Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Suami-suami Metropolis III: Kisah Luthfi dan Ferry (2)

by Rangga2004


III

Ferry membereskan berkas-berkas hasil pekerjaannya dan mengumpulkannya semua ke dalam satu map. Berkas-berkas itu adalah data-data keuangan dan kegiatan usaha kantor cabang yang sedang diperiksanya. Sebagai pemeriksa internal, setiap akhir tahun ia memang bertugas untuk memeriksa perkembangan usaha dan keuangan kantor cabang perusahaan mereka yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Kebetulan Ferry mendapat bagian memeriksa kantor cabang yang ada di Pekanbaru. Teman-temannya sesama pemeriksa dari Jakarta juga ditugaskan melakukan pemeriksaan akhir tahun seperti dirinya, namun ke kantor cabang lainnya.

Kegiatan pemeriksaan sebenarnya sudah selesai dikerjakan Ferry kemarin. Data-data yang disimpannya dalam map tadi akan dibawanya ke Jakarta untuk menyusun hasil laporan pemeriksaan nantinya. Seharusnya hari ini ia sudah kembali ke Jakarta. Namun seperti sudah menjadi kebiasaaan, usai pemeriksaan, kantor cabang yang diperiksa menawarkan kepada pemeriksa untuk refresing terlebih dahulu sebelum kembali ke Jakarta. Biasanya ini adalah cara-cara kantor cabang menyenangkan pemeriksa agar laporan yang dibuat nantinya sampai membahayakan posisi kepala cabang.

Ferry yang memang doyan kesenangan itu tentu saja langsung menyanggupi saat ditawarkan untuk refreshing terlebih dahulu sebelum pulang. Lumayan kan bisa bersenang-senang secara gratis. Hehehe. Dan untuk kesenangan yang diperolehnya itu, tentu saja Ferry harus membuat laporan hasil pemeriksaan yang bisa memuaskan pimpinan cabang kantor Pekanbaru ini.

Dasar “sakit”, sejak hari pertama bertugas di kantor cabang Pekanbaru ini, mata nakal Ferry sudah jelatatan sibuk mengamati “barang-barang bagus”. Ternyata banyak juga “barang bagus” disini. Dari antara semua “barang bagus” itu, pilihannya jatuh pada Rully, pegawai baru di bagian akunting yang masih muda dan tentu saja ganteng.

Berdekat-dekatan dengan pemuda jantan yang selalu harum itu membuat Ferry tak bisa berkonsentrasi penuh selama melakukan tugas pemeriksaannya. Wajah ganteng dihiasi kaca mata minus satu yang bertengger di batang hidung mancung milik Rully, benar-benar membuat iman Ferry tergoda. Ditambah lagi tubuh tinggi atletis Rully yang tak bisa disembunyikan kegagahannya dengan secarik kemeja kerjanya yang selalu disetrika licin itu.

Selama dua minggu kegiatan pemeriksaan berlangsung, Ferry selalu horny membayangkan gimana nikmatnya ngentot dengan pemuda berusia dua puluh empat tahun itu. Otaknya dipenuhi angan-angan menikmati lobang pantat dan batang kontol pemuda itu.

Pilihannya satu lagi jatuh pada Luthfi, supir kantor cabang itu. Dia sudah tergoda pada supir jantan itu saat hari pertama ia diantar ke hotel oleh Luthfi. Sepanjang perjalanan tak bosan-bosan ia mengamati supir ganteng itu. Seperti juga pada Rully, otaknya dipenuhi angan-angan untuk mereguk kenikmatan bersama Luthfi.

Karena itu saat Pak Sujono, kepala bagian umum kantor cabang Pekanbaru menanyakan siapa pegawai yang dipilihnya untuk menemaninya refresing, dengan mantap Ferry langsung menyebut nama kedua makhluk ganteng itu. Agar urusan kantor lancar, segera saja Pak Sujono memerintahkan kedua pegawai itu bersiap-siap menemani Ferry refresing. Tak peduli bahwa ternyata Luthfi sudah disetujui cutinya saat itu.

Usai membereskan berkas, Ferry membereskan perlengkapan yang akan dibawanya refresing. Sebentar lagi pukul delapan pagi. Sesuai rencana, pukul delapan pagi kedua pegawai itu akan datang menjemputnya. Karena itu ia harus segera bersiap-siap.

Sedang sibuk membereskan perlengkapannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Dharma muncul di layar monitor ponselnya. Dharma adalah temannya satu SMU dulu. Bersama Dharma dan beberapa teman yang lain, mereka rajin ngumpul-ngumpul. Kumpulan suami-suami metropolis yang gila sex dan “sakit”. Selain suka mencari kepuasan sex dengan wanita-wanita yang mereka suka, mereka juga sering melakukan pesta sex sejenis yang heboh.

“Ada apa Dhar?” tanya Ferry pada temannya yang menelepon itu.

“Kapan elo balik Jakarta Fer?” tanya Dharma.

“Tiga hari lagi. Kenapa emangnya?”

“Itu, anak-anak ngajak ngumpul malam tahun baru. Katanya mau bikin acara arung jeram sekalian acara arung kontol,” kata Dharma terkekeh.

“Hehehe. Asik. Boleh. Gue udah nyampe tuh malam tahun baru. Gue pasti ikutan deh,”

“Oke deh kalo gitu. Selamat bekerja deh. Dan juga selamat berburu kontol, hehehe,”

“Tau aja deh elo kalo gue disini sedang memburu kontol hehehe,”

“Ya tau dong. Masak gue gak tau. Gue kan gitu juga, hehehe,”

Pintu kamar Ferry diketuk dari luar, pembicaraan keduanyapun usai. Ferry segera menuju pintu kamar dari lobang kecil di pintu ia mengintip siapa yang mengetuk kamarnya. Di depan pintu berdiri Rully. Benar-benar tepat waktu. Ferry langsung membuka pintu kamar.

“Ayo masuk dulu, saya sedang membereskan pakaian yang akan saya bawa,” kata Ferry mempersilakan Rully masuk.

“Terima kasih pak,” sahut Rully sambil melangkah masuk. Kemudian ia duduk di kursi yang ada dalam kamar sedangkan Ferry menuntaskan acara beres-beres pakaiannya.

IV

Luthfi menunggu Ferry dan Rully di mobil. Saat keduanya datang, Luthfi segera menyongsong mereka. Tas yang dibawa Ferry langsung dimasukkannya dalam bagasi mobil, bersatu dengan tas bawaannya dan juga bawaan Rully.

“Kita mau rekreasi kemana nih?” tanya Ferry pada Rully.

“Kita akan ke Batam pak, Luthfi yang akan memandu perjalanan kita,” jawab Rully. Luthfi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum pada Ferry, mengiyakan apa yang dikatakan Rully.

Dengan menumpang kapal ferry mereka nyebrang ke Nagoya. Sesampainya di sana Luthfi langsung membawa Rully dan Ferry menuju hotel tempat mereka menginap selama di Batam. Rully memesan dua kamar. Satu khusus untuk Ferry sedangkan yang satu lagi untuknya dan Luthfi.

Sorenya Luthfi membawa Ferry dan Rully jalan-jalan keliling Nagoya. Jalan-jalan, belanja, dan cari makanan enak.

“Kalau gini-gini doang gak seru juga ya,” kata Ferry pada Rully dan Luthfi saat mereka sedang makan. Senyum mesum nangkring diwajah gantengnya.

“Sabar pak, nanti malam baru kita cari yang seru,” sahut Luthfi.

“Nah gitu dong,” tanggap Ferry senang. Senyumnya makin mesum. Luthfi juga ikutan nyengir mesum. Sementara Rully terlihat senyum malu-malu pengen. Hehehe.

Kembali ke hotel waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ferry dan Rully mandi membersihkan badan. Sementara Luthfi ngacir cari ayam buat “disantap” malam itu.

Ferry sendiri sebenarnya lebih pengen segera dapat “menyantap” dua cowok itu. Namun untuk menuju kesana ia perlu kamuflase dulu. Kalo langsung-langsung aja takutnya gagal.

Pukul setengah sembilan si Luthfi nongol. Rully menyambutnya dengan pertanyaan,” Gimana Luth? Dapet?”

“Pastilah. Saya mandi dulu deh. Setelah itu kita maen ke karaoke, mereka udah nunggu disana,” jawab Luthfi.

Karaoke yang dimaksud Luthfi terdapat di lingkungan hotel tempat mereka menginap juga. Setelah Luthfi selesai mandi, bersama Rully mereka menjeput Ferry ke kamarnya. Lalu ketiganya menuju karaoke.

Luthfi sudah membooking sebuah ruangan untuk acara karaoke mereka. Didalam ruangan itu sudah menanti tiga gadis. Cantik-cantik. Muda-muda. Mereka memperkenalkan namanya, Mira, Yulia, dan Vina. Masing-masing masih duduk dibangku SMU.

Langsung saja keenam insan lain jenis itu saling berpasang-pasangan. Minum-minum sambil bernyanyi-nyanyi. Sambil berkaraoke tangan masing-masing saling menjalari tubuh pasangannya. Tak ketinggalan cium pipi dan juga bibir.

Kalau mulanya yang berkaraoke adalah Ferry, Rully, dan Luthfi bergantian, tak sampai setengah jam kemudian gantian ketiga gadis itu yang berkaraoke. Tapi karaokenya tidak pake mic, namun menggunakan kontol ketiga pria itu. Dengan penuh semangat ketiga gadis itu melakukan oral pada ketiga pria yang horny itu. Saat itulah kali pertama Ferry berkesempatan menyaksikan kontol milik Rully dan Luthfi. Kontol-kontol gemuk panjang yang membuatnya tergoda untuk segera melahapnya.

Sebentar saja ruang karaoke itu berubah jadi arena pesta sex mereka berenam. Masing-masing pria sibuk menggagahi wanita-wanita itu. Pake acara tukar-tukar pasangan lagi, plus adegan lesbian.

Ferry ingin menambah satu adegan lagi, yaitu adegan gay. Ia menunggu-nunggu momen yang tepat untuk itu. Akhirnya momen itu datang juga. saat itu Ferry sedang mengentot Vina dalam posisi konvensiona. Vina telentang mengangkang ditindih oleh Ferry. Tiba-tiba Rully mendekati mereka berdua. Ferry melihat Luthfi sedang asik ditunggangi Mira yang menduduki selangkangannya. Sementara Yulia menduduki wajah ganteng Luthfi memberikan memeknya untuk diselomoti.

Rully langsung bersimpuh dekat Mira, kontolnya dimasukkannya ke dalam mulut gadis itu. Wajah Ferry saat itu sangat dekat dengan wajah Vina, sehingga demikian kontol Rully menjadi demikian dekat juga dengannya mulut Ferry.

Rully yang sedang merem melek keenakan diselomot Vina tak menyadari rencana Ferry. Soalnya saat itu Rully memejamkan matanya, berkonsentrasi dengan kuluman Vina. Ferry langsung memanfaatkan kesempatan itu.

“Bagi dong Vin,” bisiknya di telinga Vina. Pelan sekali, hanya Vina yang bisa mendengar.

Vina yang tak bisa berbicara, karena mulutnya penuh dengan kontol Rully tersenyum pada Ferry. Sebagai pelacur profesional ia memang biasa dengan keinginan aneh-aneh kliennya. Karena itu ia langsung tanggap dengan keinginan Ferry. Ia sudah sering bertemu dengan orang seperti Ferry ini, doyan memek namun juga doyan kontol.

Mulutnya melepaskan kontol Rully. Tangannya mengocok-ngocok batang kontol yang berlumuran ludah itu agar Rully tidak curiga. Jari telunjuknay dileakkan dibibir,” Sssttt..,” bisiknya pelan pada Ferry. Maksudnya jangan sampai Rully tau. Ferry tersenyum senang. Langsung saja kontol Rully dimasukkannya dalam mulutnya. Sambil mengentoti memek Vina, Ferry pun asik melahap kontol Rully.

Rully tak curiga sama sekali. Ia asik memejamkan mata. Padahal diselangkangannya Vina dan Ferry saling ganti berganti menyelomoti kontolnya.

Yulia menggelepar. Memeknya basah kuyup. Cairan kelaminnya meleleh ke mulut Luthfi yang sedang asik mengerjai memeknya dengan mulut. Gadis itu telah mencapai orgasmenya untuk yang kedua kalinya. Kemudian ia duduk lemas di sisi Luthfi memandangai Mira yang sedang asik menggoyang-goyangkan pantatnya mengentoti Luthfi.

Karena wajahnya sudah tidak ketutupan memek Yulia lagi, maka Luthfi bisa memperhatikan seluruh sudut ruangan karaoke lagi. Saat matanya tertumbuk pada Ferry, Rully, dan Vina yang sedang in action, supir ganteng ini langsung melotot. Ia kaget melihat Rully yang tak menyadari bahwa Ferry yang sedang menghentak-hentakkan pantatnya naik turun mengentoti Vina sedang melakukan oral padanya sekaligus.

“Gila,” desisnya. Gocekannya pantatnya yang membalas goyangan pantat Mira terhenti seketika.

“Kenapa? Kenapa? Apa yang gila? Asik lagi,” kata Mira protes. Ia yang sedang keenakan merasa kecewa karena Luthfi menghentikan gocekan pantatnya. Kenikmatan yang dirasakannya menjadi berkurang.

“Asik apaan? Si Rully bukan homo tau. Gue mau bilangin ke dia deh,” kata Luthfi. Ia mencoba melepaskan kontolnya dari lobang memek Mira. Maksudnya ia akan mendatangi Rully dan memperingatkan teman kerjanya itu. Karena untuk berteriak memperingatkan Rully percuma saja. suaranya akan kalah dengan hingar bingar musik yang memenuhi ruangan karaoke.

“Biarin aja,” sergah Mira. “Gue lagi nanggung nih,” kata Mira. Ia mengepitkan kedua pahanya kuat-kuat tak rela melepaskan kontol Luthfi dari cengkeraman memeknya.

“Iya biarin aja, gue suka lihatnya kok,” kata Yulia mendukung Mira.

“Gue yang gak suka,” sahut Luthfi sedikit kesal. Suaranya semakin meninggi.

“Jangan jadi orang kuno dong,” kata Yulia lagi.

“Maksud kamu?” tanya Luthfi tak mengerti maksud Yulia.

“Kenapa kalian para cowok boleh memuaskan birahi dengan melihat kami para cewek berlesbian ria? Lalu kami para cewek kenapa gak boleh memuaskan birahi juga dengan melihat kalian para cowok berhomo ria? Gak adil kan?” kata Yulia serius pada Luthfi. Pertanyaan yang sederhana, namun Luthfi tak tau menjawabnya. Repot juga kalo urusan kesetaraan gender dibawa-bawa.

“Udah biarin aja mereka. Gue lagi nanggung nih. Entar kalo gue udah beres terserah elo deh mau ngapain. Mukulin mereka juga terserah. Malah kalo elo mau gabung gue lebih senang. Mmmmm pasti seru ngelihat elo ngentot dengan salah satu dari mereka. Tapi sekarang yang penting gue mau nuntasin oragasme gue yang udah terasa sampe di ujung nih,” kata Mira pada Luthfi. Cewek itu kembali melanjutkan gerakan pantatnya. Cepat dan semakin cepat. Tangannya mencengkeram pantat Luthfi menggoyang-goyangkannya karena Luthfi tak membalas goyangan pantatnya.

Luthfi benar-benar tak berkonsentrasi lagi ngentot dengan Mira. Matanya melihat terus ke arah mulut Ferry dan Vina yang dengan buas bergantian mengoral Rully. Sementara rekan sekerjanya itu terus tak menyadari.

V

“Berani mencoba?” bisik Yulia di telinga Luthfi. Nada suaranya menantang keberanian Luthfi.

“Enak aja! Saya bukan homo,” kata Luthfi keqi dengan tantangan Yulia.

“Saya enggak bilang kamu homo kok. Saya banyak melihat laki-laki bukan homo yang mau melakukan itu. Tujuannya hanya satu, kepuasan, titik. Sama seperti kami mencari kepuasan dengan bermain cinta sesama perempuan,” kata Yulia.

Kata-kata Yulia membuat Luthfi terdiam seribu bahasa. Matanya menatap bongkahan pantat Ferry yang putih yang sedang bergerak-gerak cepat itu. Yulia mulai berhasil menimbulkan rasa penasarannya akan sensasi sex bukan dengan lain jenis. Bagaimana sensasinya bila melakukannya dengan lelaki? Pikirnya dalam hati.

“Kok diam? Tergoda untuk mencoba?” tantang Yulia lagi.

“Enak aja!” kata Luthfi sok tak penasaran. Tangannya mencengkeram buah patat Mira. Dengan segenap kekuatan digenjotnya pantatnya menyenggamai gadis yang sedang menungganginya bak seorang cowgirl itu.

“Tak usah malu?” kata Yulia lagi.

“Ahhh.. ahhhh… ahhh.. ahhhh… ahhhh… ahghhh…. Agghhhh…… ohhhh……..,” erang Mira kuat. Tenaga penuh yang diberikan Luthfi mengocok memeknya dengan kontol yang keluar masuk dengan cepat dan keras bak piston membuat Mira tak sanggup lagi menahan orgasmenya.

“Hihihihihi,” Yulia tertawa kesenangan. Ia tahu Luthfi kesal dengan kata-katanya. Ia tahu cowok itu tergoda untuk mencoba tantangannya. Namun merasa malu karena nantinya akan dianggap homo.

“Sudahlah, gak usah malu. Kita-kita kan hanya cari kepuasan doang. Kalo emang penasaran cobain aja,” kata Yulia lagi. Sementara Mira yang terbaring lemas kecapaian hanya tersenyum-senyum menyaksikan ulah Yulia yang menggoda rasa penasaran Luthfi. “Ngapain juga mesti malu. Kita-kita yang cewek aja gak malu kok melakukan sex lesbian,” tambah Yulia.

Luthfi menimbang-nimbang. Ia berpikir keras. Sekeras kontolnya yang masih tegak mengacung. Tiba-tiba akal sehatnya seperti hilang. Ia mendekati Rully. Setelah dekat kepala Rully dipegangnya kuat-kuat. Rully kaget. Ia menatap bingung pada Luthfi.

“Ada app……,” kata Rully tak selesai mengucapkan pertanyaan kebingungannya karena kontol Luthfi langsung menancap dalam mulutnya yang sedang membuka lebar karena akan berkata, “apa?”

Rully benar-benar bingung dan kaget. Matanya melotot pada Luthfi. Sesaat ia tak tahu harus berbuat apa karena Luthfi memegangi kepalanya. Namun setelah sadar ia langsung mendorong tubuh Luthfi dengan tangannya. Meminta pria itu menjauh darinya. Ferry terkesima melihat reaksi Luthfi. Ia tak percaya cowok ganteng itu melakukan hal itu pada Rully. Sementara itu Yulia dan Mira tertawa kegirangan menyaksikan kelakuan Luthfi.

“Apa-apaan sih Luth?” kata Rully berang setelah ia berhasil mendorong tubuh Luthfi hingga terjungkal ke lantai.

Ia berdiri dengan sikap kuda-kuda, siap menghajar cowok itu bila mendekatinya lagi. Suasana dalam ruangan karaoke itu berubah jadi tegang. Ferry menghentikan kegiatannya mengentoti Vina. Semuanya kini memandangi Rully dan Luthfi.

[BERSAMBUNG...]

###

19 Gay Erotic Stories from Rangga2004

Aladin II : Pembalasan Jafar (1)

Pernikahan Aladin dengan Putri Jasmin menorehkan luka di hati Jafar. Setiap kali melihat pasangan pengantin baru itu bermesraan, hati Jafar terasa sangat perih. Keinginannya untuk bisa mempersunting Putri Jasmin kandas karena Aladin. Sejak pernikahan Aladin dan Putri Jasmin tak ada yang dipikirkan oleh Jafar selain bagaimana cara untuk memisahkan keduanya. Jafar mulai menyusun rencana untuk

Cerita Remaja, Part 1

BAB I PERKENALAN Siapa yang tak kenal Andre? Si cowok populer di SMU Dwi Warna. Tinggi, ganteng, atletis, ramah, kaya namun tidak sombong. Jabatannya banyak mulai dari Ketua OSIS, Komandan Paskriba, Ketua PMR, sampai Ketua Kelas pun dia pegang. Andre jago segala jenis olah raga yang ada di sekolah. Basket dia bisa, voli juga, sepak bola apalagi, renang top, dan, belum pernah ada yang sanggup

Cerita Remaja, Part 2

Setiba di rumahnya, Calvin tak mampu memandang wajah Andre saat menyuruhnya masuk. Ia takut Andre menyadari perbesaran ukuran kontolnya sepanjang perjalanan mereka. Andre sendiri kelihatan sangat cuek. Sepertinya ia tak menyadari apa yang terjadi dengan Calvin sepanjang perjalanan tadi. Seperti juga kemaren sore. Rumah Calvin terlihat sepi. Saat itu jam menunjukkan pukul 18.30 wib. Pada Andre,

Konsekuensi : Behind The Scene II (1)

Scene 01 Aditya memperhatikan layar atm. Senyumnya langsung mengembang. Saldo tabungan dollarnya bertambah lagi bulan ini. Ada transfer baru dalam jumlah yang cukup besar. Transfer yang Aditya tahu persis darimana datangnya. Darimana lagi kalo bukan dari Praha. Tepatnya dari International Male Video, produsen film porno yang pernah mengontrak Aditya untuk membintangi beberapa judul film

Suami-suami Metropolis I : Kisah Indra (1)

I Adalah Indra. Seorang suami baik hati. Saking baiknya, segala kemauan istrinya dituruti. Mirna, istri Indra, emang terkenal garang dan ceriwis. Segala urusan Indra diaturnya. Bila Indra tak mengikuti aturannya, maka Mirna akan betah untuk ngomelin suaminya itu seharian. Daripada pusing dengerin omelan istrinya yang bak radio rusak itu, Indra akhirnya lebih memilih untuk mengalah dan

Suami-suami Metropolis I : Kisah Indra (2)

IV “Mir, gue harus ke luar kota Jum’at depan. Mungkin baru pulang hari Minggu sore,” katanya dengan suara pelan pada istrinya yang sedang ngos-ngosan usai “memperkosanya”. “Mau ngapain emangnya?” tanya Mirna mendelik sewot. “Bos nyuruh gue ikutan out bond. Dengan temen-temen sekantor,” sahut Indra. Itulah alasan yang diciptakannya dalam beberapa minggu ini. “Apa gak bisa nolak?”

Suami-suami Metropolis II : Kisah Kamal (1)

I “Ouhhh… ahhhh…… ahhhhhh…….ahhhhhhhh………. goddhhhhhh…,” tubuh sintal Yayuk menggelepar. Kedua lengannya mengepit erat-erat punggung lebar berotot milik Yosep, laki-laki muda yang sedang menyenggamainya dengan liar. Jemari Yayuk mencakar punggung bersimbah keringat itu. Matanya terpejam. Selangkangannya ditekannya sekuat tenaga ke atas. Menyatukannya dengan selangkangan milik Yosep. “Ohhh..

Suami-suami Metropolis II : Kisah Kamal (1)

I “Ouhhh… ahhhh…… ahhhhhh…….ahhhhhhhh………. goddhhhhhh…,” tubuh sintal Yayuk menggelepar. Kedua lengannya mengepit erat-erat punggung lebar berotot milik Yosep, laki-laki muda yang sedang menyenggamainya dengan liar. Jemari Yayuk mencakar punggung bersimbah keringat itu. Matanya terpejam. Selangkangannya ditekannya sekuat tenaga ke atas. Menyatukannya dengan selangkangan milik Yosep. “Ohhh..

Suami-suami Metropolis II : Kisah Kamal (2)

III “Mas, gue pergi dulu ya,” kata Budi pamit pada Kamal. Ia terlihat rapi dengan setelan jean, kaos oblong, plus jaket kulit yang ngepas ditubuhnya yang ramping berotot. “Mo kemana kamu?” tanya Kamal yang sedang asik menonton siaran berita di televisi. “Biasa mas, ngapel ke rumah Fiona,” sahut Budi cengengesan. “Jangan kemalaman pulangnya,” pesan kamal. “Beres boss,” sahut Budi

Suami-suami Metropolis III : Kisah Luthfi dan Ferry (3)

VI “Kok kamu marah ke gue Rul?” tanya Luthfi tanpa merasa bersalah. “Pake nanya lagi kenapa gue marah. Kelakuan kamu itu yang bikin gue marah!” sahut Rully dengan suara tinggi. “Gak sopan banget kamu itu. Gini-gini grade gue jauh lebih tinggi dari kamu Luth,” Rully benar-benar berang. “Sabar Rul, sabar. Gue kirain kamu emang suka maen begituan, maka…,” kata-kata Luthfi terpotong karena

Suami-suami Metropolis III: Kisah Luthfi dan Ferry (1)

I Wajah Luthfi keruh saat keluar dari ruangan Pak Sujono, kepala bagian umum kantor tempatnya bekerja. Berjalan menuju basement gedung kantor ia terus terdiam. Rekan-rekan sekantornya yang menegur tak dihiraukannya. Termasuk Grace, sekretaris Kepala Cabang yang sexy. Padahal. Kalau suasana hatinya sedang senang, sekretaris ini tak pernah luput dari godaan mesumnya. Sehari tak ngobrol jorok

Suami-suami Metropolis III: Kisah Luthfi dan Ferry (2)

III Ferry membereskan berkas-berkas hasil pekerjaannya dan mengumpulkannya semua ke dalam satu map. Berkas-berkas itu adalah data-data keuangan dan kegiatan usaha kantor cabang yang sedang diperiksanya. Sebagai pemeriksa internal, setiap akhir tahun ia memang bertugas untuk memeriksa perkembangan usaha dan keuangan kantor cabang perusahaan mereka yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

Suami-suami Metropolis IV : Cerita Yona (1)

I “Ohhhh… paaa.. pahh.. ohhh… ohhh… aku nyampe pahh.. ohh..,” aku mengerang keras. Seluruh tubuhku bergetar hebat. Orgasmeku meledak sudah. Sementara itu Hendra, suamiku, terus saja menggenjotkan pantatnya turun naik dengan cepat dan menghentak-hentak. Ia belum juga menyudahi aksinya mengentotiku. Padahal sudah hampir satu jam kami melakukan persenggamaan ini, tubuhku sudah dibolak-balik

Suami-suami Metropolis IV : Cerita Yona (2)

VII Berkali-kali aku dan Yasmin sudah orgasme. Namun suami-suami kami masih juga perkasa. Yah inilah akibat obat perangsang itu. Selama ini tidak pakai obat perangsang saja meraka sudah perkasa. Apalagi ditambah obat seperti ini. Tubuhku dan Yasmin sudah terasa remuk. Rasanya aku pengen segera menyudahinya. Namun kedua suami kami sepertinya masih ingin terus dan terus. akhirnya pada pukul

Suami-suami Metropolis V : Rahasia Hendra dan Vito (1)

I Hendra segera meninggalkan kantor setelah jam kerjanya usai. Istri tersayangnya, Yona, hari ini berulang tahun. Sesuai dengan pesan istrinya tadi pagi, ia harus pulang segera malam ini karena ada pesta kecil-kecilan yang akan diadakan nanti malam. Sepasang suami istri, sahabat istrinya akan datang juga untuk ikut merayakan ulang tahun istrinya malam ini. “Kok buru-buru sih pak? Mau

Suami-suami Metropolis V : Rahasia Hendra dan Vito (2)

V Yona dan Yasmin sudah sangat lelah. tubuh meraka terasa remuk dientoti oleh Vito dan Hendra tanpa henti. Sementara itu suami-suami mereka masih belum terpuaskan juga. masih ingin lagi dan lagi. “Udah mas, udah. Capek nih,” kata Yasmin menghiba pada Vito yang masih menggenjot memeknya. Padahal saat itu Hendra sudah berdiri di samping mereka minta gantian setelah dia berhasil mengalahkan

Suami-suami Metropolis V : Rahasia Hendra dan Vito (3)

VII Yasmin sudah tertidur lelap. Sementara itu, Yona merasa matanya berat. Meski sangat ingin menyaksikan juga bagaimana keperkasaan suaminya menggempur Vito, namun ia sudah tak sanggup lagi menahan kantuknya. Tak lama kemudian, Yona jatuh tertidur. Vito masih rebahan diatas tubuh Hendra. Entah mengapa Hendra merasa nyaman dalam posisi seperti itu bersama Vito. Apalagi setelah mengetahui

Suami-suami Metropolis VI : Cerita Merry (1)

I Sebenarnya aku sangat malu menceritakan hal ini. Karena apa yang akan kuceritakan nantinya adalah aib bagi diriku. Selama ini cerita itu aku simpan saja di batinku yang membuatku akhirnya jadi tertekan batin seperti ini. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku benar-benar bingung. Sebelumnya kuperkenalkan dulu diriku. Namaku Merry. Usiaku dua puluh empat tahun. Aku menikah pada usia dua puluh

Suami-suami Metropolis VI : Cerita Merry (2)

III Aku benar-benar tak habis pikir mengapa mereka bisa melakukannya. Kok bisa-bisanya suami melakukan sodomi pada Darwin dan keponakanku itu bersedia. Malah kulihat dia sangat menikmatinya. Apa tuh bocah gak kesakitan lobang pantatnya diobok-obok kontol suamiku yang gemuk panjang bak timun itu? Kepalaku jadi pusing. Tapi meski begitu aku tetap terus mengintip apa yang mereka lakukan. Aku

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story