Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

The High School Next To The Military Academy

by Bagus Errwynn


Those high school students who want to become a cadet in the military academy have to attend an orientation course which is quite (sexually) impressive. Waktu aku masih bertugas sebagai instruktur di akademi militer suatu negara (yang tak perlu kusebut namanya) ada kegiatan yang disebut Orientasi Pelajar. Kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh murid laki-laki dari sekolah menengah (highschool) tertentu, yaitu suatu sekolah menengah khusus yang terletak di kota yang sama dengan lokasi akademi militer tempatku bertugas. Pada awalnya memang sekolah menengah itu dibuka untuk menjaring calon-calon taruna bagi akademi militer. Akan tetapi agar tidak menyolok, maksud ini tidak pernah disebut secara resmi dalam dokumen tentang status sekolah tersebut. Semula sekolah itu juga direncanakan hanya untuk murid laki-laki dengan guru-guru laki-laki dan dengan sistem pengajaran militer. Tetapi pada saat peristiwa ini terjadi, ketentuan bagi pendidikan yang berlaku di negara tersebut tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang militeristik di bangku sekolah menengah. Oleh karena itulah dicari jalan lain, yaitu dengan memberikan perlakuan khusus bagi murid laki-laki yang berminat jadi taruna akademi militer di sekolah tersebut yang disebut : pra-pendaftaran. Jadi, bagi murid laki-laki yang berminat menjadi taruna di akademi militer mereka bisa mencatatkan diri dan mengikuti orientasi dan latihan-latihan khusus agar kelak bisa lulus seleksi menjadi taruna. Sebetulnya, pada saat murid-murid ini tercatat sebagai peserta Orientasi Pelajar, praktis mereka sudah menjadi taruna. Karena semua persyaratan administratif maupun seleksi sudah dipenuhi. Bahkan mereka sudah mendapat izin orang-tua atau sudah ada surat penyerahan dari orang-tua kepada akademi militer. Artinya murid-murid ini praktis sudah jadi milik atau barang inventaris akademi militer. Oleh karena itu akademi militer juga mengikat mereka dengan ikatan dinas. Satu-satunya persyaratan yang belum mereka punyai adalah ijazah sekolah menengah (high school). Penjaringan dengan cara ini cukup efektif, karena untuk diterima menjadi murid di sekolah khusus ini harus melalui seleksi ketat. Sehingga akademi militer akan mendapat calon taruna yang sudah terseleksi dengan baik. Waktu para murid Orientasi Pelajar ini naik ke kelas 3 mereka sudah ditempatkan di kelas-kelas khusus yang dibina oleh akademi militer. Aku merupakan salah seorang instruktur bagi murid-murid ini dan selama dalam kegiatan Orientasi Pelajar mereka disebut "siswa militer". Cukup menyenangkan mengurus siswa-militer ini. Mereka masih muda-muda, tapi sudah cukup dewasa. Mereka juga sudah terlatih dengan disiplin militer di sekolah mereka. Untuk siswa millter ini sudah dibuat kurikulum khusus agar tetap dapat menyelesaikan pelajaran sekolah menengah mereka dan agar dapat lulus ujian. Instruktur yang dipilih untuk siswa militer ini adalah mereka yang dapat bersikap simpatik dan mampu bersikap halus maupun kasar. Di luar jam orientasi para instruktur bersikap ramah dan bersahabat sedangkan pada jam orientasi mereka berubah menjadi keras, tegas dan kejam. Selama sekolah di sekolah khusus itu mereka diasramakan. Pada hari Jum'at malam dan Sabtu malam para siswa militer ini harus tinggal di asrama akademi militer, yaitu di asrama transito. Sedangkan sepanjang hari Sabtu mereka mengikuti orienrtasi dari subuh sampai malam. Hari Minggu mereka libur seperti pelajar lainnya. Perlakuan terhadap mereka selama dalam asuhan akademi militer tidak berbeda dengan perlakuan yang diberikan kepada Capratar (Calon Prajurit Taruna), yaitu penuh dengan penelanjangan dan penyiksaan yang kejam dan sadis. Bahkan pada awal orientasi, mereka yang belum sunat atau sudah sunat tapi tidak sesuai standard akademi militer, disunat dulu (atau disunat lagi) tanpa anestesi. Karena belum terlatih dengan rasa nyeri hebat, maka waktu mereka sedang disunat, rantai fiksasi benar-benar diperkuat agar mereka tidak "ngamuk" karena kesakitan. Supaya mereka tidak bisa berbunyi atau menjerit-jerit karena kesakitan, mulut mereka juga disumpal kain dan plester. Sehingga waktu kulup mereka dikerat perlahan-lahan yang tampak hanyalah mata mereka yang berair-mata menahan rasa nyeri yang luar biasa pedihnya dan tubuh mereka yang mencoba menegang serta menggelinjang untuk mengurangi rasa sakit hebat. Selama di asrama transito, malam hari mereka juga harus tidur dalam keadaan telanjang bulat. Senam pagi hari sabtu juga hanya mengenakan kancut tanpa alas kaki seperti taruna juga "dibumbui" dengan lecutan-lecutan cemeti instruktur. Sehingga mereka sudah bisa mulai merasakan suasana kehidupan taruna akademi militer yang sebenarnya dan sangat sadis itu. Mereka juga secara periodik diberi siksaan tetapi tidak seberat yang harus "dinikmati" para taruna. Setiap kali selesai disiksa, mereka juga dipaksa onani agar tidak stress. Tentu saja mereka sangat menuyukai acara ini. Peraturan bagi taruna juga berlaku bagi siswa militer ini, seperti ketiak harus bersih dari rambut. Rambut kemaluan harus dirapikan (trimmed), tapi tidak boleh dicukur habis, karena merupakan tanda bukti bagi kelaki-lakian dan kedewasaan. Sedangkan kewajiban binaraga untuk membentuk otot dilakukan secara intensif di asrama sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa meskipun sudah diperkenalkan dengan kekejaman dan kesadisan luar biasa, tidak seorang pun siswa militer yang minta mengundurkan diri jadi taruna akademi militer. Semuanya sangat antusias untuk jadi taruna yang sesungguhnya, terutama mereka sangat menikmati acara onani wajib yang dilakukan hampir setiap hari itu.

###

17 Gay Erotic Stories from Bagus Errwynn

A Test Of The Endurance Towards Pain

Is it true that a soldier must be able to endure severe pain? So that the training must also include how to deal with pain? But the instructors create a torture that create pain like hell! Temanku Johann terpilih jadi Komandan Capratar. Karena memang dia punya banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan Capratar lain. Capratar atau Calon Prajurit Taruna adalah sebutan untuk Taruna

A Wonderful And Heavenly Time With Arief

To share the room with Arief in Australia was such an enjoyable and heavenly experience in my life. Sudah sejak lama aku tertarik kepada Arief (M. Arief S. Suditomo) seorang penyiar berita di TV. Tetapi, para pembaca yang terhormat perlu ingat bahwa ada ribuan penyiar bernama seperti itu. Jika ada persamaan dengan nama seseorang, tentulah itu semata-mata suatu kebetulan atau

Come Across A Celebrity

I have never imagined that one day I will be able to know him in person and much more to enjoy and to taste his body. Aku adalah seorang manajer gedung pencakar langit. Gedung itu milik suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang property. Karena letaknya strategis dan rancangan serta lay out-nya menarik, gedung itu sering dijadikan tempat shooting untuk iklan, video clips maupun

Diperkosa Dua Orang Pelatih

Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya.

Hanya Karena Terlambat Melapor

Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum

Jeffry My Best Friend

This is what happened during my cadet days in the Military Academy. Pengalaman ini aku alami sewaktu aku masih menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer di suatu negara yang tidak perlu aku sebutkan. Pada masa itu, sangat lazim bahwa kekejaman diterapkan kepada kami para Taruna. Apakah sekarang cara-cara sadis dalam pendidikan militer masih diterapkan di negara tersebut, aku tidak

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin. Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku

My Father's Aide De Camps

Ayahku seorang perwira tinggi suatu angkatan yang tak perlu aku sebutkan di negara mana. Sebagai pejabat militer penting dengan pangkat berbintang-bintang dia didampingi seorang ajudan, namanya Jeffri berpangkat Letnan Satu. Ajudan dalam Bahasa Inggris disebut ADC atau Aide De Camps. Tugas ajudan adalah melancarkan pekerjaan dari pejabat yang didampingi termasuk mengatur waktu dan

My Terrible Experience as Cadet

The terrible thing to be a cadet is that the instructors or the senior cadets always have good reasons to punish, either for minor infractions or just for reasons they just make it up. Saat aku menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer, dampak psikologis dari perlakuan keras, kejam dan sadis terhadap Taruna nyaris tidak diperhitungkan. Apalagi masa Latihan Dasar Militer atau Masa

Swimming In A Deserted Pool

Waktu peristiwa ini terjadi, abang iparku menjabat komandan batalyon dari tentara di suatu negara (yang tak perlu kusebut nama negaranya). Asrama batalyon itu terletak di luar kota dan abangku tinggal di rumah dinas dalam kompleks asrama itu. Kalau hari libur aku sering menginap di rumah abang ipar atau kakakku itu. Mereka tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Kadang-kadang kalau

Taken Hostage By Free Aceh Movement

It was just a good luck that being a serviceman I was freed unharmed by the Aceh Free Movement men after taken hostage for almost one month. But I had to serve the needs of these men. Kejadian ini bagaikan mimpi. Ketika itu aku menyamar sebagai "orang sipil" dengan mengubah potongan rambutku, cara berpakaian, cara bersikap bahkan cara bicara. Tugasku di bidang intelijen

The Enjoyable Pain And Happiness Of A Cadet

To be a Cadet of the Military Academi was my obsession as a teenage. I was very happy when I passed the test and accepted to join the Military Academy. Really, I got what I wanted : the enjoyable pain and happiness! Dapatkah anda bayangkan apabila anda sehari-hari dikelilingi oleh pria-pria ganteng yang wajahnya mirip Donny Kesuma (yang ganteng dan atletis), Anjasmara (yang ganteng),

The High School Next To The Military Academy

Those high school students who want to become a cadet in the military academy have to attend an orientation course which is quite (sexually) impressive. Waktu aku masih bertugas sebagai instruktur di akademi militer suatu negara (yang tak perlu kusebut namanya) ada kegiatan yang disebut Orientasi Pelajar. Kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh murid laki-laki dari sekolah menengah

The Military Detention Centre

I never imagined that in this modern times a military detention centre still has a torture chamber. Aku memanggilnya Bang Jeffri karena dia kakak kelasku di Akademi Militer (tak perlu kusebut di negara mana). Kami hanya berbeda satu tahun dan aku sebetulnya cukup dekat dengan Bang Jeffri. Waktu masih jadi Taruna di Akademi Militer, Bang Jeffri termasuk Taruna Senior yang gemar

The Strange Policy In The Military Academy

The Military Academy has a strange policy of making circumcision obligatory to all of its cadets. Bagaimana sejarahnya hingga sunat (khitan atau sirkumsisi) merupakan kewajiban bagi semua Kadet atau Taruna Akademi Militer? Tidak jelas. Secara resmi dinyatakan bahwa kewajiban itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Taruna (yang kelak jadi Perwira), dan demi kesempurnaan

What Did Shellwynn Do To Johann?

How could Johann an army officer who possessed a black belt karate could not resist the sexual encounter of Shellwynn? Baik Shellwynn maupun Johann jika dilihat dari luar adalah lelaki normal. Keduanya menikah dan punya seorang anak. Penampilan dan profesi Shellwynn sangat berbeda dengan Johann. Wajah Shellwyn bernuansa Eropa, terutama karena warna kulitnya yang terang dan hidungnya

What Did They Do To Me In Captivity?

He was abducted not because of political reasons but for sexual reasons instead. His magnificent body had attracted the rebels to take him into captivity in order to take turns enjoying his big cock, ass, nipples and armpits. Abdul Rasyid, putera Aceh asli dari Blang Pidie adalah seorang mahasiswa di suatu fakultas di Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Dia bukan aktivis politik

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story