Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kakakku Bottomku pt 2

by Nathnath


Note: fiksi. Sapa aja kalo suka ceritanya via email, bisa dilihat di profile penulis. ;)

Meski sedikit menggigil terkena angin malam, aku yang hanya mengenakan sepasang celana jeans dan kaos tipis mengendarai motor, niatanku tetap teguh, teguh membuntuti Mikael untuk mencari tahu ke mana dia pergi keluar semalam itu. Di malam-malam sebelumnya terkadang, saat Mike pulang dan aku masih terjaga, aku dapat mencium berbagai wangi parfum yang aku yakin bukan milik dia. Dan aku orangnya mudah penasaran, apalagi sejak malam aku memperkosanya selagi dia tertidur dan kita tidak pernah membicarakannya, seakan itu tidak pernah terjadi.

Mike membawa mobil. Aku, terburu-buru tadi, segera saja mengeluarkan motor dan membuntutinya. Aku melihatnya memelan lalu belok dan masuk ke sebuah hotel bintang tiga. Sesaat kemudian aku pun ikut masuk, lalu memarkirkan motorku di lahan parkir outdoor hotel. Menunggu sesaat di lobby sambil membaca koran, sesekali memerhatikan sekitar, aku hampir lengah saat Mike melewatiku. Dia tadi keluar dari rumah mengenakan kaos, tapi sekarang kemeja berwarna krem, warna yang menurutku adalah khas Mike.

Dia disambut oleh seorang pria paruh baya yang pendek, berpenampilan sporty tapi agak norak, dan rambutnya yang sudah menipis dibentuk model tin-tin. Mereka berdua bergegas meninggalkan lobby naik ke kamar. Apa dia pacar Mike, tanyaku dalam hati. Atau sugar daddy? Atau ONS?

Saat itu pukul 9 malam, dan aku memutuskan untuk menunggu sampai selambatnya pukul 12 malam. Aku penasaran, itu saja, apa yang dilakukan Mike. Aku menghabiskan waktu bersantai di lobby hotel sambil setiap kali ditegur oleh staf hotel aku memberi alasan bahwa aku sedang menunggu teman, dan juga membeli sesuatu di sana, minuman, supaya semoga tidak benar-benar diusir. Untungnya hanya ada dua staf hotel yang bertugas di lobby malam itu.

Sampai tiba kira-kira pukul 11 malam dan Mike terlihat keluar dari lift, sendiri. Aku bergegas menghampirinya. Mike terdiam tampak kaget.

"Mike!" sapaku, berdekatan dengannya.

"Ran, ngapain lo di sini?" balas Ran.

"Lo yang ngapain di sini," balasku, sedikit naik pitam. "Ngelacur?"

Mike terdiam sebentar sebelum menjawab, "Bukan urusan lo." Lalu dia berjalan cepat.

Aku mengejarnya, lalu merangkulnya. "Lo digedein papa mama cuma buat jadi ginian?"

"Ngomong apaan sih lo?"

"Udah jangan jadi ribut di sini. Tunggu di sofa sana," kataku serius sambil menatapnya tajam. Mike mengangguk. Aku pergi ke resepsionis dan meminta satu kamar twin bed, menyerahkan kartu kreditku, menandatangani, dan lalu diberi kunci kamar. 603, lantai 6 kamar nomor 3.

Aku membawa Mike ke kamar itu. Sesampai di kamar, aku lekas memintanya untuk menjelaskan. Mike bercerita dengan datar bahwa dia sudah setahun ini suka dipanggil tiga pria, mereka saling kenal, untuk memuaskan nafsu mereka dan diberi uang jajan seusainya. Aku, emosi mendengarnya, menampar Mike keras-keras sampai dia tersungkur di ranjang.

Aku posesif, aku baru menyadarinya. Aku tidak rela Mike dipakai pria lain, entah sejak kapan.

"Ran!" serunya. Laku aku bungkam mulutnya dengan tangan kananku. Tangan kiriku menahan bahunya. Lalu aku menunduk dan mencium dada dan lehernya, selagi menahan badannya dengan berat badanku sendiri. Mike bergeliat antara panik dan keenakan, badannya sensitif setelah baru saja dipakai pria lain.

"Ran, lepasin! Ini ga bener," katanya. Tanpa menghiraukannya, aku membuka celanaku lalu berlutut di antara dada Mike. Kusodokkan kontolku ke muka Mike, lalu kuarahkan ke antara bibirnya yang tebal, seperti bibirku. Melihat Mike mengelak menolehkan wajahnya, aku menggenggam kepalanya lalu mengarahkannya kembali ke kontolku. Dia perlahan membuka mulutnya, lalu, memiringkan badanku ke depan, aku memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Dia tersedak. Aku keluarkan, laku masukkan lagi kontolku. Dia tersedak lagi, mukanya makin memerah. Aku mengulanginya lagi berkali-kali sampai air liur Mike berceceran di wajahnya sendiri.

Belum puas menghukumnya seperti itu, aku menyuruhnya untuk membuka celananya. Saat terlepas, kontol Mike tampak sudah tegang. Bentuk kontolnya sama persis dengan kontolku, panjang dan tebal. Bedanya adalah kulitku sedikit lebih putih dari kulit Mike, juga kulit kontol.

Aku matikan beberapa lampu kamar supaya redup. Kembali ke ranjang, aku angkat kedua paha Mike, membuka pantatnya lebar-lebar. Lubang Mike terlihat agak merah, sedikit menganga, becek, bulu-bulu halus di sekitarnya seperti tegang, pastinya karena habis dipakai oleh pria tadi. Yakin bahwa lubangnya masih licin, aku sodokkan langsung kontolku masuk ke dalam situ. Dan benar saja, masih licin dan siap menerima kontol. Ada rasa yang teramat unik saat merasakan kontolku di dalam lubang kakakku sendiri, seakan lubang itu memang dibuat untuk kontolku, seakan kontolku untuk lubangnya, seakan ini semua memang sudah selayaknya. Segala kebimbangan akan tabu itu hilang.

"Mike, kamu suka dientot, kan?" tanyaku.

Mike hanya terdiam.

"Suka bilang aja."

Mike mengangguk.

Melihatnya, aku menyodok kencang-kencang lalu kukeluarkan kontolku dalam seketika hingga Mike mengerang kesakitan. Aku menjadi kasar karena kesal mendengarnya, tapi juga sekaligus nafsu. Kuulang lagi, dan lagi, dan lagi, seakan membersihkan lubang Mike dari jejak kontol pria sebelumnya. Melihat Mike berlinang air mata, aku berhenti melakukannya dan menahan saja kontolku di dalam, lalu kuentot dia perlahan. Lalu semakin kencang.

Erangan Mike makin samar, aku makin tidak sadar sekitar semakin memuncaknya nafsuku dan kasar dan cepatnya gerakan mengentotku. Aku membalikkan badannya, mencengkeram pinggulnya sambil mengentot Mike lebih keras lagi dalam posisi doggy. Lalu dari samping. Lalu kembali berhadapan, dan tak lama kemudian aku mengisi lubang Mike dengan peju yang tak kian berhentinya keluar dari kontolku.

Lubang Mike menganga sebentar saat aku keluarkan kontolku. Aku bawa kontolku ke hadapan Mike lagi dan kutarik kepala Mike mendekatinya. "Sampe bersih," perintahku. Tidak ada kotoran di kontolku, hanya segenap peju yang Mike jilat dan hisap sampai bersih.

Aku merebahkan badanku di atas badan Mike, kami berdua masih berpakaian dari pinggang ke atas. Aku peluk Mike. "Kamu inget ga waktu kecil suka konyol, nyolong jajananku? Aku suka belagak heran siapa yang nyolong, ngga pernah ngadu ke papa mama, dan kamu terus nyolong. Tapi aku tau itu kamu." Aku genggam tangan Mike. "Dari kecil aku lebih sayang kamu daripada siapapun."

###

0 Gay Erotic Stories from Nathnath

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story