Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Nias Pulau Seribu Kontol Jilid II

by Safenias@yahoo.com


Nias - Pulau Seribu Kontol Jilid II Betul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan tidak punya bekas-bekas luka. Inilah kelebihan orang Nias kulit mereka mulus-mulus, seperti Cina. Mereka juga tidak bau badan, sejujurnya aku suka dengan mereka, secara fisik mereka tidak mengecewakan, mainnya juga total, tidak malu-malu. Yang bikin kecewa banyak dari mereka mulutnya tidak bagus, suka mencuri dan mereka orang yang pemarah dan pendendam. Jadi aku agak hati-hati menghadapi Fasi, terlebih baru pertama kali ini ia datang menginap di rumahku. Aku menyuruh Fasi cuci kaki dan tangan, lantas menyuguhkan sedikit kue-kue “cobain dulu, kue-kue dari Jakarta” tawarku, tapi Fasi rupanya kurang berselera, ia menyuruh aku duduk di sampingnya. “Duduk sini saja Bang, aku mau yang seperti tadi, tidak mau kue-kue” katanya sambil menggosok-gosok pangkal celananya. “Kamar tidur Abang di atas atau di bawah ?” sambungnya lagi sambil celingukan. “Aku tidur di atas, di sini khan hanya untuk duduk-duduk dan masak” jawabku. Lantai bawah rumahku hanya 5x5 meter, begitu juga di atas, kamar mandiku terletak terpisah, ini tempat tinggal yang menyenangkan bagiku. Fasi minta ijin melihat lantai atas, untung barang-barang yang aku anggap berharga sudah aku sembunyikan, jadi aku biarkan ia naik ke atas. Lebih dari 30 menit Fasi tidak turun-turun, aku segera menutup pintu dan jendela lalu naik ke atas. Anak nakal itu rupanya sudah pasang aksi, ia rebahan di ranjangku telanjang bulat. “Heh ngapain kamu ?” tegurku kaget “Ah sudahlah Bang, jangan buang-buang waktu, aku sudah nggak tahan minta pengalaman” katanya, lantas ia memain-mainkan alat vitalnya supaya bangun. Aku naik ke pembaringan dan memeluk badannya :”kamu itu anak nakal ya, sabar donk, khan ada waktu sampai pagi” bujukku sambil menciumi kuduknya, tanganku asyiik menggosok-gosok rudalnya yang mulai hidup. “Nah gitu donk Bang, aku pengen tau aku kuat main berapa kali hari ini, aku suka sekali main sama Abang, enak sekali.” Katanya sembari melepaskan kaosku dan memain-mainkan susuku. Kami bertelanjang bulat di ranjang sambil berpelukan ngobrol kian kemari, kadang aku menjilati lehernya sengaja membuat ia terangsang. Ia juga menggelitik-gelitik ketiakku, mendorong-dorong kepalaku ke arah burungnya. “Bang ayolah, sudah tegak kian burungku, ndak sabar dia minta dicium !” Tapi aku sudah punya strategi baru untuknya, jadi aku pura-pura melengos sehingga burungnya lewat dari mulutku. “Bang ayolah…..macam apa ini Abang mau” ia memprotes karena aku tidak memasukkan kontolnya ke mulutku, ia makin penasaran, sementara aku hanya menjilati bijinya dan selangkangan. Fasi mungkin sudah nafsu ke ubun-ubun dan ingin cepat-cepat ngesex, jadi dia mendorong-dorong kepalaku lagi supaya aku jilat dan isap alat vitalnya yang tegak mengeras sehingga uratnya muncul seperti varises. Aku meludahi kontolnya sedikit setelah itu baru aku masukkan mulut dan kutarik perlahan berulang-ulang. “shhhhh….ssshhhh nakh gitu Bang…..enak kali….” Ujarnya sambil melebarkan senyum, kelihatan sekali kalau Fasi kegirangan. “terus Bang…….terus saja…..jangan dilepas…..enaaaak” katanya sambil mengelus-ngelus tubuhku. Aku merayap ke atas, sambil mengocok kontolnya mulutku menjilati bulu jembutnya yang belum lebat, perutnya aku ciumi dan jilati, naik lagi ke pentilnya dan lehernya. “Abang……bang………geli bang…….enaaak kali bang !......isap lagi bang biar cepat keluar” pintanya sambil kegelian dan menghentak-hentakkan badannya. Aku tahu dia mulai mencapai tingkat birahi yang tinggi, aku langsung duduk di atas badannya, alat vitalnya yang basah oleh ludah terasa sudah super keras aku arahkan ke duburku. Fasi sempat terkejut dan mau protes tapi…..bleep…… …jebret….. kepala kontolnya keburu masuk menembus otot cincin duburku. Sesaat mulut Fasi membentuk huruf O yang sangat besar matanya terbelalak, nyalang tapi kemudian bibirnya menyungging senyum merekah…….”hhhhhsssssss……woooooowww……..Abang memang hebat…….oooh Abang memang hebat…….” Fasi keenakan tangannya mencari-cari kontolku, dikocok-kocoknya burungku yang juga minta dienakin, tanpa dikomando Fasi menggerak-gerakan pantatnya naik turun, aku memutar-mutar pinggul. Komposisi gerakan sex maha sempurna membuat kami berdua terasa melayang, angin laut dan gemeresik nyiur menambah keindahan malam. Fasi menggigit bibirnya menahan rasa nikmat yang luar biasa, tiada kata-kata yang terucap, ia menggoyangkan pantatnya perlahan penuh perasaan : “Baaaaang……..enak kaliiiiiiii” hanya itu yang dikatakannya, aku sendiri merasa keenakan dengan kontol yang mengganjal di rongga pantatku, ada rasa sakit, tapi hanya sedikit dibanding rasa nikmat yang tak dapat kugambarkan duduk di atas tubuh remaja ini. Aku merasa seolah-olah seperti anak kecil yang sedang duduk di atas kuda-kudaan di Taman Hiburan, bahagia menikmati kesenangan tak terlukiskan, misalnya aku di suruh turun dari kuda-kudaan ini tentu saja aku tidak akan mau. Begitu juga Fasi, wajahnya menampakkan kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan sekaligus. Akhirnya capek juga aku ngongkong seperti itu, aku mengganti posisi, berbaring dan mengangkat kakiku, Fasi segera mengerti apa yang harus dilakukan, ia langsung mengangkat kakiku ke bahunya dan mengarahkan alat kelaminnya ke lubang anusku yang sudah basah dengan pelicin alam. Meski demikian sekali tekan tidak cukup membenamkan kontol besar itu, Fasi perlu menekan sekali lagi supaya alat vitalnya benar-benar ambles ke dalam anusku. Sebelum menggoyangkan kontolnya, ia masih sempat mencium bibirku :”I love you Bang…..betul Bang…..aku sayang sama Abang” bisiknya, lantas ia mulai bergerak maju mundur melanjutkan persetubuhan kami. Gerakannya makin lama makin cepat, makin cepat lagi sampai suara ranjangku berderak-derak seperti kurang minyak…..kkkrrrik…kkrrrikk …kkrriik. Fasi sudah semakin nafsu, ia tidak memperdulikan sekelilingnya, jepitan pantatku rupanya benar-benar sesuai dengan seleranya. Ia mulai mendengus-dengus : “uuuukh…..uuukkh…….mmmmm” matanya terkatup, mulutnya kadang ternganga, liurnya menetes-netes. Betul-betul dia sudah keenakan gerakannya semakin gila, seperti jarum mesin jahit menembus kain sutra……..aku jadi kelojotan digarap seperti ini. Tanganku menjambak-jambak sprei sampai kusut, tapi Fasi tidak peduli, ia semakin menekan tubuhnya ke badanku, ia menekan melonggarkan dan menekan lagi berulang-ulang dengan irama cepat, kontol Fasi menggesek liang anusku dengan suara ribut….clepaaak….clepppak…..clepppak, bijinya kadang tabrakan dengan bijiku sehingga rasa geli dan nikmat itu semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba Fasi menunduk dan menekan dadaku , tangannya merangkul leherku, bibirnya melumat leher, telinga dan mencari-cari mulutku, aku dicipoknya dengan ganas bersamaan dengan….cccccrrrrrroooooooooot……. crrrroooooooot………cccrreeeeeeeeeeeeeeeeeet………creeeeeeeet !!!!!!!! Air maninya menyembur di dalam lubang anusku. “Baaaaaaaaaaaaaaang…………..aku…muuuntaaaaah………” serunya sambil menekan kontolnya lebih dalam, dengan spontan aku memainkan otot cincinku kendor rapat kendor rapat berulang-ulang sehingga Fasi menjerit-jerit kecil :”iiiiiiikh……iiikhhhhh…….oooooohh” Fasi terus saja mendekapku lama. Alat vitalnya aku jepit di lubang dubur, ia mencoba melepasnya, tapi akibatnya ia merasa geli dan nyeri…….”aaaaaaakh……..bang………aaaakh” setelah beberapa menit burungnya melemas dan lepas dari cengkeraman lubang anusku. Fasi tergolek kecapean, penuh keringat dan nafasnya tersengal-sengal, ia menoleh kepadaku sambil tertawa :”Bang…..sumpah enak kali….puas kali aku bang.” Aku mengambil tissue basah, mengusap dan membersihkan kontolnya, membersihkan anusku, merapihkan ranjangku. Dengan rasa agak ngilu aku lantas berbaring di sampingnya, Fasi memelukku, tanganku diraihnya dan dicium-cium mesra :”Pokoknya aku puas, Abang memang hebat, top ! sebentar kita main lagi ya Bang, khan susu Abang belum muntah” Aku memiringkan badan sehingga kami tidur berhadap-hadapan, berpelukan sambil berciuman, saling menggigit, saling merangkul, mencubit dengan mesra. Beberapa menit demikian, akhirnya kami saling menggesekkan badan, kontolku yang belum terlayani dengan cepat naik dan mengeras, aku naik ke badan Fasi, melipat kaki kirinya ke atas dan menyelipkan kontolku di tengahnya, mulailah aku menggoyang-goyangkan badan naik turun-naik turun. Rasa enak segera datang……..paha Fasi membasah oleh keringat, aku menciumi ketiaknya, memain-mainkan lidahku di situ sampai ia mengelijang dan membuat gerakan yang semakin membikin kontolku nikmat dan……….ccccccrrrreeeeet…..cccccreeeeeeeet……ssseeeeeer…ccrreeeeet….!! aku ejakulasi dengan penuh perasaan. Sungguh nikmat !! Malam itu betul-betul indah, kami dibuai kenikmatan berkali-kali, main isap-isapan, 69 dan jepit-jepitan dipaha, anusku dihajar lagi 2 kali. Bulan penuh, suara ombak dan nyanyian pohon nyiur adalah saksi persetubuhan kami. Besoknya kami bangun jam 10 lebih, kami mandi berdua, sudah tentu sambil bersebody. Tengah hari Fasi pulang bersepeda, ia melambai dari jauh dan aku memberinya senyum manis. Fasi masih datang berkali-kali bahkan ia menjadi Public Relations yang baik, ia sering mengajak teman-temannya minta pengalaman denganku. Suatu kali ia mengajak 6 orang temannya sekaligus menginap di rumahku. bersambung


###

20 Gay Erotic Stories from Safenias@yahoo.com

24/7/365

Tinggal di Arab merupakan sebuah kenikmatan, berbagai macam barang ada, harganya murah, bahan makanan dan minuman juga lengkap! dan hampir semua orang di sana yang kutemui baik-baik, terlebih para lelakinya selalu menawarkan kemaluannya dengan penuh keramahan.Setiap saat aku mau, selalu dapat kontol, pagi subuh nemu kontol, sarapan pagi….juga kontol ! jam sepuluh ada kontol, siang bolong

6 jam di jogja

Enam Jam Di JogjaIni bukan kisah sejarah perjuangan Pak Harto dalam masa Revolusi, meski judulnya sama tapi ini sejarah tidur dan bergulat dengan seorang Pakistan di atas kasur. Sama-sama seru ! Pak Harto berjuang mengandalkan pestol, cerita yang ini berjuang mengandalkan kontol.Begini ceritanya : Sebuah hotel baru akan diresmikan di daerah Losari, dekat Magelang, gerombolan kami turut di

A Tale From Arabia

A Tale From ArabiaSelama sebulan lebih aku harus bolak-balik Mecca-Medinah, tamu-tamuku bertebaran di kedua kota tersebut. Ada 36 orang di Mecca dan 54 orang di Medinah. Terus terang lebih banyak tamu-tamu menghabiskan waktu di Medinah, karena suasananya lebih damai dan sejuk. Begitu juga orang di sana jauh lebih ramah. Kotanyapun lebih rapih dan menyenangkan.Jarak Mecca -Medinah kutempuh

AKWANG

AKWANG Bulan September 2004 team kami harus mengunjungi tempat pengungsian minoritas Cina, mereka korban Gerakan Aceh Merdeka, letaknya di daerah perindustrian, kota di mana kami tinggal. Kami siap-siap dengan berbagai kebutuhan pendidikan dan obat-obatan. Hari yang ditentukan tiba, kami datang dan disambut ramah panitia pengungsi, kami langsung membagi diri sesuai tugas masing-masing.

arabian night

Sore itu aku baru saja mendarat di Ngurah Rai International Airport, segera check-in di Grand Bali Beach Hotel yang jauh dari hiruk pikuk, terlebih karena setumpuk pekerjaan yang harus kulakukan berada di daerah Renon, dekat dengan Sanur. Belum sempat beristirahat telponku berdering, rekan bisnisku mengajak makan malam di Jimbaran, segera kami meluncur ke sana. Waktu baru saja menunjukkan pukul 7

Bali The Heaven On Earth

Pagi-pagi Tante Ida menelpon dari Jakarta :”Man, anak lelaki sahabat Tante di Denver nanti mendarat jam 11 siang, mau liburan di Bali, maaf ya ! dadakan ! Tante sibuk, lupa kasih tau, nanti sekalian ke kantor, Tante transfer ke rekening BCA kamu buat uang pegangan…...” dan seterusnya…..ia memborong bicara, padahal aku masih ngantuk ! bayangkan aku baru tidur jam 2 dan jam 6 pagi Tante saya

Blitzkrieg !

Blitzkrieg !Halo-halo pencinta cerita homo ! Ini laporan pandangan mata, fresh report dari Dili, “kota sejuta kontol” Sore tadi bersama teman-teman saya pergi ngopi ke Area Branca, atau Pasir Putih, daerah tepi pantai dengan pasir yang warnanya putih. Areanya tidak besar, paling-paling hanya sepanjang 1 km, tapi di sore hari kota Dili tampak cantik dari sana, bukit-bukitnya terlihat biru dan

bread & butter

Pernah suatu kali Iwan Tirta mengatakan kepadaku “relations & sex” ibaratnya seperti bread & butter, tak terpisahkan seperti roti yang harus diolesi mentega. Hmmm….. coba pikirkan ! kata-katanya benar ! Pada pengalamanku, bila seks antara aku dan pasanganku cocok maka hubungan kami menjadi lancar, hal-hal kecil yang bisa menjadi biang keributan akan terselesaikan di atas ranjang. Atau

Dili 2008

Dili 2008Pertama kali aku melihatnya bulan Agustus 2008, di sebuah restoran bagi kalangan menengah di kota Dili, Timor Leste. Aku dan teman-teman sedang makan malam, tidak jauh dari tempat kami duduk rupanya ada perayaan ulang tahun. Sepotong kue taart besar di pasangi lilin digiring ke meja rombongan itu. Suasana penuh senda tawa dan bahagia, tiup lilin dan jepret-jepret mereka berfoto. Yang

Goyang Dombret

Goyang DombretAda sebuah kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari, setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume

Jakarta-Bandung-Jakarta

Jakarta-Bandung-JakartaHari Jumat jam 15.15 KA Parahyangan melaju dari Stasiun Gambir menuju Bandung, di atas kereta aku berkenalan dengan seorang pemuda ganteng, alis matanya tebal, bibirnya sexy, kesannya seperti Brad Pitt, tapi Melayu punya. Kami saling memperkenalkan diri, namanya Bagyo, lulusan Universitas Parahyangan, Bandung. Ia sendiri tinggal di Jakarta, tapi karena ada keperluan

Jakarta-Bandung-Jakarta Jilid II

Bagyo menyumpah-nyumpah kegelian “gue udah nggak tahan lagi nikh…..” ia mulai mempercepat goyangannya, maju mundur dengan cepat, gerakannya membuat aku kelabakan, aku mulai mengimbangi dengan menggenggam kontol itu, setengah masuk mulut setengah kujilat sambil kukocok dengan tangan. Bagyo semakin buas, tangannya menjambak rambutku menekannya sekaligus ke selangkangannya “niiiiiiiiikh… rasain

kenangan di masa lalu

Kenangan Di Masa Lalu (I)Hingga aku SMA, aku tinggal bersama orangtuaku di jantung kota Jakarta. Di sebuah rumah lama, peninggalan jaman colonial, rumah itu bagiku sangat besar, luas tanahnya saja 2000 meter. Rumah induk tempat keluarga kami tinggal membuat pembantu ngos-ngosan, karena sehari ia harus menyapu dan mengepel 2 kali. Karena terlalu besar, pavilion di sayap kanan disewakan

kisah cinta nan jauh di rantau

Mungkin aku pacaran sudah lebih dari 19 kali, maksudku pacaran yang serius, bukan sekedar hubungan badan biasa. Kadang menjelang tidur aku membuka-buka buku catatanku dan mengenang pacar-pacarku dulu. Salah satu diantaranya bernama Gandhi, karena ia paling romantic dan paling berbakti. Gandhi adalah salah satu pacar yang paling tidak akan kulupakan.Aku berkenalan dengannya tahun 1996, ketika

Kontol di Museum

Kontol di MuseumKalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu.Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu

magnum force jilid I

Magnum ForceDi ujung Jalan Kajeng sedang dibuat Bale Banjar yang baru, tukang-tukangnya sebagian besar dari Jawa. Agak lebih jauh sedikit di teras sawah, tinggal temanku Yoko, seorang perempuan Jepang yang sedang belajar menari di Peliatan. Pondok Yoko bergaya Jepang dikelilingi kolam Lotus…romantis sekali, kalau bulan purnama aku selalu ke sana, mendengarkan music, minum brem atau arak atau

MANDREHE

MandreheMandrehe adalah sebuah desa kecil, di tengah Pulau Nias. Saya menyukai desa tersebut, letaknya tinggi di perbukitan, cuacanya sejuk, dari sebuah tempat di sana kita bisa memandang Pulau Sirombu dan birunya Samudra Hindia yang seolah tak berbatas. Indah !Pertama kali ke sana, saya tercengang melihat tempat saya harus menginap, sebuah kamar di Seminari yang tidak terurus. Perlu 3 jam

Nias Pulau Seribu Kontol Jilid II

Nias - Pulau Seribu Kontol Jilid IIBetul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan

singing in the rain

Singing In The RainPerumahan Taman Setiabudi Indah di Medan sedang banyak membangun rumah mewah, bangunan setengah jadi ataupun tahap finishing gentayangan sepanjang jalan. Beberapa bangunan hanya dipagari seng, atau terbuka sama sekali, pemiliknya belum punya cukup dana untuk menyelesaikan rumah tersebut. Di bangunan-bangunan seperti itulah tukang-tukang jualan makanan bergerobak beristirahat

wayan

WayanSebulan sudah aku menetap di daerah Petitenget, Seminyak. Duapuluh tahun lalu tempat ini begitu sepi dan mungkin sebagian besar orang tidak tertarik berkunjung kesini. Tapi Petitenget kini berubah menjadi surga kaum pelancong bule kelas atas. Coba saja lihat Potato Head, W Hotel, Metish, Sardin, Bali Bakery dan semua tempat yang terbilang mahal ada di lokasi ini.Banyak hotel dan

###

Web-01: vampire_2.1.0.01
_stories_story