Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pengalaman dan deritaku di daerah rawan konflik

by Putrajaya


Pembaca, ini adalah kisah nyata yang benar-benar aku alami. Aku adalah seorang mahasiswa di suatu kota besar di daerah konflik di negaraku. Konflik ini sudah berjalan lebih dari duapuluh tahun.Artinya sudah dimulai sebelum aku lahir. Aku sekarang berumur 19 tahun. Sudah ribuan penduduk sipil yang mati konyol sia-sia dibunuh kedua belah pihak yang bertikai untuk urusan yang tidak jelas. Satu pihak bicara tentang kemerdekaan, pihak lainnya bicara tentang keamanan. Padahal kedua belah pihak sebetulnya hanya berebut uang untuk kantongnya sendiri. Sialnya aku sempat diculik oleh preman sialan. Pada suatu petang aku sedang di rumah sendirian. Orangtuaku takziah ke rumah sebelah yang suaminya baru diculik. Ketika ada suara orang mengetuk pintu depan. Aku sudah ragu-ragu. Apakah orang tuaku yang kembali dari takziah ataukah penculik. Tapi karena ketukannya sopan aku buka juga. Ternyata empat orang lelaki kekar menerobos masuk. Mereka memakai petutup muka. Aku kaget dan karenanya merasa lemas. Tanpa bicara apa-apa mereka menyekap mulutku dan menelikung lenganku ke belakang dan memasang borgol dengan kasar. Aku bukan tidak bisa melawan. Bukan sombong, karena aku ini karateka ban hitam. Badanku tinggi besar dan lumayan kekar dan aku cukup tangkas. Aku rajin latihan karate, jogging dan angkat beban. Sejak masih SMP, banyak cewek yang jatuh cinta padaku. Sejak aku di SMU dan di fakultas kedokteran (Universitas Syah Kuala) penggemarku bertambah dengan cowok-cowok yang pura-pura mau berteman dengan aku, tapi suka diam-diam mencari jalan memegang-megang lenganku atau badanku. Karena mereka melakukannya dengan halus dan sopan aku biarkan saja. Satu orang pernah melakukannya dengan tidak sopan, sepertinya mau meremas kontolku. Aku kepret dengan lenganku yang kekar sampai dia kaget dan langsung minta maaf. Aku sadar benar bahwa aku memang tampan. Aku beruntung, karena baik dari jalur keluarga ayah maupun ibuku umumya yang pria berwajah tampan dan yang wanita berwajah cantik. Para penculikku setengah mendorong dan menyeret aku ke sebuah mobil Kijang kapsul, mereka meninggalkan pintu rumah dalam keadaan terbuka. Rumah orangtuaku letaknya terpencil. Malam itu gerimis dan sepi sekali, pasti tidak ada yang memperhatikan. Sampai di dalam mobil mereka menutup mataku dengan kain. Borgol di pergelangan tanganku terasa dingin dan agak nyeri. Apalagi tanganku ditelikung ke belakang jadi terasa nyeri karena tertekan punggungku selagi duduk. Para penculikku tidak bicara apa-apa. Mobil itu ber-AC dan melaju dengan cepat. Aku duduk di bangku belakang sopir. Udara dalam mobil itu jadi terasa pengap karena ada yang merokok. Artinya para penculik sudah membuka penutup muka mereka. Setelah agak lama tidak bicara apa-apa, salah satu penculik itu bicara dengan bahasa daerah lain. Yang pasti bukan bahasa daerah Aceh. Karena penculikku orangnya besar-besar, kursi mobil terasa sempit. Aku dijepit oleh dua pria, karena kami berdempetan aku bisa merasakan bahwa lengan mereka keras dan kekar. Perjalanan itu cukup lama, mungkin ke luar kota. Aku tidak merasa takut. Bahkan tidak perduli. Aku hanya sedih karena orang tuaku pasti khawatir, terutama ibuku. Aku juga gundah kalau-kalau penculik minta tebusan jutaan atau milyaran rupiah. Aku ingin mengatakan pada orang-tuaku agar jangan mau membayar apa pun penculikku ini. Aku juga kesal, kalau-kalau orangtuaku nanti malah diinterogasi atau diganggu aparat keamanan seperti biasanya. Kecurian ayam, karena melapor malah kehilangan sapi! Biar saja aku disiksa atau dibunuh penculik, aku sudah siap. Toh aku belum punya tanggungan anak isteri. Seandainya aku mati, orang tuaku juga masih punya dua anak lagi, kakak dan adikku. Para penculik ini juga tolol. Untuk apa mereka menculik mahasiswa anak pedagang kecil yang miskin. Tiba-tiba penculik yang duduk di sebelah kiriku mulai meraba-raba tubuhku, apa-apaan ini? Penculik homo?. Gila! Sebetulnya aku masih bisa menepis dengan menggoncangkan badanku yang kekar. Tapi aku tidak mau konyol. Mungkin karena aku diam, dia makin asyik. Tangannya masuk ke dalam baju kaosku dan mulai memainkan puting susuku dan otot dadaku yang kekar dan menonjol kedepan itu."Hey, hey, sudah mulai kau!". kata penculik yang duduk di sebelah kananku dengan intonasi daerah tertentu. "Yah. pesta dimulai", kata penculik yang duduk di depan. "Jangan diabisin ya!", kata penculik lain di depan dengan intonasi daerah lain lagi. Dari cara bicara keempat orang itu aku mendengar paling tidak ada tiga aksen dari daerah yang berbeda. Mereka bukan orang lokal. Tiba-tiba penculik yang duduk di sebelah kananku juga mulai ikut-ikutan menciumi leher dan telingaku malahan mulai mengecup dan meyedoti bibirku. Baju kaosku dibuka ke atas agar mereka leluasa menjamah badanku. Dadaku, perutku, punggungku diremas, dielus. Lalu celana luar dan celana dalamku dipelorotkan ke bawah. Kontolku mulai diremas dan agaknya disedot-sedot.Gila! Mau tidak mau aku jadi ngaceng karenanya. Tiba-tiba mobil berhenti. Agaknya penculik yang duduk di depan juga ingin ikut menjamah aku. Aku mendengar pintu di buka. Entah lokasinya di mana, aku disuruh turun dari mobil dan disuruh berbaring di tanah. Dengan tubuhku yang hampir telanjang bulat, aku merasakan tanah disitu berumput dan aku mencium bau rumput. Mereka membaringkan aku. Tapi karena tanganku terbogol ke belakang rupanya mereka kurang leluasa menikmati tubuhku. Borgol dibuka dan tanganku diborgol di atas kepalaku. Mataku masih tertutup. Mereka tidak bicara apa-apa. Tapi aku merasa banyak tangan menggerayangi tubuhku. Bahkan ada yang menjilati ketiakku. Lobang pantatku disodok-sodok dengan sesuatu, mungkin jari. Aku merasakan kontolku menegang lagi ketika sesuatu di lobang pantatku di pijit-pijit. Sambil berbaring kakiku dibentangkan lebar-lebar. Sepertinya mereka bergantian menghisap kontolku. Lalu badanku dibalikkan sampai menungging dan aku merasa sesuatu dimasukkan ke lobang pantatku. Ah, pantatku disodomi bergatian oleh penculik-penculik biadab ini, aku merasa pantatku perih sekali!. Mungkin setelah ini aku dibunuh. Nista sekali kematianku. Aku marah dan jengkel sekali. Sementara mataku masih tertutup. Aku merasa pusing karena dari tadi mataku ditutup terus. Tiba-tiba aku merasa hantaman keras di punggungku. Sepertinya mereka menghajar bahu dan punggungku berkali-kali dengan ikat pinggang atau koppelriem, sekali-sekali punggungku terasa pegal dan pedih. Kemudian mereka menelentangkan aku lagi. Lalu terdengar suara korek api dinyalakan dan tercium bau rokok, lalu aku merasa sesuatu yang pedih dan panas di jembutku. Dengan rokok mereka menyundut dan membakari jembutku, ketiakku, dan bulu kakiku. Aku menggelinjang kepanasan dan kepedihan. Ketika aku menggelinjang, seseorang menghajar pantatku dengan ikat pinggang. Puting susuku dipelintir, kemudian aku merasakan suatu cairan panas diteteskan di dada, puting susu dan perutku. Sepertinya lilin menyala. Sementara itu kontolku mulai diisap-isap lagi kali ini sampai aku memuncratkan pejuh. Badanku berkeringat, panas, perih dan pegal. Aku merasa capek diperkosa lama-lama begitu. Kemudian aku merasakan bau sperma dan terasa sesuatu yang dingin. Mereka onani dan mencecerkan maninya di sekujur tubuhku yang telanjang. Aku terhina sekali, tapi tak bisa apa-apa. Aku jadi seperti lelaki dan karateka tolol, diperkosa tak melawan! Tapi lebih bodoh lagi kalau aku melawan!. Badanku jadi bau sperma. Kemudian badan dan mulutku dikencingi ramai-ramai. Herannya mereka berbuat begitu sambil berdiam diri saja. Hanya sekali sekali aku mendengar suara lenguh lirih Aagg..Aggh..Agghh, mungkin keenakan waktu akan memancarkan air mani mereka. Aku mulai mencium bau keringat dan ketiak laki-laki. Lalu semuanya sunyi. Mungkin mereka tertidur kecapean habis pesta seks memperkosa tawanannya. Hanya terdengar suara nafas, ketika aku mencoba akan bangkit salah satu dari mereka berteriak :"BERANI LARI KUTEMBAK KAU". Aku menurut dan berbaring lagi. Lalu terdengar orang bangkit, badanku ditendangi termasuk kepalaku. Mungkin sebagai hukuman karena dikira mau lari tadi. Kalau tadi aku jadi pemuas nafsu mereka, sekarang aku jadi pemuas nafsu menyiksa mereka. Aku dihajar beramai-ramai. Aku disuruh duduk dan mukaku ditampar berkali-kali sampai bibirku terasa perih dan asin, mungkin pecah berdarah. Setelah puas menghajar aku, aku disuruh berdiri. Celanaku masih terjela di kakiku, demikian juga baju kaosku masih terpasang di badanku. Hanya saja tubuhku dan bajuku bau sperma dan bau kencing penculik-penculik itu. Seorang penculik memasangkan celanaku lagi dan berkata : "Kau bau kencing dan mani sekarang". Kain penutup mataku juga bau kencing. Aku didorong masuk mobil dan disuruh duduk di lantai mobil bagian belakang. Tanganku diborgol dan ditelikung ke belakang lagi. Mobil berjalan lagi agak lama lalu tiba-tiba aku merasa mobil berhenti. Aku diturunkan dan borgolku dibuka. Lalu kudengar mobil meninggalkan aku. Ketika aku membuka tutup mataku aku sudah di depan rumahku. Pintu depan masih terbuka seperti tadi, rupanya orang tuaku belum juga pulang dari takziah. Aku cepat-cepat masuk ke kamar mandi ganti baju dan merendam pakaianku yang bau sperma dan bau kencing dengan deterjen. Di cermin aku lihat tidak ada jejas dan bengkak di mukaku, hanya saja bibirku berdarah tapi lukanya kecil tak kelihatan. Badanku penuh lebam biru, lecet dan berdarah, hasil siksaan penculik sialan itu, tapi semuanya di bagian tubuh yang tertutup pakaian. Aku putuskan untuk merahasiakan apa yang aku alami kepada siapa pun. Termasuk orang tuaku. Ketika selesai berpakaian aku mendengar suara ibuku memanggil di depan "Jay, Jay, buka pintu". Aku berjalan ke depan, membukakan pintu dan berusaha bersikap senormal mungkin. Lalu aku pura-pura masuk kamar tidur mau belajar. Aku jengkel dan marah tapi tak bisa berbuat apa-apa dan memang tidak ada yang mampu menolongku. Sampai saat cerita ini dimuat di MOTN, tak ada seorang pun yang tahu insiden penculikan dan pemerkosaan yang aku alami ini! Pembaca, ini adalah kisah nyata, yang benar-benar aku alami dan sangat menekan mentalku serta melukai perasaanku. Walaupun aku karateka ban hitam. Tapi, setelah peristiwa penculikan itu, aku sering bermimpi buruk, ketakutan dan sering kaget!

###

4 Gay Erotic Stories from Putrajaya

Jadi pelayan pria penikmat hubungan sejenis

Seperti halnya di berbagai negara maju maupun berkembang undang-undang anti-pelacuran sama sekali tidak efektif. Sebab para penegak hukum sendiri adalah pelanggan rumah-rumah bordil atau rumah pelacuran tersebut. Di negara-negara Asia Barat (Timur Tengah), pelacuran dilakukan di rumah-rumah penduduk dan pelanggannya juga para penegak hukum sendiri. Di Singapura, hotel-hotel besar kecil

Meluasnya kecabulan, liwath dan tindakan sungsang

Genap sepuluh tahun sudah aku mengadu nasib di negara tetangga. Mula-mula aku datang baik-baik sebagai pekerja tamu dalam usiaku yang masih belia 18 tahun. Sekarang usiaku sudah 28 tahun. Aku tak tahu apakah aku harus menyesali nasibku berkeliaran di negara orang lain untuk cari makan. Atau mensyukuri, karena jika tetap di negeri sendiri mungkin aku sudah jadi gembel, maling, preman

Menjadi makelar pramugara di Singapura

Setelah bekerja di negara jiran sialan aku berhasil menye-linap ke Singapura. Aku juga tidak paham mengapa Singapura suatu negara yang terkenal tertib juga dapat ditembus tanpa paspor. Yang pasti orang-orang yang kubayar untuk "mengurus" pelarianku ke Singapura terdiri dari Cina dan Melayu. Jadi, korupsi dan kebrengsekan lain memang terjadi dimana-mana di rantau ASEAN ini. Aku bisa

Pengalaman dan deritaku di daerah rawan konflik

Pembaca, ini adalah kisah nyata yang benar-benar aku alami. Aku adalah seorang mahasiswa di suatu kota besar di daerah konflik di negaraku. Konflik ini sudah berjalan lebih dari duapuluh tahun.Artinya sudah dimulai sebelum aku lahir. Aku sekarang berumur 19 tahun. Sudah ribuan penduduk sipil yang mati konyol sia-sia dibunuh kedua belah pihak yang bertikai untuk urusan yang tidak

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story