Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 4

by Alex


Jam berdentang sekali, menyadarkan gue.. bahwa itu udah menunjukkan jam 1 pagi. Gue mengisap rokokku untuk yg terakhir kalinya dan kemudian masuk ke kamarku lagi. Kulihat Singgih duduk di pinggir tempat tidur. Gue mengambil tempat dan duduk di sampingnya. Gue menatap matanya dan berkata, "Singgih, gue memilih si Ade, karena gue udah lama mencintai dia dan gak mo kehilangan dia lagi, maafkan gue, Gue gak bisa memilih elu". Singgih kemudian membalas tatapan gue dan berkata: "Gue udah menduga hal itu mas, gue udah siap atas semua ini, gue tau ini sakit, tapi percayalah gue rela kok demi kebahagiaan mas". "Gue minta maaf Singgih, karena gue harus memilih maka inilah pilihan gue", ujarku kemudian. Mata Singgih tampak berkaca-kaca, kemudian dia berdiri dan mengemasi barang-barangnya. singgih kemudian mengambil tasnya dan meminta gue mengantarkannya sampai terminal. Gue mengiyakan dan... tak ada kata-kata kami yang terucap sepanjang perjalanan. Sebelum masuk terminal, Singgih sempat berkata: "Mas, tolong jaga Ade, jangan kecewakan dia. Jangan cari kesetiaan di tempat laen. Kalo mas mau belajar menjadi orang yang setia kepada pasangan mas, di Ade lah tempatnya. Jadiin dia bf mas, jangan ada sephia, jangan perna menduakan, karena itu akan menyakitkan hatinya". Aku mengiyakan dan cuma bisa bilang terimakasih gue kepadanya atas kebaikannya selama ini, atas perhatiannya pada gue, dan atas cintanya, walau gue gak bisa membalas itu. Kemudian Singgih berlalu dan berjalan menuju bis. Gue hanya bisa memandang dia dari kejauhan. Tampak dia menaiki bis, tak ada lambaian tangan perpisahan. Dan... gue masih berdiri terpaku memandang bis itu perlahan bergerak.. menjauh. Selamat jalan Singgih... maafkan masmu ini. Tanah masih basah oleh hujan yg baru mulai datang, padahal ini masih musim kemarau, gue gak tau kenapa hujan begitu cepat datang membasahi bumi. Dan... hari berganti hari.... gue kini berjalan hanya dengan si Ade. Dan gue tau sejak pertama kali si ade menangis di pelukan gue saat gue katakan kalo gue putus ama si Singgih. Dia begitu bahagia. Tapi gue sadar.. di saat si Ade menangis bahagia... di tempat laen, si Singgih menangis kesakitan. Tapi gue gak bisa melakukan apapun.. karena gue tau.. bahwa gue ini manusia biasa, bukan malaikat yg memiliki seribu sayap untuk mendekap dan menaungi semua. Dan hari berganti hari! Gue semakin dekat dengan si Ade, walau kadang-kadang teringat oleh gue atas apa yang telah gue perbuat pada Singgih, yah gue udah menyakitinya. Gue sekarang menatap ke depan, berjalan di sisi Ade. Hari-hari gue bersama Ade begitu indah, dia memberikan bimbingan kepada gue bagaimana hidup yang lebih baik lagi. Walau dia masih anak kuliahan yg masih tergolong semester baru, dia terlihat begitu dewasa, gue bener2 menjadi orang yang penurut di depannya. Sebatas itu hal yang positif, gue gak mau menuruti keinginannya. Orang laen (yang sesama) bilang, kami pasangan yang sangat mesra. Kami selalu kemana-mana bersama-sama, saling mengisi dan menutupi kelemahan pasangannya. Banyak orang yang iri.. tapi mereka tetap menghormati kebahagiaan kami. Selama kami gak mengganggu orang laen, gue merasakan orang laen udah cukup baik dalam menjaga kemesraan kami. Tapi kadang gue merasakan kesedihan, karena ternyata si Ade dalam masalah ml agak dingin, dia sering menolak permintaan gue untuk melakukannya. Walau kadang gue melakukan ml ama dia, tapi makin lama gue rasakan makin berkurang frekuensinya. Tapi gue bener-bener bukan sepertu dulu lagi. Gue gak bisa lagi melakukan ama orang laen, walau mungkin sehebat apapun permainan orang tersebut. Karena gue begitu sayang ama si Ade. Gue gak pengen menyakiti dia. Karena dia begitu tulus mencintai gue... gue rela... gue rela untuk bersabar... dan menerima keadaaan yg ada pada dia. Gue begitu sayang ama Ade, dia begitu lembut dan sangat perasa (dia bukan termasuk type sissy). Gue lebih suka mengalah dalam masalah ml. tetapi bagaimanapun, hati gue merasa pedih. Selama ini gue begitu gampang melampiaskan nafsu birahi gue kepada temen-temen, kepada orang yang baru gue kenal. Tapi, setelah gue bersama Ade, apa yang gue harapkan malah sebaliknya, gue harus puasa. Tidak selamanya permintaan gue dia kabulkan. Gue sadar, bahwa itulah konsekuensi bercinta dan menerima pasangan kita apa adanya. Tetapi lama kelamaan gue juga jadi dingin kepadanya, gue agak jarang memeluknya lagi, cuma kecupan-kecupan kecil pada bibirnya. Tampaknya api lilin cintaku mulai bergoyang terkena angin..... Hal itu terasa pada Ade, hingga suatu ketika, daat kami berbaring di kamar gue, dia berkata: "Maaf mas, Ade akhir-akhir ini merasakan ada yang berubah pada mas Alex". "Berubah apa Ade?", jawabku sambil mengelus rambutnya dan memiringkan badan gue ke arahnya. "Mas gak seperti dulu lagi, mas semakin jarang memeluk gue dan berlaku mesra seperti dulu lagi". Gue cuma tersenyum mendengar jawabnya, seraya berkata: "Gak ada apa-apa, cuma mungkin perasaan kamu aja". "Gak mas, Ade merasakan hal yang aneh sekali, tolong mas beritahu Ade kalo Ade ada salah", ujarnya. Kemudian dia bangkit dan duduk, pelan-pelan dia rebahkan kepalannya di dada gue dan memeluk pinggang gue dari depan. Gue kembali pada posisi terlentang, hingga gue liat dia lebih enakan saat menyandarkan kepalanya. "Ade, gue sayang elu, dan gue tau bahwa elu juga sayang mas, maka alangkah jahatnya mas mu ini kalo punya pikiran negatif tentang elu", gue berkata lirih. "Iya mas, Ade percaya kok, mas Alex sayang ama Ade, tapi kan kadang ada hal-hal yang kecil yang kita gak merasa dalam kehidupan percintaan kita selama ini yang telah pelan-pelan menggerogoti tiang-ting bangunan cinta kita", balasnya sambil mempermaikan jemarinya di perut gue. "Mmmm... Ade... mas cinta kamu.. jujur aja... sebenarnya mas selama ini gak perna puas kalo ml ama elu, tapi Ade... mas bahagia dengan semua... mas udah merasa cukup , yang penting elu udah berada di samping gue..." Ade kemudia duduk dan menatap mata gue dalam-dalam...dia kemudian berkata: "Maafin Ade mas..." Aku tersenyum dan berkata: "Gak apa Ade, mas gak papa kok, kalo elu pengen mas kayak dulu lagi, sering memeluk elu, maka mas akan lakukan itu" "Mas jangan memaksakan diri", balas dia. "Ade.... kenapa gue harus merasa harus terpaksa, kan mas cinta elu", ujar gue. Kemudian gue bangkit dan memeluk dia, memeluk dia dari belakang, seperti yang dia sukai... dari gue... sambil sesekali gue mencium wangi rambutnya dan membisikkan kata-kata mesra di telinganya: "Ade... i love you". Dan seperti biasa, kami pun akhirnya berciuman... menyatukan setiap inci kulit bibir kami... menyatukan setiap tetes air ludah kerelaan cinta kami.... dan menyatukan lidah kami dalam suatu permainan lidah yang dia suka.. gue suka... selama 1 jam. Tubuh kami berpagut dalam pelukan yang keras, sesekali jari-jarinya mencakar punggung gue saat gue mencium dan menjilati lehernya... Dan dia melenguh lemah saat bibirku mengecup dadanya dan putingnya... meremas-remas buah dadanya dengan jemariku,... dan kadang gue pelan mengelus pinggangnya dengan sentuhan jemari gue. Dia memang suka dengan sentuhan pada dada dan lehernya, hingga itu yang membuat dia kadang menggigil ... giginya bergemeretak menahan kenikmatan dan kegelian saat gue sentuh dengan halus sekitar dadanya. Gue memainkan lidah gue... dari atas ke kebawah, dan tak terasa kami sudah tak berpakaian, kami kini telanjang... dalam ketiadaan diri... karena hanya ada dia dan aku... aku dan dia........ Tak ada satu lembahpun yang tersisa dari tubuhnya... semua gue jilatin dengan lidah gue.. sambil tangan jemari gue bergerak kadang pelan kadang kasar pada menekan kulitnya yang putih mulus itu. Tak ada yang tersisa... kecuali bagian kontolnya dan biji pelirnya, karena gue emang gak doyan dan dari dulu gue gak begitu suka menyentuhnya (karena gue bi top pure), cuma gue "menyentuh" bagian itu dengan tubuh gue yang laen, yang penting bukan dengan jari-jari gue. Ade tau hal itu dan mau menerima itu. Akhirnya gue memasukkan jari tengah gue ke dalam anusnya.... dengan dilumuri dengan pelicin gel terlebih dahulu.... dan gue memainkannya di dalam anusnya, dia terperangah, melenguh dalam geliat tubuh sambil jemarinya merekuh seprei di tempat tidur itu. agak lama kemudian jari telunjuk gue ikutaan masuk... dan berputar-putar di dalam anus dia... sedangkan jari gue yang laen mengocok kontol gue....setelah agak keras, baru kemudian gue memasukkan kontol gue yang udah keras itu ke dalam anusnya. dalam posisi menungging dia menahan hentakan kontol gue pada anusnya, dia terlihat memejamkan mata sambil mulutnya tampak terbuka sedikit dan mengeluarkan suara-suara lenguhan yang pelan, lenguhan keenakan. Dan gue terus menggoyang pantat gue untuk mempercepat gerakan gue dan memperdalam kontol gue dalam anusnya. Si Ade sambil nungging mengocok-ocok kontolnya yang juga tegang... Kami berpacu dalam keringat yang terus keluar... membasahi seprei... dan kira-kira 15 menit kemudian tiba-tiba Ade berteriak dan gue liat air mani dia udah keluar.... gue merasakan ketegangan yang memuncak pada lubang anusnya yang membuat jepitan kenikmatan pada kontol gue... hingga tiba-tiba membuat kenikmatan yang terasa membawa gue melayang jauh... maka tak lama kemudian keluarlah air mani gue dalam anus dia. Croot croott... agak banyak.. gue cuma bisa melenguh agak keras dan memegang kedua belah pantat dia...... dan kami akhirnya berpelukan dalam senyum kepuasan.... dan dalam basah keringat yang masih belum kering... Dia tak lama kemudian tertidur... Selamat malam Ade... selamat tidur sayangku... Yup.. udah dulu, eh tapi ini bukan yang terakhir.. masih bersambung coy.. bubye. Udah ngantuk nih. Tunggu lanjutannya yah. Untuk tanggapan kirim ke Alex (maximumsize2002@yahoo.com).


###

31 Gay Erotic Stories from Alex

A Night To Remember

It all started with the familiar thought of curiosity. For many years I dreamed of the thought of being with another guy, simply because the way my girlfriends loved to suck on me. I loved to watch them suck me dry after they would swallow my cum, until every drop was gone. After many blow jobs, I myself, wanted to suck my own cock, just to feel it in my mouth to see what was

C'était sa Première Fois

J'adore être pénétré et pénétrer les autres. Mais quand c'est fait avec une personne sur laquelle je fantasme vraiement, c'est encore mieux. Je vais à l'université et j'habite avec deux colocataires. Ils sont tous les deux très craquant mais, hélas, ils sont tous les deux hétéro. Un jour que j'étais seul avec David, qui est en passant l'un de mes meilleurs amis, je décidai d'être un

Chinese Buffet

Tonight, I didn't really feel much like making cooking or anything, and I really didn't want to be alone for the night, either. So, I got up out of my apartment and went out for some Chinese food. Downtown, there's this nice Chinese restaurant I've been to a couple of times. Every time I went, I scoped out some of the guys who worked there. I fall in love with hot, young Asian

Customs

It has been a long week. I was traveling all over Africa. I was after a case of fraud that concerned a really big number of firms in the west world. I am a journalist. I still remember those endless plane flights that exhausted me and I started thinking only about a soft bed where I could sleep. I am 21 and am a fit guy. I love sports and work out quite a lot in my free time. I

Danny Comes To Stay

I didn’t know till Tuesday or something he was going to be here, and the worst thing was he was going to come down without telling mum and dad, and they were going to have to act like they were pleased to see him and what a nice surprise and all that, but really it would be all uncomfortable cos they’ve never really been able to look him in the face since they found out

Ein Deutscher in New York

Da saß er nun in dem luxuriösen Hotelzimmer in New York und harrte der Dinge, die da kommen sollten. Großen geschäftlichen Sinn machte diese Reise nicht. Der Vertrag, den er nachmittags mit den amerikanischen Partnern unterzeichnet hatte, hätte auch per Briefwechsel geschlossen werden können. Die Konditionen waren bereits vorab durch E-Mails, Faxe, Briefe, Telefonate und

Father's Present For Son

Ever since he stared puberty I have been thinking about my son. Thinking about how soon he would start to masturbate and how his penis would start to grow. This got me very horny. I wanted him to have sex with me when he turned 14 but never asked him to in fear of someone finding out and taking him away from me. So I waited until his 18th birthday to ask him. That way he would

First & Best Time

I was about 17 when went to my college lecturer’s house for an end of term party. I got pretty hammered and at the end of the night was offered a room by this guy's wife. I accepted and she showed me to my room. About 15 minutes later, she comes back with some grass and starts rolling it up. We smoke a bit and then my lecturer comes in for a toke. She starts rubbing his thigh and

Innocence Lost

I had just finished running five miles for track when Dustin came up to me. Dustin was the hottest guy in school. He had blonde healthy hair that was stylishly parted to both of the sides of his head. He was wearing a white tank top and windbreaker pants. He must have been the most muscular guy in our school. All of the girls would cut their teeth to go out with him. "Hey

Innocence Lost Part 3

I didn't tell anyone about seeing Tyler and Dustin having sex in the woods. I couldn't help but be aroused by the whole situation. After all, I'm only human. When I got home, I was in for a pleasant suprise. Danielle was standing in my front yard talking to my mother on the patio. But a gorgeous hunk of a man was standing there with her. His hair was styled like Dustin's, but

Innocence Lost, Part 2

It had been two weeks since I had shared my first sexual experience with Dustin. The morning after, he had left before I woke. So I went home thinking I could talk to him later. Little did I know that Dustin just needed me for a one night stand. He would look at me as if I were diseased when we were at school. Every time I looked at him he was talking to his best friend Tyler.

Innocence Lost: Part 3a

Dustin removed all of his clothing and mine after he locked the door shut. The three of us got onto Tyler's bed and started to kiss each other passionately. Tyler started sucking on my hard nipples while I was frenching Dustin. I was in pure joy. My hands were grabbing Dustin's ass cheeks hard. He started cry out in pleasure. His hardened dick was rubbing against my abs. Dustin then

Jeff Hammond's Jockstrap

I'd been hearing the rumor for a week. Porn star Jeff Hammond, my favorite, had joined our health club. Needless to say, I spent a lot of extra time hanging around the gym in hopes of catching a glimpse of him working out or, better yet, showering. Finally it happened. I walked into the locker room one day and saw a tall guy with of an hourglass figure wearing nothing

Kesepian yang tiada akhir, Bag 1

Sorry pada cerita sebelumnya gue lupa mencantumkan identitas gue... ini crita gue mulai dari awal aja deh, true story.. Cinta tidak mesti harus memiliki, itu mungkin yang terjadi ama gue. Begitu banyak cinta, tapi ternyata itu hanya untuk satu orang. Gue pikir itu anugerah, dan memang sangat amat misteri. Dulu, hidup gue hanya untuk mencari cinta dengan menanamkan harapan ke orang

Kesepian yang tiada akhir, Bag 2

Cinta itu misteri, dia adalah anugerah buat kita, kita tak bisa menolaknya atau memaksa kehadirannya, so.. jagalah ia. Cukup lama gue menunggu Ade, 1,5 bulan tanpa kepastian. Hati ini semakin lama semakin hancur saat gue mendengar kemesraan Ade bersama bfnya, memang gue secara langsung tidak melihat kemesraan mereka, tapi itu cukup bagi gue. Tapi itu tak lama, suatu ketika gue

Kesepian yang tiada akhir, Bag 3

Lelaki, bagaimanapun keadaannya, suatu saat akan merasakan kesepian yang dalam saat harus mengambil keputusan. 3 hari gue bersama Ade, begitu banyak yang kami lakukan untuk saling mengenal pribadi, akhirnya gue balik ke kota gue. Seminggu kemudian Ade menyusul, karena liburannya telah berakhir, dan dia akan masuk kuliah. Beberapa hari kemudian, Singgih datang ke kota gue buat nemuin

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 4

Jam berdentang sekali, menyadarkan gue.. bahwa itu udah menunjukkan jam 1 pagi. Gue mengisap rokokku untuk yg terakhir kalinya dan kemudian masuk ke kamarku lagi. Kulihat Singgih duduk di pinggir tempat tidur. Gue mengambil tempat dan duduk di sampingnya. Gue menatap matanya dan berkata, "Singgih, gue memilih si Ade, karena gue udah lama mencintai dia dan gak mo kehilangan dia

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 5

Setelah malam itu, kami semakin deket. Kami semakin lengket. Hingga pada suatu ketika dia pindah ke rumah kontrakan, kami semakin bebas untuk "beraktifitas". Di rumah itu dia tinggal sendiri, tapi karena gue hampir tiap hari maen-maen ke rumah itu maka dia gak merasa kesepian. Sebulan berlalu setelah itu.. dan secara tidak sengaja, saat gue jalan-jalan di mall sendirian, gue

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 6

Malam berlalu begitu cepat, kami tertidur pulas. Tak ada "aktifitas apapun". Cuma ciuman kecil dia pada pipi kiri gue terasa saat gue setengah tertidur. Dan pagi itu matahari bersinar, langit cerah bertepatan dengan pertengahan bulan agustus. Gue mengantar kepergian Ferry ke terminal. Selama di mobil kami mengobrol tentang banyak hal, sungguh mengasyikkan, tak terasa macet jalan pagi

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 7

[Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan crita ini, terdapat kesalahan/kekeliruan pengetikan atau penempatan istilah. Penulis berharap bahwa kesalahan tersebut tidak mempengaruhi jalan crita secara keseluruhan. Mohon maaf kepada pembaca karena telah merasa terganggu atas kesalahan tersebut. Terimakasih atas kritikan dan saran pembaca kepada penulis pada crita ini di bagian yang telah

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 8 (akhir)

Matahari pagi bersinar cerah keesokan harinya, dan arak-arakan awan tipis di ufuk timur sana membiaskan kilau warna ungu dan merah delima sinar itu. Terlihat iringan bebek menyapu embun yang melekat pada rerumputan, dan anak-anak sekolah berlarian seakan menyambut pagi yang kemilau! Dan semua itu mengantar gue berpamitan pada Ade pagi itu. Akhirnya gue tahu bahwa Ferry bukannya makin

Laplaya en Nuestros Cuerpos 1

Ya me habían dado las vacaciones de verano y decidí irme de la ciudad una temporada.El trabajo, los horarios,los atascos, las facturas ... no me dejaban vivir mi vida.Entonces decidí irme a LA. , alquilé una casa que estaba al lado de la playa para pensar en mis cosas. La busqué alejada de la gente teniendo apenas 10 vecinos en 10 km de costa. Me encantaba esa tranquilidad, esa paz,

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1 Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Karena saya bukan asli orang Bandung, saya tinggal di sebuah rumah kost khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10 orang. Kebetulan mahasiswa semua. Salah satu hal yang saya sukai dari tempat kost saya adalah kamar mandinya. Bukan karena bersih atau

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut)

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut) (Sedikit dari cerita yang lalu : Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri, tiba-tiba Ary masuk.

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....)

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....) Sore itu hari Sabtu. Jam baru menunjukkan pukul 6 lebih sedikit. Semua orang pergi ke acaranya masing-masing, kecuali aku. Aku bengong aja sendiri. Nggak ada janji dengan siapapun, nggak punya seseorang untuk diapelin. Aku nggak tau bahwa hari itu akan jadi babak baru dalam hidup saya. Abis mandi, aku pakai kaos santai dan

No Ônibus

Era uma terça-feira à noite, e eu estava indo de ônibus do interior de São Paulo para a capital. Estava cansado só de pensar em passar sete horas sentado em um banco de ônibus, sabe lá com que tipo sentado ao lado... Para minha surpresa, o ônibus estava quase vazio, com a maioria das pessoas sentando no fundo. Eu me sentei na frente do ônibus. Na janela oposta, sentou-se um

QUÉ SUEÑO...!!!!!!!

El ordenador para mí se ha hecho completamente imprescindible y con la maravilla llamada Internet más. Por lo general acostumbro a entrar a la red (en las noches) y bajo fotos de chicos gays en acción o en sexo oral; en ocasiones entro a chat y/o busco los últimos títulos de videos boy-boy... Esto se ha incrementado increíblemente, pienso que por la situación de vivir con la

The Asian Streetpunk, Part 1: Our First Meeting

I once lived in New York City, and when I was 15, all I ever did, constantly was go back and forth to almost any restroom I could just so I could either jerk off or luckily have fun with a buddy. Even now, I still can't believe how incredibly horny I always was, especially anytime I would bump into a cute Asian guy - didn't matter if I was in the street or if I was playing a

The Asian Streetpunk, Part 2: Kissing In Chinatown

The train made its stop at Canal Street, a normally crowded part of Chinatown, New York. I walked alongside Byron, my dream boy come true, as we ventured down some of the many streets and around the many corners and through some of the many allies. I also took my random peeks at some of the other guys around me, but, of course, my mind never once left Byron. By this time, I felt

The Dream Biker

(This is all fiction) I was only 16 years old, when I met the most remarkable human being I ever came across. I fell in love from just one glance at his face...as well as his body. One day, during the summer break, school was already out and all of my friends had already left town to go on their own fun little trips over the vacation. Being in such a small, fairly quiet

Twinks

STORY #93 TWINS Alicia wrapped the robe around her lithe nude body and padded down the thick carpeted hall to her eighteen year old twin brother Alexander’s room. She knocked on the door, and without waiting for an answer, opened it and went inside. Alex was lying on his bed reading his history book, and only looked up when his sister asked, “Ready for our good night kisses?” “Where

###

Web-01: vampire_2.1.0.01
_stories_story