Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Yayang-ku

by Yanto


Kisah ini sebagai terima kasihku untuk Versus yang telah memberi tanggapan atas kisahku terdahulu. Terima kasih Ver, semoga kita bisa terus berteman. Pulang sore itu aku begitu rindu rumah. Hampir dua minggu aku hanya saling sapa saja dengan Yayang "cah bagus" yang menjadi pendampingku. Serangkaian ujian semester dan praktikum praktis merebut Yayang-ku, selain itu aku sendiri beberapa kali keluar kota urusan kantor. Mestinya Yayang sudah tidak sibuk lagi hari ini. Entah apa ia serindu aku. Kemarin ia pulang malam, capek sekali tampaknya. Sebenarnya aku sudah "kebelet" banget malam itu, si bulat panjang itu berdenyut-denyut dan gigiku gemeretakan kuat beradu karena geregetan ketika kupeluk Yayang dari belakang. Ia pasrah saja saat itu seandainya aku teruskan niatku ia pasti relakan meskipun ia sangat lelah. Kepasrahannya membuatku makin sayang padanya. "Capek Yang ..?". "engga' Pa", suaranya serak tampak lemah dan kuamati wajahnya yang halus dengan kumis tipisnya itu sedikit pucat. Tangannya mendekap tanganku ke dadanya. "Besok masih ujian..?" "engga' Pa, sudah habis. Besok pengin tidur aja seharian" Kalau ia benar hari ini tidur seharian tentunya malam ini aku bisa mendatanginya. Senyum polosnya menyambutku ketika kulewat pintu depan. Oh, betapa ganteng kasihku ini selain prestasi akademiknya yang cemerlang ia juga kekasih yang romantis. Diamnya selalu membuatku penasaran, apakah ia senang dengan pemberian-pemberianku apakah semua peralatan dan buku-buku yang sebagian khusus kubawa dari luar negri untuk keperluan kuliahnya sudah memuaskannya. Apakah seluruh perhatianku dapat ia rasakan, apakah ia merasa disayang, dikasihi, dan apakah ia juga tahu aku selalu sangat tergiur olehnya. Apakah erangan-erangannya benar-benar mewakili kenikmatan yang ia rasakan saat segenap jiwa dan ragaku mengisi dirinya. Yayang, seluruh cairan dalam diriku seolah tersedot olehmu. Kami bercengkrama di sofa, ia sungguh sexy dengan jeans ketat dan kemeja satin. Tak dapat tidak kupandangi mata coklatnya yang bening. Dalam pelukanku kepalanya rebah di bahuku. Jemarinya menelusuri dadaku kadang dimainkan putingku. "Bagaimana ujianmu..?" "Yah, begitulah Yayang engga' yakin banget hasilnya bagus" seperti yang sudah-sudah begitulah jawabnya.Aku tersenyum. "Masih mau pergi lagi Pa..?, sibuk ya", kutarik hidungnya kami tertawa. Sore itu kami makan dikafe. Suasana remang di kafe memberi kesan manis sampai ke rumah. Sambil berjalan ke kamarku, lengannya melingkar di pinggangku dan rangkulanku hangat mengelilinginya. Bibik yang membuka pintu sudah biasa melihat kami begitu, bahkan mungkin ia pernah melihat lebih dari itu, who care. Aroma pohon cemara pengharum ruangan di kamarku bercampur dengan hembusan dingin AC melegakan badan kami. Kami berhenti di depan cermin, kupandangi bayangannya di cermin. Yayang hanya menunduk senyum malu waktu sadar aku memandanginya. Sedikit kecupan di sudut bibirnya dan irama waltz mengiringi kami bergoyang pelan tetap berpelukan di depan cermin. Satu-satu kulepas kancing bajunya sambil kuelus tubuhnya. Gesekan satin dan kulitnya sangat sensasional kurasakan, hasratku bangkit. Ayo Yayang, serahkan dirimu, ingin kumiliki semua malam ini. Wajahnya persis menghadapku dengan mata setengah terpejam dan bibir sediklit menganga. Dan baju kami telah meluncur berserakan di karpet. menurut ia kutuntun naik ke ranjang. Sebuah penyerahan diri, pasrah, seolah tangan dan kakinya terikat tiada melawan. Berkejat-kejat memberontak, lehernya mendongak, mata terpejam....pasrah. Terus kuciumi, kujilat kurasa permukaan kulitnya. wajah, pipi, leher, pundak dada dst. dst. dan tanganku asyik memompa batang menegang sambil mengelus bola-bolanya. kuelus, kukocok, kuremas bersama rintihan minta ampun-nya. "Ampun Pa....oh, ampun...", rintihannya makin keras bersama kocokanku yang semakin hebat pula. Kupandangi wajah polos-nya, lembut kelopak matanya, mulutnya membuka memberi jalan bagi lidah kami untuk saling mengecap berbelit erat. Denyutan-denyutan berirama menandai puncak sudah diambang. Segera ku turun dan kumasukkan batang nikmat ini ke mulutku dan ku isap penuh perasaan, sementara remasan pada bola-bola ditambah. jeritan tertahan bersama denyutan keras hampir bersamaan dengan hangat yang mengisi mulutku. Tak ada yang terlewat semua kuminum, tak boleh setetespun cairan nikmat ini tertumpah. Kukecup keningnya yang basah keringatan. Melihat Yayang terkulai begitu aku makin bersemangat. Yayang bonekaku, kudekap kuat-kuat kujilati seluruh permukaan yang mulus itu. Yayang merintih, Yayang mengerang, yayang melolong, menangis. Kuangkat tinggi sebelah kakinya, batang yang tak tegak lagi, terkulai lemas perlambang penyerahan diri. Kini aku bisa bermain dengan tubuhnya yang lemas seperti kucing. Kubalik, kupeluk erat, sesekali kukecup keningnya atau kucengkam rahangnya lalu kulumat lagi bibirnya. Suara erangannya lirih disela engah nafasnya mengisi kamar yang temaram ini. Denyutan di selangkanganku makin kuat, terasa sampai ke ubun-ubun, nafaskupun makin memburu sementara cah bagus ini terkulai pasrah dalam pelukanku. berulang kali kubisikkan kata-kata manis ditelinganya sambil juga melumat mengunyahnya. Pengantinku siap menyerahkan seluruh dirinya malam itu. Ayo sayang berbaringlah tengkurap, kutuntun posisinya berbaring. Pasrah ia menunggu aksi selanjutnya, bantal didekap erat ke dadanya. Aku sudah dibelakangnya sejak tadi mengikuti dan mengamati bokongnya yang indah tampak berkilau memantulkan sinar redup kuning kecoklatan lampu kamar. "Pa....", dan wajahnya dibenamkan ke bantal yang dipeluknya. Bokongnya nungging memperlihatkan anusnya yang mengatup rapat. Kedua tanganku sudah mencengkam pinggul ganteng ini setelah puas mengelus. Ah...., inilah saatnya, ini aku datang cah bagus, ayo bersikap manislah. Seutuhnya aku telah mengisinya dan terus membelai maju-mundur penuh kasih. Rintihan-rintihan manja menyambut nyanyian cintaku. Begitu lama, nikmat, diliputi kasih sayangku padanya dan penyerahannya yang bulat. Hingga sampailah kami dipuncak, dimana bunga-bunga mekar, kupu-kupu warna-warni ramai menyebar, semerbak harum aroma dan kicau burung-burung menjadi pengisi alam. Dentam demi dentam menghantam melepas seluruh rinduku akan kerelaan dirinya. Air cinta ini telah memenuhi dirinya, bahkan meluap keluar dari sela-sela tancapan yang kubuat untuknya. Mengalir menelusuri paha membasahi dan sebagian jatuh menodai sprei putih lembut. Entah apa yang berkembang di angan Bibik saat mencuci sprei tiap kali kami kotori saat berpesta seperti ini. Selain itu ia tentu mendengar lenguhan-lenguhan kami, rintihan dan isak tangis Yayang saat kudera dengan sejuta nikmat. Tentunya ia ingin juga suatu hari seorang lelaki akan mencurahkan cintanya seperti yang kulakukan pada Yayang. Sayang aku tak berselera lagi pada wanita. Tapi ia baik sudah ikut aku hampir tujuh tahun ini. Kuseka peluhku, Yayang menyandar di dadaku. Punggungku kuganjal bantal di ujung ranjang, selimut kutarik menutupi kaki kami. Yayang masih sedikit terisak sambil memainkan putingku, kumainkan juga ujung hidungnya dengan telunjukku, sebelah tanganku mengelus pundak dan lengannya. Kami ngobrol sebentar lalu dengan satu kecupan di bibir kuucapkan selamat malam, tidurlah cah bagus. Aku melangkah telanjang menuju kamarku. Komentar dan saran atau ingin kenalan aku tunggu di als3yuf67@astaga.com

###

3 Gay Erotic Stories from Yanto

Yayang-ku

Kisah ini sebagai terima kasihku untuk Versus yang telah memberi tanggapan atas kisahku terdahulu. Terima kasih Ver, semoga kita bisa terus berteman. Pulang sore itu aku begitu rindu rumah. Hampir dua minggu aku hanya saling sapa saja dengan Yayang "cah bagus" yang menjadi pendampingku. Serangkaian ujian semester dan praktikum praktis merebut Yayang-ku, selain itu aku sendiri beberapa

Yayang-ku 2

Saat yang lain dengan Yayang, mungkin bisa jadi reference buat para pembaca. Ada sebuah tempat yang asyik dari Bandung ke arah Lembang sebelum IKIP, namanya Cipaku. Dari arah Bandung ada belokan ke kanan. Disitu ada cotage dengan kolam renang. Tempatnya sejuk pemandangan cukup bagus dan udaranya segar. Waktu itu sabtu sore, kira-kira Aku dan Yayang baru dua atu tiga bulan hidup

Yayang-ku, Bag 3

Terima kasih sekali untuk para pembaca, ternyata banyak yang suka ceritaku. Dan aku minta maaf karena tak bisa menjawab semua respon para pembaca. ==== Saat ini aku terbaring bersandar diranjang, Yayang masih memelukku, entah mungkin belum tertidur dan masih menikmati yang barusan kami berdua, dua gundukan pantatnya yang mulus masih berlepotan "tajin" yang meleleh hingga pahanya. Dan

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story