Aditya memperhatikan layar atm. Senyumnya langsung mengembang. Saldo tabungan dollarnya bertambah lagi bulan ini. Ada transfer baru dalam jumlah yang cukup besar. Transfer yang Aditya tahu persis darimana datangnya. Darimana lagi kalo bukan dari Praha. Tepatnya dari International Male Video, produsen film porno yang pernah mengontrak Aditya untuk membintangi beberapa judul film mereka.
Sesekali terbit penyesalan di benak Aditya, kenapa ia begitu nekat untuk ikut bermain dalam film porno waktu itu. Lebih gilanya lagi film yang dilakoninya itu bertemakan gay. Mau tak mau Aditya harus harus bersedia melakukan adegan-adegan ngentot sesama lelaki yang tak pernah dibayangkannya akan dilakukannya sebelumnya.
Kenangan-kenangan saat syuting di Bali dan Nusa Tenggara Barat tiba-tiba muncul di depan mata Aditya. Kenangan-kenangan itu muncul bak film yang sedang diputar di layar atm. Momen-momen saat ia harus melakukan adegan senggama bersama Robbey, salah seorang aktor Praha, di tengah padang rumput membuatnya tertawa sendiri.
“Stop! Stop! Hentikan,” teriak Aditya. Robbey yang sedang menungging menantikan penetrasi yang akan dilakukan Aditya di duburnya sontak kebingungan.
“What’s wrong?” tanya Robbey dalam bahasa Inggris berdialek Cekonya yang terdengar aneh. Robbey mengangkat tangannya memanggil Frans, sang sutradara.
Frans langsung mendekati keduanya. Sekaligus ia membawakan handuk untuk menutupi tubuh kekar kedua cowok ganteng yang sedang telanjang bulat itu.
“Kamu kenapa?” tanya Frans menggunakan bahasa Inggris pada Aditya.
“I’m sorry. Tiba-tiba saya tidak bisa ereksi,” sahut Aditya.
“Kenapa bisa begitu? Kamu kurang konsentrasi mungkin,” kata Frans.
“Mungkin. Tiba-tiba saya merasa kuatir. Jangan-jangan ada orang lain yang melihat. Akibatnya ya begini. Kontol saya yang tadi udah keras di oral Robbey langsung lemes,” jawab Aditya malu-malu. Rasanya ia malu sekali pada Robbey dan Frans karena ketahuan gak bisa ngaceng.
“Hahaha, kamu ada-ada saja. itu tidak usah kamu fikirkan. Sudah ada orang lain yang mengurusi hal itu,” kata Robbey tertawa geli.
“Ya. Apa yang dikatakan Robbey itu benar. Kamu harus rileks. Kamu tidak perlu khawatir ada orang lain yang akan menonton apa yang kamu lakukan disini. Situasi sudah aman. Sekitar lokasi tempat kita syuting ini sudah dijaga oleh beberapa orang. Untuk apa Jaka menghubungi kenalannya di Bali kalau tidak untuk ditugaskan mengamankan lokasi ini,” sahut Frans menjelaskan.
Memang jauh-jauh hari Jaka sudah menghubungi kenalannya di Bali. Mas Prawiro, seorang anggota TNI yang bertugas di Pangdam Udayana. Mas Priwiro inilah yang bertugas untuk mengamankan lokasi sekitar mereka melakukan syuting. Ada dua orang tentara muda yang diajak Mas Prawiro membantunya. Keduanya adalah anggota Mas Prawiro.
Pertama kali bertemu dengan Prawiro dan dua anggotanya itu, Aditya sungguh tak habis pikir. Kok bisa-bisanya tentara seganteng dan sejantan mereka ini bisa doyan laki-laki juga.
“Elo sendiri kok bisa?” kata Rhino menyampaikan pertanyaan balik pada Aditya saat ia menanyakan pendapat sahabatnya itu atas pertanyaannya.
“Beda dong No, gue kan gak lebih dari sekadar mencari duit,” jawab Aditya membela diri.
“Hehehe. Mencari duit diantara mencari kepuasan birahi juga kan?” tanya Rhino menyindir.
“Kalo dipikir-pikir, ya.. ada benarnya juga,” sahut Aditya tersenyum nakal. Jadilah keduanya tertawa tergelak-gelak dan menghentikan pembahasan soal tentara-tentara ganteng itu.
Mendengar penjelasan Frans, Aditya sekuat tenaga mencoba menghilangkan segala kekhawatirannya. Ia mencoba berkonsentrasi mengembalikan birahinya. Meskipun memakan waktu yang cukup lama untuk merangsang Aditya kembali, Robbey berhasil juga membuat cowok itu dapat melakukan tugasnya dengan baik. Akhirnya, ditengah padang rumput luas yang terbentang indah, Aditya menggarap Robbey dengan buas dan garang. Kontolnya bergerak cepat berulang-ulang menembus ke dalam lobang pantat Robbey yang licin berlumuran KY.
Suara ketukan di pintu kaca atm menyadarkan Aditya dari lamunannya. Ada tiga orang yang sudah antri menunggu giliran di balik pintu kaca. Aditya segera mengambil kartu atmnya dan buru-buru keluar dari ruang atm. Berkali-kali ia meminta maaf pada orang-orang yang antri tersebut. Benar-benar Ia tidak enak hati karena telah membuat orang lain menunggu lama. Dengan wajah merah penuh malu Aditya meninggalkan atm dengan tatapan sewot dari orang-orang yang antri menunggu tadi.
Scene 02
Aditya bersiap-siap akan berganti pakaian di ruang ganti club milik Jaka. Ia baru saja selesai melakukan tugasnya menari erotis di atas panggung tadi. Tubuhnya yang penuh keringat dikeringkannya dengan handuk. Tarian erotis yang dilakukannya memang cukup menguras tenaga. Saat akan melepaskan celana dalam mungilnya dan menggantinya dengan celana dalam biasa, tiba-tiba Jaka nongol di pintu ruang ganti.
“Dit, ada yang nungguin kamu tuh. Di meja bar,” kata Jaka kenes. Matanya liar menatap ke tubuh kekar Aditya yang semi telanjang.
“Siapa?” tanya Aditya. Ia tak menghiraukan tatapan liar Jaka padanya. Sudah sangat biasa buat Aditya dan teman-temannya, sesama penari yang lain, dipelototi mesum oleh banci pemilik club malam itu. Dengan cuek ia mengganti celana dalamnya. Jaka semakin bernafsu memandangi tubuh Aditya. Khususnya di sekitar selangkangan cowok ganteng itu. Seperti orang kelaparan yang siap melahap, Jaka melotot memandangi kontol Aditya yang gemuk panjang berhiaskan bulu-bulu jembut yang lebat. Ia sampai terlupa untuk menjawab pertanyaan Aditya.
“Ngelihat sih boleh aja. Tapi jangan sampe melotot gitu dong. Entar mata elo keluar tuh saking melototnya,” kata Aditya mengejek. Selesai menggenakan celana dalam putih menutupi kontolnya, Aditya langsung menggenakan celana jeans dan kaos oblongnya. Jaka terlihat kecewa karena tontonan gratisnya usai.
“Habis gede banget sih Dit. Kan bikin pengen..,” kata Jaka sok manja.
“Pengen apa? Pengen digampar?”
“Digampar titit kamu, mmm siapa takut?”
“Enak aja. Udah, siapa yang cari gue?”
“Elo liat aja sendiri. Pasti elo surprise deh,”
“Siapa sih?” tanya Aditya. Ia jadi penasaran pengen tahu siapa yang mencarinya. Segera ia keluar ruang ganti menuju ruang utama club. Tempat tamu duduk-duduk sambil minum dan menyaksikan tarian erotis di panggung. Jaka mengintili Aditya dari belakang.
Suasana ruang utama heboh sekali. Hingar bingar musik memekakkan telinga. Ditambah lagi sorak sorai pengunjung club yang riuh. Rhino, sahabat Aditya sedang memberikan bonus pada seorang pengunjung. Kontolnya yang ditutupi celana dalam mungil sedang disapukannya pada wajah seorang pengunjung. Laki-laki.
“Dasar homo,” kata Aditya dalam hati. Belakangan ini semakin banyak saja homo yang mengnjungi club malam milik Jaka selain tante-tante girang. Dan mereka sama nekatnya dengan tante-tante itu. Minta bonus juga seperti apa yang dilakukan Rhino itu. Karena tip yang diberikan para homo itu gede, malah lebih gede dari tip tante-tante girang, tentu saja Aditya dan teman-temannya yang lain sesama penari bersedia memberikan bonus. Lumayan nambah-nambahin duit kantong. “Mana Jak, orang yang nyari gue?” tanya Aditya dengan suara setengah berteriak. Ia harus mengalahkan suara hingar bingar musik agar Jaka bisa mendengar suaranya.
“Itu. Yang duduk di meja 5,” sahut jaka sambil menunjuk ke sebuah meja yang diduduki oleh tiga orang bule.
Satu orang bule yang duduk di meja itu sangat di kenal oleh Aditya. Dia adalah Robbey. Dua orang lagi tidak dikenalnya. Dengan bergegas penuh kegembiraan karena lama tak berjumpa, Aditya menuju meja yang diduduki oleh Robbey.
“Hai Rob,” kata Aditya. Tangannya menepuk bahu bule itu. Robbey menoleh. Senyumnya langsung mengembang saat melihat Aditya.
“Hai Aditya. How are you?” tanyanya dalam bahasa Inggris yang tetap saja masih terdengar aneh di kuping Aditya.
“I’m fine,” sahut Aditya. Keduanya berjabat tangan erat sambil tertawa-tawa. Melepas rindu karena lama tak berjumpa.
“Lama tak bertemu Dit,” kata Robbey.
“Iya. Hampir satu tahun ya Rob. Bagaimana kabarmu?” tanya Aditya. Keduanya berbicara dalam bahasa Inggris yang sama-sama kurang bagusnya. Hehehe.
“Baik-baik. Aku sudah punya putra satu lagi. Nih lihat,” kata Robbey. Ia mengambil foto kecil dari dompetnya lalu menunjukkannya pada Aditya dengan bangga.
“Bayi yang ganteng. Seperti bapaknya,” komentar Aditya.
“Tentu saja. kamu sendiri bagaimana? Sudah kawin dengan pacar kamu itu?”
“Belum. Tak lama lagi Rob,”
“Syukurlah. Masih dengan pacarmu yang dulu itu kan? Siapa namanya? Saya lupa,”
“Donna. Tentu saja aku masih sama dia. Aku sayang banget sama dia Rob. Dia bener-bener mengerti diriku. Gak ada niat untuk cari yang lain deh,” kata Aditya nyengir.
“Bagus. Aku senang mendengarnya. Bagaimana pekerjaanmu? Lancar?”
“Sementara ini masih lancar. Aku masih bekerja di hotel dan merangkap jadi penari disini,”
“Rhino juga kan?”
“Ya. Itu dia. Yang sedang menari,” tunjuk Aditya
“Ya aku sudah melihatnya sejak tadi,” sahut Robbey. “O, ya kenalkan, ini dua temanku dari Praha,”
Kedua bule yang sedari tadi memperhatikan Robbey dan Aditya ngobrol, mengulurkan tangannya pada Aditya. Mengajak berkenalan. Yang satu bernama Marc sedangkan yang lain bernama Jan.
“Mereka berdua adalah asistenku,” kata Robbey menerangkan.
“Asisten? Maksudnya? Kamu maen film pake asisten sekarang?” tanya Aditya bingung. Masak jadi bintang porno aja pake asisten segala?
“Bukan asisten bermain film. Asisten dalam penyutradaraan dan produksi. Aku sekarang sudah jadi sutradara sekaligus produser Dit,” kata Robbey menjelaskan.
“Hebat, sudah berapa judul film kamu buat?” tanya Aditya surprise.
“Baru sepuluh,”
“Semuanya film gay?” tanya Aditya. Untuk jumlah film yang bisa diproduksi Robbey dalam setahun bagi Aditya bukanlah hal yang luar biasa. Karena pernah terlibat dalam pembuatan film porno Aditya tahu persis bahwa pembuatan film porno biasanya beberapa judul sekaligus.
“Nope. Tiga film gay, selebihnya normal,”
“Bagus, bagus. O, ya dalam rangka apa nih kemari? Mau bikin film lagi?”
“Ya. Rencananya begitu,”
“Bintangnya sudah ada dong,”
“Sudah. Rencananya kita syuting dua hari lagi,”
“Dimana? Di club Jaka ini lagi?”
“Ada juga yang berlokasi disini. Tapi banyaknya di hotel saja,”
“Bintangnya orang Indonesia juga?”
“Of course. Makanya saya kemari,”
“Hebat. Ternyata ada juga generasi penerus kami, hehehe,” kata Aditya terbahak.
“Hahaha. Siapa juga yang gak mau duit Dit,”
“Bener juga. Hahaha. Ngomong-ngomong, siapa yang rekrut? Si Jaka ya,” tuduh Aditya.
“No, no. Kami membuka pendaftaran melalui internet. Yang berminat cukup banyak. Sampai dua ratus orang. Setelah kami seleksi kembali, ada sepuluh orang yang sudah kami hubungi,”
“Kok sedikit sekali? Kenapa yang lainnya?”
“Kamu kan tahu kriteria bintang yang kita rekrut Dit. Tidak sembarangan. Menarik, dan jantan. Penampilan tidak boleh seperti Jaka, hehehe,”
“Hehehe, bener-bener. Tapi ngomong-ngomong kok dah banyak banget ya orang nekat sekarang ini di Indonesia? Berani-beraninya ngelamar untuk jadi bintang porno. Untuk film gay lagi,” tanya Aditya bingung.
“Mmmm… I think mereka terinspirasi dengan kalian,” sahut Robbey.
“Maksudnya?” tanya Aditya lagi. Ia makin bingung.
“Bisa jadi mereka melihat film kalian. Atau membaca profil. Setelah itu mereka tertarik jadinya,”
“Kok bisa? Bukankah film itu tidak di edarkan di Indonesia? Atau kalian membohongi kami dan mengedarkannya disini,” kata Aditya. Ia mulai marah. Jantungnya mulai berdegup kencang. Khawatir jangan-jangan film itu memang di edarkan di Indonesia.
“No. Film itu tidak pernah di edarkan di Indonesia. Kami sangat menghorami kesepakatan yang sudah dituangkan dalam kontrak,”
“Lalu? Kok mereka bisa tahu? Dari mana jalannya?”
“Tentu saja dari internet. Darimana lagi? Film kalian kan dipromosikan melalui internet. Termasuk juga profil kalian,”
“Hah?!!!!” Aditya kaget luar biasa. Ia tak bisa berbicara sepatah kalimatpun lagi. Kepalanya terasa berkunang-kunang. Pengen pingsan saat itu juga.
[BERSAMBUNG...]
Pernikahan Aladin dengan Putri Jasmin menorehkan luka di hati Jafar. Setiap kali melihat pasangan pengantin baru itu bermesraan, hati Jafar terasa sangat perih. Keinginannya untuk bisa mempersunting Putri Jasmin kandas karena Aladin. Sejak pernikahan Aladin dan Putri Jasmin tak ada yang dipikirkan oleh Jafar selain bagaimana cara untuk memisahkan keduanya. Jafar mulai menyusun rencana untuk
BAB I PERKENALAN Siapa yang tak kenal Andre? Si cowok populer di SMU Dwi Warna. Tinggi, ganteng, atletis, ramah, kaya namun tidak sombong. Jabatannya banyak mulai dari Ketua OSIS, Komandan Paskriba, Ketua PMR, sampai Ketua Kelas pun dia pegang. Andre jago segala jenis olah raga yang ada di sekolah. Basket dia bisa, voli juga, sepak bola apalagi, renang top, dan, belum pernah ada yang sanggup
Setiba di rumahnya, Calvin tak mampu memandang wajah Andre saat menyuruhnya masuk. Ia takut Andre menyadari perbesaran ukuran kontolnya sepanjang perjalanan mereka. Andre sendiri kelihatan sangat cuek. Sepertinya ia tak menyadari apa yang terjadi dengan Calvin sepanjang perjalanan tadi. Seperti juga kemaren sore. Rumah Calvin terlihat sepi. Saat itu jam menunjukkan pukul 18.30 wib. Pada Andre,
Scene 01 Aditya memperhatikan layar atm. Senyumnya langsung mengembang. Saldo tabungan dollarnya bertambah lagi bulan ini. Ada transfer baru dalam jumlah yang cukup besar. Transfer yang Aditya tahu persis darimana datangnya. Darimana lagi kalo bukan dari Praha. Tepatnya dari International Male Video, produsen film porno yang pernah mengontrak Aditya untuk membintangi beberapa judul film
I Adalah Indra. Seorang suami baik hati. Saking baiknya, segala kemauan istrinya dituruti. Mirna, istri Indra, emang terkenal garang dan ceriwis. Segala urusan Indra diaturnya. Bila Indra tak mengikuti aturannya, maka Mirna akan betah untuk ngomelin suaminya itu seharian. Daripada pusing dengerin omelan istrinya yang bak radio rusak itu, Indra akhirnya lebih memilih untuk mengalah dan
IV “Mir, gue harus ke luar kota Jum’at depan. Mungkin baru pulang hari Minggu sore,” katanya dengan suara pelan pada istrinya yang sedang ngos-ngosan usai “memperkosanya”. “Mau ngapain emangnya?” tanya Mirna mendelik sewot. “Bos nyuruh gue ikutan out bond. Dengan temen-temen sekantor,” sahut Indra. Itulah alasan yang diciptakannya dalam beberapa minggu ini. “Apa gak bisa nolak?”
I “Ouhhh… ahhhh…… ahhhhhh…….ahhhhhhhh………. goddhhhhhh…,” tubuh sintal Yayuk menggelepar. Kedua lengannya mengepit erat-erat punggung lebar berotot milik Yosep, laki-laki muda yang sedang menyenggamainya dengan liar. Jemari Yayuk mencakar punggung bersimbah keringat itu. Matanya terpejam. Selangkangannya ditekannya sekuat tenaga ke atas. Menyatukannya dengan selangkangan milik Yosep. “Ohhh..
I “Ouhhh… ahhhh…… ahhhhhh…….ahhhhhhhh………. goddhhhhhh…,” tubuh sintal Yayuk menggelepar. Kedua lengannya mengepit erat-erat punggung lebar berotot milik Yosep, laki-laki muda yang sedang menyenggamainya dengan liar. Jemari Yayuk mencakar punggung bersimbah keringat itu. Matanya terpejam. Selangkangannya ditekannya sekuat tenaga ke atas. Menyatukannya dengan selangkangan milik Yosep. “Ohhh..
III “Mas, gue pergi dulu ya,” kata Budi pamit pada Kamal. Ia terlihat rapi dengan setelan jean, kaos oblong, plus jaket kulit yang ngepas ditubuhnya yang ramping berotot. “Mo kemana kamu?” tanya Kamal yang sedang asik menonton siaran berita di televisi. “Biasa mas, ngapel ke rumah Fiona,” sahut Budi cengengesan. “Jangan kemalaman pulangnya,” pesan kamal. “Beres boss,” sahut Budi
VI “Kok kamu marah ke gue Rul?” tanya Luthfi tanpa merasa bersalah. “Pake nanya lagi kenapa gue marah. Kelakuan kamu itu yang bikin gue marah!” sahut Rully dengan suara tinggi. “Gak sopan banget kamu itu. Gini-gini grade gue jauh lebih tinggi dari kamu Luth,” Rully benar-benar berang. “Sabar Rul, sabar. Gue kirain kamu emang suka maen begituan, maka…,” kata-kata Luthfi terpotong karena
I Wajah Luthfi keruh saat keluar dari ruangan Pak Sujono, kepala bagian umum kantor tempatnya bekerja. Berjalan menuju basement gedung kantor ia terus terdiam. Rekan-rekan sekantornya yang menegur tak dihiraukannya. Termasuk Grace, sekretaris Kepala Cabang yang sexy. Padahal. Kalau suasana hatinya sedang senang, sekretaris ini tak pernah luput dari godaan mesumnya. Sehari tak ngobrol jorok
III Ferry membereskan berkas-berkas hasil pekerjaannya dan mengumpulkannya semua ke dalam satu map. Berkas-berkas itu adalah data-data keuangan dan kegiatan usaha kantor cabang yang sedang diperiksanya. Sebagai pemeriksa internal, setiap akhir tahun ia memang bertugas untuk memeriksa perkembangan usaha dan keuangan kantor cabang perusahaan mereka yang bergerak di bidang jasa konstruksi.
I “Ohhhh… paaa.. pahh.. ohhh… ohhh… aku nyampe pahh.. ohh..,” aku mengerang keras. Seluruh tubuhku bergetar hebat. Orgasmeku meledak sudah. Sementara itu Hendra, suamiku, terus saja menggenjotkan pantatnya turun naik dengan cepat dan menghentak-hentak. Ia belum juga menyudahi aksinya mengentotiku. Padahal sudah hampir satu jam kami melakukan persenggamaan ini, tubuhku sudah dibolak-balik
VII Berkali-kali aku dan Yasmin sudah orgasme. Namun suami-suami kami masih juga perkasa. Yah inilah akibat obat perangsang itu. Selama ini tidak pakai obat perangsang saja meraka sudah perkasa. Apalagi ditambah obat seperti ini. Tubuhku dan Yasmin sudah terasa remuk. Rasanya aku pengen segera menyudahinya. Namun kedua suami kami sepertinya masih ingin terus dan terus. akhirnya pada pukul
I Hendra segera meninggalkan kantor setelah jam kerjanya usai. Istri tersayangnya, Yona, hari ini berulang tahun. Sesuai dengan pesan istrinya tadi pagi, ia harus pulang segera malam ini karena ada pesta kecil-kecilan yang akan diadakan nanti malam. Sepasang suami istri, sahabat istrinya akan datang juga untuk ikut merayakan ulang tahun istrinya malam ini. “Kok buru-buru sih pak? Mau
V Yona dan Yasmin sudah sangat lelah. tubuh meraka terasa remuk dientoti oleh Vito dan Hendra tanpa henti. Sementara itu suami-suami mereka masih belum terpuaskan juga. masih ingin lagi dan lagi. “Udah mas, udah. Capek nih,” kata Yasmin menghiba pada Vito yang masih menggenjot memeknya. Padahal saat itu Hendra sudah berdiri di samping mereka minta gantian setelah dia berhasil mengalahkan
VII Yasmin sudah tertidur lelap. Sementara itu, Yona merasa matanya berat. Meski sangat ingin menyaksikan juga bagaimana keperkasaan suaminya menggempur Vito, namun ia sudah tak sanggup lagi menahan kantuknya. Tak lama kemudian, Yona jatuh tertidur. Vito masih rebahan diatas tubuh Hendra. Entah mengapa Hendra merasa nyaman dalam posisi seperti itu bersama Vito. Apalagi setelah mengetahui
I Sebenarnya aku sangat malu menceritakan hal ini. Karena apa yang akan kuceritakan nantinya adalah aib bagi diriku. Selama ini cerita itu aku simpan saja di batinku yang membuatku akhirnya jadi tertekan batin seperti ini. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku benar-benar bingung. Sebelumnya kuperkenalkan dulu diriku. Namaku Merry. Usiaku dua puluh empat tahun. Aku menikah pada usia dua puluh
III Aku benar-benar tak habis pikir mengapa mereka bisa melakukannya. Kok bisa-bisanya suami melakukan sodomi pada Darwin dan keponakanku itu bersedia. Malah kulihat dia sangat menikmatinya. Apa tuh bocah gak kesakitan lobang pantatnya diobok-obok kontol suamiku yang gemuk panjang bak timun itu? Kepalaku jadi pusing. Tapi meski begitu aku tetap terus mengintip apa yang mereka lakukan. Aku
© 1995-2024 FREYA Communications, Inc.
ALL RIGHTS RESERVED.