Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pertarungan: Panas Antara Joe Dan Tony

by JoeStud


Joe dan Tony sudah menjadi teman sejak mereka masih pelajar. Sejak dulu mereka yang merupakan jagoan dari kelompoknya masing-masing selalu bersaing. Mereka sering bertemu dan bertarung mewakili kelompoknya. Sejak mulai kuliah mereka berpisah karena mereka melanjutkan studinya di kota yang berbeda. Mereka tidak pernah bertemu lagi selama 7 tahun hingga suatu malam di sebuah fitness centre mereka bertemu. Mereka saling mengenali dan kenangan lama muncul lagi. Melihat tubuh lawannya yang kekar dan menantang, mereka berdua bernafsu dan tertarik untuk mengukur kejantangan mereka dalam pertarungan. Dengan berat kurang dari 60 kg dan tinggi 185 cm Joe mempunyai tubuh yang tegap tapi atletis. Sedangkan Tony dengan tinggi yang sama dengan Joe tapi mempunyai tubuh yang lebih besar. Tubuhnya memang gemuk tapi berotot. Beratnya tidak kurang dari 80 kg. Mereka tidak dapat segera bertarung malam itu karena pacar Joe datang menjemputnya, tapi mereka sudah berjanji untuk bertemu besok malam di suatu stadion yang diusulkan oleh Tony. Jika tidak datang hingga pukul delapan malam di pintu belakan stadion seperti yang telah disepakati berarti dia takut dan seorang pengecut, demikian komitmen mereka. Malam itu Joe menghabiskan waktunya dengan pacarnya. Menjelang pagi ia baru pulang dan istirahat sekitar empat jam. Hingga siang hari, dia menghabiskan waktunya dengan mengerjakan tugas kantornya. Dia sebenarnya ingin mencari makan siang karena dia sangat lapar setelah dua hari dia tidak makan, tapi karena fittnes centre pada hari Sabtu akan tutup lebih awal, maka ia memutuskan untuk berlatih dulu, baru nanti ia mencari makan. Joe berlatih kurang lebih satu jam hingga ia merasa sangat kelelahan. Dia memutuskan untuk istirahat sebentar, kemudian latihan lagi sebentar hingga fittness centre tutup, baru ia mencari makan. Dia akan punya waktu kurang lebih empat jam lebih untuk istirahat dan mencari makan. Fitness centre tutup jam 3 sedangkan pertarungannya dengan Tony akan berlangsung jam 8 malam. Karena kecapaian dan kurang tidur, dia tertidur hingga pukul tujuh malam. Keadaan sudah sepi. Sial !!! Dompet dan kunci mobil dan pakaiannya tertinggal di tempat penitipan. Dan sekarang ruangan penyimpanan sudah terkunci. Petugas yang dia temui mengaku tidak mempunyai kunci ruangann penyimpanan. Dia tidak bisa membeli makanan, karena tidak punya uang dan sudah tidak ada waktu lagi.Padahal jarak dari fitness centre ke stadion cukup jauh. Dengan kendaraan membutuhkan waktu sekitar setengah jam, padahal sekarang sudah hampir pukul setengah delapan. Dia mencoba berlari secepat mungkin supaya tidak terlambat tiba di sana. Dia berlari dengan hanya menggunakan celana jeans ketatnya tanpa celana dalam dan jaket fitnessnya, yang mampu mempertahankan panas tubuh agar tidak cepat hilang. Udara malam itu sangat panas dan tidak ada angin sama sekali. Tapi dia tetap memakai jaket fitnessnya sehingga tubuhya sangat kepanasan walaupun dia melewati perumahan yang sepi sekali, karena tidak sopan jika bertelanjang dada. Tenaganya benar-benar terkuras. Dia harus berlari jauh dengan perut kosong. Sedikitnya lima kali dia terpaksa berhenti berlari dan terengah-engah. Joe semakin bingung ketika arlojinya sudah menunjukkan pukul delapan lebih padahal dia masih harus menyelesaikan seperempat perjalanan. Joe berlari secepat mungkin walaupun dia sangat kelelahan dan dadanya seperti terbakar. Karena gugup hormon androgen dan testosteronnya meningkat, penisnya sudah setengah tegang. Ketika sudah tiba di stadion, arlojinya sudah menunjukkan pukul setengah sembilan kurang. Ketika berlari menuju belakang stadion, tampak Tony sudah berjalan meninggalkan stadion, tentunya dia mengira Joe tidak akan datang. Tony terhenti ketika mendengar napas seseorang yang terengah-engah mendekat. Kemudian kedua petarung ini saling berhadapan. Tony sangat senang menyaksikan lawannya terengah-engah kepayahan. Keadaan di daerah sana sepi sekali dan tidak tampak seorang pun di sekitar sana. Untuk bisa masuk tidaklah mudah, karena stadion sudah terkunci. Mereka harus masuk melalui lobang jendela yang terbuka. Udara malam itu sangat panas dan lembab. Di dalam stadion lebih panas lagi. Mereka masih harus melewati lorong menuju ke gudang yang tidak kalah panasnya. Mereka berdua sampai terengah-engah karena kepanasan. Ruangan kosong tujuan mereka tidak terlalu besar, tidak lebih dari 2 meter persegi. Bola lampu sebesar 120 Watt menyebabkan suhu ruangan lebih panas lagi. Kedua tubuh mereka sudah basah oleh keringat dan tampak mengkilap karena cahaya lampu. Joe tampak sangat gagah, walaupun dia sangat kelelahan. Di bawah dadanya yang bidang dengan otot-otot dada yang bulat menonjol, tampaklah perutnya yang langsing dan mulus tidak berotot. Joe berkeringat sedemikian banyaknya, bahkan sampai menetes ke lantai. Celana jeans ketatnya sampai melekat seperti kulit tambahan pada paha dan betisnya yang seksi. Dia tampak terengah-engah kepayahan. Tubuh Tony yang besar juga mengkilap karena keringatnya. Dia hanya menggunakan celana dalam. Celana dalamnya yang minim mempertontonkan otot-otot dada dan perutnya yang besar maupun otot pahanya yang juga besar dan tebal. Lengannya yang kekar dengan otot bicep yang besar berada di samping tubuhnya. Sebenarnya Joe tidak siap untuk bertarung, karena dia begitu kelelahan dan tenaganya telah terkuras. Tapi ia tidak mau membatalkannya. Selain karena harga dirinya dipertaruhkan, sebenarnya dia juga ingin bertarung untuk melampiaskan nafsunya. Dengan bel khayalan, mereka memulai pertarungannya. Tony telah memberitahu Joe bahwa pertarungan ini akan keras dan brutal, dan Joe menyetujuinya. Mereka saling berputar-putar sambil melontarkan pukulan-pukulan tinju ke tubuh lawannya. Karena kelelahan, Joe tidak bisa bergerak secepat Tony. Dada dan perutnya menjadi sasaran tinju yang mudah dan terbuka bagi Tony. Sebuah jab yang cukup keras menghantam dada kiri Joe. Sebelum Joe mempersiapkan diri, Tony sudah menghantamkan beberapa tinjunya ke perut Joe. Joe kesakitan dan mundur sedikit ke belakang. Sebuah pukulan menghantam wajah Joe yang tampan, sehingga tulang pipi kiri dibawah matanya tampak membengkak. "Sudah menyerah," tanya Tony. " Kamu yang akan menyerah," jawab Joe segera, sambil melayangkan lima jab ke wajah dan dagu Tony, menyebabkan dia menjadi agak limbung. Tony membalas dengan memberikan upper cut ke ulu hati Joe, menyebabkan Joe jatuh ke lututnya sambil terengah-engah. Dengan menjambak rambut Joe, Tony memaksa Joe untuk berdiri. Beberapa jab menghajar perut Joe yang sudah tidak berdaya. Tubuh Joe yang kepayahan dan mengkilap karena keringat membuat Tony semakin terangsang. Ia menahan tubuh Joe agar tetap tegak dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya segera menhunjamkan pukulan-pukulan ke dada dan perut Joe. Mula-mula dari bawah bagian perut, terus naik ke atas, yaitu ulu hati dan tulang rusuknya, dan akhirnya dadanya. Joe sampai terbatuk-batuk karena pukulan-pukulan di dadanya. Tony makin bersemangat menghantamkan tinjunya ke dada Joe yang terengah-engah. Yang terdengar dalam ruangan itu selain bunyi nafas kedua petarung yang terengah-engah dan bunyi 'thud' yang diikuti bunyi 'thud' yang lain ketika tinju Tony menghantam tubuh Joe dan segera disusul oleh erangan kesakitan dari Joe. Setelah lebih dari tiga puluh tinju Tony menghajar Joe, kakinya mulai gemetar dan tidak mampu lagi menopang tubuhnya, tubuh Joe mulai melorot turun. Tony masih belum lelah dan semakin bernafsu. Dia menarik tubuh Joe kembali ke atas, dan dengan kedua lengannya dia menekan kedua biceps Joe, agar tidak melorot ke bawah. Dia mulai menghajar perut Joe dengan lututnya. Joe sangat kesakitan, tapi ia tidak mampu menghentikannya, karena tenaganya sudah terkuras. Tony menggunakan kedua lututnya untuk menghajar perut Joe dan kedua sisi tulang rusuknya. Dengan menurunkan sedikit posisi Joe, Tony juga mulai menghajar kedua belahan otot dada Joe. Tidak terhitung berapa kali dadanya mendapat tendangan dari kedu lutut Tony, ia sudah tidak berdaya terhadap penyiksaan ini dan setegah tidak sadar. Karena kelelahan, Tony menghentikan tendangan-tendangan lututnya ke tubuh Joe. Sambil istirahat, dia mengamati tubuh lawannya yang sudah hancur dihajarnya. Butiran-butiran keringat sebesar butiran jagung bermunculan memenuhi dada Joe yang bidang, dan mengalir ke bawah melalui celah di antara kedua otot-otot dada Joe yang menonjol ke bawah. Dada Joe sangat seksi berkilat-kilat karena lapisan keringat yang tebal. Tony menjilati dada Joe yang basah kuyub oleh keringat tebal, selain karena dia tidak tahan menyaksikan dada Joe yang seksi, juga untuk menghilangkan rasa hausnya. Joe merasakan kenikmatan ketika lidah dan bibir Tony menjelajahi dadanya. Aroma tubuh Joe yang jantan semakin menambah nafsu Tony menjilati dada Joe, dan kedua petarung ini mendapatkan kenikmatan. Tony juga semakin terangsang menyaksikan bahwa lawannya juga mendapatkan kenikmatan. Puting susu Joe pun tidak luput dari Tony. Tony tidak hanya menjilatinya, tapi juga menghisapnya dan mempermainkan dengan lidahnya. Joe mengerang nikmat. Setelah kelelahannya berkurang, Tony kembali menghajar tubuh Joe dengan kedua lututnya, terutama dadanya yang seksi. Setelah lelah, Tony kembali menjilati butiran-butiran keringat di dada Joe, dan kedua petarung ini menikmati kenikmati seksual. Perlakuan ini berlangsung beberapa kali sampai Tony benar-benar lelah dan ingin segera mengakhiri pertarungan ini. Dia menegakkan tubuh Joe lebih tinggi, menenggelamkan kepalanya di antara kedua otot dada Joe guna menahannya agar tetap tegak. Di hadapannya adalah perut Joe yang tampak sudah terluka oleh pukulan-pukulannya. Perut Joe yang tidak berotot dan mulus membuatnya bernafsu. Tony mulai melancarkan upper cutnya menghantam perut tulang rusuk Joe. Dihajar demikian hingga mendekati klimaks, Joe semakin terangsang. Penisnya mulai menegang di dalam celana jeansnya. Melihat tonjolan di celana Joe, membuat Tony semakin bersemangat menghunjamkan pukulan-pukulan ke perut dan rusuk lawannya. Setiap tinju yang menghantam Joe menyebabkan tonjolan penis Joe di celana jeansnya semakin membesar. Tinju Tony terus berlangsung menghajar Joe hingga mencapai klimaks. Bersamaan Joe mulai kehilangan kesadaran, cairan juice putih membasahi celana jeans ketatnya. Tony mengusap cairan itu dengan tangannya, dan menjilatinya. Kemudian membiarkan lawannya yang sudah tidak sadar jatuh ke lantai. "Pertarungan yang hebat. Sampai ketemu lagi, Joe." Tony berjalan meninggalkan lawannya sambil mengusapi penisnya yang tegang. Selesai. Lihat di cerita lainnya dengan kode : Pertarungan. Saya khusus menyajikan cerita-cerita yang bertemakan pertarungan, pergulatan, atau pergumulan antara dua laki-laki untuk membuktikan kejantanannya melalui bertarung. Jika Anda tertarik dengan cerita-cerita seperti ini bisa hubungi saya di : JoeStud@fightlink.com Saya menantang Anda untuk menuliskan cerita pertarungan yang membuktikan kejantanan Anda sebagai seorang laki-laki sejati, baik itu pengalaman Anda sendiri, karangan Anda, atau kombinasi antara keduanya. Sehingga kita bisa saling bertukar cerita. Saya menunggu Anda!!!

###

2 Gay Erotic Stories from JoeStud

Pertarungan : Gulat Terus !!!

PERTARUNGAN : GULAT TERUS!!! Waktu itu aku sedang latihan beban di fitness center . Sudah jam sembilan malam waktu fitness center mau tutup, dan semua pengunjung fitnes sudah pulang. Aku baru saja menyelesaikan latihanku dengan beban-beban yang berat, sehingga seluruh tubuhku basah oleh keringat yang mengalir dari kepala, turun ke tubuhku. Saat itu aku sedang berdiri di depan

Pertarungan: Panas Antara Joe Dan Tony

Joe dan Tony sudah menjadi teman sejak mereka masih pelajar. Sejak dulu mereka yang merupakan jagoan dari kelompoknya masing-masing selalu bersaing. Mereka sering bertemu dan bertarung mewakili kelompoknya. Sejak mulai kuliah mereka berpisah karena mereka melanjutkan studinya di kota yang berbeda. Mereka tidak pernah bertemu lagi selama 7 tahun hingga suatu malam di sebuah fitness

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story