Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

3 hari yang jadi awal dan akhir

by Goblok


1 HARI SEBAGAI AWAL DAN AKHIR (Aku tunggu setelah Tarawih Part II)

Dok! Dok! Aduh siapa sih yang iseng gedor-gedor pintu di pagi hari?! Ngantuk banget. Semalam aku gambar sampai jam 2, lagian inikan sabtu, aku ingin tidur sampai siang, toh aku sudah sholat subuh. Dok! Dok! Gedoran itu makin kenceng. Aku menutup kepalaku dengan bantal. Bener-bener nyebelin! Siapasih anak yang nge’bete’in, tuh? “Andra, bangun! Udah siang nih!” Tuh’kan si Ragil jelek, suara cemprengnya bener-bener bikin aku pengin nonjok! Sejak kejadian di bulan puasa itu dan sejak tahu aku juga “sakit” seperti dirinya, tingkah Ragil benar-benar over acting, perhatiannya padaku juga jadi teramat berlebihan, perhatian yang malah membuat aku merasa tidak nyaman. “Andra, bangun dong! Andra..!”BRUK! Kamus Inggris yang ada di meja samping langsung aku lemparkan ke pintu. Kayaknya dia enggak pernah merasa puas kalau enggak mengganggu aku. Apa pula maunya dia? “Lo rese banget, Gil! Gue pengin istirahat nih!” “Udah jam 5 lebih loh! Dah sholat subuh belon?” “Harusnya gue yang nanya itu ke elo! Biasanyakan gitu!” Aku bener-bener bete, sok banget ngebangunin orang, biasanya juga aku yang ngebangunin dia! Lagian kesurupan apa dia sampai bisa bangun pagi? “Makanya gantian sekali-kali gue yang bangunin elo!” “Gue udah bangun tahu! Dan gue udah sholat subuh! Nah sekarang elo pergi dari depan kamar gue! Gue mo tidur!” “Andra, buka pintunya dulu!” “Mo’ngapain?!” “Gue ‘mo minta minum nih! Air gue habis!’ Ya ampun, nih anak bener-bener enggak tahu diri! Dengan mengerutu akhirnya aku buka juga pintu kamarku. Dan langsung saja senyum nyebelin terpampang di depanku. Mana mau aku membalas senyumnya. “Buruan! Abis itu cepat keluar!” Aku mendorong tubuhnya ke dalam. “Dih, segitu kejamnya!” Ragil tersenyum nakal sambil mengambil botol air minum. Di tenggaknya minuman itu langsung dari botolnya. Aku melihat jakunnya yang putih turun naik menengguk air. Setelah puas ia menyeka air yang menetes di ujung bibirnya. “Keluar kalau udah!” Aku mengusirnya lagi, tapi Ragil malah merebahkan tubuhnya di kasurku. “Oh..aku juga mengantuk lagi nih!” Tanpa merasa berdosa Ragil langsung memeluk bantalku sambil memejamkan matanya. “Ragil aku gak mau bercanda nih!” Aku menarik bantal yang ada di pelukannya, tapi tak berhasil, begitu erat Ragil memeluknya. “Ragil!!!” Aku berteriak histeris.“Aku ‘mo tidur, jangan ganggu aku dong..” Ragil menirukan suara orang yang benar-benar sedang mengantuk. “Ragil!” Aku kembali membentaknya tapi Ragil malah menghembuskan nafasnya secara teratur. Berpura-pura tidur. “Berengsek ‘lo Gil!” Akhirnya aku menyerah dan merebahkan tubuhku disampingnya. “Awas kalo elo sampe ganggu tidur gue lagi!” Aku menarik selimutku sampai dada. Dan memejamkan mata berusaha melanjutkan tidurku yang tadi terganggu. Tiba-tiba Ragil berbalik dan memeluku, ah biarlah asal dia tidak mengganggu tidurku! Tak berapa lama aku merasakan sebuah kehampaan yang membuat tubuhku terasa ringan, dan aku kemudian tak ingat apa-apa lagi tertidur dengan nyenyak tanpa sempat bermimpi apapun.

Entah berapa lama aku tertidur ketika aku merasakan sebuah tangan membelai rambutku. Aku membuka mata saat sebuah ciuman mendarat di keningku, kulihat Ragil sedang tersenyum sambil menatap wajahku. “Makan dulu, yuk!” Ajaknya dengan lembut. Aku mendorong tubuhnya, dan berbalik memunggunginya. Ragil malah memeluku dari belakang. “Ragil, apa-apaan sih? Entar teman-teman tahu!” Aku mencoba menggeliat berusaha melepaskan diri dari pelukannya. “Kamu lupa kalau mereka semua sedang mudik?” Aku lupa kalau minggu ini adalah pekan sunyi. Teman-temanku banyak yang mudik. Di kosan ini cumin tingal 4 orang. 2 orang lainnya sedang naik gunung. Ragil kembali membelai rambutku. Dan aku benar-benar merasa risih, sekaligus malu. Aku kembali berusaha melepaskan diri tapi Ragil makin mengencangkan pelukannya. Akhirnya aku menyerah “Gil, apasih mau elo” Aku berkata dengan suara yang lirih. "Aku ingin memeluk elo” nafasnya terasa mengelitik daun telingaku. “Kenapa?”aku kembali berbisik dengan nafas tersendat. “Karena gue suka” sesaat kami sama-sama terdiam. Aku bisa merasakan detak jantungnya dari punggungku yang menempel ketat didadanya. “Kenapa elo jadi berubah setelah pertemuan itu” Ragil kembali memecahkan kebisuan. Entah aku harus menjawab apa. Yang pasti aku belum siap menerima kenyataan ini. Seorang sahabat dekat yang selama ini sudah aku anggap saudara ternyata juga… “Kenapa?” Ragil kembali bertanya. Aku tetap diam. “ Okedeh!” Ragil tiba-tiba melepaskan pelukannya. “Makan dulu yuk! Tadi aku beli 2 bungkus pecel” Ragil menarik tanganku. “Aku belon mandi!” “Udah, cuci muka aja! Gue udah laper nih! Nunggu dari tadi elo ‘gak bangun-bangun juga.” Ragil mendorong punggungku keluar. “Siapa suruh nunggu!” Aku menjorokan kening Ragil hingga kepalanya terdongak kebelakang. “Enggak sopan!” Ragil berteriak, dan aku langsung lari kekamar mandi sebelum dia membalasnya. Siang itu aku makan bersama Ragil. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru, tapi kali ini aku merasakan suasana yang berbeda. Entah kenapa aku merasakan dadaku berdebar-debar. Aku begitu terharu dengan perhatian Ragil. Ragil hari ini tampak begitu ceria., ia makan dengan begitu lahap. Sesekali ia juga mencuri laukku. Tentu aja aku protes, dan merebutnya kembali, tapi bukan Ragil kalau enggak nakal! Akhirnya kami saling mencari kesempatan untuk mencuri lauk masing-masing, kami berantem dan akhirnya kami tertawa. Sekian lama makan sambil bercanda akhirnya acara itu selesai juga. Ragil langsung merebahkan tubuhnya di kasur meninggalkan piring kotor di lantai. “ Monyong, jangan nyante gitu! Bawa piringnya ke belakang dan cuci!” Aku menendang kakinya agar dia bangun. “Gue kekenyangan nih!” Ragil mengelus-ngelus perutnya. “ nah terus yang nyuci siapa?”aku panik. “ Elo dong! Guekan udah beli nasinya!”nyante banget suara ragil. “Dih, gu kira elo ikhlas beliin gue makan!”Gue tatap muka Ragil yang kekenyangan. “Gue ikhlas beliin elo makan, tapi gue lagi males nyuci” Ragil malah menutup mukanya dengan bantal. Anak ini memang ngegemesin banget. Langsung aja aku tinju bantal yang menutup mukanya sebelum membawa piring ke belakang. Aku tak memperdulikan jeritan kesakitan dari Ragil. Hari makin siang. Makan udah. Nyuci piring udah. Wah saatnya mandi nih! Aku langsung mengambil sabun dan handuk dari jemuran. Wih bener-bener seger, habis mandi gini, semangat rasanya pulih 100 persen. Aku bernyanyi-nyanyi kecil `menuju kamarku dengan hanya memakai handuk. Aku melihat Ragil tertidur dengan pulas. Anak ini memang jago tidur, apalagi kalau kekenyangan sehabis makan. Kakinya yang terjuntai ke lantai langsung aku naikan. Kalau sedang tidur begini Ragil benar-benar terlihat begitu innocent, tenang dan tentu aja tampan. Aku tersenyum, sebelum kemudian berbalik menuju lemari pakaian, tapi tiba-tiba saja aku merasakan sebuah tarikan keras pada handukku aku menjerit dan mencoba menahan tapi terlambat. Untung aku memakai celana dalam. “Gil, apa-apan sih! Gak lucu tahu!”aku berteriak panik. “He..he..siapa yang mau melucu!” Ragil menyembunyikan handuk di belakang punggungnya. “Jangan kayak anak kecil gitu !” Aku kembali membentaknya. Mangkel juga, ternyata ia hanya pura-pura tidur. “ Gue enggak akan kembaliin!” ragil kembali tersenyum nakal. “Gil, ini gak lucu!”Aku berusaha merebut anduk itu, tapi Ragil gesit banget. “Udah di bilang gue enggak melucu, gue mau memperkosa elo, paham?!” Aku melihat ekspresi Ragil jadi aneh, tatapannya begitu tajam dan membuat bulu kuduku merinding. “ Gil, jangan bercanda !” Ragil terus mendekatiku. Aku segera mempersiapkan jurus karateku kalau memang keadaan tidak memungkinkan terjadi. Rasanya Ragil enggak main-main. Jarak Ragil tingal satu langkah lagi, dan kini ia benar-benar telah ada di hadapanku, aku sedikit beringsut kesamping, dan aku hampir saja memukulnya ketika... (bersambung)

###

6 Gay Erotic Stories from Goblok

1 hari yang jadi awal dan akhir

KRIIING…! Wekerku berbunyi kenceng banget. Ah, ternyata aku tertidur di meja gambar. Dengan terkantuk-kantuk aku bangun dan mematikannya. Sudah jam lima. Aku menggerak-gerakan leherku yang terasa kaku. Tidur menelungkup di meja membuat leherku juga terasa sedikit sakit. Bagaimana ya dengan Ragil, apa malam ini dia bisa tidur? Ah, sebodo amat, kok aku jadi mikirin dia lagi sih? Aku segera

3 hari yang jadi awal dan akhir

1 HARI SEBAGAI AWAL DAN AKHIR (Aku tunggu setelah Tarawih Part II) Dok! Dok! Aduh siapa sih yang iseng gedor-gedor pintu di pagi hari?! Ngantuk banget. Semalam aku gambar sampai jam 2, lagian inikan sabtu, aku ingin tidur sampai siang, toh aku sudah sholat subuh. Dok! Dok! Gedoran itu makin kenceng. Aku menutup kepalaku dengan bantal. Bener-bener nyebelin! Siapasih anak yang nge’bete’in, tuh?

3 hari yang jadi awal dan akhir 3

1 HARI SEBAGAI AWAL DAN AKHIR (Aku tunggu setelah Tarawih Part II) “Udah di bilang gue enggak melucu, gue mau memperkosa elo, paham?!” Aku melihat ekspresi Ragil jadi aneh, tatapannya begitu tajam dan membuat bulu kuduku merinding. “ Gil, jangan bercanda !” aku makin panik.Ragil terus mendekatiku. Aku segera mempersiapkan jurus karateku kalau memang keadaan tidak memungkinkan terjadi.

Aku Tunggu Setelah Tarawih

Hallo friend! Kali ini gue mo cerita tentang pengalaman gue di bulan ini (uptodate, khan). Cerita yang menurut gue sih nyebelin meski sedikit ,ngenakin juga (kok bisa ya?) Cerita ini gue sadur dari buku harian gue, so..kita mulai aja ya, begini ceritanya ( he..he..kayak kismis): Alkisah: Ramadhan, 3 November 2003. “Mandra!” Aduh, norak banget tuh anak kalo manggil. Udah enggak ketulungan

Cinta Tak bsa di Paksa

PROLOG Waktu ternyata memang obat yang paling mujarab. Setelah sekian lama aku menderita karena mencintai Ken, akhirnya sedikit demi sedikit aku mulai bisa melupakannya, tidak 100% memang, tapi aku sudah bisa menganggapnya sebagai teman biasa. Setiap sholat malam aku selalu berdoa semoga bisa melupakan Ken dan Allah mengabulkan doaku. Ku bisa kembali melakukan aktivitasku dengan tenang.

Karena Aku Berbeda, Part 2

PROLOG Waktu ternyata memang obat yang paling mujarab. Setelah sekian lama aku menderita karena mencintai Ken, akhirnya sedikit demi sedikit aku mulai bisa melupakannya, tidak 100% memang, tapi aku sudah bisa menganggapnya sebagai teman biasa. Setiap sholat malam aku selalu berdoa semoga bisa melupakan Ken dan Allah mengabulkan doaku. Ku bisa kembali melakukan aktivitasku dengan tenang.

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story