Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Aah...My True Bad Stories 3

by Indostuff


Maaf....setahun lebih baru bisa menyambung kisah ini........

Kosong……………!

Ya…! Kosong…kata yang tepat menggambarkan keadaan hatiku saat itu. Setelah kepergian Mike kembali ke Singapura, hidup ini rasanya ada yang kurang. Kami yang biasa saling mengisi, kini hanya tinggal kenangan. Hidupku kosong, hampa, feels like I’m going to die. Hampir 3 bulan dia pergi dan Mike memang selalu rajin mengirimkan surat (saat itu belum familiar dengan e-mail atau telepon genggam) kepadaku sekali dalam dua minggu. Sekedar bertanya kabar dan menanyakan nilai-nilai pelajaranku. Tapi aku hanya membalas suratnya saat surat pertamanya datang. Surat-suratnya yang lain tidak pernah aku balas. Itu aku lakukan karena aku tidak mau larut dalam kesedihan yang berlebihan. I still young, and so many things I have to do. Aku menyibukkan diriku dengan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Tiap sore pukul 03.00 kami siswa asrama harus ikut latihan renang, latihan komputer, latihan bela diri karate, dan banyak lagi kegiatan yang lain. Lambat laun aku mulai terbiasa dengan ketiadaan Mike di hatiku. Diapun sudah mulai jarang berkirim surat.

Penaikan kelas ke kelas III, berarti aku sudah menjadi siswa senior karena akan duduk di bangku kelas III, berarti juga sudah setahun Mike tidak ada di sisiku. Akupun sudah tidak terlalu memikirkan dia lagi. Bagiku dia adalah bagian dari masa lalu. Dan aku tidak pernah berharap dia akan hadir lagi dalam hidupku. Tapi kenyataan berkata lain, saat pembagian raport penaikan kelas tiba-tiba dia hadir di sekolah kami. Aku hanya bisa terpaku saat dia berada di hadapanku. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Ada perasaan sayang dan rindu yang tiba-tiba muncul diiringi dengan degupan jantungku yang semakin cepat. Tapi aku berusaha menutupinya dengan menanggapi tegur sapa Mike dengan sebiasa mungkin.

“Nico…! How’s life? Is everything okay?”, tanya Mike seraya menjulurkan tangan kanannya hendak bersalaman denganku. “Yes, Sir!”, balasku dengan menyambut jabat tangannya. “As you see, here I am.”, tambahku seraya melepaskan jabatan tangannya. “Congratulation for the nice report. Just saw your report’s copy showed by your master.”, pujinya. “Uh…! Nothing special. Everybody could do that. Nothing special, Sir!”, balasku. “No, you are so special.”, kata Mike. “Special...?”, balasku sambil berjalan meninggalkan dia. “Nico………..!”, panggil Mike sambil berjalan mengikutiku.

Aku tidak menghiraukannya, aku berjalan terus masuk ke dalam barisan (setiap kami pulang sekolah, kami satu kelas selalu membentuk barisan dan berjalan pulang ke asrama sambil menyanyikan yel-yel SMA kami) bersama teman-teman. Dia tentu saja tidak berani mengejarku sampai ke barisan. Malamnya aku tidak bisa memejamkan mata, bayangan Mike selalu hadir. Ada rasa menyesal tadi meninggalkan dia begitu saja. Mike yang dulu sudah hilang dari benakku, kini datang menari-nari di benakku lagi.

Pagi 05.00 kami sudah bangun dan berbaris di lapangan asrama. Senam bersama, jogging bersama dan mandi sendiri-sendiri (Hahahah……!). Hari ini adalah awal liburan sekolah. Berarti siswa-siswa bisa pulang ke rumah masing-masing. Saat makan pagi bersama, aku melihat Mike duduk di meja makan para guru dan pengawas asrama. Ternyata dia sedang memandangiku dan berusaha menunjukkan senyumnya. Aku membalasnya dengan senyuman juga walau sedikit paksaan. Selesai acara makan pagi, kami diperbolehkan bersiap-siap pulang kampung. Akupun sudah dari tadi malam mengemasi sebagian pakaianku untuk kubawa pulang. Akupun memasukkan sebagian lagi pakaianku ke dalam koper. Aku sudah siap untuk pulang ke kotaku. Teman-temanku satu kamar sudah pulang duluan karena tempat tinggal mereka jauh dari kota BLG. Aku sudah siap-siap mau keluar ketika tiba-tiba kamarku diketok oleh seseorang.

“Siapa ya?”, tanyaku sambil membuka pintu. “Nico…! It’s me Mike.”, jawabnya begitu pintu terbuka.

Mike langsung masuk mendorong aku kembali masuk ke kamar. Aku terkejut, dan berusaha melepaskan tangannya dari tanganku. Tetapi dia semakin kuat memegangku dan memelukku dengan paksa sampai aku susah bernafas.

“Nick…! I really really miss you. But why, why do you try to hide of me?”, tanyanya sambil memegangi daguku dan memandangi wajahku. “You outta know, the reason I come here is you!”, katanya dengan mimik wajah yang menahan rasa rindu yang amat sangat. “You are the reason……….!”, airmatanya mulai menitik. “How so cruel you are, try to avoid of me. Can’t you see how much I miss you?”, tambahnya dengan wajah memelas.

Aku tidak sanggup melihatnya begitu menderita walaupun aku juga begitu menderita dan betapa aku harus bertungkus lumus melupakan dia.

“Mike…! I can’t breathe. Would you please to set me free?”, kataku sambil bercanda. “Oh sorry Nick!”, dia akhirnya tertawa kecil sambil melepaskan dekapannya yang memang membuatku sesak nafas. “Mike…! How does it feel when you try to call up my name but I don’t respond it?”, tanyaku pada Mike sambil menghapus airmata di pipinya dengan jari tanganku. “The samething I have felt and I try to realize. I told myself maybe this is the best thing for us.”, tambahku sambil berusaha tegar. “I know Nick, I know. But I also can’t do much for this relationship. Told you before, we are separating by the distance.”, terang dia sambil berusaha meyakinkanku. “It’s okay, Mike. I got it. That’s why I try to avoid of you.”, jawabku sambil melepaskan pelukan dia. ( Sialan….padahal tadi kontolku dah tegang abis…! Tapi begitu dia mengatakan begitu, langsung mengkerut!).

Aku berdiri dan bergegas mengambil koperku, sambil menyilakan Mike keluar. “Sorry, Mike. It’s time to me for leaving.”, sambil membuka pintu kamar.

Tiba-tiba dia berdiri dengan raut muka yang beringas, menerkamku dan menjatuhkanku ke atas ranjang dan bergegas mengunci kamarku. Dengan lahap dia menciumi wajahku, menjilati telingaku, dan leherku. Melumat habis bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku. Aku yang semula berusaha melepaskan pelukan dia, mulai kehilangan kontrol juga. Dengan tak kalah beringasnya aku balas setiap serangan-serangan dia. Aku yang sudah lama tidak merasakan kehangatan lelaki, tidak mau melepaskan kesempatan ini. Dia yang semula berada di atas tubuhku, menindihku, dengan penuh nafsu aku berusaha membalikkan keadaan dengan membanting tubuhnya ke bawah sehingga dia yang berada di bawahku, tanpa melepaskan ciuman panas kami berdua. Dia semakin tidak tahan akan serangan-seranganku, dan nampak kewalahan melayani nafsu setanku. Aku tidak mau melepaskan dekapan tubuhku terhadap tubuhnya, dan aku tidak peduli walaupun dia susah bernafas akibat kuatnya dekapanku. Bibirnya kulumat habis, leher dan telinganya tidak luput dari sapuan lidahku. Semakin ke bawah semakin kutingkatkan kecepatan lidahku menyapu tiap jengkal tubuhnya. Aku tidak sempat melihat bagaimana raut wajahnya karena aku sibuk dengan jilatan-jilatan lidahku menyusuri tiap jengkal tubuhnya. Pasti pembaca sudah tahu bagaimana mimik wajahnya. Yang pasti dia blingsatan kenikmatan.

.........................................bersambung................................................ hehehehheheh....

###

3 Gay Erotic Stories from Indostuff

Aah...My True Bad Stories 1 ( Indonesian)

Cerita ini adalah kisah nyata dari sebagian perjalanan hidupku. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita ini adalah benar adanya. Tanpa ada dramatisasi yang berlebihan. Orang-orang memanggilku Nico. Usiaku saat ini 25 tahun. Terlahir dari orang tua yang berbeda ras. Ayahku asli Batak, sedangkan Ibuku campuran Afro-Spanish dan dulunya berwarga negara Spanyol. Tapi sejak menikah dengan Ayah,

Aah...My True Bad Stories 2 (Indonesian)

Sambungan dari bagian I........“ It’s the show time. “, bisikku ke telinganya sambil menghembuskan nafas hangatku ke dalam telinganya.“ Oh…! You’re really so naughty Nick. Really love it. Hmmmmmphhhhhhh…!”, desis dia seperti cacing kepanasan.Kuarahkan serangan berikutnya ke lehernya yang wangi parfum. Kusapu bersih semua lehernya walau terasa agak asin tapi aku sangat menikmatinya.

Aah...My True Bad Stories 3

Maaf....setahun lebih baru bisa menyambung kisah ini........Kosong……………!Ya…! Kosong…kata yang tepat menggambarkan keadaan hatiku saat itu. Setelah kepergian Mike kembali ke Singapura, hidup ini rasanya ada yang kurang. Kami yang biasa saling mengisi, kini hanya tinggal kenangan. Hidupku kosong, hampa, feels like I’m going to die. Hampir 3 bulan dia pergi dan Mike memang selalu rajin

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story