Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pengalaman buruk jadi tahanan imigresyen

by Sultan Pasha


Setibanya di Nunukan tiba-tiba saja aku jumpa Warno."War", kataku, "Mas", katanya setengah berteriak. Kami langsung berpelukan erat sekali, air mataku tak terasa berlinang, kerongkonganku tersumbat, demikian juga Warno. Kami sama-sama jadi buruh bangunan di KL (Kuala Lumpur), ketika kemudian kami saling berpisah. Aku ikut Bang Zarmi dan Warno membawa nasibnya entah kemana. Kami ngobrol sambil kangenan. Warno tidak banyak berubah, dia masih rapi dan bersih seperti dulu. Waktu aku peluk, tubuhnya juga harum, padahal dia baru turun dari kapal. Dasar Warno!. Kuli tapi dandy!Karena dia cowok cakep, di tempat kerja kami dulu banyak juga pembantu, gadis dan puan-puan yang jatuh hati pada Warno. Apalagi kalau Warno sedang istirahat nguli sambil telanjang dada, tubuhnya yang atletis dan putih, dengan ketiak yang bebas rambut itu sangat merangsang. Aku sendiri yang waktu itu tinggal serumah dengan Warno masih sering menggelegak darahku terangsang melihat dada Warno yang ketat itu!. Sebagai sesama buruh, di KL aku tinggal serumah dengan Warno di daerah kumuh. Karena dia bersih, cakep, dan manis, aku sayang pada Warno, tapi tidak pernah terjadi affair. Walaupun Warno tahu betul kecenderunganku doyan lelaki, dia tetap teman setia, tidak pernah menjauhi aku. Di rumah kami dia sering memberi aku "bonus" dengan membiarkan aku mengelus-ngelus punggungnya yang keras atau memeluk lengannya yang kekar tapi mulus itu. Tapi aku tidak pernah kurangajar pada Warno, seperti mencoba mengelus kontolnya atau yang seperti itu. Kami saling menghormati! Pekerjaan kuli bangunan yang membuat badan Warno jadi kekar. Dia tamatan STM bangunan. Waktu di KL, sebetulnya aku ingin Warno ikut dengan Bang Zarmi (Almarhum) bersama aku. Tapi dia ingin cari jalan lain. Berat juga berpisah dengan Warno, waktu itu. Mungkin juga karena dia tahu bahwa baik aku maupun Bang Zarmi punya kecenderungan homoseksual, dan dia merasa tidak cocok dalam lingkungan per-homo-an itu!. Karena sudah seperti saudara sendiri, Warno kuajak menginap di tempatku. Di Nunukan, aku tinggal di rumah polisi teman Bang Rahman. Bang Rahman menyewakan aku satu kamar di rumah perwira polisi itu. Maksudnya memberi kesempatan aku mengurus surat-surat agar aku bisa kembali menyeberang ke negeri jiran. Tapi aku masih pikir-pikir. Kebetulan Warno baru turun dari kapal dan belum punya tempat tinggal. Jadilah Warno menginap di tempatku kami reuni, bernostalgia masa di KL dulu. Rupanya setelah kami berpisah di KL, Warno pernah ditangkap polis dan imigresyen. Dia ditahan cukup lama kemudian dideportasi. Karena di kampungnya halamannya dia tidak punya pekerjaan, dia nekat kembali lagi ke negeri jiran. Kedatangannya yang kedua itu sebagai pendatang haram, karena tidak tidak sanggup bayar surat-surat resmi yang jutaan rupiah itu nilainya. Kemudian dia masuk dari Nunukan ke Tawao. Dengan undang-undang imigresyen yang baru, maka terpaksa Warno hengkang lagi. Meskipun miskin, Warno tidak sudi mengalami penghinaan dan pelecehan seksual seperti waktu dia ditahan di imigresyen KL dulu. Setelah aku dan Warno makan siang dan istirahat, dia menceritakan pengalamannya selama jadi pendatang haram. Sama seperti aku, Warno datang mengadu nasib kenegeri jiran secara resmi. Tapi sebagai buruh resmi terlalu banyak potongan sehingga gaji kami nyaris tidak cukup untuk makan, minum dan tidur, apalagi untuk onani. Kata orang negeri jiran "Kalau tak boleh makan, mana boleh nak melancap" (artinya: "Kalau tidak bisa makan bagaimana bisa onani") Pengalaman Warno di tahanan imigresyen cukup menyedihkan dan membikin darahku mendidih karena marah. Warno ditangkap di KL ketika dilakukan razia polis dan imigresyen di daerah kumuh di KL. Bersama pekerja ilegal lainnya di dibawa naik truk - mobil polisi. Mereka diperlakukan dengan kasar. Ditendangi, dipukuli dan diludahi oleh jabatan imigresyen dan polis di-raja. Sepanjang perjalanan di atas truk orang-orang imigresyen dan polis di raja itu memaki-maki para tahanan itu dengan kata-kata kotor dan cabul. Omongan orang imigresyen dan polis selalu tidak jauh dari : kote, konek, butuh (yang artinya kontol) dan pancut (yang artinya ngecrot alias eyakulasi). Di negeri jiran itu memang homoseksualitas sangat merajalela. Terutama di kalangan imigresyen, polis dan askar. Sebetulnya negeri jiran itu sudah sama dengan tingkat kecabulannya dengan negeri Sodom dan Gomorah yang disebut dalam Alkitab. Hukuman cambuk yang diberlakukan di negeri itu tidak lain dan tidak bukan agar para sipir, algojo, polis, hakim dan jabatan lain di "jail" (penjara) bisa menyodok pantat terpidana. Sebab, waktu akan dihajar dengan cambuk rotan terpidana disuruh menungging sambil telanjang bulat. Yang dihajar adalah bokong terpidana. Kesempatan itulah yang digunakan oleh para jawatan kuasa (pejabat) untuk menyodomi terhukum. Berbuat sungsang atau liwath (sodomi) kepada terhukum atau terpidana tidak dilarang menurut Immigration Act yang baru itu. Tidak heran, "jail" di kota tertentu sibuk menerima talifon (telepon) minta jatah menyodomi pantat pendatang haram yang akan dicambuk! Untuk dapat menyodomi pantat terhukum, masing-masing "jail" memasang tarip yang berbeza (berbeda) antara 300 Ringgit sampai 500 Ringgit per sodokan pantat! Waktu Datuk Anwar Ibrahim dituduh sodomi dengan Suryadharma sopirnya, banyak orang penting di KL yang ketakutan, karena semuanya secara teratur berbuat liwath atau sungsang setiap hari (pada jam makan siang - lunch time) di ofis (kantor) atau di luar ofis. Bahkan Suryadharma bolak-balik dipanggil dengan alasan akan diperiksa. Padahal dia tiap kali datang selalu saja ditelanjangi, diraba-raba dan diembat pantatnya dengan kote (kontol) para suruhan jaya (tim pemeriksa) itu. Di pengadilan dia mengadu pada hakim bahwa pantatnya dimasuki suatu benda waktu diperiksa. Ternyata benda itu adalah dildo berduri. Pada waktu Suryadharma diperiksa untuk kedua kalinya di "Ibu Pejabat Polis" (Markas Besar Polisi) , seorang polis malahan menyodok pantat Suryadharma dengan kote (kontol)- nya. Meskipun perbuatan itu cabul sekali, tetapi Suryadharma sangat menikmatinya. Tidak heran walaupun tidak disuruh datang ke "Ibu Pejabat Polis",selalu saja Suryadharma datang lagi, datang lagi, dia berharap dientot lagi oleh polis! Waktu di tahanan imigresyen KL, Warno sering sekali melihat tahanan lelaki diperkosa oleh polis atau imigresyen.Bahkan setiap pekerja ilegal dari Bangladesh pasti dipaksa untuk saling isap kontol temannya waktu baru datang. Kalu mereka mebangkang, mereka langsung dihajar dengan ikat pinggang atau rotan yang tersedia.

###

7 Gay Erotic Stories from Sultan Pasha

Aku dientot dan dihajar Irvan sampai babak belur

Secara kebetulan aku membaca karangan Irvan di MOTN. Dia menggunakan nama "ITB Guy" dan karangannya ber-seri (2 nomor)dan menceritakan kisah tentang perbuatannya memperkosa seorang cowok ganteng keturunan Cina - bernama Christian yang ganteng,berotot dan tidak sunat - dan yang baru saja memperkosa seorang cewek. Ceritanya bagus dan membikin aku ngaceng berat. Oleh karena itu segera aku

Bergumul telanjang dengan pengawal penganten

Suatu kali aku menghadiri pesta pernikahan seorang teman. Mereka melaksanakan dengan adat Jawa. Seperti biasa pada awal pesta ada prosesi pengantin dan keluarganya. Di paling depan berjalan sambil menari seorang lelaki yang bertindak sebagai "pengawal penganten" atau disebut "cucuk lampah". Biasanya aku malu sendiri melihat lelaki menari seperti itu. Tapi malam itu aku menemukan

Di lokap imigresyen jembutku dicabuti paksa!

Aku sangat jengkel, marah, putus asa dan terhina dengan apa yang aku alami. Aku anak orang miskin yang coba mencari makan dan mengadu nasib di negeri jiran. Dengan menjual hampir semua yang keluargaku punyai, termasuk sebagian sawah orangtuaku, aku berangkat ke negeri jiran melalui jasa suatu perusahaan pengerah tenaga kerja sialan. Aku orang bodoh dan orang miskin tidak tahu jenis

Jadi pendatang haram dan jadi budakbelian (Part 1)

Keadaan ekonomi yang demikian buruk di desaku menyebabkan aku dan beberapa teman mencoba mengadu nasib di luarnegeri. Orang tuaku praktis sudah tidak punya apa-apa, karena sawah-ladang yang tergadai akhirnya harus diserahkan untuk bayar hutang. Sebagian sawah lainnya, yang warisan kakekku diambil paksa oleh orang bersenjata dan kami orang kecil tak berdaya. Seandainya rumah kami terletak

Jadi pendatang haram dan jadi budakbelian, Part 2

Dalam keadaan telanjang bulat kami digelandang ke bagian lain dari kompleks atau kamp itu ke suatu bangsal. Lelaki berseragam itu semuanya tinggi besar kekar. Mereka membawa senapan. Di pinggang mereka tergantung rotan dan cemeti. Ternyata bangsal itulah tempat tinggal kami selama jadi tahanan atau sandera di situ. Kamp itu sangat sepi dan agaknya dikelilingi hutan lebat. Bangsal

Pengalaman bekerja ilegal di negeri jiran

Seperti jutaan orang lainnya, karena didera kemiskinan di negeri sendiri, aku terpaksa mencoba mengadu nasib di negeri jiran. Datuk Seri Mahathir Muhamad dalam buku "The Malay Dilemma" menyatakan bahwa semua orang Melayu yang tinggal di negara Brunai, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, tidak pernah menjadi tuan rumah di tanah leluhurnya. Pada kenyataannya semua orang Melayu di Asia

Pengalaman buruk jadi tahanan imigresyen

Setibanya di Nunukan tiba-tiba saja aku jumpa Warno."War", kataku, "Mas", katanya setengah berteriak. Kami langsung berpelukan erat sekali, air mataku tak terasa berlinang, kerongkonganku tersumbat, demikian juga Warno. Kami sama-sama jadi buruh bangunan di KL (Kuala Lumpur), ketika kemudian kami saling berpisah. Aku ikut Bang Zarmi dan Warno membawa nasibnya entah kemana. Kami ngobrol

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story