut dan lobang pantatku kepada sesama laki-laki. Almarhum ibuku adalah kembang di kampungku, tidak heran ayahku yang gagah berhasil mempersunting ibuku. Maka lahir lah aku anak petani miskin dari kampung tapi dianugerahi wajah yang tampan dan badan yang bagus. Meskipun kami hanya keluarga petani miskin, tapi dengan gotong-royong seluruh keluarga kami (paman dan bibi), aku berhasil tamat SMU. Ayahku dan ibuku berturut-turut meninggal dunia setelah tanah dan sawah kami dirampas aparat bangsat dengan alasan kepentingan negara bobrok!. Aku baru saja tamat SMU ketika jadi yatim piatu. Karena tidak tahu apa lagi yang harus aku kerjakan di kampung halaman yang melarat, aku menjual harta orang tuaku yang tidak seberapa untuk merantau ke negeri jiran sialan ini. Itupun setelah tiga kali sempat ditipu perusahaan pengerah tenaga kerja yang sifat dan kelakuan para pengelola dan pemiliknya jauh lebih rendah dari babi! Bahkan aku hampir terbunuh di tempat penampungan TKI di Jakarta karena aku menolak dan melawan ketika seorang satpam anjing di tempat penampungan mencoba menggerayangi tubuhku. Bangsat! Mentang-mentang orang miskin dikira aku tidak punya harga diri. Meskipun babak belur dikeroyok lima orang satpam homo yang biadab, ketika itu aku berhasil mempertahankan kehormatanku sebagai laki-laki! Tidak kusangka bahwa nasib juga yang akhirnya menyeret aku jadi lonte penjual kontol dan lobang pantat di luar negeri. Demikianlah, maksudnya mengadu nasib, tapi akhirnya jadi lonte! Aku anak tunggal, karena setelah aku lahir, ibuku dipaksa aparat biadab untuk menggunakan alat KB entah apa yang berakhir dengan kemandulan beliau. Itulah sebabnya aku selalu mengutuk seluruh Keluarga Suharto beserta semua aparat pemerintah dan keamanan di negeri asalku agar mereka semua masuk neraka jahanam. Karena merekalah sebetulnya yang membikin aku jadi lonte dan gembel melarat di negeri jiran sialan ini ! Pengalamanku jadi gigolo dimulai dengan bekerja jadi orang rumahan pada seorang kaki tangan kerajaan. Ianya (begitu orang negeri jiran menyebut kata "dia") adalah seorang Polisi yang lembaganya disebut Polis Di-Raja. Majikanku, Datuk Abdul Rahman ibni Almarhum Datuk Haji Kelana Putera Al-Muazzamsyah adalah seorang bangsawan yang berusia 42 tahun tapi belum berkahwin. Orang memanggil beliau Datuk Rahman. Aku pemandunya (supir) disuruh memanggilnya Bang Rahman. Bang Rahman orangnya ramah dan santun. Dia juga berwajah tampan dan bertubuh atletis. Mula-mula aku heran mengapa orang segagah, setampan dan berkedudukan terhormat seperti Bang Rahman tidak juga menikah. Tapi hingga beliau wafat tidak pernah dapatkan jawabannya. Di rumah Bang Rahman yang besar di daerah elit KL (Kuala Lumpur) hanya ada 4 orang: Bang Rahman, aku dan dua orangpembantu perempuan yang sudah melayani Bang Rahman sejak ia kecil di istana leluhurnya. Bang Rahman sendiri sangat sayang kepadaku. Bahkan sebetulnya aku ketemu Bang Rahman ketika ianya melakukan razzia pendatang haram di kawasan tempat tinggalku sebagai gembel di daerah kumuh KL. Ketika itu aku dimasukkan mobilnya dan diborgol. Seperti umumnya cara kerja orang Melayu. Penangkapan pendatang haram di KL kala itu juga kacau balau sehingga Bang Rahman bisa menyelundupkan aku ke rumahnya. Sampai di rumahnya aku ditanyai macam-macam dan disuruh berjanji agar mau tinggal dan bekerja dengan dia. Walaupun aku pernah melawan waktu digerayangi satpam di penampungan TKI di Jakarta, sebetulnya aku juga doyan cowok. Aku menolak dijamah satpam karena mereka melakukan dengan kasar dan menghina, antara lain satpam anjing itu mengatakan :"Hey mana bool lu, sini gua entot", sambil meremas celana di bagian kontolku. Tentu saja aku terhina dan melawan. Aku sudah punya feeling bahwa Bang Rahman bersimpati aneh kepadaku. Karena aku punya kecenderungan homoseks, aku juga segera jatuh hati dan kepincut pada pria Melayu yang gagah itu. Bang Rahman bersikap ramah dan santun, oleh karena itu aku menurut saja waktu disuruh tinggal dan bekerja dengan dia. Dia sendiri, sebagai polisi seperti punya indera ke enam untuk membedakan mana manusia kriminil mana bukan. Karena itu dia berani menyuruh aku tinggal di rumahnya. Walaupun di rumah Bang Rahman aku berstatus pemandu (supir) dan aku bisa menyetir mobil, tapi saat itu aku tidak mungkin mengendarai mobil di jalan, sebab statusku masih pendatang haram. Sebetulnya Bang Rahman merencanakan untuk memulangkan aku ke Batam atau Pekanbaru agar aku bisa masuk lagi dengan legal ke Malaysia. Tapi malangnya, kira-kira satu bulan aku tinggal di rumah Bang Rahman, beliau kena serangan jantung dan meninggal dunia. Saat Bang Rahman meninggal banyak sekali polis berdatangan ke rumah sehingga aku jadi panik dan diam-diam menyelinap dan kabur dari Petaling Jaya. Aku mencari temanku Warno di daerah kumuh KL, tapi dia sudah pindah entah kemana. Ketika aku sedang panik dan bingung, aku jumpa Bang Suhaimi Zen yang dengan manis mengajak aku ke rumahnya dan merayu aku untuk berhomo-homo dan kemudian membawa aku ke dunia pelacuran homo ini. Demikianlah nasibku, anak petani miskin yang akhirnya jadi lonte.

###

4 Gay Erotic Stories from Putrajaya

Jadi pelayan pria penikmat hubungan sejenis

Seperti halnya di berbagai negara maju maupun berkembang undang-undang anti-pelacuran sama sekali tidak efektif. Sebab para penegak hukum sendiri adalah pelanggan rumah-rumah bordil atau rumah pelacuran tersebut. Di negara-negara Asia Barat (Timur Tengah), pelacuran dilakukan di rumah-rumah penduduk dan pelanggannya juga para penegak hukum sendiri. Di Singapura, hotel-hotel besar kecil

Meluasnya kecabulan, liwath dan tindakan sungsang

Genap sepuluh tahun sudah aku mengadu nasib di negara tetangga. Mula-mula aku datang baik-baik sebagai pekerja tamu dalam usiaku yang masih belia 18 tahun. Sekarang usiaku sudah 28 tahun. Aku tak tahu apakah aku harus menyesali nasibku berkeliaran di negara orang lain untuk cari makan. Atau mensyukuri, karena jika tetap di negeri sendiri mungkin aku sudah jadi gembel, maling, preman

Menjadi makelar pramugara di Singapura

Setelah bekerja di negara jiran sialan aku berhasil menye-linap ke Singapura. Aku juga tidak paham mengapa Singapura suatu negara yang terkenal tertib juga dapat ditembus tanpa paspor. Yang pasti orang-orang yang kubayar untuk "mengurus" pelarianku ke Singapura terdiri dari Cina dan Melayu. Jadi, korupsi dan kebrengsekan lain memang terjadi dimana-mana di rantau ASEAN ini. Aku bisa

Pengalaman dan deritaku di daerah rawan konflik

Pembaca, ini adalah kisah nyata yang benar-benar aku alami. Aku adalah seorang mahasiswa di suatu kota besar di daerah konflik di negaraku. Konflik ini sudah berjalan lebih dari duapuluh tahun.Artinya sudah dimulai sebelum aku lahir. Aku sekarang berumur 19 tahun. Sudah ribuan penduduk sipil yang mati konyol sia-sia dibunuh kedua belah pihak yang bertikai untuk urusan yang tidak

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story