Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

by Lelaki63


Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja.

Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban dua manusia. Aku merasa tak mungkin bisa seperti mereka. Galau saja hati ini. Sampai kapan ini? Ada saja orang yang mirip Andri menurut pandanganku. Tadi ketika naik pesawat di Jakarta, aku lihat ada cowok yang wajahnya seperti Andri, tapi sedikit lebih pendek. Trus tadi, ketika aku turun pesawat, ada lagi, tapi sangat cakep. Lebih ganteng dari Andri, lebih tinggi dan putih, dan sangat bule! Memang orang asing sih ...mungkin dari Eropa sana. Yang bikin kecewa, dia bersama dua anak perempuannya dan istrinya yang cantik banget. Kok bisa ya ...

Fitri, Arman dan Dodi masih menunggu aku yang sedang mengambil beberapa lembar brosur yang ada di rak. Ada beberapa orang yang memperhatikanku, tapi .aku cuek aja. Lebih banyak brosur berbahasa Jepang. Aku nggak tau artinya, tapi dari brosur lokal dapatlah aku bandingkan, informasi apa yang sesungguhnya yang diberikan, lebih banyak penawaran sewa dan paket wisata. Aku selipkan apa yang kudapat di dalam tas sandangku. Hm, banyak juga.

Sambil berjalan menuju pengambilan bagasi, kembali untuk menghubungi Bagus. Anak yang kukenal lewat chatting dan beberapa kali dia kirim email. Katanya dia tinggal di Denpasar, tapi dia tak mau beri alamat lengkap. Harapanku sih dia dapat jadi temanku nanti selama di Bali.

Aku coba hubungi dia lagi. Ada nada panggil sampai tiga kali, kemudian putus. Ini sudah kualami sejak aku memberi tahu dia kalo aku jadi berangkat ke Denpasar kemarin sore. Aku heran saja. Kenapa? Aku cuekin bisa saja sih, cuma rasa penasaranku memang tak dapat diajak kompromi. Smsku pun terkirim tapi tak berbalas. Bagus, ada apa denganmu? batinku.

"Yadi, tas lo!" Dodi sedikit berteriak. Tas pakaianku sedang meluncur di antara tas lain di eskalator bagasi itu. Segera aku kantongi hpku dan mengampil tas yang tak begitu besar. Aku memang tak banyak bawa pakaian.

Rupanya mereka sudah mendapatkan bagasinya masing-masing. Dodi yang paling banyak bawaaannya, sebagian memang perlengkapan untuk kegiatan kami selama di Bali.

"Maaf," kataku sambil berjalan menyusul mereka ke pintu keluar. Sebagai komandan, aku memang sedikit tidak konsentarasi. Semoga mereka tidak terganggu.

"Aku jadi nggak sabar deh," Dodi menggerutu. Dia memang sudah beberapa kali ke Bali, dan harapanku dia memang sangat membantu. Dia bagian perlengkapan dan penata lapangan juga. Tubuh gempalnya memang pas dengan tugasnya.

Kami berempat memang punya bagian kerja masing-masing. Dan banyak hal yang dirangkap. Sedikit serabutan. Yang aku suka lagi, semua dapat bekerja sama. Memang nikmat kalau bersama. Arman, dapat tugas sebagai membantu kami bertiga. Anaknya memang banyak diam, tapi kalau disuruh tak pernah gagal. Inisiatifnya bagus sekali. Fitri bertugas yang mengurus administrasi dan keuangan. Dia yang memegang cek atau kartu kredit, dan semua kwitansi dia yang ngumpulin. Dia sepertinya sudah punya rambu-rambu kapan mengeluarkan duit, kapan perlu berhemat. Kalo nggak tau, Fitri dapat berkesan pelit.

"Itu dia!" seru Dodi ketika melihat seorang bapak yang sedkit gemuk dan tinggi berdiri di balik railing pintu keluar. Dia membawa kertas bertuliskan : Ibu Fitri, Jakarta.

Fitri yang datang mendekat dan mengulurkan tangan. Baju batik lelaki paruh baya itu sudah kelihatan lusuh. Wajahnya khas orang Bali, hidung bulat,bibir tebal, pipi tembem dan kulit gelap.

"Selamat datang," sapanya ramah. Kami bersalaman bergantian. Dia melihat bawaan kami ada sekitar 7 koli. Lumayan. Dia bantu bawakan tas Dodi dan dan yang dibawa Fitri. Kamipun menuju areal parkir mengikuti dia. Suasana sore ini belum begitu ramai. Gerimis sudah berhenti, meninggalkan udara segar.

***

Aku sms Bagus lagi. Aku katakan aku sudah mendarat di Bali dan sekarang sedang menuju Kuta. Aku berikan alamat tempat kami menginap. Setengah jam aku tunggu balasannya. Tak ada. Ah... Kulihat Fitri juga sibuk denga hpnya, Dodi juga. Hanya Arman yang duduk di depan yang diam sambil melihat lingkungan perjalanan kami. Di dashboard mobil ada janur dengan sesajen warna-warni. Barang yang indah, pikirku. Nanti aku akan tanyakan apa maksud sesajen itu. Mobil Kijang kami terus meluncur tenang. Kotanya bersih dan kelihatan sangat hijau. Motor bebek terasa mendominasi jalanan. Keramahan sudah terasa kental di sini.

"Kita mau ke hotel dulu, atau ketemu Andika di Jimbaran?" tanya Fitri. Dia lihat jam ditangannya."Udah jam3 sekarang," tambahnya.

Aku kaget. Lho? "Bukannya jam 2?" tanyaku. Perasaan perjalanan Jakarta - Bali tak lama-lama amat deh.

"Wah, payah deh. Bali kan lebih cepat sejam. Waktu Indonesia tengah tahu!" Dodi menyemprot. Kok nadanya dari tadi kencang terus sih?

Aku tersadar.

"Ya, baiknya jamnya sudah disesuaikan dengan waktu Bali," si Bapak yang merangkap jadi sopir menerangkan.

Ketika kami sudah masuk wilayah Jimbaran, si Bapak menerima telpon. Sepertinya dari Andika yang mengkonfirmasi keberadaan kami. Tak lama mobil kami sudah membelok masuk wilayah parkir sebuah restoran.

***

"Saya pikir model dari Jakarta sudah ikut," Andika bercanda ketika bersalaman denganku.

"Kalau perlu, bolehlah menggantikan,"balasku."Tapi biasanya honornya beda."

"Apa?" Andika jadi serius ...

"Nggak, canda ..." kataku tergelak." Kita tentu dapat model yang lebih baik."

Andika selama ini hanya kenal suara. Bayanganku nggak jauh dari perkiraan. Usia sekitar 40-an, dah berkeluarga. Agak sedikit santai penampilannya tapi kalau bicara sangat tegas. Dia memperkenalkan lima orang timnya Katanya nanti malam akan datang tim yang lebih banyak. Jadi keseluruhan dari Bali ada 10 orang. Hanya dua ceweknya, Alika dan Putri yang datang sore itu. Cewek yang tomboi kupikir. Dari penampilannya dan sikapnya sebenarnya aku suka, tapi ya kurang feminin aja. Dan tiga cowok lainnya usianya tak jauh beda dengan Andika, mungkin lebih muda: Robby, Putu dan Nyoman. Kuharap tim kerja ini dapat bekerjasama dengan baik

Ada sinyal aneh yang kudapat ketika makan ikan bakar. Sorot mata Robby melihatku. Sesekali aku dapat lihat dia mencuri pandang sambil menyuap nasinya. Tapi aku hanya sesekali memandangnya. Baru-baru udah pasang sinyal, sangatlah tak layak. Atau karena Robby bukan type aku? Halah! Robby orang jawa tengah, hitam sedikit gemuk dan pendek. Wajah sih tak begitu-begitu amatlah. Perutnya juga gendut. Wuih! kalo menilai orang aku memang keterlaluan juga ya.

Menjelang sore, aku memotret keindahan matahari terbenam. Pantai Jimbaran sangat indah, walau pantainya tak begitu lebar dan pasirnya tak begitu putih. Anginnya sangat kencang. Di sepanjang garis pantai, deretan meja restoran menghiasi suasana pantai itu. Agak kurang bersih, apalagi bekas sesajen yang bertebaran di pasir pantai. Alas meja melambai-lambai memebri warna suasana pantai. Indah. Aku suka.

Suasana menjelang malam di Jimbaran ini memang sangat romantis. Beberapa pasangan sedang makan dengan mesra, Ah, kalau saja ... desir hatiku kembali menyesakkan dadaku. Kerinduan itu, sentimentil itu, tiba-tiba hadir. Untunglah teman-teman di sisini mampu membuat aku senang.

***

Aku sedang menyabuni tubuhku ketika bel kamar bunyi. Siapa sih ? Kubilas sekedarnya di pancuran. Aku keluar dari ruang shower dan meraih handuk yang masih terlipat rapi. Handuk yang lebar itu kulilitkan ke pinggang. Aku keluar kamar mandi dan segera membuka pintu kamar.

Aku hanya buka daun pintu tak begitu lebar. Kulihat Robby di sana. Tersenyum.

"Maaf, sedang mandi ya?"

Aku harus jawab apa? Dah tau aku sedang basah begini. Dia menunggu aku mengatakan sesuatu. Kulihat jakunnya menelan liurnya. Nafsu kali dia melihat aku setengah telanjang begini.

Aku mengangguk saja. Berusaha ramah ...

"Iya deh. Ditunggu di lobby aja," katanya setelah melihat kekakuanku. Tak mungkin aku mengajaknya masuk.

Aneh! Aku bisa bersikap sombong begini. Entahlah, apa karena aku sudah tidak suka aja dari awalnya. Segera kututup pintu ketika dia sudah bergerak meninggalkan pintu kamarku. Aku masuk kamar mandi, dan meneruskan mandiku. Lama aku menikmati guyuran air hangat. Enak juga ya kalau punya kamar mandi begini. Lebih enak lagi .... membayangkannya, membuat ototku menegang.

***

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story