Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Menjadi makelar pramugara di Singapura

by Putrajaya


Setelah bekerja di negara jiran sialan aku berhasil menye-linap ke Singapura. Aku juga tidak paham mengapa Singapura suatu negara yang terkenal tertib juga dapat ditembus tanpa paspor. Yang pasti orang-orang yang kubayar untuk "mengurus" pelarianku ke Singapura terdiri dari Cina dan Melayu. Jadi, korupsi dan kebrengsekan lain memang terjadi dimana-mana di rantau ASEAN ini. Aku bisa kontak dengan komplotan penyelundup manusia ini dari salah seorang langgananku waktu aku jadi cabo lelaki (gigolo) di Malaysia. Langgananku itu puak Melayu, alias bangsa serumpun. Dia rupanya begitu tergila-gila kepadaku sampai sempat mencharter aku selama satu bulan dengan ba-yaran yang sangat besar. Karena dia tidak suka dilayani ji-ka aku memakai kondom di kontolku, maka aku sekarang jadi ragu apakah aku sudah ketularan HIV/AIDS atau belum. Waktu aku jadi gigolo di salah satu rumah bordil khusus untuk pria homo di KL (Kuala Lumpur), aku bersama rekan sesa-ma pelacur pria lainnya diharuskan periksa darah, untuk me-ngetahui apakah kami sudah ketularan atau belum. Karena si pemilik rumah bordil (Bang Suhaimi Zen) sendiri juga suka menikmati gigolo peliharaannya. Bang Zen orangnya hiperseks dan homoseks sekaligus. Kami gigolo peliharaannya se-cara bergantian diwajibkan bekerja di rumahnya sebagai budak atau "slave". Disitu kami dipekerjakan sebagai pelayan rumah tangga sekaligus pelayan nafsunya. Gilanya, jika se-dang giliran jadi slave di rumahnya kami harus bertelanjang bulat sepanjang hari. Begitu sampai di rumahnya kami diharuskan melucuti pakaian kami sampai bugil dan menyerahkan semua barang pribadi kami kepada security. Karena tindakan liwath atau homoseksual merupakan pelanggaran hukum menurut undang-undang Malaysia, maka Bang Zen melakukan semua kegia-tan ini ekstra hati-hati. Pelayan atau pegawai di rumahnya semuanya lelaki dan orang kepercayaannya. Semua gigolo peliharaannya mempunyai masalah dengan Jawatan Imigresyen Malaysia. Tapi semuanya memang orang pilihan dari segi penampilan. Kuli-kuli atau mantan kuli (seperti aku) termasuk favoritnya. Karena tubuh para kuli ini umumnya berotot dan kon tol serta nafsunya besar. Para kuli ini juga sudah biasa melakukan hubungan sejenis dengan sesama kuli, baik di perkebunan kelapa sawit maupun di lokasi bangunan. Karena selama bertahun-tahun mereka harus pisah keluarga atau karena dasarnya memang sudah doyan kontol alias homoseks. Dia suka dengan orang dari negeri asalku untuk dijadikan gigolo karena: (1) selera (homo)seksualnya adalah pada o-rang serumpun dengan dia (orang Melayu), (2) orang Melayu mudah puas dan cenderung penurut, (3) pelanggannya di rumah bordil hampir 90% adalah orang Melayu, khususnya dari ja-batan Polis Di-Raja, Imigresyen dan Askar (Tentara Di-Ra-ja), dan (4) orang dari Indonesia biasanya mudah dibodohi karena di negaranya selalu ditekan, dipaksa dan ditakut-takuti oleh aparat : tentara, polisi, penguasa (termasuk oleh GOLKAR,ABRI, RT-RW, Lurah, Kepala Desa, Camat, Bupati, Wali Kota, Gubernur, Menteri, Presiden dan Keluarga Soeharto pada tahun 1968 - 1998, selama 30 tahun). Yang pasti orang yang kerja dengan Bang Zen semuanya harus bersedia melakukan hubungan sejenis, baik dia seorang homoseks, biseks atau straight. Kami harus pura-pura jadi budak (slave) dan dia jadi tuan (Master). Meskipun hanya main-main, tapi karena kalau sedang melakukan hubungan seks Bang Zen hanya bisa terangsang sesudah menghajar partnernya, tak urung setiap "tugas" giliran melayani di rumah Bang Zen ka-mi babak belur juga. Karena Bang Zen suka sekali menggu-nakan cemeti dan makin terangsang kalau melihat lelaki menggelinjang kesakitan dan tubuhnya lecet dan berdarah. Meskipun di tempat tidur Bang Zen ganas dan sadis bukan main, tetapi sehari-harinya dia baik, ramah dan kebapaan. Oleh karena itu kami lelaki peliharaannya tidak pernah dendam. Apalagi Bang Zen orangnya tampan, jantan, dan badannya selalu harum. Bang Zen sendiri jika di rumah selalu mengenakan jas mandi (bath robe) tanpa mengenakan apa-apa di bagian dalamnya. Jika dia menginginkan budak yang sedang tugas hari itu, dia segera melepaskan bath robe nya dalam keadaan telanjang bulat dia mengentoti budak itu, setelah terlebih dulu memperlakukannya dengan kasar. Misalnya menelikung lengan budak itu kebelakang sampai dia menyeringai, memasang borgol berduri atau menghajarkan cemeti kepunggung budak malang itu. Agaknya wajah lelaki yang sedang kesakitan yang membikin Bang Zen ngaceng terangsang. Kalau sedang tugas jadi budak di rumah Bang Zen, kami sering kehabisan tenaga. Karena Bang Zen badannya, kontolnya dan nafsunya besar sekali. Kami bisa dientot atau disuruh mengisap kontolnya 5 - 6 kali sehari. Bang Zen di samping rajin olahraga dan latihan beban, juga secara sistematis menjaga stamina dan kemampuan kontolnya memproduksi pejuh. Dia rajin mengkonsumsi air pasak bumi (menurut Bang Zen pasak bumi yang membikin libidonya meningkat terus), Kuku Bima (produksi pejuhnya menjadi banyak dan kental), Tongkat Wasiat Madura (kalau ngaceng terasa lebih lama, lebih kencang dan lebih nikmat, bahkan kadang-kadang bisa langsung memancarkan mazi atau pejuh sampai berceceran di lantai atau di seprei tempat tidur kalau sedang bertelanjang bulat), Tongkat Ali dan Irex. Viagra tidak pernah dikonsumsi Bang Zen karena ia takut kena serangan jantung. Saat cerita ini kutulis, aku sudah di Singapura. Karena termasuk gigolo favorit, aku ditugasi Bang Zen mengelola bisnis gigolonya di Singapura. Bang Zen,melihat bahwa segmen bisnis seks sejenis cukup baik di Singapura. Asal dikelola dengan baik dan tidak melanggar hukum. Hubungan seks sejenis tidak terlarang di Singapura sepanjang dilakukan oleh orang dewasa, suka sama suka dan tidak di depan umum. Pramugara Garuda ternyata menjadi incaran banyak penikmat seks sejenis di Singapura. Itu pun konsumennya orang Melayu (baik dari Brunai, Malaysia, Indonesia, termasuk selebritis). Pramugara Garuda cukup banyak supplynya karena frekuensi pesawat Garuda yang singgah di Bandara Changi cukup besar. Mereka juga cukup mudah dipikat (dan mudah ditipu) karena gajinya kecil. Yang dicari para konsumen daalah cowok ganteng bertampang pramugara. Biasanya mereka terangsang dengan pramugara yang melayani waktu terbang dengan Garuda. Nah untuk memuaskan fantasinya dia bisa menghubungi aku per telepon, email atau fax untuk pesan. Pramugara Garuda merupakan favorit karena muda-muda dan ganteng. Jika kebetulan Pramugara Garuda yang bertugas hari itu tidak ada yang membangkitkan selera (karena kelihatan tua atau tidak ganteng) atau tidak bersedia dicabuli, maka aku akan kontak ke Batam. Jika tidak ada supply aku terpaksa minta dikirim gigolo dari cabang ru-mah bordil milik Bang Zen di JB (Johor Bahru) yang letaknya persis di seberang "Rumah Mayat Orang Cina" (di Indonesia disebut "Rumah Duka"). Gigolo gadungan itu disuruh mengaku pramugara Garuda, Malaysia Airlines, Singapore Airlines atau Air Brunai. Sebetulnya pramugara gadungan ini kualitas seksualnya lebih baik, karena badannya berotot, kontolnya besar, servisnya memuaskan dan volume pejuhnya banyak serta kental sekali (bukan air mani encer). Maklum mantan kuli! Yang aku sukai dari pekerjaan cabulku sekarang adalah "mencari mangsa". Biasanya aku berkeliaran di Changi Airport atau di hotel langganan Garuda di Singapura. Pengalamanku sebagai gigolo membikin aku punya indera ke-6 untuk menentukan apakah seorang lelaki itu gay atau bukan dan 99% tepat!. Kalau sudah ketemu mangsa, mudah sekali memikatnya untuk mau mencabuli aku atau aku cabuli kontol atau lobang pantatnya. Aku punya aura yang luar biasa sehingga baik lelaki maupun perempuan seperti lulut dan maunya nempel padaku seperti perangko. Meskipun begitu, jujur saja aku tidak pakai ilmu pelet! Servisku juga hebat, ciumanku memikat dan rayuanku maut. Tidak heran kalau para pramugara yang sedang bereksperimen homoseksual dan mula-mula hanya mau kenalan dengan "orang Singapura", "orang Malaysia", atau "orang Brunai", terpi-kat dan akhirnya ingin lagi dan ingin lagi menikmati ser-vis mulut, lobang pantat, dan kontolku. Itulah bagian "nik-mat" dari profesiku jadi makelar kontol dan lobang pantat pramugara Garuda. Keuntungan materi yang kudapat juga besar karena para kon-sumen kontol dan lobang pantat dari Malaysia, Indonesia, Singapura dan Brunai memerlukan keamanan bagi nama baiknya. Untuk itu biasanya mereka memberi tip besar kepadaku. Mere-ka juga suka padaku karena penampilanku yang cakep dan karena aku selalu bersikap seperti sahabat para konsumen bukan sebagai broker, makelar atau calo. Konsumen juga sering kepincut aku, jadi bukannya pesan pramugara Garuda untuk "hidangan " di kamar malah menawar kontolku untuk diisap atau lobang pantatku untuk disodomi. Kalau kebetulan konsumennya muda, ganteng, atletis, bersih, sopan dan harum, biasanya aku terima tawarannya dengan paha dan lobang pantat terbuka! Sekitar 80% Pramugara Garuda bersedia untuk mencicipi hubungan homoseksual. Dari 80% itu tidak bisa diketahui berapa persen yang murni homoseks, dan berapa persen yang biseks, sekedar iseng, petualang atau mencari penghasilan tambahan. Sekitar 95% pramugara Garuda itu disunat dengan ukuran kontol bermacam-macam. Tidak seorang pun yang biasa mencukur atau mencabuti rambut ketiaknya (80% buku keteknya lebat sampai bikin aku jadi ngaceng). Tapi semuanya rajin pakai deodoran sesuai dengan ketentuan dinas. Hampir semua mengaku bujangan (tapi tidak semua). Tidak banyak yang ber-otot badannya. Meskipun begitu kalau sudah lihat mereka sedang telanjang bulat aku pasti jadi ngaceng dan langsung ingin mengisap kontol cowok yang muda dan ganteng itu. Buat sejawat pramugara Garuda, sorry ya aku berbagi pengalaman manis kita kepada pembaca MOTN. Nggak apa-apa 'kan?. Namanya juga era reformasi dan keterbukaan! Kalau anda tugas ke Singapura kita ngentot lagi.OK?!

###

4 Gay Erotic Stories from Putrajaya

Jadi pelayan pria penikmat hubungan sejenis

Seperti halnya di berbagai negara maju maupun berkembang undang-undang anti-pelacuran sama sekali tidak efektif. Sebab para penegak hukum sendiri adalah pelanggan rumah-rumah bordil atau rumah pelacuran tersebut. Di negara-negara Asia Barat (Timur Tengah), pelacuran dilakukan di rumah-rumah penduduk dan pelanggannya juga para penegak hukum sendiri. Di Singapura, hotel-hotel besar kecil

Meluasnya kecabulan, liwath dan tindakan sungsang

Genap sepuluh tahun sudah aku mengadu nasib di negara tetangga. Mula-mula aku datang baik-baik sebagai pekerja tamu dalam usiaku yang masih belia 18 tahun. Sekarang usiaku sudah 28 tahun. Aku tak tahu apakah aku harus menyesali nasibku berkeliaran di negara orang lain untuk cari makan. Atau mensyukuri, karena jika tetap di negeri sendiri mungkin aku sudah jadi gembel, maling, preman

Menjadi makelar pramugara di Singapura

Setelah bekerja di negara jiran sialan aku berhasil menye-linap ke Singapura. Aku juga tidak paham mengapa Singapura suatu negara yang terkenal tertib juga dapat ditembus tanpa paspor. Yang pasti orang-orang yang kubayar untuk "mengurus" pelarianku ke Singapura terdiri dari Cina dan Melayu. Jadi, korupsi dan kebrengsekan lain memang terjadi dimana-mana di rantau ASEAN ini. Aku bisa

Pengalaman dan deritaku di daerah rawan konflik

Pembaca, ini adalah kisah nyata yang benar-benar aku alami. Aku adalah seorang mahasiswa di suatu kota besar di daerah konflik di negaraku. Konflik ini sudah berjalan lebih dari duapuluh tahun.Artinya sudah dimulai sebelum aku lahir. Aku sekarang berumur 19 tahun. Sudah ribuan penduduk sipil yang mati konyol sia-sia dibunuh kedua belah pihak yang bertikai untuk urusan yang tidak

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story