Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

The Locker

by Beranda


Seperti biasa siang menjelang sore itu nampang lengang. Waktu yang tepat untuk combo latihanku tanpa perlu diganggu dengan antrian pada peralatan cardio ataupun tidak harus bergantian dengan member lain di zona free weights. Kebetulan Bayu, salah satu pelatih di sana, saya perhatikan juga sedang berlatih secara pribadi.

"Mas, latihan bareng aja yok!" ajaknya.

Okelah, saya iyakan permintaannya. Lagipula Bayu ini juga termasuk menarik baik secara fisik maupun kepribadiannya. Setengah jam saya habiskan bersamanya menyelesaikan berbagai training yang sudah saya jadwalkan.

"Abis ini balik kantor mas?" tanyanya.

"Iyalah, masih banyak kerjaan yang belum beres nih" jawab saya.

"Oke kalo gitu mandi yok"

Hmm. Kalau saya tidak berpikir panjang, bisa jadi ini ajakan yang sangat menarik.

Ternyata locker kami bersebelahan.

"Ah gila, cape banget Mas latihan hari ini" sambungnya sembari melepaskan celana pendeknya.

"Lumayan" jawabku sembari melirik ke arahnya. Damn, sexy sekali Bayu ini. Kemudian dia berjalan kearah kaca sembari masih mengenakan sweater dan sepatu olahraganya, dengan kancut berwarna biru merangsang.

Rambutnya dipangkas pendek seperti militer. Pekerjaannya sebagai pelatih mengharuskan ia dalam kondisi prima secara fisik. Bahunya terlihat lebar dan kokoh. Pahanya besar seperti pemain sepak bola. Dan yang pasti pantatnya bundar sempurna. Ingin rasanya aku turunkan celana dalam itu dan membenamkan wajahku di belahan pantatnya yang kenyal itu.

Kemudian saya sibuk bersiap-siap untuk mandi. Ia mengejutkan saya ketika kedua tangannya menggenggam pinggangku sembari mendorong lembut ke samping. Untung saja helai handuk terakhirku itu tidak sampai terjatuh.

"Permisi mas" ujarnya

"Oh sorry" ujar saya berbalik badan menghadapnya. Kali ini ia tidak bergeming. Tangannya tetap berada di pinggangku. Kami saling bertatap muka. Rasanya seperti menit paling lama dalam hidupku.

"Ehm, maksudnya?" timpal saya sembari tersenyum.

"Maksudnya baik..." balas Bayu sembari tersenyum juga. Tampak tampan sekali dia siang itu.

Tanpa tedeng aling-aling ia kemudian menciumku di ruang locker yang kosong itu dengan mesra.

"Gila lu Bay, ga disini juga kali" bisik saya di telinganya.

Kemudian ia mengeluarkan kunci dari kantong sweaternya. Dan menggandeng saya ke sebuah ruangan. Begitu pintu terbuka, hawa panas langsung dapat kurasakan. Ada sebuah tangki air besar disana. Nampaknya ini ruang gas untuk memanaskan air untuk shower dan ruang steam.

Iapun segera melucuti sweaternya, keringat mulai membasahi dadanya yang bidang. Langsung saja kuremas dadanya yang bundar seperti bola basket itu. Ah tubuh yang sempurna.

Kujilat-jilat putingnya yang hitam dan sudah melenting terangsang dengan adegan nista kami sore itu. Bayu melenguh dengan penuh kenikmatan.

"Terus Mas, enak, terus..."

Aku dorong dia kearah tembok dan kunaikkan kedua tangannya. Lampu yang redup itu masih menyisakan pemandangan luar biasa dari ketiaknya. Saya selalu suka laki-laki yang alami. Seperti bebuluan lebat hitam pekat yang tumbuh di ketiaknya ini. Ditambah dengan keringat yang menetes-netes, ini adalah panggilan alamiku untuk segera mendaratkan bibirku di sana.

Batang keperkasaannya mulai berdenyut-denyut kencang. Mengeras seperti kayu pemukul baseball. Kuremas-remas dari balik kancut sexynya itu. Tidak sabar lagi untuk dilepaskan dari kurungan kain itu.

"Isep Mas, isep..."

"Tunggu dulu dong" kemudian aku membalikkan badannya. Dan perlahan menurunkan kancut mininya itu. Buah pantatnya menyembul dengan indahnya. Belum habis kuturunkan sudah mulai kugigit-gigit buah pantatnya dengan mesra. Kuremas-remas seperti besok sudah tidak ada hari lagi. Sampai akhirnya pantatnya terkuak sepenuhnya. Nampak bebuluan kasar menyembul dari sela-sela bokongnya. Laki-laki sekali, ujar saya dalam hati.

Tanpa permisi saya mengendus-endus belahan pantatnya. Ah, indahnya. Lidah sayapun mulai bermain-main di sana, mencari lubang sempit gerbang taman kenikmatan itu. Jemariku mulai bermain membantu menyibakkan bebuluan pekat itu. Nampaknya ia sangat menikmati permainan ini.

"Enak banget mas..." ujarnya mendesah.

Akhirnya lidahku menemukan pintu gerbang itu. Langsung saja kulumat dengan ganas. Kedua tanganku menyibak lebar pantat bundarnya sehingga aku bisa menjilati dengan lebih dalam lagi memainkan ujung lidah hangatku disana. Bayu mulai mendorong-dorong pantatnya kearah wajahku.

Akupun menjadi tidak sabar lagi. Batang zakarku sudah mengeras seperti tiang.

"Aahhhhhh" ia mendesah ketika kepala tomat itu mendobrak masuk di lubang sempitnya. Perlahan aku merebakkan dinding sempit itu dengan napsu menggelora.

"Oh Bayu, sempit banget..." ujarku seraya mengangkat sebelah pahanya untuk membuka akses lebih lanjut.

"Enak mas...Aaaaaaaahhhh" ia melenguh ketika keseluruhan batang keperkasaanku berhasil kutancapkan didalam dirinya.

Dengan penuh napsu Bayu merespon permainanku. Suhu tubuh kami naik seiring dengan banjir keringat yang menyertai adegan terlarang di ruang kecil itu. Nampaknya aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

"Uhhhhhhhhh" dengan segenap tenaga kusemburkan susu kental kelelakianku di dalam liang kenikmatan itu hingga berkali-kali. Orgasme yang sempurna. Membuat seluruh tubuhku kehilangan energinya.

Seiring dengan aku menarik batang zakarku keluar dari lubang sempitnya itu, nampak air mani menetes-netes perlahan dari bibir anusnya yang barusan aku nodai itu. Menggelantung pada bebuluan hitam disana. Pemandangan yang menaikkan hasrat itu kembali.

Bayu kemudian membalikkan badan dan menciumku dengan mesra. Kuremas-remas kontol pelatih fitness itu dengan napsu membara hingga menjadi lebih besar lagi dan lebih keras lagi.

Kontol yang indah. Gagah perkasa seperti si empunya, dengan kepala penis yang merangsang ingin di kulum dengan napsunya. Air mazi bening mulai menetes-netes dari ujungnya.

Segera saja kujilati dengan napsu keseluruhan kepala itu. Rasa asin manis terdeteksi pada ujung lidahku ketika menyapu lubang kelelakiannya itu.

Ia mulai meremas rambutku.

"Mas enak banget... jangan cepet-cepet"

Justru aku tidak menggubrisnya. Kulahap dengan penuh kelaparan batang zakar sempurna itu. Jarang ada yang bisa menghadapi bibirku yang terlatih ini dalam jangka waktu yang lama.

"Aaaaaahhhhhhhhhhh" dia menggelinjang sembari menyemburkan air maninya dalam mulutku. Banyak sekali simpanan pria ini, pikirku. Tidak lama kemudian air bah yang dating membludak itupun mulai menetes-netes dari ujung bibirku. Dan itupun belum selesai.

"Ohhhhh, aaahhhhhhh" ia terus menerus berejakulasi mencapai nirwana pribadinya.

Beberapa menit kemudian ia berhenti terengah-engah. Akupun bangkit dan menciumnya dengan ganas. Memindahkan banyak spermanya sendiri yang tidak tertelan kedalam rongga mulutnya. Wajah kami berantakan sperma. Cairan kenikmatan menggelantung di bibir dan dagu kami.

Kami berhenti sejenak dan terkekeh kecil.

"Seru banget Mas. Makasih yah"

Saya tidak menjawab. Aku hanya menciumnya lagi dengan penuh napsu. Bau mani menusuk hidung, menyelemuti ruangan kecil itu.

###

1 Gay Erotic Stories from Beranda

The Locker

Kemudian saya sibuk bersiap-siap untuk mandi. Ia mengejutkan saya ketika kedua tangannya menggenggam pinggangku sembari mendorong lembut ke samping. Untung saja helai handuk terakhirku itu tidak sampa

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story