Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Wisnu, Sang Petinju

by Odeus@jkt


Cerita ini fiktif belaka dan tidak ada hubungannya dengan sinetron “Opera Jakarta” lho! Semua kritikan dan masukan harap ditujukan ke e-mailku di Cup_a_cupcup@yahoo.com

Wisnu adalah salah seorang petinju muda yang berbakat. Walaupun ditemukan dijalanan , dia mempunyai potongan tubuh yang tidak kalah dari orang yang latihan fitness, dengan otot – otot yang tertata rapi diseluruh tubuhnya. Selain kulitnya yang coklat kemerahan, dia juga besar. Dengan tubuh yang menjulang setinggi 180 cm, kesan kuat terpancar dari wajah tampannya dimana ketebalan alisnya menambah kesan dari matanya.

Sejak Wisnu, ditemukan oleh pak Anton, seorang mantan petinju juga, Wisnu telah mulai diprogram. Untuk latihan, tidur, waktu bebas dan bertanding. Namun itu semua tidak sia-sia, karena sejak itu prestasi Wisnu meningkat secara pasti. Tetapi Wisnu selalu diawasi oleh pak Anton secara ketat, sampai Wisnu diajak tinggal bersama keluarga pak Anton dirumahnya.

Suatu hari,Wisnu pergi bersama-sama dengan teman-teman lamanya sampai pagi hari. Padahal esoknya ada sebuah pertandingan yang berskala nasional. Karena tubuhnya yang kurang istirahat, maka Wisnu kalah dalam pertandingan tersebut.

Dengan langkah pelan, Wisnu berjalan ke kamar ganti diikuti oleh pak Anton dan timnya. Begitu mereka mau masuk ke kamar ganti, pak Anton mencegah mereka dan menyuruh mereka pulang terlebih dahulu, karena ada sesuatu yang hendak dibicarakan dengan Wisnu. Begitu mereka pulang dan keadaan mulai sepi, pak Anton mengunci ruangan tersebut.

Wisnu hanya duduk diam dan memandangi kearah lantai. Kamar ganti kecil, yang hanyalah berupa sebuah kamar dengan lemari loker dikedua sisinya dan disisi satunya ada sebuah pancuran mandi dengan sebuah tirai sebagai pembatasnya. Ditenggah kamar tersebut ada sebuah bangku panjang dimana Wisnu sedang duduk disana.

Pak Anton berjalan lurus kearah Wisnu. Ketika sudah berada didepan Wisnu, tiba-tiba pak Anton menampar Wisnu dengan keras, yang membuat Wisnu tak ayal jatuh dari duduknya. Ketika wisnu memandang kearah pak Anton dengan bingung, pak Anton malah memandang dengan keji pada Wisnu.

Tanpa basa-basi pak Anton hanya berkata, “Berdiri dan tanggalkan pakaian kamu!” . Kata-kata tersebut keluar tanpa emosi dari wajah pak Anton, yang pada saat itu telah duduk ditempat Wisnu tadi duduk. Tatapan mata pak Anton membuat Wisnu sedikit bergetar. Saat itulah Wisnu mulai mengamati postur tubuh pak Anton dengan sebenarnya.

Pak Anton mempunyai potongan badan hampir serupa dengan Wisnu, karena tubuh pak Anton lebih pendek dan kulit yang lebih hitam. Tubuhnya mulai sedikit mengendor karena usianya yang mulai memasuki angka 5, tapi itupun dia masih rajin menjaga kondisi tubuhnya dengan segala macam olah raga. Matanya memang setajam elang dengan hidung yang besar dan kumis yang bersatu dengan jambangnya, menambah kesan sanggarnya.

Pertama –tama Wisnu meletakkan handuknya dilantai, tanpa mengalihkan pandangannya dari mata pak Anton, Wisnu kemudian muali membuka sepatu dan kaos kakinya. Ketika Wisnu menurunkna celana pendeknya, dia melihat suatu bara dimata pak Anton. Pada saat Wisnu mau melepaskan celana dalam coklatnya, pak Anton menghentikannya dan menyuruhnya duduk disampingnya. Kemudian pak Anton yang kini berdiri.

Kini pak Anton yang mulai membuka bajunya. Dimulai dengan membuka kancing kemejanya satu-persatu, ketika sudah terbuka, dia mulai membuka sepatunya. Kemudian diteruskan dengan membuka ban pinggangnya serta celananya, dan membiarkan celana dalamnya yang masih melekat pada tubuhnya. Wisnu hanya dapat menatap lekat-lekat, karena baginya ini adalah pertama kalinya untuk melihat tubuh pak Anton sepolos ini dan karena tidak mengerti maksud ini semua. Kekaguman Wisnu pada postur tubuh pak Anton semakin besar. Pak Anton kemudian meneruskannya dengan menurunkan pakaian yang masih tersisa, yaitu celana dalamnya!

Keterkejutan Wisnu tampak jelas, karena didepannya kini telah ada sebuah kontol yang telah berdiri dengan kencang. Jembutnya yang tebal dan keriting itu merimbun dari perutnya sampai ke pangkal batang pelernya. Sepasang biji kontol yang besar mengelayut besar, menambah kesan besar. Dan kedua pahanya pun ditumbuhi bulu-bulu yang tidak kalah banyak. Pelernya yang tegak kearah keatas dan menempel ke perutnya, tergolong besar dengan kepala yang jauh lebih besar dari batangnya, batangnya yang dilingkari oleh urat-urat hijau, kesan besar itu dilengkapi dengan warnanya yang coklat kehitaman.

Dengan 2 langkah, pak Anton sudah berada persis didepan wajah Wisnu. Ketika Wisnu berencana mau menjauh, pak Anton menjambak rambut ikal Wisnu dan mendudukannya kembali. “Bangsat!” serunya “Jangan macam-macam kamu, jangan berani bertingkah apa-apa lagi!” teriak pak Anton. Kata –kata makian itu diakhiri dengan sebuah tamparan keras lagi dipipi kanan Wisnu.

Dengan kekuatannya, tangan kanan pak Anton membuka paksa rahang Wisnu. Ketika sudah terbuka, tangan kirinya yang sudah menggengam batang pelernya, memasukannya kedalam mulutnya dan secara paksa terus menerus menekannya sampai masuk semua di mulut Wisnu. Ketika wisnu mau memundurkan kepalanya dan meronta untuk melepaskan diri, dengan cekatan pak Anton menahan kepala wisnu. Dan desahan pun keluar dari mulut pak Anton. Dan ketika wisnu menggunakan kedua tanggannya untuk mendorong tubuh pak Anton, tanpa berpikir pak Anton menamparnya untuk yang ketiga kalinya.

“Bajingan! Jangan banyak tingkah kamu. Atau kamu aku buang lagi dijalanan, biar menjadi gembel kamu!” begitu kata-kata itu selesai diucapkan, pak Anton mulai memaju mundurkan kepala Wisnu bagai sebuah mainan. Dan Wisnu pun memejamkan matanya untuk mengalihkan perhatiannya, dimana dia kini tidak lagi melawan tapi mulai mengikuti irama gerakan Pak Anton, agar tidak tersedak karena batang peler yang keluar masuk kerongkongannya.

Tiba-tiba pak Anton memajukan kepala Wisnu dan meraung. Tanpa peringatan, peju pak Anton mulai mengisi rongga mulut Wisnu. Belum pulih kekagetan Wisnu, pak Anton mencabut pelernya dan menyemprotkan sisa pejunya kearah muka Wisnu. Begitu tiada lagi yang keluar, pak Anton tertawa dengan masih memegang pelernya ditanggan kirinya dan wajah Wisnu di tanggan kanannya.

Wisnu memandang kearah wajah pak Anton yang sedang terpejam. Ketika pak Anton membuka matanya, Wisnu sedang mencoba membersihkan muka dan badannya. Dan ketika melihat hal tersebut, pak Anton mencengkram tangan Wisnu dan menurunkannya. Kemudian pak Anton perlahan mulai mengelus wajah Wisnu dengan kedua tangannya.

Kemudian pak Anton menarik Wisnu berdiri. Ketika mereka berhadap-hadapan, pak Anton mulai membelai seluruh tubuh Wisnu dari dada ke perut Wisnu yang rata itu. Perlahan Wisnu menutup matanya dan mendesah kecil. Kini hanpir seluruh badan Wisnu berbau peju pak Anton yang merata. Secara cepat, tiba-tiba pak Anton berada dibelakang Wisnu dan menenpelkan tubuhnya dibelakang badan Wisnu.

Wisnu membuka matanya ketika dia merasakan kontol pak Anton yang kembali keras itu, mulai digesek-gesekan disela-sela pantatnya. Tanpa ragu lagi pak Anton memegang kontol Wisnu yang masih berada dicelana dalamnya

Kontol Wisnu telah keras, bahkan celana dalamnya telah basah oleh air maninya sendiri. Pak Anton yang memainkan kontol Wisnu dari balik celananya, mulai menarik turun celana dalam tersebut tanpa berkata apa-apa. Ketika Wisnu berusaha untuk mencegahnya dan memegang celana dalamnya sendiri, pak Anton mulai menjilati dan menghisap leher Wisnu, yang menghasilkan celana dalam itu turun dengan sendirinya.

Pak Anton sendiri sering melihat Wisnu telanjang, namun kini kontol Wisnu sangat menarik untuk dilihat dari atas. Meski pendek, tapi sangat besar lingkarannya ditambah kepalanya yang bundar. Kontol wisnu berwarna coklat tua dan kedua bijinya yang berwarna hitam. Jembutnya sangat sedikit dan membentuk secara alami garis lurus keatas. Selain jembut itu, tidak ada lagi bulu-bulu lainnya di tubuh Wisnu.

Dengan kuat pak Anton mendorong tubuh Wisnu ke arah loker. Ketika Wisnu menahan tubuhnya agar tidak membentur loker dengan kedua tanggannya, pak Anton menarik kedua kaki Wisnu agar terbuka dan membentuk posisi yang dikehendakinya. Dengan takut-takut Wisnu membalikkan wajahnya ke belakang untuk melihat apa yang dilakukan oleh pak Anton. Pak Anton membuka tas dan mengambil salep yang biasa dipakaikan ke tubuh Wisnu setelah bertanding.

Secara cepat pak Anton mengoleskan salep itu ke jari-jarinya, kemudian mengarahkan jari-jarinya ke daerah sekitar anus Wisnu secara perlahan-lahan. Wisnu merasakan tubuhnya lemas ketika jari-jari pak Anton mulai bermain-main dengan lubang pembuangannya.

Tiba-tiba dua jari pak Anton menerobos masuk lubang anus Wisnu. Spontan Wisnu menjerit dan menyuruh pak Anton untuk menghentikannya., tapi pak Anton terus saja memasukkan jarinya sampai kepangkalnya. Ketika pada akhirnya pak Anton menrik kedua jarinya, Wisnu mendesah penuh kelegaan. Tapi tanpa pemberitahuaan, pak Anton kembali memasukkan sesuatu ke dalam lubangnya, yang membuat Wisnu berteriak histeris kesakitan.

Pertam-tama pak Anton memasukkan kepala kontolnya dan mendiamkannya ketika Wisnu menjerit. Kemudian tanpa ragu-ragu pak Anton langsung memasukkan kontonya ke lubang anus Wisnu sampai ke pangkal-pangkalnya.

Wisnu kembali menjerit dan langsung lemas yang membuatnya dirinya mau jatuh. Tapi gerakan tangan pak Anton lebih cepat dan menangkap pinggang Wisnu sebelum jatuh. Wisnu masih berteriak ketika merasakan lubang anusnya yang terasa robek dibelah oleh kontol pak Anton yang saat itu dirasakan sangat besar.

Pak Anton masih membenamkan kontolnya dilubang dubur Wisnu, sampai Wisnu berhenti berteriak. Ketika Wisnu sudah berhenti, dia mulai menarik kontolnya sampai kepalanya lalu langsung dihujamkan kembali masuk lagi sampai Wisnu menjerit kecil.

Untuk mengimbangi pak Anton, Wisnu menarik nafas ketika pak Anton menarik kontolnya dan membuang nafas ketika kontol itu dihujamkan kembali ke duburnya. Perasaan sakit itu mulai tergantikan dengan perasaan nikmat ketika kontol itu bersarang didalam dirinya. Jembut pak Anton yang lebat terasa menggelitik ketika bersentuhan dengan pantatnya. Dorongan dari pak Anton ke Wisnu yang menungging membuat Wisnu harus terus bertahan dengan kedua tanggannya pada loker agar tidak jatuh.

Tanggan pak Anton yang masih memegang pinggang Wisnu, perlahan-lahan dilepaskan. Bahkan tanggan kanannya mulai merayap ke putting kanan Wisnu. Setelah beberapa saat, tanggan kanannya mulai merayap ke kontol Wisnu yang ternyata telah menegang lagi. Tanpa kata-kata lagi, pak Anton meremas kontol Wisnu tanpa henti, dan masih terus memaju mundurkan kontolnya di lubang Wisnu.

Ketika pak Anton menghentikan remasannya ke kontol Wisnu, pak Anton kembali memegang pinggang Wisnu. Denggan satu hentakan, pak Anton memasukkan seluruh kontolnya ke lubang dubur Wisnu sedalam mungkin. Lalu muncratlah peju pak Anton kedalam lubang dubur Wisnu dengan derasnya. Ketika sudah selesai, pak Anton menjatuhkan tubuhnya kepunggung Wisnu yang sedang bernafas dengan kencang. Tanpa disadari, peju pak Anton mulai meleleh keluar dan mengalir menuruni paha Wisnu.

Beberapa saat kemudian pak Anton menarik kontolnya yang sudah lemas keluar dan mengakibatkan pejunya mengalir lebih banyak lagi di paha Wisnu. Kemudian pak Anton teduduk dilantai dengan kedua belah kaki yang terbuka lebar dan menyadarkan tubuhnya ke bangku panjang.

Pada saat Wisnu membalikkan badannya, pak Anton sedang memainkan kontolnya yang merah itu, dan Wisnu pun jatuh ke lantai dengan tubuh yang berkeringat dan peju yang masih menggalir keluar dari lubang anusnya.

Ketika pak Anton menggangukan kepala, Wisnu langsung mengocok kontolnya dengan cepat tanpa mengalihkan matanya dari mata pak Anton.

Tidak beberapa lama kemudian Wisnu berteriak dan memuncratkan pejunya sendiri ke wajahnya dan ke tubuhnya. Ketika tiada lagi yang keluar, perlahan Wisnu menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil masih mempermainkan kontolnya.

Belum sempat Wisnu memejamkan mata, pak Anton tiba-tiba sudah berada diatas tubuhnya dan mulai mencium mulutnya.

Pada saat itulah pak Anton berbisik: “Kamu sekarang milik saya sepenuhnya!!!”, dan Wisnu pun hnaya membuka mulutnya dan membiarkan lidah pak Anton memasuki mulutnya.

###

2 Gay Erotic Stories from Odeus@jkt

Sahabatku sayang..

Ini adalah kisah fiksi. Semua yang adadalam cerita ini hanyalah rekaan dari pengarangnya saja. Cerita Dan semua tokoh yang ada dalam cerita ini hanyalah imajniasi. Semua komentar Dan saran ditunggu Dan bisa dikirimkan ke cup_a_cupcup@yahoo.com Gw dengan Rendy sudah berteman sejak lama, mungkin sudah sekitar 10 tahun lebih. Kedua orang tua kita sudah saling kenal juga. Meskipun sudah lama

Wisnu, Sang Petinju

Cerita ini fiktif belaka dan tidak ada hubungannya dengan sinetron “Opera Jakarta” lho! Semua kritikan dan masukan harap ditujukan ke e-mailku di Cup_a_cupcup@yahoo.com Wisnu adalah salah seorang petinju muda yang berbakat. Walaupun ditemukan dijalanan , dia mempunyai potongan tubuh yang tidak kalah dari orang yang latihan fitness, dengan otot – otot yang tertata rapi diseluruh tubuhnya.

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story