Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kontol di Museum

by Safenias@yahoo.com


Kontol di Museum

Kalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu. Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu bulan lalu dan hari Minggu yang kemarin. Ramai dan penuh sesak halaman Museum itu, karena di dalamnya ada Kebun Binatang, ada taman-taman yang indah, indah buat ukuran Nias, buat ukuran orang Jakarta atau Surabaya biasa-biasa aja ! Pada kunjungan kedua kemarin aku berkenalan dengan seorang lelaki, umurnya mungkin 40an, asli Nias, gagah, macho dan mukanya kotak-kotak yang maskulin. Pokoknya para homo tulen pasti senang dan ingin mencicipinya. Nama lelaki itu Fabius Ndururu, ia mengaku pekerja di situ, sejenak duduk melepas lelah, aku ngobrol dengan Fabius. Ternyata ia sudah kawin dan beranak, ngobrol punya ngobrol akhirnya cerita bergeser pada pengalamannya pergi ke luar daerah. “Akh saya sudah pernah mencicipi perempuan Bandung, perempuan Jakarta, perempuan Medan, perempuan sana….perempuan sini….!” Celotehnya membanggakan diri, kelihatan sekali lelaki ini tukang pamer, pembual dan segala-galanya. Ngobrol 10 menit dengan Fabius sudah kelihatan orang ini tolol, keras kepala, nggak punya otak. Yang menjadi daya tarikku hanya karena aku pengen tahu sebesar apa sikh kontolnya ? Badan begini OK, wajah macho tentu bikin semua homo penasaran seperti apa kontol dari museum, siapa tahu dapat kenang-kenangan. Aku tahu caranya, karena orang Nias terkenal mata duitan, matre dan mudah disogok ! Aku sengaja membuka dompetku yang tebal, di hadapan Fabius, isinya sederet uang 50 ribuan berbaris mesra dengan sederet uang 100 ribuan, aku berkata : “Yuk temani aku minum ke kantin” ajakku. Fabius langsung melotot melihat isi dompetku dan liurnya mungkin menetes-netes : “Ayo” jawabnya bersemangat. Kami berjalan ke belakang ke arah tepi pantai, di situ anak-anak muda berjejalan berpacaran, saling menggoda, paling dikit cari jodoh. Yang homo pasti juga banyak cari mangsa. Aku duduk memesan bir : “Fabius mau minum apa ? nanti antar aku jalan-jalan keliling yakh !” ujarku, Fabius menjawab : “Saya kopi aja, sayang minum bir mending uangnya buat saya “ jawab Fabius dengan nada materialistis. Aku buru-buru menyahut : “Itu soal gampang, minum aja dulu, nikh 50 ribu, nanti antar saya keliling” sahutku sambil menarik selembar 50 ribuan dari dompet. Ia menyambut lembaran itu dengan cepat, memasukkannya ke saku kemeja dengan mukanya sumringah, bahagia…….kesian deh lu ! Sehabis minum aku berkeliling, Fabius menerangkan ini itu dengan gayanya yang congkak. Setiap penjelasan ia selalu bumbui dengan hal-hal mistik, paling tidak bersifat klenik, jadi kelihatan sekali orang macam gini pasti percaya dukun, doyan main mistik. Iseng-iseng aku menunjuk patung-patung lelaki dengan kontol yang bertebaran seantero halaman : “Apa sikh makna patung seperti itu ?” tanyaku seolah penasaran “Oooh itu maknanya pemimpin yang mampu memberi makan bangsanya, rakyatnya, semakin besar teteknya artinya pemimpin itu bisa memberi makan lebih banyak orang, menyusui lebih banyak orang” Fabius menerangkan. “Lantas kenapa itu kontol ada yang kecil ada yang besar, ada yang ke bawah ada yang ke atas ?” tanyaku lagi “Begini…..semakin besar alat vital yang digambarkan berarti pemimpin itu semakin pemberani, semakin jagoan” sahut Fabius sambil terkekeh. Aku mesem saja sambil melirik selangkangan Fabius, memang dibalik celana blue jeansnya kelihatan menggantung daging besar. Aku mendekat ke sebuah patung, memegang-megang phallus patung batu dan nyeletuk agak keras : “Wah… nyari beginian di mana ya ?” Fabius mungkin salah dengar atau memang dia goblok, ia menjawab : “Bisa pesan di desa-desa, mungkin sekitar 1 bulan selesai, yang lebih kecil dari ini harganya 5 juta” Dasar manusia matre, belum ditanya sudah menyebut harganya. “Ha…ha…ha…. maksudku nyari barang segede gini di sini di mana ?” sergahku memperjelas “Aaah, begitu ? mana saya tahu ha ha ha” Fabius menjawab sambil ikut tertawa. Aku semakin lancang dan meneruskan :”Eh bener nikh kalau ada yang beneran aku mau banget, nyari di mana ?” sambil bergurau aku menunjuk ke selangkangannya. Fabius kelihatan terkejut, tapi ia pura-pura santai : “ Akh abang ini bisa aja, kalau yang ini sudah ada yang punya !” Aku melangkah ke tempat yang lebih sepi, Fabius tetap mengikuti dari belakang, aku masih tetap penasaran, jadi aku bilang pelan-pelan : “Ini diantara kita aja ya ! aku kepengen lihat orang Nias punya, terutama yang besar……aku ada uang sedikit buat upahnya” Fabius membungkukkan badan, seolah berusaha meyakinkan diri kata-kata “uang sedikit buat upahnya” aku mengerti bahwa Fabius mulai tergiur uangku “Ya…..aku kasih 50 ribu kalau ada yang mau kasih lihat kontol Nias yang besar” kataku memperjelas. “Gimana kalau 100 ribu “ tiba-tiba Fabius menjawab, aku tersenyum dalam hati, kena lu sekarang ! lantas aku menjawab : “Di Jakarta 100 ribu udah megang all-in, masak di sini ngliat doank 100 ribu, akh yang bener aja “ Kelihatan sekali Fabius kesal dengan jawabanku “Tidak mau ya sudah” mukanya kelihatan geram, rahangnya naik turun. “Gini deh, aku kasih 100 ribu tapi betul ya kamu carikan sekarang” kataku menantang, Fabius lantas menjawab :”Mana uangnya kamu boleh lihat sebentar lagi” Aku pura-pura menengok ke kanan kiri “Mana orangnya ? mana barangnya aku belum lihat koq uangnya sudah di minta, nanti kalau sudah aku lihat aku sendiri yang kasih, bukan kamu” kataku agak jengkel, sungguh memalukan manusia ini. Tiba-tiba Fabius berjalan cepat sambil mengatakan : “Sudah sini ikut aku……jangan ribut ya !” lantas ia berjalan menyusuri jalan setapak dan menyuruh seorang anak membuka sebuah pintu, kami masuk ke pekarangan lain dengan beberapa bangunan kecil tertutup. Fabius mengunci pintu dan berdiri membelakangi dinding “Ini kalau mau lihat kontol Nias yang besar” katanya dengan nada kejam seraya membuka celana jeansnya, dibalik celana pendek terpentang siluet kontol yang belum hidup. “Mana uangnya, ada uang boleh lihat” ujarnya sambil menadahkan tangan meminta uang. Aku memberikan selembar uang 100 ribu dan menatap selangkangan Fabius penuh konsentrasi, ia membuka celana pendeknya dan terlihat jembut maha lebat tumbuh di kulitnya yang sawo matang. Kontol Fabius kelihatan sepadan dengan badannya yang bagus, tinggi kekar dan padat. Kontol itu meski masih lemas tapi berotot berurat dan pasti panjang kalau ereksi. “Hidupin donk, lemes begitu khan nggak seru” kataku memprotes, Fabius lantas meremas-remas alat vitalnya supaya hidup “Nggak bangun kalau nggak dipegang perempuan” katanya, tangannya masih saja berusaha menghidupkan kontol yang lemas itu, aku jadi gemas “Sini aku pegangin, kepalanya kok tenggelam begitu” tanpa persetujuan Fabius aku maju dan jongkok meraba kontolnya, kepalanya aku pegang dan aku remas-remas, kontol itu menggeliat. Batangnya aku kocok-kocok dan kulupnya bergerak sehingga akhirnya seluruh kepala kontol menyembul keluar. Mungkin Fabius menikmati kocokanku yang sedap, sehingga kontolnya langsung tuing ! ngaceng ! aku membasahi telunjukku dengan ludah dan mengoleskan ke kepala kontol yang sekarang menjadi semakin keras, mungkin Fabius merasa ada licin-licin dan bikin geli sehingga ia jadi bernafsu. Apalagi badanku ramping, kulitku bersih dengan wajah yang bukan ganteng tapi imut-imut ! tentu ia juga nggak mau rugi, orang macam begini pasti biseks ! yakin dia juga pasti pengen ngeseks denganku. “Sudah isap isap aja…….cepat !“ kata Fabius. Aku langsung jongkok dan mengisap kontol Fabius, besarnya kepala kontol tidak memungkinkan aku memasukkannya ke mulut jadi ujungnya saja aku sedot-sedot, aku jilat-jilat, batangnya aku kocok-kocok. Fabius mendesah keenakan, tapi potongan orang macam Fabius jenis haus seks, tidak akan puas dengan dikocok-kocok saja. Selama lima menit mulutku ngos-ngosan menjilat-jilat kontol museum, yang punya kontol juga sudah konak edan. Ia belum puas kalau kepala dan batang kontolnya nggak njeblos semua “Hei….pantatmu bersih nggak….sudah tanggung nikh……sudah ke puncak…..buka celanamu “ kata Fabius sambil menahan gejolak nafsunya. Aku langsung melepas celana pendekku, dari tas aku keluarkan lotion penahan terik, kuoles ke kepala kontol Fabius dan kelubang pantatku, aku nungging menunggu hujaman kontol Nias…….dan heeeeeeeegh…….kepala kontol Fabius menjeblos lubang pantatku. Fabius menekan kontol kuda itu sekuat tenaga dan mendorong pantatnya maju mundur berulang-ulang, aku menahan nyeri sambil berpegangan tiang supaya tidak jatuh. Tak lama kemudian Fabius terjerembab, ia ejakulasi, pejunya meleleh dari lubang pantatku ke paha dan kaos kakiku. Aku buru-buru jongkok dan mengeden supaya seluruh peju keluar, aku usap pantatku, mengelap lelehan peju di kakiku dengan tissue dan melemparkannya ke pojok. Aku sedang memakai celana ketika Fabius yang masih terseok-seok keenakan habis ngentot mengulurkan tangan :”tambah seratus lagi donk” katanya. Orang ini betul-betul tidak tahu malu, hina dina, belum sempat pakai celana sudah minta uang. Aku merogoh dompet mengambil selembar 50 ribuan dan menjatuhkan uang itu ke lantai bekas ceceran pejunya. Lantas aku membuka pintu dan keluar dari bangunan itu. Hmmmmm……..aku berjalan keluar dari gerbang Museum, matahari bersinar cerah, pantatku mungkin lecet habis disodok kontol museum, memang gede dan keras. Lumayan juga disodomi di gudang oleh Fabius, mustinya kalau dia main enak dan sopan aku bisa kasih lebih banyak. Dalam hati aku berpikir, sayang sekali kalau hidup seperti Fabius, badan bagus, kekar, wajah lumayan macho masculine, kontol gede ! tapi kenapa goblok, nggak ada otaknya ! yang dia tahu cuma duit-duit dan mungkin dukun ! Untuk homo-homo yang doyan kontol gede, jangan lupa mampir Museum Pusaka Nias di Gunung Sitoli. Hubungi Fabius Ndruru, mau lihat dan pegang kontolnya seratus ribu perak (US 10 dollar) isap-isap atau sodomi sampai ejakulasi seratus lima puluh ribu aja (US 15 dollar). Kontol murahan meriah meledak !

###

20 Gay Erotic Stories from Safenias@yahoo.com

24/7/365

Tinggal di Arab merupakan sebuah kenikmatan, berbagai macam barang ada, harganya murah, bahan makanan dan minuman juga lengkap! dan hampir semua orang di sana yang kutemui baik-baik, terlebih para lelakinya selalu menawarkan kemaluannya dengan penuh keramahan.Setiap saat aku mau, selalu dapat kontol, pagi subuh nemu kontol, sarapan pagi….juga kontol ! jam sepuluh ada kontol, siang bolong

6 jam di jogja

Enam Jam Di JogjaIni bukan kisah sejarah perjuangan Pak Harto dalam masa Revolusi, meski judulnya sama tapi ini sejarah tidur dan bergulat dengan seorang Pakistan di atas kasur. Sama-sama seru ! Pak Harto berjuang mengandalkan pestol, cerita yang ini berjuang mengandalkan kontol.Begini ceritanya : Sebuah hotel baru akan diresmikan di daerah Losari, dekat Magelang, gerombolan kami turut di

A Tale From Arabia

A Tale From ArabiaSelama sebulan lebih aku harus bolak-balik Mecca-Medinah, tamu-tamuku bertebaran di kedua kota tersebut. Ada 36 orang di Mecca dan 54 orang di Medinah. Terus terang lebih banyak tamu-tamu menghabiskan waktu di Medinah, karena suasananya lebih damai dan sejuk. Begitu juga orang di sana jauh lebih ramah. Kotanyapun lebih rapih dan menyenangkan.Jarak Mecca -Medinah kutempuh

AKWANG

AKWANG Bulan September 2004 team kami harus mengunjungi tempat pengungsian minoritas Cina, mereka korban Gerakan Aceh Merdeka, letaknya di daerah perindustrian, kota di mana kami tinggal. Kami siap-siap dengan berbagai kebutuhan pendidikan dan obat-obatan. Hari yang ditentukan tiba, kami datang dan disambut ramah panitia pengungsi, kami langsung membagi diri sesuai tugas masing-masing.

arabian night

Sore itu aku baru saja mendarat di Ngurah Rai International Airport, segera check-in di Grand Bali Beach Hotel yang jauh dari hiruk pikuk, terlebih karena setumpuk pekerjaan yang harus kulakukan berada di daerah Renon, dekat dengan Sanur. Belum sempat beristirahat telponku berdering, rekan bisnisku mengajak makan malam di Jimbaran, segera kami meluncur ke sana. Waktu baru saja menunjukkan pukul 7

Bali The Heaven On Earth

Pagi-pagi Tante Ida menelpon dari Jakarta :”Man, anak lelaki sahabat Tante di Denver nanti mendarat jam 11 siang, mau liburan di Bali, maaf ya ! dadakan ! Tante sibuk, lupa kasih tau, nanti sekalian ke kantor, Tante transfer ke rekening BCA kamu buat uang pegangan…...” dan seterusnya…..ia memborong bicara, padahal aku masih ngantuk ! bayangkan aku baru tidur jam 2 dan jam 6 pagi Tante saya

Blitzkrieg !

Blitzkrieg !Halo-halo pencinta cerita homo ! Ini laporan pandangan mata, fresh report dari Dili, “kota sejuta kontol” Sore tadi bersama teman-teman saya pergi ngopi ke Area Branca, atau Pasir Putih, daerah tepi pantai dengan pasir yang warnanya putih. Areanya tidak besar, paling-paling hanya sepanjang 1 km, tapi di sore hari kota Dili tampak cantik dari sana, bukit-bukitnya terlihat biru dan

bread & butter

Pernah suatu kali Iwan Tirta mengatakan kepadaku “relations & sex” ibaratnya seperti bread & butter, tak terpisahkan seperti roti yang harus diolesi mentega. Hmmm….. coba pikirkan ! kata-katanya benar ! Pada pengalamanku, bila seks antara aku dan pasanganku cocok maka hubungan kami menjadi lancar, hal-hal kecil yang bisa menjadi biang keributan akan terselesaikan di atas ranjang. Atau

Dili 2008

Dili 2008Pertama kali aku melihatnya bulan Agustus 2008, di sebuah restoran bagi kalangan menengah di kota Dili, Timor Leste. Aku dan teman-teman sedang makan malam, tidak jauh dari tempat kami duduk rupanya ada perayaan ulang tahun. Sepotong kue taart besar di pasangi lilin digiring ke meja rombongan itu. Suasana penuh senda tawa dan bahagia, tiup lilin dan jepret-jepret mereka berfoto. Yang

Goyang Dombret

Goyang DombretAda sebuah kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari, setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume

Jakarta-Bandung-Jakarta

Jakarta-Bandung-JakartaHari Jumat jam 15.15 KA Parahyangan melaju dari Stasiun Gambir menuju Bandung, di atas kereta aku berkenalan dengan seorang pemuda ganteng, alis matanya tebal, bibirnya sexy, kesannya seperti Brad Pitt, tapi Melayu punya. Kami saling memperkenalkan diri, namanya Bagyo, lulusan Universitas Parahyangan, Bandung. Ia sendiri tinggal di Jakarta, tapi karena ada keperluan

Jakarta-Bandung-Jakarta Jilid II

Bagyo menyumpah-nyumpah kegelian “gue udah nggak tahan lagi nikh…..” ia mulai mempercepat goyangannya, maju mundur dengan cepat, gerakannya membuat aku kelabakan, aku mulai mengimbangi dengan menggenggam kontol itu, setengah masuk mulut setengah kujilat sambil kukocok dengan tangan. Bagyo semakin buas, tangannya menjambak rambutku menekannya sekaligus ke selangkangannya “niiiiiiiiikh… rasain

kenangan di masa lalu

Kenangan Di Masa Lalu (I)Hingga aku SMA, aku tinggal bersama orangtuaku di jantung kota Jakarta. Di sebuah rumah lama, peninggalan jaman colonial, rumah itu bagiku sangat besar, luas tanahnya saja 2000 meter. Rumah induk tempat keluarga kami tinggal membuat pembantu ngos-ngosan, karena sehari ia harus menyapu dan mengepel 2 kali. Karena terlalu besar, pavilion di sayap kanan disewakan

kisah cinta nan jauh di rantau

Mungkin aku pacaran sudah lebih dari 19 kali, maksudku pacaran yang serius, bukan sekedar hubungan badan biasa. Kadang menjelang tidur aku membuka-buka buku catatanku dan mengenang pacar-pacarku dulu. Salah satu diantaranya bernama Gandhi, karena ia paling romantic dan paling berbakti. Gandhi adalah salah satu pacar yang paling tidak akan kulupakan.Aku berkenalan dengannya tahun 1996, ketika

Kontol di Museum

Kontol di MuseumKalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu.Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu

magnum force jilid I

Magnum ForceDi ujung Jalan Kajeng sedang dibuat Bale Banjar yang baru, tukang-tukangnya sebagian besar dari Jawa. Agak lebih jauh sedikit di teras sawah, tinggal temanku Yoko, seorang perempuan Jepang yang sedang belajar menari di Peliatan. Pondok Yoko bergaya Jepang dikelilingi kolam Lotus…romantis sekali, kalau bulan purnama aku selalu ke sana, mendengarkan music, minum brem atau arak atau

MANDREHE

MandreheMandrehe adalah sebuah desa kecil, di tengah Pulau Nias. Saya menyukai desa tersebut, letaknya tinggi di perbukitan, cuacanya sejuk, dari sebuah tempat di sana kita bisa memandang Pulau Sirombu dan birunya Samudra Hindia yang seolah tak berbatas. Indah !Pertama kali ke sana, saya tercengang melihat tempat saya harus menginap, sebuah kamar di Seminari yang tidak terurus. Perlu 3 jam

Nias Pulau Seribu Kontol Jilid II

Nias - Pulau Seribu Kontol Jilid IIBetul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan

singing in the rain

Singing In The RainPerumahan Taman Setiabudi Indah di Medan sedang banyak membangun rumah mewah, bangunan setengah jadi ataupun tahap finishing gentayangan sepanjang jalan. Beberapa bangunan hanya dipagari seng, atau terbuka sama sekali, pemiliknya belum punya cukup dana untuk menyelesaikan rumah tersebut. Di bangunan-bangunan seperti itulah tukang-tukang jualan makanan bergerobak beristirahat

wayan

WayanSebulan sudah aku menetap di daerah Petitenget, Seminyak. Duapuluh tahun lalu tempat ini begitu sepi dan mungkin sebagian besar orang tidak tertarik berkunjung kesini. Tapi Petitenget kini berubah menjadi surga kaum pelancong bule kelas atas. Coba saja lihat Potato Head, W Hotel, Metish, Sardin, Bali Bakery dan semua tempat yang terbilang mahal ada di lokasi ini.Banyak hotel dan

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story